Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5 { A Little Gift for my Spring Girl }

Cahaya mentari pagi mulai menelusup masuk pada kamar Sakura yang masih terlelap dalam tidurnya. Jemarinya perlahan terulur untuk menutupi cahaya yang menyilaukan itu. Sementara tangan yang satunya lagi menarik selimutnya lebih tinggi hingga menutupi kepala.

Ia benar-benar merasa sangat lelah, apalagi mengingat kejadian kemarin rasanya ia tak pernah ingin bangun lagi. Entah kenapa ia merasa begitu emosi hanya karena masalah sepele dan kini ia harus menanggung akibatnya yaitu tak berani bertemu dengan Itachi.

Tok ... Tok ...

Sakura pun segera menutupi telinganya dengan bantal mendengar suara ketukan pintu yang mengusik tidurnya itu.

"Kaasan, hari ini aku libur jadi tolong biarkan aku tidur sampai siang," Teriaknya membuat suara ketukan pintu itu terhenti dan anehnya tak ada jawaban apapun.

Sakura nampak tak ambil pusing, saat ia akan kembali tertidur. Gadis musim semi itu kembali terusik dengan aroma masakan yang terasa menusuk hidung, hingga ia bersin beberapakali. Dengan segera ia menyingkirkan selimutnya untuk mencari tahu apa yang di masak ibunya.

Namun, baru saja menurunkan kedua kakinya ia begitu terkejut melihat bunga berwarna-warni terhampar di lantainya membentuk jalan setapak menuju pintu. Entah siapa yang berani masuk ke kamarnya dan menata semua ini.

Perlahan dan dengan hati-hati ia menapakan kakinya agar tak merusak tatanan indah itu. Saat ia membuka pintu gadis musim semi itu kembali di kejutkan dengan hujanan kertas warna-warni yang telah di potong sekecil mungkin.

Sakura pun kembali mengikuti jalan setapak dari bunga itu yang kini terlihat mengarah ke kamar mandi di sisi kamarnya. Sunggingan senyuman seketika terukir saat ia melihat sebuah gaun jingga juga perhiasan terletak di atas nakas. Emeraldnya kini berfokus pada secarik kertas yang tertempel pada cermin di sana.

Gomen-nee, aku tidak tahu kalau kau sedang tidak bisa di ajak bercanda. Bersiaplah, ada sesuatu yang ingin ku tunjukan sebagai bentuk permintaan maafku.

Itachi.

Gadis musim semi itu pun menggeleng pelan sembari tersenyum simpul setelah membacanya. Ia tak menyangka Itachi akan meredakan kekesalannya dengan cara seperti ini. Sakura pun segera bersiap secepat mungkin dan setelah selesai ia kembali mengikuti jalan setapak bunga itu yang kini mengarah ke bawah.

Suasana sepi di rumah itu membuat Sakura merasa aneh. Ia sudah mencari orang tuanya ke setiap ruangan akan tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan mereka. Tidak biasanya kedua orang tua Sakura pergi tanpa memberitahunya. Zinan yang katanya akan menjada dua puluh empat jam juga tidak ada di sana.

Gadis musim semi itu pun memutuskan untuk kembali mengikuti arah yang di tujukan bunga itu yang mengarah ke taman kecil di halaman belakangnya. Sakura seketika mengernyit melihat dua tangkai bunga wisteria menutup pintu masuk ke taman kecil miliknya itu. Entah darimana bunga itu berasal, karena seingatnya ia tak pernah menanam atau menggantung bunga itu.

Dengan ragu ia mengulurkan tangannya, menyentuh bunga itu yang seketika terangkat dan menampakan kedua orang tua juga rekannya sudah ada di sana, "Selamat ulang tahun Sakura!" Ucap mereka membuat senyuman gadis musim semi itu semakin merekah.

Bunga-bunga mulai berjatuhan menghujani Sakura yang kini di tuntun oleh Ino dan Tenten di taman itu. Ucapan selamat terus terucap hingga ia tiba di meja utama, orang tuanya langsung memeluk dengan erat hingga ia hampir merasa sesak.

Saat orang tuanya melepas pelukannya, ia baru menyadari jika Itachi tidak ada di sana. Manik emeraldnya terus mencari sosok itu namun kekecewaan kembali harus ia telan. Ia pun menggenggam tangan ibunya yang tengah menyalakan lilin pada kue sembari berbisik, "Kaasan, dimana Itachi-kun?"

"Tanyakan saja pada nak Zinan. Kaasan tidak tahu apapun," Jawabnya membuat senyumannya perlahan memudar.

Ia pun melambaikan tangannya memanggil Zinan yang berdiri tak jauh darinya, "Nee, Sakura-sama ada apa?"

"Apa kau tahu dimana Itachi-kun?"

"Beliau sedang memantau beberapa wilayah," ucapnya membuat semangat juga kebahagiaannya seketika sirna.

"Sakura, kemarilah cepat kau harus segera meniup lilinnya," ucap sang ibu membuat gadis musim semi itu mengangguk sembari memaksakan senyumannya agar semua orang tak merasa bersedih.

Ia pun mulai menutup mata, memanjatkan doa sekenanya saja karena moodnya saat ini tengah kacau.

"Kenapa hanya sebentar?" Bisik seseorang begitu ia membuka matanya.

Manik emeraldnya seketika terbelalak begitu melihat Itachi tiba-tiba ada di sisinya sembari tersenyum jahil, "Kau! Sejak kapan kau ada di sini?"

"Sakura, jaga sikapmu," bisik ayahnya membuat gadis musim semi itu menundukan pandangannya sembari tersenyum. Jantungnya kini kembali berdegup kencang beriringan dengan semangat juga rasa bahagianya yang kembali muncul.

"Itachi-nii, pergilah kau membuat Sakura gugup. Biarkan ia meniup lilin dan membagi kuenya, setelah itu kau boleh mengganggunya," ucap Chouji yang seketika membuat sulung Uchiha itu mengangguk setuju.

Saat ia akan pergi Sakura tiba-tiba menahan tangannya dan menggenggamnya. Itachi yang memahami tatapannya itu seketika tersenyum lalu kembali berdiri di sisinya. Setelah meniup lilin, ia kembali melirik pada sang sulung Uchiha, "Bantu aku," ucapnya dengan setengah berbisik.

Itachi kini lebih mendekatkan diri pada Sakura dan memegang tangannya yang sudah menggenggam pisau kecil. Dengan hati-hati ia mengarahkannya memotong kue itu dengan rapi.

Setelah selesai gadis musim semi itu memberikan potongan pertama pada kedua orang tuanya. Sakura terlihat sedikit bingung akan di berikan kepada siapa kue keduanya karena neneknya tidak ada di sini. Mebuki yang tahu kebingungan putri semata wayangnya itu memberi isyarat lewat kernyitan alis yang menunjuk pada Itachi.

Jantungnya kini kembali berdegup kencang memandang pria itu, dengan malu-malu ia menyodorkan kue itu. Namun, Mebuki langsung membisikan sesuatu hingga emeraldnya terlihat sedikit membesar karena terkejut, "Menunduklah," ucapnya membuat semua orang tersenyum.

Pria yang lebih tinggi darinya itu pun menundukan sedikit kepalanya. Pandangan dari manik onyx yang kini sejajar dengannya itu membuat Sakura semakin menjadi gugup. Ia pun menyodorkan kue itu namun saat Itachi baru membuka mulutnya, Sasuke tiba-tiba muncul dan mengingit kue itu lalu menyeringai.

Semua orang seketika ternganga melihatnya termasuk Itachi dan Sakura, "Apa yang kau lakukan shannaro!"

"Aku hanya memastikan jika makanan itu aman," ucapnya dengan santai sembari mengelap sisa krim kue di bibirnya.

"Kau ..." Sakura seketika berhenti bicara saat Itachi menyentuh pundaknya, "Sudah biarkan saja, berikan aku yang lain,"

Nada suaranya yang lembut sekaligus penuh ketegasan itu membuat amarah dalam hatinya seketika meredup. Sementara Sasuke hanya bisa mendecih sembari menatap ke arah lain saat Sakura menyuapi Itachi.

Sorak sorai sukacita seketika terdengar saat Itachi mencium pucuk kepala gadis musim semi itu. Pesta kini berlangsung dengan meriah. Itachi juga nampak begitu senang saat Sakura menuntunnya kesana kemari, memperkenalkannya pada rekan-rekannya atau sekedar berbincang sederhana.

Zinan juga terlihat terus mengekori mereka, hingga Itachi yang baru menyadarinya segera menyuruhnya untuk duduk. Saat pesta tengah berlangsung tiba-tiba seseorang berpakaian seperti anbu muncul di depan pintu tamannya.

Tanpa bicara sedikitpun ia melepas genggaman tangan Sakura dan mendekat padanya. Anbu itu seketika menunduk hormat lalu membisikan sesuatu yang membuat sulung Uchiha itu mengernyit. Itachi nampak terdiam beberapa saat setelah anbu itu selesai bicara, saat ia mengangguk anbu itu langsung menunduk lalu menghilang dari sana.

Merasakan manik emerald itu tengah menatapnya, Itachi pun kembali ke sisinya sembari tersenyum, "Gomen-nee, Sakura. Aku ada urusan sebentar tadi,"

"Nee, tidak apa. Ah, ya Kakashi-sensei memanggilmu barusan," ucapnya kini sembari menunjuk pada sang pria perak yang tengah melambaikan tangannya, "Aku akan menemui renkanku. Jaa,"

Itachi pun segera duduk di salah satu bangku sembari mengobrol dengan Kakashi, Lee dan Guy juga rekan pria lainnya. Sementara Zinan terus mengikuti dan berdiri di sisi Sakura yang tengah mengobrol banyak hal bersama rekannya di sisi lain. Beberapakali ia di suruh pergi untuk ikut bersama Itachi saja namun pria itu terus menolak dan membuat Sakura malas untuk menyuruhnya lagi.

Diam-diam Sakura beberapakali mencuri pandang sembari tersenyum melihat Itachi yang terlihat begitu senang bercanda dan bercerita banyak hal dengan Mirai juga Shikadai. Tiba-tiba Temari pun menyikutnya, "Mendekatlah jika kau ingin bersamanya," bisik mantan putri Suna itu membuat Sakura seketika menundukan pandangannya.

"Tidak, Temari-san. Aku hanya sedang memperhatikan makanan di sana, siapa tahu habis,"

"Melihat dari sikapmu itu, sepertinya kau sedang memiliki masalah dengan Itachi-san?" Tanyanya membuat Sakura tersadar akan sesuatu.

Sebuah jalan keluar untuk masalah dalam hatinya muncul. Temari memang bisa di percaya tapi .... Sudahlah ia akan mencoba bertanya saja karena Temari pernah melalui pengalaman yang akan ia jalani nanti.

"Temari-san, apa wajar saat seorang pria tiba-tiba melamar dan menentukan pernikahannya sendiri?" Tanyanya dengan nada setengah berbisik membuat wanita itu tersenyum.

"Itu sangat wajar bagi kaum bangsawan. Ikutlah kau pasti butuh penjelasan lebih," ucapnya sembari menarik tangan gadis musim semi itu menuju ke arah Shikamaru yang kini tengah mengobrol dengan sang sulung Uchiha, "Anata aku ingin berbicara empat mata dengan Sakura. Tolong jaga Shikadai ya,"

Shikamaru seketika menghela napas, "Mendokusaina, sana pergilah. Shikadai aman dengan kakek juga paman-pamannya," ucap Shikamaru sembari menunjuk pada Itachi dan Guy yang seketika terbelalak kaget.

"Hoy, aku tidak setua itu!" Teriak Guy membuat semuanya kini tertawa.

Temari yan tak perduli dengan krgaduhan yang akan terjadi segera menarik Sakura menjauh dari sana. Ia yang kebingungan mau kemanapun akhirnya di bawa Sakura menuju ke kamar. Temari seketika tersenyum lebar melihat jalan setapak dari bunga yang Sakura lewati tadi.

"Pria itu ternyata bisa romantis juga," ucapnya membuat gadis musim semi itu mengernyit.

"Pria? Siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan Itachi hmm? Aku benar-benar iri padamu," Goda Temari membuatnya kembali bersemu.

"Ku kira bukan Itachi yang membuatnya,"

"Ibumu bilang dia yang menyiapkan semua ini sepanjang malam," ucapnya membuat Sakura kembali tersenyum.

Mereka kini duduk pada kursi panjang di sisi jendela kamar itu. Temari terlihat begitu senang saat melihat dekorasi sederhana kamar Sakura, "Temari-san, bisa kau jelaskan pertanyaanku tadi?"

Wanita itu seketika terkejut mendengarnya lalu kembali tersenyum sembari mengambil sebuah boneka beruang besar yang langsung ia peluk, "Kenapa kau ingin tahu? Apa Itachi melakukan itu padamu?"

Sakura seketika mengangguk lalu menatap keluar jendela dimana pesta masih berlangsung di tamannya, "Nee, pada awalnya dia tiba-tiba melamarku dan saat aku mengatakan ingin mempelajari ilmu politik yang sama dengannya. Itachi-kun menghilang beberapa minggu dan saat kembali ia sudah menentukan tanggal pernikahan. Bahkan ia mengirimkan seorang pengawal menyebalkan,"

"Ah, souka. Untung saja saat dia datang tidak membawa pendeta kuil yang akan menikahkanmu di tempat," ucapnya sembari terkekeh.

"Temari-san, aku serius .... Eh chotto, bukankah itu kejadian ...."

"Nee itu kejadian pernikahanku dengan Shikamaru. Hahaha," ucapnya sembari tertawa cukup kencang, "Aku benar-benar ingin menenggelamkan diri ke dalam bumi saat itu, karena benar-benar malu," sambungnya membuat Sakura ikut tertawa.

Setelah puas tertawa Temari kini menggengam tangannya lagi dengan hangat, "Setiap pemimpin memiliki rahasianya sendiri Sakura. Maka dari itu mereka tak bisa sembarangan bersikap. Saat mereka menemukan gadis yang cocok maka ia akan langsung menikahinya karena jika tidak mereka akan selalu merasa khawatir akan di kelabui atau di bongkar rahasianya. Apalagi sistem pemerintahan yang akan di lakukan Itachi-san itu begitu ketat,"

"Kau tahu tentangnya Temari-san? Tapi kenapa begitu ketat?"

"Aku mendengar dari Gaara dan sistem yang akan ia terapkan adalah perlindungan. Seperti yang ayahnya lakukan dulu. Generasi baru dari berbagai desa akan di didik menjadi shinobi yang hebat olehnya dan setiap desa akan mendapat perlindungan dari Itachi. Maka dari itu kau dilarang ikut andil dalam masalahnya,"

"Tapi aku mendengar Mikoto-sama juga dulu ikut andil dalam setiap sepak terjang Fugaku-sama. Lalu kenapa tidak denganku?"

"Dulu mereka hanya bertugas melindungi desa Konoha saja. Tapi kini Itachi harus melindungi kelima desa utama, itu benar-benar bahaya Sakura. Itachi-san sudah memikirkan ini sangat jauh sebab akibat atau apa yang akan terjadi jika melibatkanmu. Maka dari itu ia melarangmu untuk ikut andil," ucapnya membuat Sakura terdiam dan kini berfokus menatap pada Itachi.

Tiba-tiba Temari menepuk pundaknya sembari memberikan sebuah tanto padanya, "Sebenarnya kau sudah sangat pantas mendampingi Itachi-san dan tak perlu belajar apapun. Karena yang paling di butuhkan dalam sistem ini adalah kekuatan. Tapi jika kau ingin belajar juga tidak apa, mengingat kondisi Itachi-san yang mulai menurun. Kau pasti bisa membantunya saat ia sedang dalam keadaan tidak bisa bertugas, daripada menyuruh orang lain yang tak bisa di percaya,"

Sakura pun mengangguk mengerti dan tak lama Itachi mengetuk pintu kamarnya. Temari pun langsung kabur dari sana saat pria itu mendekat, "Ada apa?" Tanya gadis musim semi itu.

"Aku ingin menunjukan hadiahku. Ayo," Ucapnya sembari mengulurkan tangan kanannya.

Sakura pun mengangguk lalu mengenggam tangannya. Sulung Uchiha itu kini bergerak ke belakang Sakura dan menutup kedua matanya. Dalam sekejap mereka berpindah ke sebuah tempat asing yang begitu indah dan membuat Sakura seketika terbelalak tak percaya.

"Itachi-kun, ini dimana?"

"Rumah," ucapnya singkat membuat Sakura kini menatapnya bingung, "Ayo," sambungnya sembari menggenggam tangan gadis musim semi itu lalu berjalan masuk menuju pintu gerbang desa asing itu.

Pohon besar dengan bunga warna-warni yang menghias di sepanjang jalan menuju desa itu terlihat berkilau. Tak hanya itu jalan setapak dari marmer bening yang ia lewati juga begitu indah karena menampakan aliran sungai dengan ikan-ikan yang tak kalah cantik.

"Itachi-kun, apa desa ini di bangun di atas air?" Tanyanya membuat Itachi terkekeh kecil dan mencubit pipinya, "Kau begitu pintar, aku mungkin bisa menerapkan idemu itu nanti. Tapi kali ini aku baru bisa membangun jembatan ini saja,"

"Ini jembatan? Ku kira jalan setapak soalnya banyak tanaman di kiri juga kanan,"

"Beberapa meter ke kanan atau kiri dari sini kau bisa melihat sungai yang mengalir melewati jembatan ini dengan jelas. Aku membuatnya agar bisa menjaga ekosistem alam dan jembatan ini juga ada di dua sudut desa untuk mempermudah akses siapapun yang akan datang bertamu," Jelasnya membuat Sakura mengangguk mengerti sembari memperhatikan sekitar.

Begitu tiba di pintu gerbang ada lima orang anbu berpakaian serba putih seperti yang ia temui tadi dan langsung menunduk hormat pada mereka, "Konnichiwa Itachi-sama, Sakura-sama," ucap mereka berbarengan.

Saat Itachi mengangguk mereka langsung kembali duduk pada pos masing-masing. Suasana desa itu masih sedikit sepi karena belum banyak warga yang tinggal di sana. Beberapa bangunan-bangunan di sana juga belum sepenuhnya selesai.

Saat mereka tengah berjalan, dua orang nenek tua tiba-tiba menghampiri mereka sembari membawa sebuah kotak, "Youkoso Sakura-sama. Anda terlihat lebih cantik daripada yang di katakan Itachi-sama," ucap mereka membuat gadis musim semi itu tersipu.

"Anda terlalu berlebihan obaa-san," ucapnya membuat kedua nenek itu semakin tersenyum lebar lalu memberikan kotak itu pada tangannya, "Gomennasai, kami hanya bisa memberi ini untuk menyambut kedatangan anda,"

"Arigatou obaa-san, ini juga sudah cukup. Saya akan membalas kebaikan anda nanti. Permisi," ucapnya sembari menunduk hormat pada mereka membuat Itachi tersenyum bangga padanya.

Mereka pun kembali berjalan-jalan di sana sembari membicarakan banyak hal. Warga yang melihatnya pun melakukan hal yang sama dengan kedua nenek tadi. Mereka terlihat begitu senang dengan kedatangan Sakura. Apalagi anak-anak di sana yang langsung mengajaknya bermain.

Itachi pun kini memilih duduk di sebuah bangku alun-alun desa, sementara Sakura bermain dengan anak-anak itu. Manik onyxnya terus terpatri pada pesona sang gadis musim semi yang terlihat berkilau di bawah sinaran mentari. Tawa dari bibir manisnya membuat sulung Uchiha itu ikut merasakan kebahagiaannya.

Tiba-tiba ia di kejutkan dengan kemunculan Zinan di hadapannya. Pria itu langsung duduk bersimpuh di hadapannya sembari memberikan beberapa dokumen. Sakura yang melihatnya segera mengakhiri permainan dan berlari mendekati mereka.

"Zinan, kau ada di sini?" Tanyanya membuat pria itu mengangguk, "Nee Sakura-sama saya kesini untuk mengantar dokumen,"

"Dokumen?" Ulangnya membuat Itachi yang tengah berfokus membaca kini melirik pada gadis musim semi itu, "Zinan kembalilah dan nikmati pesta itu. Nanti ku panggil lagi," ucapnya membuat pria itu seketika melebur menjadi kelopak bunga berwarna hijau tua.

"Kemarilah,"

Sakura pun segera duduk di sisinya dan menatap tumpukan dokumen itu, "Ini hadiahmu," ucapnya sembari menyodorkan sebuah map berwarna hitam padanya.

"Ini?" Ulang Sakura sembari membuka dokumen itu dan seketika terbelalak melihat namanya tertera jelas sebagai pemilik desa yang ia lihat kini.

"Itachi-kun, apa maksudnya ini?"

"Desa ini adalah hadiah kecil dariku. Kau bebas melakukan apapun di sini dan aku hanya akan menuruti setiap perintahmu," Jelasnya membuat Sakura terbelalak lalu menyimpan kembali dokumen itu.

"Aku tidak bisa menerimanya Itachi-kun. Itu hakmu, para kage memberikan wilayah ini untukmu bukan untukku,"

"Tapi ..."

"Aku menerimamu bukan untuk mendapatkan wilayah ini. Aku hanya ingin hidup tenang juga bahagia bersamamu," ucapnya membuat Itachi seketika terngiang perkataannya beberapa minggu lalu.

"Baiklah, tapi sebagai ganti dari hadiah ini aku akan berjanji memberikan apapun yang kau inginkan. Apa kau menerima janjiku?" Tanyanya membuat Sakura mengangguk pelan lalu memeluknya.

"Lakukan apapun yang kau inginkan Itachi-kun. Asal jangan memberiku sesuatu yang berlebihan,"

"Nee, aku berjanji,"

Sakura pun perlahan melepas pelukannya dan menggenggam tangan Itachi, "Kau bilang sudah menentukan tanggal pernikahan kita. Apa boleh aku tahu kapan?"

"Tentu saja kau boleh tahu. Pernikahan kita akan di gelar dua hari lagi,"

Sakura seketika terbelalak mendengarnya, "Hah, yang benar saja!" Teriak Sasuke yang tiba-tiba sudah ada di belakang mereka.

*****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro