Bab 26 { The Last Mision }
"Katon Gōryūka no Jutsu!"
"Itachi!" Teriak Sakura yang seketika menghentikan langkahnya keluar dari hutan itu, saat melihat kepala naga api besar mengarah pada sang sulung Uchiha yang masih berlari di belakangnya.
Dengan sekuat tenaga ia berlari kembali, lalu meninjukan tangannya pada tanah hingga membentuk perisai tanah yang cukup tinggi.
"Doton: Doryuheki!" Teriak Kakashi di sisinya yang juga ikut membantu menyempurnakan perisai itu.
Itachi yang tahu usaha mereka akan sia-sia segera menendang Kakashi ke tempat lain dan menarik Sakura pada pelukannya lalu menunduk.
Brak!
Belum sempat ia berteleportasi, tembok perisai itu hancur berhamburan ke segala arah dan mengenai Itachi yang semakin mendekap erat sang gadis musim semi agar tak terkena bongkahan batu itu.
"Jaga batasanmu Uchiha!" Teriak Gara di selingi sebuah ombak pasir besar yang langsung menangkis dan membalikan lemparan kerusakan yang di akibatkan ledakan dari jutsu naga api itu, pada sang pemiliknya yang berada di atas salah satu tebing.
"Uhuk!"
Tetes-tetes darah pada tanah yang di iringi suara batuk tertahan dari Itachi segera membuat Sakura melepaskan tangannya dan berbalik menatap pria itu yang kini terlihat sangat pucat.
"Itachi ...."
"Itachi-sama! Tolong berikan perintah, saya tidak bisa menahannya lebih lama!" Teriak Yamato menyela ungkapan kekhawatiran yang akan di katakan sang gadis musim semi.
Sulung Uchiha itu kini membelai lembut pipi kanannya sembari menyampirkan helaian rambutnya dengan sebuah senyuman, "Tadi kau berkata aku akan menjadi seorang ayah. Apa itu benar?" Tanyanya membuat Sakura kini menggenggam tangannya sembari mengangguk.
Raut kebahagiaan yang tercampur kesedihan, seketika terukir pada wajahnya. Ia perlahan berlutut lalu menyentuh perutnya, "Hai, jagoan. Maaf papa terlambat menyapa dan menyadari kehadiranmu. Hari ini seharusnya papa mengadakan pesta besar untuk menyambut kehadiranmu, sesuai tradisi. Tapi sekarang keadaannya tidak memungkinkan kita untuk melakukan itu, gomen-nee sayang. Papa harap kau mengerti dan jangan rewel di dalam sana. Karena kini papa dan ibumu akan terpisah jauh," ucapnya membuat Sakura semakin terisak.
"Itachi, aku berikan waktu 15 eh tidak 10 menit sebelum ku lepas rantai ini!" Teriak Karin yang sudah nampak kesulitan menahan sang bungsu Uchiha yang semakin menggila.
Itachi yang terlihat tak mendengar ucapannya kini melirik pada Chio yang berdiri di sisi Sai dengan manik mata yang berkaca-kaca. Saat sulung Uchiha itu memanggilnya dengan isyarat tangan Chio langsung mendekat dan mendapat ketukan pelan pada keningnya. Dalam keadaan masih bingung dengan isyarat kasih sayang yang di tunjukan Itachi. Chio kembali terkejut saat pria itu memeluknya, "Gomen-nee," bisiknya.
"Chio, papa akan menjalankan misi besar dan kembali cukup lama maukah kau menjaga ibu juga saudaramu?" Ucapnya sembari melepas pelukannya dan menyeka pipi anak itu.
"Nee, Chio akan menjaga ibu dan adik kecil. Papa tidak perlu khawatir,"
"Bagus, papa sangat bangga padamu," Chio seketika memeluknya lagi sembari menangis, saat Itachi memberikan sebuah kunai perak padanya.
Saat Sakura menyentuh pundaknya, pria itu pun kembali berdiri dan langsung menggenggam juga mengecup tangannya, "Kazekage sudah menunggu di ujung pulau. Kabarkan kepada seluruh desa bahwa status kita sekarang darurat 1. Aku bisa merasakan kebangkitan zetsu putih dan Nagato juga masih hidup," ucapnya membuat manik emerald gadis itu terbelalak.
"Bagaimana bisa?"
"Nanti ku jelaskan, sekarang suruh seseorang menghancurkan jantung dari mayat Amaya. Karena itulah sumber kekuatan juga kehidupan Nagato,"
"Itachii! Keluarlah jangan terus bersembunyi!" Teriak sang bungsu Uchiha mengagetkan mereka.
"Tolong jaga anak-anak, aku akan segera menyusul," ucapnya sembari mengecup kening sang gadis musim semi lalu berteleportasi ke tempat Sasuke berada.
Blar!
Ledakan kencang kembali menggetarkan tanah di sekitar mereka ketika kekuatan dua Uchiha itu bertabrakan. Saat Sakura akan berlari ia seketika mengurungkan niatnya melihat sosok Shisui tengah berlari pada mereka, "Sakura, apa kau baik-baik saja?" Tanyanya.
"Shisui! Bawa mereka pergi sekarang!"
"Tapi bagaimana denganmu Itachi!"
"Aku bisa mengatasi keadaan di sini, cepatlah pergi dan lindungi desa juga keluarga kita yang tersisa!"
"Shisui-san, chotto! Aku titip salam untuk Zinan. Katakan padanya aku sangat mencintainya dan akan menagih janjinya setelah misi uni selesai!" Teriak Karin membuat pria itu mengernyit aneh.
"Janji apa yang kau maksud hingga sempat mengatakannya di saat genting seperti ini!"
"Janji untuk menikahiku!"
Shisui yang tak mendengar ucapan Karin, nampak terdiam beberapa saat setelah mengingat kembali perintah Itachi lalu tersenyum tipis, "Bertahanlah, aku akan segera kembali," ucapnya sembari memegang tangan Sakura juga Chio dan langsung membawa mereka menghilang dari sana.
Begitu tiba di sisi tebing pulau itu, Gaara nampak sudah berdiri di atas awan pasirnya sembari mengulurkan tangannya. Sakura pun segera menggendong Chio dan berlari lebih cepat, lalu memegang tangan Gaara yang langsung menariknya naik.
Dentuman demi dentuman kembali terdengar lebih kencang. Bongkahan batu kembali berterbangan di langit saat sosok dua Susano itu kembali bangkit. Gaara segera membuat perisai pasir untuk melindungi mereka dan mempercepat laju awan pasirnya.
Tak lama mereka tiba di pulau utama, Kakashi segera menyebar para ninkennya untuk menyampaikan pesan Itachi. Sementara Sakura melanjutkan perjalanannya bersama Gaara, Sai, Chio dan Shisui ke Amegakure.
Dari atas langit, pemandangan di bawah mereka benar-benar kacau. Zetsu-zetsu putih juga binatang buas aneh bermunculan sesuai yang di katakan Itachi dan nampak menyerang beberapa anbu yang ada di sana. Sai yang tak tahan melihat kekalahan yang akan terjadi karena para anbu itu kalah jumlah, tiba-tiba melompat turun dan meminta Gaara pergi duluan.
Setibanya di Amegakure, Sakura seketika membeku melihat pemandangan yang mengerikan di hadapannya. Mayat-mayat prajurit maupun mahluk-mahluk aneh bergelimpangan di setiap tempat. Tanah di sekitarnya telah berubah menjadi sungai darah, ia pun segera menggendong Chio ketika turun agar anak itu tak ketakutan.
Saat ia tengah melangkah maju, tiba-tiba ia di kejutkan oleh sebuah cengkraman pada kakinya. Dengan sekuat tenaga Sakura menginjak tangan bercakar panjang itu hingga hancur lalu kembali berjalan dengan hati-hati, karena jalan yang mereka lalui cukup licin.
Bau anyir darah yang menyengat membuat Chio semakin menelusupkan wajahnya pada bahu sang gadis musim semi. Suara kecipak yang terdengar cukup dekat membuat Sakura menoleh dan menangkap bayangan sosok seorang pria berambut hijau yang berdiri di depan gerbang Amega.
Pria itu nampak memegang dua buah katana pada tangannya. Tubuh bagian atasnya yang tak memakai sehelai pakaian nampak berlumuran darah, kimono yang terikat pada pinggangnya juga nampak sedikit terkoyak. Sakura pun segera berlari menghampirinya dengan susah payah begitu menyadari siapa sosok itu, "Zinan!"
Teriakannya yang begitu kencang dan menggema, membuat pria itu sontak berbalik dengan tatapan tak percaya. Chio yang berada pada gendongannya juga tiba-tiba mengeratkan pelukannya. Karena takut melihat penampilan Zinan yang terlihat begitu mengerikan karena berlumuran darah.
"Sakura-sama," gumamnya yang seketika berjalan mendekat lalu berlutut di hadapannya, "Sakura-sama, salam hormat. Mohon maaf saya tidak bisa meneruskan misi penyelamatan anda,"
"Itu tidak penting, apa yang kau lakukan di sini? Dan ...."
"Suigetsu-san mendapat bisikan jika status kita sedang darurat dan Amega adalah dalang dari semua ini. Jadi saya di perintahkan membereskan semua pagar penghalang menuju Amaya. Apa Itachi-sama memberitahu siapa yang akan menghabisi target kita?"
"Aku yang akan menghabisi Amaya," ucapnya membuat semua yang ada di sana tersentak kaget.
"Kau? Bagaimana bisa?" Tanya Shisui sembari memegang pundaknya, "Ini misi yang sangat berat, kau tidak bisa melakukannya dalam keadaan mengandung,"
"Sakura-sama, tengah mengandung?" Tanya Zinan yang semakin tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya.
"Itu yang ku dengar barusan, jadi sekarang kau kembalilah ke Miragatana bersama Sakura,"
"Tidak, jika Itachi saja bisa mengambil tugas berat di saat terlemahnya, kenapa aku tidak? Aku pasti bisa melakukannya, kalian bantu saja aku untuk melewati semua pagar pembatas di hadapan sana,"
"Sakura, tolong jangan keras kepala. Apa yang harus ku katakan nanti pada Itachi jika terjadi apa-apa denganmu atau anak itu?"
"Tidak akan terjadi apa-apa. Aku bisa menjaga diriku sendiri jadi minggirlah,"
Shisui nampak menatap datar pada Sakura lalu menghela, karena tidak tahu caranya melunakan kekeras kepalaan gadis itu. Ia kini melirik pada Zinan sembari mengangguk. Mengerti dengan isyaratnya, Zinan segera memasukan kembali kedua katananya dan memakai sebelah kimononya. Tangannya perlahan terulur ke langit lalu bergumam, "Tsuin Raito,"
Pendaran cahaya keemasan yang berpadu dengan warna kehijauan nampak keluar dari telapak tangannya dan membentuk sebuah busur besar yang setiap ujungnya nampak terbelah dua. Saat Zinan menarik tali busurnya, sebuah anak panah terukir dengan indah dan membentuk seperti akar dari kristal yang berkilauan.
"Kakek, tolong jangan buat malu cucumu ini," gumamnya membuat Sakura mengernyit.
Saat Zinan melepaskan anak panahnya ke langit, dentuman yang begitu kencang di selingi cahaya yang menyilaukan bagai kobaran api seketika menghentikan hujan yang terus membasahi tanah Amega dan menggantinya dengan tetes-tetes darah yang semakin deras dari langit.
"Majulah Sakura-sama, langit Amega kini dalam genggaman dan di bawah perintah saya," ucapnya sembari terus mendongak menatap pada langit yang kini perlahan menjadi biru terang, menampakan sinar mentari yang menyilaukan.
Raungan binatang buas kembali terdengar begitu Sakura akan masuk. Gaara tiba-tiba mengambil Chio yang berada dalalm gendongannya dan kembali membentuk awan pasir, "Aku dan Chio akan melindungi dari atas. Pergilah,"
"Arigatou-nee. Gaara," ucapnya membuat pria merah itu menggangguk lalu kembali mengudara.
Shisui segera menarik pergelangan Sakura juga Zinan begitu melihat gerombolan zetsu putih juga hewan buas turun dari salah satu bukit di belakang mereka. Masyarakat Amega yang tengah di bawah pengaruh jahat juga tiba-tiba keluar dari rumah dan terus mencoba menangkap mereka.
Namun, mereka berhasil memukul beberapa dari masyarakat itu yang menghalangi jalan hingga tak sadarkan diri. Saat akan tiba di rumah kediaman Nagato juga saudaranya, sebuah kertas peledak tiba-tiba melesat dan menempel pada Katana Zinan yang seketika meledak, mementalkan pria itu.
Untungnya Zinan sudah terlatih dalam hal seperti ini hingga ia bisa kembali berdiri dan mendekat pada Sakura dengan cepat, "Untuk kalangan seorang budak, kau cukup tangguh juga. Hikari," ucap Yahiko yang ternyata ada di atas atap rumah itu.
"Saya tidak mengenal siapa Hikari," Jawab Zinan dengan datar.
"Oh kau tidak kenal? Lalu siapa yang berhasil membuat langit Amega secerah langit Sunagakure hmm? Hanya klan Hikari, keturunan dari dewa matahari saja yang bisa melakukan itu,"
Zinan nampak semakin mengeratkan genggaman pada salah satu katanannya yang tersisa dan menatap tajam pada pria itu, "Oh ya, aku lupa klan Hikari sudah lama hancur karena ulah salah satu keturunannya yang ingin di anggap sebagai pahlawan. Gomen-nee," sindirnya membuat pria hijau itu semakin tak bisa menahan gemetar amarahnya.
"Urusai!" Teriak Zinan yang seketika melompat naik, ke arahnya sembari menebaskan katananya. Namun, pria itu berhasil menghindar dan berlari menjauh.
Sementara Zinan mengejarnya, Shisui kembali menarik tangan Sakura memasuki rumah itu dan langsung mengunci juga meletakan beberapa benda berat agar pintu itu tak bisa di dobrak.
Shisui yang melihat Sakura mulai kelelahan perlahan mendudukannya sembari bersiaga. Ia juga segera memberikan botol minumnya, sembari melihat ke kiri juga kanan berulangkali untuk memastikan tidak ada musuh di sekitar.
Saat Sakura baru kembali berdiri, Shisui tiba-tiba berdiri memunggunginya sembari bersiaga, memegang pedang yang ada di punggunggnya karena mendengar langkah kaki. Begitu melihat sebuah bayangan di balik tirai, Shisui seketika melesat maju dan bersiap menebasnya.
Akan tetapi sangat di sayangkan tidak ada siapapun di sana dan begitu pria itu berbalik. Puluhan cermin tiba-tiba jatuh di hadapannya, membuat sebuah pagar yang memisahkannya dengan Sakura.
"Shisui-san! Aku tidak bisa menghancurkan cermin ini!" Teriak Sakura sembari terus mencoba menendang bahkan meniju cermin itu hingga tangannya terluka.
"Aku juga tidak bisa berteleportasi, Sakura! Cepatlah lari dan temui aku di ujung!"
"Nee!"
Tanpa banyak berfikir Sakura terus berlari tanpa henti. Rumah yang ia rasa kecil hari itu, entah kenapa menjadi begitu besar juga berkelok-kelok. Dadanya mulai terasa sesak juga panas, namun ia tak bisa menghentikan langkahnya hingga ia melihat kibasan helaian rambut hitam yang sangat ia kenal di hadapannya.
Saat ia mulai mundur dua langkah, karena tak percaya dengan apa yang di lihatnya. Sosok pemilik rambut itu perlahan maju, menampakan diri seutuhnya yang membuat Sakura ternganga tak percaya.
"Sayangku," panggil sosok yang begitu mirip dengan Itachi itu sembari mengulurkan kedua tangannya.
Sakura semakin memundurkan dirinya saat sosok itu mendekat hingga tubuhnya terpojok. Entah bagaimana atau entah sejak kapan jalan pertigaan di belakangnya berubah menjadi buntu. Sakura pun mengambil sebuah tanto di belakang pinggangnya untuk berjaga-jaga dan semakin merapatkan diri.
"Sayangku, kenapa kau begitu takut melihatku? Sudah beberapa minggu kita tidak bertemu, apa kau tidak ingin memelukku?"
"Peluk saja malaikat kematianmu, shannaro!" Teriak Sakura sembari berlari menghunuskan tantonya.
Prank!
Sosok itu tiba-tiba hancur berkeping-keping dan berubah menjadi potongan cermin. Saat ia tengah mencari jalan keluar. Dua buah cermin besar di hadapannya seketika bergeser, menampakan sebuah jembatan dengan cahaya kehijauan.
"Maa," panggil sebuah suara. Namun, Sakura lebih memilih memejamkan matanya.
Hingga ia teringat ucapan Itachi tentang cara keluar dari pengaruh genjutsu ini. Perlahan ia membuka matanya lalu melirik pada sosok seorang bayi tengah duduk di tengah jembatan itu sembari melambaikan tangan kanannya, "Maa!" Panggilnya lagi namun Sakura segera memalingkan wajahnya.
"Gomen-nee, aku tidak punya waktu untuk permainan ini," ucapnya sembari menusukan tanto itu pada lehernya.
Saat Sakura tersadar ia begitu terkejut karena berada di ruangan laboratorium rahasia Nagato dan tengah di ikat di atas brankar putih, dengan pakaian atasnya yang sudah setengah terbuka.
"Cepat juga kau bangun, Sakura. Tidak salah Itachi memilihmu sebagai pendamping hidupnya," ucap sebuah suara di ujung ruangan yang gelap.
Sesuai dugaannya, saat sosok itu mendekat Sakura seketika merinding melihat Nagato berpakaian serba hijau seperti dokter bedah. Ia pun mengangkat kedua tangannya, menunjukan sebuah gunting di tangan kanannya yang masih tertempel beberapa bercak darah juga sebuah jarum suntik yang cukup besar pada tangan kirinya, "Wah kau nampaknya takut? Bukankah kau sudah sering menggunakan kedua benda ini?"
"Urusai! Untuk apa kau melakukan semua ini shannaro! Dimana Shisui-san!"
"Shisui? Anak menyebalkan itu?" Ucapnya sembari menyunggingkan senyum mengerikannya, "Asistenku, nyalakan lampunya,"
"Nee, Nagato-sama,"
Sakura seketika terbelalak kaget mendengar suara yang sangat ia kenal di ujung ruangan gelap itu. Saat lampu menyala, nampak Hinata berdiri di sisi sebuah tabung besar dimana Shisui nampak terikat tak sadarkan diri di dalamnya. Beberapa peralatan medis juga nampak tertancap cukup dalam pada tubuhnya.
Tak hanya itu, ada juga tabung lain berisi Sasori, Kurotsuchi juga Mei Terumi di sana. Saat ia memalingkan wajahnya karena tak tahan melihat kengerian di hadapannya, Sakura kembali di buat terkejut karena ada mayat Amaya di sisinya.
"Kau! Sebenarnya apa yang kau inginkan hingga melakukan ini semua!"
"Hmm, sederhana saja. Putri dari klan Hyuga itu ingin merebut kembali desa yang sudah seharusnya menjadi miliknya. Lalu Aku ingin Amaya kembali mendampingiku seperti dahulu dan untuk mewujudkannya, aku hanya perlu mentransplantasikan jantungmu padanya,"
"Kau gila, itu tidak akan pernah mungkin terjadi karena Amaya sudah lama mati!"
Brak!
Nagato seketika mencengkram pipinya dengan kuat dengan tatapan yang begitu tajam, "Jangan sembarangan bicara, Amaya belum mati! aku masih melihat nadinya berdenyut,"
"Jika nadinya berdenyut, lalu kenapa napasnya terhenti?"
"Tutup mulutmu, jangan sok pintar di hadapanku!" Teriaknya sembari perlahan mundur dan meninggikan kursi rodanya, "Oh ya, aku lupa membuat alkohol jadi tahan sedikit ya,"
Saat pria merah itu akan menggoreskan pisaunya, tiba-tiba Sakura berontak sekuat mungkin hingga semua tali kekang besi itu hancur terpental ke segala arah. Masih terkejut dengan apa yang terjadi, Nagato tak menyadari jika kaki Sakura sudah berada di sisinya dan langsung menendang tangannya yang sedang memegang pisau hingga menusuk pada matanya sendiri.
"Argh, wanita kurang ajar! Hyuga, tahan dia!" Teriaknya membuat Hinata segera berlari mendekat dengan tinjuannya. Namun, Sakura dengan cepat menghindar dan melompat ke udara.
Ia segera mengambil tiang infus lalu mematahkannya menjadi dua dan menghujamkannya pada dada kiri Amaya, hingga darahnya menyiprat pada wajahnya. Nagato yang sangat terkejut akan tindakannya segera melemparkan vas bunga di sisinya hingga pelipisnya sobek.
Tak terima dengan kelicikannya, Sakura pun melemparkan sisa tiang penyangga itu padanya hingga tak sadarkan diri lalu menatap tajam pada sang gadis Hyuga yang masih mematung di sudut ruangan.
"Hinata, aku masih tidak percaya kau berani melakukan hal serendah ini. Kau sudah seperti saudariku sendiri. Kita tumbuh bersama dan melakukan segala hal bersama sejak kecil lalu kenapa kau mengkhianatiku?" Ucapnya sembari membenarkan pakaiannya.
"Karena suamimu telah merebut hakku. Miragatana seharusnya menjadi milikku! Berulangkali aku mencoba menggoda juga menjebaknya, tapi pria itu benar-benar batu. Jadi, aku memakai cara ini untuk mengalahkannya,"
"Aku mengerti. Demi kepuasan juga keserakahanmu sendiri kau mengorbankan harga diri juga kehormatanmu sebagai putri dari klan Hyuga. Maka dari itu aku yakin Hiyashi-sama akan sangat senang jika aku menghajarmu, shannaro!" Teriaknya sembari berlari meninju wanita itu.
Dentuman kencang seketika menggema juga menggetarkan ruangan, saat kedua tangan wanita itu beradu. Tabung-tabung kaca yang mengurung semua rekannya seketika pecah.
Kekuatan Sakura begitu kuat juga cepat saat itu hingga Hinata nampak kewalahan menangkisnya, "Kau! Bagaimana bisa? seharusnya kau menjadi lemah saat mengandung!"
"Aku mengandung keturunan dari klan Uchiha. Klan terkuat sepanjang sejarah, tentu saja aku mendapat sedikit kekuatannya, shannaro!"
Buagh!
Sebuah tendangan kencang pada perut gadia Hyuga itu seketika membuatnya terpental mundur hingga menabrak tembok di belakangnya sampai tak sadarkan diri. Sakura seketika berlutut lemas setelah mengeluarkan chakra yang begitu banyak untuk melawan Hinata.
Bongkahan-bongkahan atap mulai berjatuhan, karena bangunan itu sepertinya akan roboh. Sakura hampir saja tertimpa bongkahan bangunan itu jika Sasori juga Chio tak bekerjasama menariknya keluar dengan benang chakra, akan tetapi Nagato tak membiarkannya. Ia terus mencengkram kakinya hingga gadis itu melakukan perlawanan terakhirnya dengan menghujamkan tantonya pada kepala pria itu hingga tewas.
Saat ia berhasil di tarik ke pintu masuk Shisui segera menggendongnya. Namun, Sakura kembali tak mau pergi karena Hinata masih ada di sana. Dengan begitu kesal Mei dan Kurotsuchi membujuknya untuk meninggalkan gadis itu namun Sakura menolak meninggalkannya.
Tak ingin membahayakan nyawa semua orang, Sasori pun segera berlari masuk dan menggendong gadis Hyuga itu. Baru saja keluar, rumah itu tiba-tiba meledak begitu kencang. Untungnya Itachi tiba tepat waktu dan langsung membuat perisai dari susanonya yang langsung melindungi semua orang, termasuk warga yang mulai tersadar dari pengaruh jahat itu.
Sakura pun tersenyum lega begitu melihat suaminya masih hidup. Saat hujanan bongkahan batu itu mulai berhenti, Itachi melepaskan susanonya lalu langsung berjalan mendekat pada mereka. Sakura pun segera turun dari gendongan Shisui dan berjalan sekuat tenaga pada pria itu.
Saar ia hampir terjatuh karena tersandung mayat seseorang, Itachi segera menangkapnya dan memeluk gadis itu, "Yokatta," gumamnya sembari mengecup kening juga kedua kelopak mata sang gadis musim semi.
"Itachi-kun, apakah semuanya telah berakhir?"
"Tugasmu sudah berakhir, tapi tugasku belum," ucapnya membuat Sakura perlahan melepaskan pelukannya lalu menatap pria itu penuh tanya, "Apa lagi?"
Itachi kini menatap ke sekitarnya yang nampak begitu kacau, ia juga menatap pada Hinata yang sudah di rantai dengan tali chakra. Sakura yang mengerti apa yang di fikirkannya pun dengan lembut menggenggam tangannya lalu bersandar pada bahu pria itu, "Kita akan menyelesaikannya bersama, Itachi-kun. Seperti biasa,"
"Tapi ..."
"Kau tidak perlu khawatir tentangku, aku ..."
"Uhuk ..." Ucapan Sakura seketika terhenti saat ia mendengar sang sulung Uchiha terbatuk keras hingga menyemburkan darah segar.
Yang tak kalah membuatnya terkejut ialah sebuah panah yang keluar dari dada sulung Uchiha itu dan langsung terbuka, membentuk seperti capit yang menarik pria itu mundur dengan sangat cepat ke reruntuhan rumah Nagato.
"Itachi!" Teriak sang gadis musim semi membuat semua orang terkejut dan langsung berlari mengejar pria itu.
Namun, sayang saat mereka akan menggapainya Itachi semakin tertarik masuk dan sebuah ledakan yang begitu dahsyat dari rumah itu membuat semua orang terpental mundur. Saat Sakura akan kembali berlari mendekat Kakashi segera menahannya, karena rumah itu masih terus mengobarkan api yang besar dan meledakan beberapa benda berbahaya di dalamnya.
Saat Katana Itachi terpental karena ledakan dari rumah itu lalu jatuh di hadapan mereka. Sakura seger mengambilnya dengan tangan bergetar, ia terus berontak melepaskan tangan Kakashi namun pria perak itu tak membiarkannya.
Sai yang ikut membantu menahan gadis itu juga sempat kewalahan. Hingga tak lama Gaara pun tiba dan terlihat begitu sedih saat melihat Sakura meraung sembari menangis memanggil Itachi.
Tanpa memikirkan luka yang parah pada tubuhnya, sang kazekage berlari maju pada rumah itu bersama beberapa anbunya. Hingga tak berapa lama kemudian rumah itu pun hancur, Sakura segera berlari mendekati Gaara yang keluar sembari terbatuk dan langsung terduduk memegangi lehernya.
Saat Sakura bertanya dimana Itachi, Gaara seketika menundukan wajahnya sembari menunjukan cincin pernikahan juga cincin pertunangan milik sulung Uchiha itu.
"Itachi ... Gugur dalam tugas. Kami gagal menyelamatkannya," ucapnya dengan nada gemetar.
"Tidak .... Tidak mungkin. Kau bohong! Kau pasti bohong!" Teriak Sakura sembari berlari masuk pada puing-puing yang masih terbakar itu. Kakashi pun segera kembali menahannya bersama Sai juga Mei, "Sakura di sana sangat berbahaya kau tidak bisa masuk!"
"Sensei! Suamiku ada di dalam, tolong keluarkan dia. Aku mohon," Teriaknya sembari terus menangis, tak percaya dengan apa yang di katakan Gaara.
"Sakura tenanglah,"
"Sensei, Itachi ... Itachi ...."
"Sakura tenanglah, Kazekage-sama sudah memastikan kalau Itachi sudah gugur!" Teriak Sai begitu kencang, hingga gadis musim semi itu mematung menatapnya dengan tak percaya.
Manik emeraldnya kini bergulir menatap pada semua orang yang juga mulai tertunduk dan terisak. Sakura seketika kehilangan keseimbangannya begitu melihat dua cincin itu lagi yang masih berada di tangan Gaara.
Mei juga Kurotsuchi pun segera menahan tubuhnya lalu memeluknya, "Sabarlah, Sakura. Kuatkan hatimu," Ucap Kurotsuchi yang membuat gadis musim semi itu tak bisa menahan tangisnya.
Rintik hujan perlahan kembali turun, saat Zinan baru tiba dan langsung berlutut dengan tatapan kosong pada rumah itu.
"Itachi-sama, misi .... Misi ... Misi yang anda berikan telah saya selesaikan dengan baik," gumamnya dengan gemetar, membuat Sakura semakin merasa hancur dan kehilangan kesadarannya.
*****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro