Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 6 { Annoying }

"Pernikahan ini tidak boleh terjadi, niisan!" Teriak Sasuke membuat keduanya terkejut, entah darimana atau bagaimana bisa dia ada di sini.

Itachi kini berdiri berhadapan dengannya sembari bersedekap,"Sejak kapan kau ada di sini dan bagaimana?"

"Niisan tidak perlu tahu bagaimana aku bisa kemari, yang terpenting niisan tidak boleh menikah dengan dia!" Teriaknya lagi sembari mengangkat telunjuk pada Sakura yang membuat tatapan Itachi menajam.

Ia pun menggenggam telunjuknya dan menurunkan tangan bungsu Uchiha itu. Melihat warga yang mulai berkerumun Itachi langsung membawanya juga Sakura berteleportasi ke sebuah padang rumput yang begitu luas, tempat terpencil di perbatasan Konoha dan Suna.

"Dengan siapa kau bergaul Sasuke?" Tanyanya membuat bungsu Uchiha itu menatapnya dengan bingung, apalagi ia tak melepaskan cengkraman pada kepala tangannya, "Apa kau berhubungan lagi dengan Orochimaru?"

Melihat sikap Sasuke yang hanya menatapnya tanpa membuka sedikitpun mulutnya. Itachi melepaskan genggamannya lalu menjentikan jari, "Asahi!" Panggilnya membuat seorang pria berpakaian sama seperti Zinan kini berada di hadapannya.

Pria dengan rambut kemerahan sebahu itu langsung berlutut tanpa berani menatapnya, "Hai, Itachi-sama,"

"Apa kau mengawasi adikku sesuai perintah?"

Pria itu nampak berkeringat dingin lalu semakin membungkukan tubuhnya, "Sumimasen, saya beberapakali kehilangan jejak saat mengikuti Sasuke-sama," Ucapnya membuat Itachi menghela napas pelan sembari menatap langit.

"Pergilah, katakan pada Kirai untuk mengajari ulang tatakrama pada Sasuke," ucapnya membuat Sasuke terbelalak.

"Niisan, aku sudah muak belajar dengannya. Aku tidak mau lagi! Memangnya apa salahku hingga mendapat hukuman seperti ini!" Teriaknya lagi membuat anbu itu segera menghilang dari sana.

"Sikapmu ini," ucapnya dengan begitu dingin, "Sekarang kau bukan anak kecil lagi Sasuke. Sebagai calon pemimpin kau harus ..."

"Aku tidak mau menjadi pemimpin niisan!" Selanya membuat Itachi terkejut.

Saat Sakura akan berjalan mendekat pada Itachi untuk menenangkannya, Sasuke seketika melangkah ke hadapannya dan menghalanginya, "Kau tidak boleh mendekati niisan!"

"Kenapa? Aku calon istrinya dan aku berhak melakukan apapun yang ku inginkan untuk kebaikannya,"

"Kebaikan?" Ulangnya sembari mendecih dengan tatapan meledek, "Kau hanya akan menyusahkannya! Sebenarnya kau menginginkan apa dari Itachi-nii hingga begitu berambisi untuk mendampinginya. Wilayah? Ketenaran? Atau hanya ingin memanasiku hah!"

"Sasuke! Jaga ucapanmu itu," Ucap Itachi membuat bungsu Uchiha itu ternganga karena selama ini kakaknya tidak pernah berbicara dengan nada tinggi padanya.

"Niisan, dia yang memulai lalu kenapa aku yang di salahkan!"

"Aku tidak menyalahkan siapapun, aku hanya menyuruhmu untuk diam," Titahnya membuat Sasuke kini menatap tajam pada Sakura, "Gara-gara kau aku jadi di marahi. Kenapa kau tidak pergi dari sini saja hah,"

"Sasuke!" Panggil Itachi dengan nada yang seketika menyentak bungsu Uchiha itu, "Sebenarnya kau ini kenapa begitu membenci Sakura? Dan kenapa kau tidak bilang dari awal kalau kau tidak ingin menjadi pemimpin?"

"Aku tidak membenci Sakura, aku hanya membenci dunia pemerintahan," ucap Sasuke yang perlahan mulai tertunduk, "Masyarakat kita, wilayah kita, kenangan indah kita, tousan, kaasan, niisan. Semuanya lenyap dan hancur karena posisi itu. Duduk di posisi itu sama saja dengan menyiksaku secara perlahan, apa niisan tidak merasakan rasa sakit juga saat mengambil posisi itu?"

Itachi seketika termenung mendengarnya, ia perlahan mendekat lalu memeluknya, "Gomen-nee. Aku pun merasakannya. Tapi demi kebaikan desa dan masa depan klan, kita tidak mampu menolak," ucapnya membuat bungsu Uchiha itu kini terisak dan Sakura juga terkejut mendengar Itachi melakukan ini bukan atas keinginannya sendiri.

"Lalu apa alasanmu begitu tidak menyukai Sakura? Apa kau membencinya?"

Sasuke seketika menggeleng, "Aku tidak membenci Sakura, percayalah itu niisan. Aku hanya tidak mau melihat kejadian kaasan yang terus meminum racun demi melindungi tousan terulang,"

Itachi pun terbelalak mendengarnya seolah mengingat sesuatu. Sebuah tepukan pada pundaknya membuat Sasuke kini menatap pada sang kakak dengan penuh tanya, "Apa kau masih mencintai Sakura hingga begitu mengkhawatirkannya?" Tanyanya membuat Sasuke begitu terkejut dan menyeka pipinya.

"Aku tidak pernah mencintainya, aku .... Aku ... Aku hanya tidak mau kena omel Kakashi jika terjadi sesuatu pada gadis ceroboh itu," ucapnya dengan begitu gugup sembari memalingkan wajah.

"Hemm kenapa kau jadi takut pada Kakashi-senpai?" Tanyanya membuat Sasuke terdiam.

"Hey, siapa yang kau katai gadis ceroboh, shannaro! Kau juga ceroboh hingga selalu membuat pusing rekanmu!" Protes Sakura membuat Itachi menggeleng pelan sembari tersenyum tipis.

"Tentu saja kau, siapa lagi coba yang terus berteriak meminta tolong walau hanya terjepit pintu,"

Perempatan kekesalan pada pelipis gadis musim semi itu seketika terukir mendengar cara bicaranya yang begitu congkak, "ya, aku memang selalu berteriak saat terjepit pintu. Tapi aku tak pernah berteriak saat kecoa melintas di wajahku," ucapnya membuat wajah bungsu Uchiha itu seketika pias.

"Kau ..."

"Kalau begitu kau tidak perlu khawatir, aku akan menjaganya dan tak akan membiarkan kejadian itu terulang. Aku berjanji jadi tolong izinkan kami untuk menikah," potong Itachi sebelum pertengkaran mereka semakin menjadi.

Sasuke terlihat menatap mereka bergantian. Lalu tertunduk sembari mengangguk pelan.

"Kami harus pergi ke suatu tempat. Apa kau mau ikut juga?"

"Nee, ikut saja nanti ku pesankan sup kecoa," ucap Sakura membuat Sasuke seketika terlihat merinding.

"Pe ... Pergilah. Aku tidak ingin di kira menyimpan rasa pada gadis ceroboh dan kejam sepertimu,"

"Baiklah," Itachi pun mengulurkan tangannya untuk mengetuk pelan dahi bungsu Uchiha itu, "Jaane," ucapnya yang seketika menghilang dari sana bersama Sakura.

*****

Dalam satu kedipan mata mereka kembali ke konoha. Masyarakat di alun-alun terlihat lebih ramai dari sebelumnya karena waktu sudah hampir sore. Saat tengah berjalan, Sakura seketika tersentak saat Itachi menggenggam tangannya.

Jantungnya kembali berdegup kencang saat menyadari ia berjalan begitu dekat di sisinya dan langkahnya pun seirama dengannya. Masyarakat yang menyapa dengan hangat membuat Sakura semakin gugup, apalagi Itachi dengan santainya mengatakan tentang rencana pernikahannya dan untungnya sebelum ia mengatakan harinya Sakura berhasil menariknya pergi karena ia belum menyetujuinya.

"Itachi-kun, kita sebenarnya mau kemana?" Bisik gadis musim semi itu, karena mereka terus berjalan-jalan di sana tanpa menemukan titik akhir.

"Hemm, mengukur jalan desa," ucapnya membuat Sakura ternganga.

Ia pun segera melepas genggamannya dan bersedekap, "Bisa-bisanya kau bekerja di saat seperti ini,"

Itachi seketika terkekeh mendengarnya, membuat Sakura semakin bingung. Tiba-tiba ia melingkarkan tangannya pada pinggang Sakura dan menariknya mendekat, "Aku tidak bekerja untuk desa, tapi untuk membuatmu senang hingga omelan manismu tak keluar seperti kemarin malam," bisiknya membuat semburat kemerahan terpampang jelas pada pipinya.

Ia pun segera melepaskan tangannya, saat ia akan sedikit menjauh Itachi tak membiarkannya dan malah menggenggam lagi tangannya, "Sakura, selagi kita ada di sini. Kau ingin makan apa? Atau apa ada sesuatu yang ingin kau beli?"

"Tidak, aku hanya ingin segera pulang," ucapnya tanpa memandang sulung Uchiha itu.

"Kau yakin? Apa kau tidak ingin menghabiskan waktu denganku?" Godanya membuat Sakura kembali merasa tersipu hingga ia semakin memalingkan wajahnya dan tak bisa menjawab apapun.

"Ah itu kedai dango favoritku, ayo ke sana. Aku butuh sesuatu untuk mengganjal perutku," Sambungnya sembari menarik tangan gadis musim semi itu tanpa menghiraukan jawabannya.

Baru saja menyibak tirai kedai, Itachi seketika terkejut karena ada Deidara, Kisame dan Sasori di sana.

"Yo, Itachi. Lama tidak berjumpa," ucap Deidara membuat wajah sulung Uchiha itu menjadi datar.

"Itachi-kun, kenapa kau diam? Temanmu menyapa," ucap Sakura yang membuat Itachi sedikit bingung, mereka bertiga hampir merenggut nyawanya di masalalu namun entah kenapa Sakura tidak takut sedikitpun.

"Apa tidak apa-apa?" Bisiknya yang segera di jawab anggukan gadis musim semi itu.

"Itachi, duduklah sebentar. Kita sudah lama tidak berbincang dan makan bersama,"Ucap Kisame yang membuatnya perlahan mendekat.

Merekapun duduk di sisi Kisame, tatapan sulung Uchiha itu terlihat begitu waspada hingga suasana di sana terasa tegang. Dengan lembut Sakura pun menggenggam tangannya sembari tersenyum, "Rileks," bisiknya.

Itachi pun mengambil teh yang baru di sajikan padanya dan mulai berbicara, "Tidak biasanya kalian kemari. Ada apa?"

"Kami dengar kau ingin membangun desa baru, jadi kami ingin melihatnya," jelas Deidara.

"Aku ingin tinggal di sana," ucap Sasori sembari mengangkat satu tangannya.

"Izinkan aku bekerja untukmu," pinta Kisame.

Itachi pun menghela napas pelan dan menggenggam tangan gadis musim semi di sisinya yang tengah menyantap dango, "Desa itu belum jadi. Jika kau ingin tinggal di sana setidaknya kau harus memiliki sesuatu sebagai jaminan keamanannya dan kita bahas soal pekerjaan nanti. Aku sedang tidak ingin,"

Saat Deidara akan berbicara lagi tiba-tiba Kisame bangkit berdiri dan menepuk pundaknya, "Kami mengerti, kabari kami jika kau sedang santai. Maaf karena mengganggu waktumu,"

"Tidak, hari ini aku sedang santai jadi tidak usah bersikap seperti ini. Duduklah,"

"Pernikahan Konan akan di selenggarakan minggu depan. Kami harus pergi untuk membantunya bersiap," ucap Sasori sembari ikut berdiri.

"Tapi pernikahan kami tinggal dua hari lagi. Apa kalian tidak akan membantu atau sekedar hadir?" Tanya Sakura membuat mereka sekaligus Itachi kaget.

"Sakura kau ..." Ucapan Itachi seketika terhenti saat gadis musim semi itu menggenggam kuat-kuat tangannya.

"Souka, kami mengerti sekarang kenapa Itachi begitu sensitif. Hahaha," ucap Deidara sembari tertawa dengan keras. ia pun kini bergerak ke sisinya dan merangkul bahu sulung Uchiha itu, "Kau tidak perlu terlalu tegang. Kau hanya perlu mengatakan ya atau tidak di depan pendeta lalu selesai," sambungnya.

"Bukan begitu," elak Itachi sembari memijat pangkal hidungnya.

"Lalu apa kau khawatir akan pingsan atau tersangkut saat malam pertama?" Celetuk Sasori membuat mereka kini tertawa dengan begitu keras.

"Apa yang kau bicarakan Sasori. Apa kau mencoba merusak fikiran Sakura," Omel sulung Uchiha itu yang mulai terlihat menahan kekesalan juga rasa malunya.

"Bwahahaha, kami hanya membicarakan siapa tahu kau tersangkut di tempat lain saat perjalanan pulang ke rumah. Sebenarnya kemana fikiranmu itu berlabuh Itachi," ledek Deidara lagi.

"Lalu apa yang bisa kami bantu Sakura-chan?" Sela Kisame sebelum cafe itu meledak.

Semua orang kini menatap gadis musim semi itu, yang tengah bertopang dagu sembari mengetuk-ngetuk tusuk dango pada bibirnya, "Hemm, karena Itachi-kun memberitahu hari pernikahannya mendadak. Jadi kami belum melakukan persiapan atau dekorasi apapun, jadi apa kalian bisa membantu?"

Brak!

"Tentu saja Sakura-chan. Kami akan membantumu dengan sepenuh hati. Aku akan menujukan ledakan terindah untuk pernikahan kalian," Seru Deidara sembari memijakkan kaki kanannya di atas meja dan menunjuk dirinya sendiri dengan penuh kebanggaan.

Sasori kini tertunduk memikirkan apa yang harus di lakukan, "Sepertinya aku bisa membuat bunga dari pasir besiku," ucapnya dengan ragu.

"Aku bisa mendekorasi ruangan," ucap Kisame dengan bangga.

"Nee, lakukan apapun yang kalian suka asal jangan membuat medan perang di sana dan sebelumnya terimakasih," ucap Itachi sembari tersenyum membuat mereka semakin senang.

Deidara seketika merangkul mereka sembari tertawa dan mulai mengenang cerita lama di Akatsuki. Beberapakali Deidara terkena geplakan Sasori juga Kisame karena ulah jahilnya. Sementara Itachi hanya diam sembari tersenyum simpul melihat tingkah rekannya itu.

Jam demi jam berlalu, tak terasa hari sudah malam saat Sakura dan Itachi pamit pulang. Sepanjang jalan sulung Uchiha itu terus memperhatikan Sakura dalam diam saat gadis itu terus berceloteh banyak hal. Ia terlihat begitu senang hingga tak menyadari jika Itachi mengajaknya berjalan lurus ke patung hokage.

"Kau tahu Sasori itu cukup baik, kau tidak perlu memukulnya saat itu. Eh ... Ini ... Kenapa kau membawaku kemari?" Tanyanya begitu langkah sulung Uchiha itu terhenti.

Itachi pun terduduk di bawah sebuah pohon besar yang menghadap langsung pada desa. Saat ia mengulurkan tangannya Sakura langsung menggenggamnya dan duduk di pangkuannya. Ia kembali merasakan degupan aneh saat memandang manik onyx itu, jemarinya yang sedingin es kini terasa menyentuh pipinya.

Jantungnya kini serasa akan jatuh saat wajah Itachi semakin dekat, "Aku penasaran," ucapnya dengan nada setengah berbisik sembari memegang dagunya.

"De ... Dengan ... Dengan apa?"

"Sebelumnya wajahmu mengguratkan penolakan besar saat aku mengatakannya di desa. Tapi kenapa tadi kau setuju untuk menikah denganku dalam waktu dekat?"

Perlahan Sakura menepis tangan Itachi sembari memalingkan wajahnya. Namun, pria itu malah menggenggam tangannya dan menatapnya dengan lekat, "Katakan, apa kau ingin benar-benar menginginkan itu atau hanya ..."

"Kapanpun ... Dimanapun ... apapun caranya. Selama itu bisa membuatku selalu bersamamu maka aku akan menyetujuinya. Aku tidak mau menelan kekecewaan untuk kedua kalinya hanya karena menunda atau menunggu lagi,"

Itachi yang mengerti apa yang di maksud gadis itu pun dengan hangat menggenggam tangannya dan menempelkan keningnya, "Aku meminta maaf atas setiap perbuatan adikku yang masih belum mengerti apapun. Aku mohon maafkan dia," ucapnya membuat Sakura menjadi salah tingkah dan sontak melepaskan tangannya.

"I ... Itu hanya masa lalu. Kau tidak perlu seperti ini,"

"Sekarangpun dia masih sama,"

"Aku mengerti kenapa dia seperti itu jadi tenanglah. Aku tidak apa," ucapnya sembari tersenyum dengan tulus.

"Gomen-nee," bisiknya.

Sakura yang sudah lelah menjawabnya hanya mengangguk. Dalam heningnya malam mereka kini menatap pada indahnya cahaya di desa sembari berbincang banyak hal. Saat Sakura tengah menceritakan tentang teman-temannya, Itachi tiba-tiba menyentuh pipinya lagi dan tak di sangka ia mengecup pipinya dengan begitu lembut.

Emeraldnya seketika terbelalak kaget saat menatap wajah Itachi yang kembali semakin dekat dengannya, "Aishiteru," bisiknya sembari mencium bibir Sakura  dengan lembut juga perlahan.

"Jaja! Aku sudah lelah mencarimu kesana kemari, ternyata kau ada di sini!" Teriak Kakashi yang tiba-tiba ada di belakang mereka dan membuat keduanya memalingkan wajah satu sama lain.

"Senpai sejak kapan kau ada si sini?"

"Uhmm sejak kalian saling menggoda satu sama lain," ucapnya dengan nada tak bersalah sedikitpun yang membuat kekesalan Sakura tersulut.

"Ada apa kau kemari sensei?"

"Aku hanya ingin mengajak Itachi membaca buku Icha-Icha dan mengajarinya isi dalam buku itu,"

"Kalau begitu, baca sendiri saja shannaro! Jangan ajarkan yang tidak-tidak pada Itachi-kun,"

"Hah padahal buku ini keluaran terbaru, sangat di sayangkan untuk di lewati,"

"Sensei pergilah, ganggu saja yang lain,"

Pria perak itu seketika mengernyit mendengarnya. Ia kini berjongkok di sisi mereka sembari mengeluarkan set alat tulis, "Ah wakata, rupanya kalian tengah mempraktikan Icha-Icha bab 7 mojok di atas tebing desa. Apa boleh ku catat bagaimana rasa dan sensasinya?"

"Sensei pergilah shannaro!" Teriak Sakura yang seketika berdiri dan meninjunya dengan kencang hingga terpental jauh.

Gadis musim semi itu kini benar-benar merasa malu dan kembali salah tingkah akan sikap kesalnya yang tak bisa ia tahan. Saat ia menutup wajahnya dengan kedua tangan tiba-tiba Itachi memeluknya dari belakang dan menurunkan tangannya, "Kau marah padaku?"

"Tidak, aku hanya merasa malu dengan sikapku barusan,"

Itachi seketika tersenyum simpul mendengarnya, ia pun memutar tubuh gadis musim semi itu hingga berhadapan dengannya, "Kau tidak perlu malu, itu wajar. Jika aku punya keberanian yang sama denganmu maka aku juga akan melakukannya,"

"Benarkah?" Tanyanya yang seketika membuat sulung Uchiha itu kembali mengangguk lalu memegang kedua pipinya.

Perlahan ia mendekatkan wajahnya lagi, Sakura yang mengerti dengan sikapnya pun memegang pergelangannya sembari menutup mata.

"Yare-yare, bercumbu di bawah sinar bulan purnama bisa memperkuat hasrat sepasang kekasih. Chek," ucap suara Kakashi lagi yang membuat mereka tersentak kaget, "Kenapa kalian berhenti? Ayo lanjutkan aku ingin tahu apa yang terjadi,"

"Senseiiii!"

******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro