Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 8 { This Flower has Become Mine }

Warning ada bagian 18+nya walau ga terlalu nganu. 😆😆😆

******

Sinar mentari yang baru terbit tersamarkan oleh kabut yang masuk ke dalam ruangan, melalui jendela yang terbuka entah oleh siapa.

Untuk sesaat Sakura yang akan bergeser mengubah posisi tidurnya, di kejutkan oleh perasaan asing pada tubuhnya. Ada sesuatu yang cukup berat melingkar pada pinggangnya. Perlahan ia pun membuka kelopak matanya dan melihat sebuah tangan tengah menggenggamnya.

Emeraldnya semakin terbelalak saat menoleh ke belakang yang ternyata sudah ada Itachi di sana, tengah tertidur dengan pulas. Perlahan ia melepas genggamannya lalu berbalik menghadapnya.

Sakura membiarkan salah satu tangan sulung Uchiha itu melingkar pada pinggangnya, sementara ia semakin merapatkan diri hingga kepalanya bisa bersandar pada dada bidang Itachi.

Tubuhnya terasa hangat juga nyaman, membuat rasa kantuk kembali menghampiri. Namun, saat ia kembali terpejam tangan sulung Uchiha itu tiba-tiba bergerak memeluknya.

"Ohayo, sayangku," bisiknya membuat jantung gadis musim semi itu berdegup kencang, "Kau sudah bangun?" Bisiknya lagi membuat Sakura seketika mematung, seperti baru tertangkap basah melakukan hal yang tidak-tidak.

Perlahan ia mengangkat dagu Sakura yang terus bersembunyi di dadanya. Melihat manik emeraldnya terus tertunduk malu, Itachi pun seketika terkekeh kecil lalu mengecup keningnya.

"Udara masih dingin dan suasana belum terlalu ramai. Apa kau mau melakukannya sekarang?" Tanyanya membuat Sakura mendongak bingung.

"Lakukan apa?"

"Yang semalam sempat kita tunda," ucapnya dengan nada setengah berbisik yang cukup menggoda, membuat semburat kemerahan seketika terukir pada pipi gadis musim semi itu yang kembali tertunduk lalu berbalik memunggunginya.

"Na ... Nanti orang tuaku bangun. Nanti saja kalau kita sudah kembali ke desa,"

"Kita lakukan dengan sesenyap mungkin," bisiknya sembari mengecup pundaknya membuat gadis musim semi itu sedikit bergidik.

Sakura kini menoleh padanya, "Tapi hanya sekali,"

Itachi pun mengangguk, dengan ragu jemarinya menyentuh setiap inchi wajah sulung Uchiha. Sembari menyibak anak rambutnya yang sedikit basah dan menghalangi sebagian wajahnya. Mungkin ia baru saja pulang lalu mandi dan tak terlalu lama ini ia baru saja tidur.

Saat jemarinya masih menjelajah wajah tirus itu, tiba-tiba Itachi menangkap pergelangan tangannya lalu mengecupnya dengan sangat lembut.

Wajah sulung Uchiha itu kini nampak memerah, nafasnya juga terasa memburu, tatapannya seolah menanti sesuatu seperti ..... Sebuah izin.

"Sakura, kenapa kau menatapku seperti seorang penjahat?" Tanyanya membuat gadis itu terbelalak kaget, seperti fikirannya baru saja di baca oleh pria itu.

Sakura pun melingkarkan tangannya pada leher Itachi lalu menariknya mendekat, "Mana ada. Aku hanya tidak percaya kau masih nekat mendekatiku setelah meninggalkanku semalam. Apa kau tidak takut ku pukul?"

Pria itu seketika terkekeh lalu tiba-tiba ia berguling sembari menariknya, membuat posisi sakura kini terbalik berada di atas Itachi.

"Hish kau benar-benar menyebalkan. Lepaskan tanganmu aku mau tidur," gerutunya sembari mencoba melepas tangan sulung Uchiha itu yang kini melingkar pada pinggangnya.

Namun, bukannya di lepas Itachi malah menarik Sakura lagi pada pelukannya. Ia nampak tak perduli pada omelan Sakura hingga beberapa saat akhirnya gadis itu terdiam pasrah. Saat ia akan terlelap pada dada bidang Itachi, lagi-lagi pria itu menggodanya dengan mencubit hidung Sakura.

"Kau benar-benar seperti anak koala yang tidur di manapun," ucapnya membuat wajah Sakura memerah malu.

Ia segera terduduk di perutnya sembari bersedekap, "Kau yang seperti kera. Sangat nakal dan selalu menggangguku," ledeknya membuat Itachi lagi-lagi menyunggingkan senyuman manisnya yang membuat pipi gadis itu semakin memerah.

"Kapan aku mengganggumu? Saat aku baru melihatmu saja kau langsung kabur,"

Itachi tiba-tiba bangun sembari menahan pinggangnya agar tak terjatuh. Gadis yang kini tengah duduk di pangkuannya itu harus sedikit mendongak untuk menatapnya, "Permainan apa lagi yang kau lakukan Itachi-sama? Sudah ku bilang aku lelah dan ingin tidur jadi jangan ganggu aku," ucapnya yang dengan cepat bergeser ke sisinya.

Namun, saat ia akan menarik selimutnya Itachi memeluknya dari belakang dan mengecup lehernya, "Aku tidak ingin bermain-main denganmu, Nyonya Uchiha. Aku hanya ingin menghukummu karena sudah salah memanggilku," bisiknya dengan manja membuat Sakura geli dengan hembusan napas yang menggelitik telinganya.

Ia pun terpaksa sedikit memiringkan tubuhnya dan menatap sulung Uchiha itu, "Memangnya kenapa jika aku memanggilmu seperti itu hmm?" Ucapnya sembari mencubit pipi Itachi.

"Karena aku suamimu bukan atasanmu," ucapnya sembari tiba-tiba langsung mencium lembut Sakura.

Bibirnya terasa dingin begitu juga tubuhnya, entah berapa lama udara dingin memeluknya hingga tubuhnya benar-benar terasa seperti es.

Di tengah ciuman yang hampir memantik gairah itu Itachi terhenti. Ia sedikit menjauhkan wajahnya dan menatap mata emerald Sakura dengan lekat, "Bolehkah?" Tanyanya membuat Sakura reflek mengangguk sembari melingkarkan tangannya pada bahu sulung Uchiha itu.

Dalam indahnya suasana pagi berkabut dan keheninganya, ciuman itu semakin tak terkendali dan semakin dalam. Itachi menikmati dan mereguk setiap inchi bibirnya seperti baru menemukan oasis di padang pasir yang menyegarkan dahaga dalam jiwanya.

Tangannya yang dingin membuat Sakura merinding saat ia menyentuh dan membelai setiap inchi tubuhnya. Goresan bibirnya yang di iringi gigitan kecil di sekitar leher juga daun telinganya membuat Sakura menggeliat geli.

Tok ... Tok ...

"Sakura, kau sudah bangun? Tolong bantu kaasan menyiapkan sarapan untuk suamimu saat dia pulang nanti," Teriak Mebuki sembari terus menggedor pintu, membuat Sakura berhenti dan mendorong bahunya.

"Kau tidak bilang pada kaasan kalau sudah pulang?" Bisiknya.

Itachi pun menunjuk pada jendela sembari tersenyum, "Aku pulang lewat jendela,"

Saat ia akan menciumnya lagi tiba-tiba terdengar pintu terbuka dengan kencang, "Saku .... Ah gomen. Kaasan kira kau belum pulang. Gomen-nee," Teriaknya sembari menutup pintu dengan begitu kencang hingga jendela di kamar itu bergetar.

"Kau tidak mengunci pintu?" Bisik Itachi membuat gadis musim semi itu bersemu lalu memalingkan wajahnya ke arah lain sembari tersenyum canggung, "Aku lupa gomen,"

Itachi yang tak memperdulikannya kembali mencium gadis musim semi itu. Lalu melemparkan sebuah kertas jutsu yang langsung menempel dan menyegel pintu. Tak hanya itu segelnya juga mampu mengendapkan suara.

"Itachi-kun, chotto," ucap Sakura sembari menahan tangan pria itu yang kini mulai menarik selimut itu turun.

"Hmm? Ada apa?"

Gadis itu nampak memalingkan wajahnya dengan raut murung, "Tu ... Tubuhku penuh bekas luka. A ... Aku malu, kau pasti ..." ucapnya dengan ragu sembari menutup bibirnya dengan punggung tangan.

Tiba-tiba sulung Uchiha itu mengecup keningnya membuat Sakura terkejut.

"Kau adalah Kunoichi terbaik di Konohagakure, tentu kau memiliki banyak bekas luka dan itu tidak akan mempengaruhiku," ucapnya membuat Sakura kini menatapnya.

Itachi dengan lembut menuntun tangan Sakura untuk menyentuh dada juga perutnya yang memiliki banyak guratan bekas luka. Bahkan lebih banyak darinya juga lebih dalam hingga terasa sedikit kasar. Sakura tiba-tiba merasa bersalah, ia lupa jika Itachi memiliki bekas luka yang lebih parah darinya.

Ia pun segera memeluk sulung Uchiha itu sembari terisak, "Gomen," bisiknya yang segera di jawab gelengan pelan dari Itachi.

Pria itu pun perlahan mengangkat wajahnya lalu mengecup pipi Sakura, "Sakura, aku tidak ingin berakhir di kolam es. Jadi, jangan cegah aku,"

Segala keresahan, kegundahan juga beban fikirannya seketika buyar saat Itachi mulai melakukan aksinya. Rasa geli, perih sekaligus terkejut membuatnya hampir menjerit jika Itachi tak langsung menawan bibirnya.

Pria itu menciumnya dengan lembut membuat Sakura mulai rileks. Gairah tak tertahankan yang menggelora di tubuh Itachi membuatnya lupa diri, sudah sangat lama ia ingin menyentuh dan melampiaskan seluruh cinta juga kasih sayangnya pada gadis ini.

Tubuh Sakura nampak gemetar karena kenikmatan bertubi-tubi yang menderanya. Panasnya gejolak hasrat yang semakin membuncah membuat Sakura menggeliat tak karuan. Ia begitu terbuai dan terlanjur jatuh begitu dalam pada pesonanya.

Belum selesai ia mengatur napasnya yang masih terengah, Itachi kembali menciumnya dengan lembut.

Rasa terbakar yang nikmat menguasai Sakura, ia mengeratkan pelukannya pada Itachi hingga tak sadar kukunya telah menorehkan beberapa garis luka memanjang pada punggung sulung Uchiha itu.

Beberapakali Itachi nampak terdiam sembari mengatur napas. Rasa sakit yang ada berlalu dengan cukup cepat dan sekarang yang di rasakan Sakura hanyalah kenikmatan yang begitu manis, bermula dari inti tubuhnya dan berakhir membakar dalam dirinya.

Menit demi menit yang berlalu terasa seperti air. Mentari kini sudah mencapai puncaknya, Sakura nampak masih terlelap karena kelelahan sementara Itachi tengah menulis pekerjaan di sisinya.

Suara ketukan jendela di kamar itu kini mengalihkan perhatian sang sulung Uchiha. Zinan nampak berdiri memunggungi jendela di luar. Saat ia bergerak untuk bangkit tak di sengaja ia mengusik tidur Sakura hingga gadis itu terbangun, "Mau kemana lagi?" Tanyanya dengan setengah berbisik karena separuh kesadarannya belum terkumpul.

Dengan lembut Itachi pun membelai pucuk kepalanya, "Aku hanya menghampiri Zinan di jendela. Sebentar," ucapnya yang membuat Sakura mengangguk lalu memutar tubuhnya, memunggungi Itachi.

Ia pun segera berjalan ke sana dan melongokan kepalanya keluar, "Ada apa?"

"Persiapan penyambutan di desa sudah 50% siap. Anda bisa pulang esok atau lusa,"

"Besok kita akan menyimpang dahulu ke Amega. Kemungkinan lusa baru kita sampai ke desa,"

"Hai, Itachi-sama,"

"Cari juga Kakashi-senpai. Katakan aku ingin bertemu di tempat biasa sore ini,"

"Hai, Itachi-sama,"

Setelah sosoknya menghilang Itachi pun kembali ke duduk di ranjang, melanjutkan kembali pekerjaannya menulis sesuatu tentang desa.

"Kenapa kita harus menyimpang ke Amegakure?" Tanya Sakura yang begitu tiba-tiba dan membuat Itachi sedikit terkejut karena mengira ia masih tidur.

"Konan akan menikah. Setidaknya kita berkunjung sebentar untuk memberikan ucapan selamat juga hadiah,"

"Apa mereka memberi kita hadiah juga kemarin?" Tanya Sakura sembari membalikan tubuhnya dan menatap pada sulung Uchiha itu.

Itachi terdengar berdehem pelan lalu kembali menulis. Manik emeraldnya kini menatap pada tumpukan kertas di atas nakas kecil di sisi Itachi. Baru saja dua hari ia tak bekerja, ia harus mengerjakan sebanyak itu apalagi jika satu minggu atau satu bulan ia tak bekerja.

Ia pun menarik selimut yang menutupi tubuhnya lebih tinggi lalu merapatkan dirinya pada Itachi untuk melihat apa yang ia tulis, "Ini? Kau belum memutuskan apa-apa tentang desa. Termasuk namanya?"

"Aku sedang memikirkannya sekarang, mengingat Zinan baru saja mengatakan jika masyarakat sudah menyiapkan pesta kedatanganmu. Itu berarti aku harus membuka dan meresmikan desa itu lebih awal,"

"Lalu pergantian atau penambahan nama klan ini apa? Apa kau berniat mengubah klanmu?" Tanyanya sembari menunjuk salah satu tulisan di kertas itu.

"Karena klan Uchiha terbagi dua dan tak memiliki tujuan yang sama maka aku harus menambahkan nama lain agar masyarakat tidak bingung,"

"Jadi tidak hanya desa juga pemerintahannya saja yang baru?"

"Hemm, semuanya harus ku rombak habis-habisan dari hulu hingga hilir,"

"Boleh aku membantu?"

"Tentu. Ini desamu juga, tidak adil jika hanya aku yang berfikir hingga botak. Kau juga harus merasakannya," ledek Itachi sembari mengacak rambutnya dan terus di tepis oles gadis itu.

"Aku akan mandi dulu lalu makan. Kepalaku akan sakit jika berfikir dengan perut kosong. Mau ku ambilkan sesuatu?"

"Terserah kau saja. Oh ya, aku barusan mengambil kopermu dari kaasan di sana,"

"Ah ya, arigatou nee,"

******

Siraman air dingin pada tubuhnya terasa menyegarkan. Ia berharap air di desanya nanti juga sesegar ini. Saat ia selesai mengenakan pakaiannya Sakura di kejutkan dengan suara ketukan pintu yang lagi-lagi berasal dari ibunya.

"Sakura! Ada rekan-rekanmu di ruang tamu. Cepatlah keluar,"

"Nee kaasan,"

Sakura segera mengenakan makeup tipisnya seperti biasa dan berjalan keluar. Ino yang pertamakali melihatnya langsung berlari menghamburkan pelukan padanya, "Jidat! Kenapa kau tidak bilang akan pergi setelah menikah," ucapnya yang kini berubah menjadi isakan.

"Aku sudah pernah bilang tapi kau tidak percaya pig,"

Ino pun melepaskan pelukannya dan menuntunnya untuk duduk bersama yang lain, "Sakura, apa alasan kepergianmu karena Itachi?" Tanya Hinata sembari menggenggam tangannya dengan lembut.

"Nee, Itachi-kun sangat kerepotan mengurus desa. Aku tidak bisa membiarkannya bekerja seorang diri sementara aku bersantai di sini,"

Semua rekannya seketika tersenyum mendengar penjelasannya, "Lalu apa kau akan datang ke pernikahanku dengan Naruto-kun bulan depan?"

"Aku juga akan menikah dengan Sai bulan depan,"

"Uhmm ano ... Sasuke-kun mengajakku menikah minggu depan. Apa Itachi-san tidak memberitahumu?"

"Are!" Pekik Sakura di susul tatapan tak percaya dari rekan-rekannya yang lain pada Tenten yang kini terlihat tersenyum dengan begitu bahagia.

"Di ... Dia tidak memberitahuku. Se ... Sebentar, I ... Itachi-kun!" Teriaknya dengan begitu kencang, hingga pria itu turun dengan tergopoh-gopoh dan beberapakali tersandung.

"Ada apa Sakura? Ah gomen aku tidak melihat kalian semua ada di sini. Konnichiwa," ucapnya begitu tiba dan berdiri di belakang kursi yang Sakura duduki.

"Tenten bilang ia akan menikah dengan Sasuke minggu depan. Apa benar?" Tanyanya membuat sulung Uchiha itu mengernyit.

"Minggu depan adalah waktu pelantikan Sasuke menjadi kepala klan. Bagaimana bisa dia berfikir untuk menikah?" Tanya baliknya membuat senyuman dari wanita berkuncir dua itu sedikit pudar.

Sakura pun menggenggam tangan Itachi yang ada di bahunya sembari menatap sulung Uchiha itu, mengisyaratkan raut wajah Tenten yang berubah, "Apa salahnya menikah setelah pelantikan? Atau kebalikannya juga bisa kan?"

"Ya, tapi ..."

Sebelum ia menyelesaikan ucapannya Sakura tiba-tiba meremas tangannya hingga ia terdiam, "Akan sangat baik jika kita mendapat dua kebahagiaan di hari yang sama," ucapnya membuat Itachi menghela pelan.

"Nee, jika Sasuke memang ingin menikah di hari itu juga. Tidak masalah, aku akan membicarakannya dengan wo kita kemarin,"

Itachi pun mengecup lembut pucuk kepalanya dan kembali naik ke kamar dengan raut wajah yang terlihat bigung. Merekapun kembali berbincang banyak hal dan untungnya Tenten sudah kembali ceria.

"Konnichiwa anak kesayanganku!" Teriak suara seorang wanita di iringi suara pintu yang di buka kencang.

Mereka seketika terkejut melihat Tsunade dan Shizune datang langsung memeluk Sakura berbarengan, "Untuk merayakan kebersamaan terakhir kita di Konohagakure. Aku membawakan sake juga beberapa camilan. Kiba bawa kemari!" Teriaknya lagi.

Pria Inuzuka itu bersama ninkennya seketika masuk membawa dua kotak besar ke hadapan mereka, "Tsunade-sama izinkan aku bergabung karena sudah membantu anda sejauh ini,"

"Nee, duduklah,"

"Shisou, ini masih terlalu siang,"

"Tidak apa. Lagipula kau akan berangkat besok, tidak ada waktu lagi untuk menikmati waktu bersama," ucapnya sembari menyodorkan secangkir gelas.

"Shisou ini ..." Ucapannya seketika terhenti begitu menyadari ada Itachi di sisi tangga, tengah menatapnya dengan datar.

Saat ia menoleh pria itu terlihat menggeleng pelan sembari mengangkat satu telunjuknya. Sakura yang mengerti isyaratnya segera menyimpan cangkir itu di meja, "Shisou aku tidak bisa meminumnya. Gomen nee,"

"Kenapa? Itachi tidak akan marah kalau hanya minum seteguk saja. Lagipula kau sudah dewasa, jangan terlalu mendengar ucapannya yang kolot,"

"Bukan begitu shisou. Aku ingin segera memiliki keturunan jadi aku harus menjaga pola hidupku sekarang,"

"Bhahahah, kau masih terlalu muda untuk memiliki anak. Nikmati saja dahulu masa ini Sakura," ucap Shizune sembari menyodorkan lagi cangkir itu. Namun, Sakura tetap menolaknya.

"Hemm minum sedikit juga tidak akan mencoreng nama siapapun, jidat. Kecuali kau memiliki sifat buruk saat mabuk seperti mengoceh membeberkan rahasia desa," nyinyir Ino sembari melirik pada Tsunade yang tengah asyik minum dan makan tak jauh dari sisinya.

"Aku akan makan ini saja," elaknya sembari mengambil salah satu camilan.

"Ya, sudah daripada kau tidak makan apa-apa. Oh ya, aku lupa dimana Itachi-san? Aku ingin memberikan berkas ini," ucap Hinata sembari menyodorkan sebuah map besar padanya.

"Aku akan menyampaikannya,"

Sakura pun segera mengambil map itu lalu beranjak ke kamarnya. Sulung Uchiha itu nampak tertidur dengan pulas hingga ia tak tega membangunkannya dan memilih menaruh di sisinya.

"Sakura-sama," panggil Zinan saat ia akan menuruni tangga.

"Nee, ada apa?"

"Deidara-san memanggil. Di atas patung hokage. Sesuatu yang mendesak,"

"Memanggilku? Untuk apa? Seinggatku urusannya hanya dengan Itachi,"

"Sasuke-sama mengamuk, itu yang saya lihat,"

"Are! Aku akan membangunkan Itachi dan segera ke sana,"

*****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro