Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 22 { Let's Meet In The Middle, My Dear }

Hari demi hari terus berlalu dan terasa begitu lambat jika tidak ada Itachi di sisinya. Surat yang ia kirimkan seharusnya sudah di balas tapi entah kenapa belum sampai juga kemari.

Pantulan bayang awan pada sebuah kolam ikan, di belakang kuil nampak seperti kapas yang terjajar indah pada kelabunya langit siang itu. Saat jemari sang gadis musim semi membuyarkan pantulan itu, tiba-tiba ada bayangan sosok lain di belakangnya.

Saat ia menoleh, sosok anak kecil yang ia temukan tempo hari nampak menyembulkan setengah kepalanya dari balik pintu. Sakura pun melambaikan jemarinya, mengisyaratkan ia untuk mendekat sembari tersenyum.

Anak laki-laki yang ia perkirakan berusia 7 atau 8 tahun itu perlahan mendekat, dengan langkah yang penuh kehati-hatian. Manik matanya yang sepekat malam dan tajam, membuat Sakura tiba-tiba teringat pada Itachi.

Saat anak itu duduk, nampak jelas sifat malu-malunya yang membuat Sakura gemas, "Kau sudah merasa lebih baik?" Tanyanya yang segera membuat anak itu mengangguk pelan.

"Baguslah. Oh ya, siapa namamu? Aku lupa,"

Anak itu pun menundukan pandangannya sembari meremas ujung pakaiannya, "Chio,"

"Hanya Chio? Lalu siapa orang tuamu? Atau dari klan mana kau berasal?"

"Kaasan bilang aku tidak boleh mengatakan klanku atau nama ayah kandungku,"

"Kenapa?"

Chio tiba-tiba tersenyum dan meliriknya, "Karena tousanku sudah menikah dengan wanita yang ia cintai,"

Sakura seketika mematung mendengar penjelasannya. Ia benar-benar tidak mengerti kenapa ibunya menjelaskan sesuatu yang seharusnya tidak boleh di katakan pada anak seumurannya.

Dengan lembut ia mengusap pucuk kepala anak itu dan membuatnya kini menatap penuh tanya, "Apakah ayah kandungmu yang menyuruh Shii untuk mencari ibumu?"

"Itu ayah tiriku," Jawabnya dengan cepat, "Ayah kandungku tidak pernah menemuiku. Bahkan ia tidak tahu kalau aku sudah lahir ke dunia ini," Ucapnya membuat sang gadis musim semi ternganga tak percaya apa yang ia dengar.

"Apa ibumu juga yang mengatakan hal itu? Apa dia juga menceritakan alasannya padamu?"

Chio seketika mengangguk lalu menatap ke arah lain, "Aku adalah bentuk dari sebuah ego, dosa juga kesalahan. Itu yang selalu kaasan teriakan saat marah," ucapnya membuat Sakura tersentak, "Bagaimana seorang ibu mengatakan hal semenyakitkan itu pada anaknya sendiri?"

"Itu karena aku berbuat sesuatu yang tak ia sukai. Untungnya ayah tiriku selalu melindungiku saat ia marah, tapi kini ..." Ucapannya seketika terhenti saat ia menundukan pandangannya.

Sakura yang merasa tidak enak pun kini mengelus pundaknya, "Tidak ada yang akan menyakitimu jika kau berbuat sesuatu yang benar. Sekarang katakan apa yang kau mimpikan atau apa cita-citamu saat dewasa nanti?"

"Mimpi?" Ulangnya yang kini kembali menatap Sakura dengan hangat, "Aku hanya ingin menjadi seperti ayah kandungku. Kaasan bilang ia adalah pria yang baik juga bijaksana,"

"Itu impian yang bagus. Berjuanglah dari sekarang jangan mudah tumbang hanya karena angin kecil. Nee," ucapnya membuat Chio seketika tersenyum lebar dan tiba-tiba memeluknya, "Nee, aku akan menerapkan semua nasihat anda,"

"Bagus. Lalu apa aku boleh tahu kenapa kau bisa ada di sungai?"

"Beberapa hari lalu desa kami di bakar, ayah tiriku di habisi oleh orang kepercayaannya sendiri. Kaasan di bawa oleh para penjahat itu dan aku melompat ke jurang untuk menyelamatkan diri,"

"Uhmm, seperti apa penjahat itu?"

"Aku tidak tahu karena mereka berpakaian serba hitam. Tapi aku pasti akan menemukannya dan membalas perbuatan mereka" ucanya sembari menyeka pipinya sendiri lalu menatap kembali pada Sakura sembari tersenyum, "Lalu kenapa anda bisa kemari? Apa Itachi-sama yang mengirim anda?"

"Seseorang telah menculikku dan membawaku kemari. Kenapa kau mengenal Itachi? Apa kau pernah bertemu dengannya?"

"Tidak tapi kaasan cukup mengenalnya. Setelah mendengar ceritanya aku jadi semakin mengidolakan kalian,"

"Kaasanmu lagi yang mengatakannya? Siapa dia? Apa aku mengenalnya juga?"

Chio tiba-tiba terdiam lalu menatap ke arah lain, "Kaasan hanya seorang kunoichi biasa. Kalian tidak akan tahu walau aku menyebut namanya,"

"Kalau ciri-cirinya apa aku boleh tahu?"

"Tidak," ucap anak itu sembari menggeleng, "Kaasan bilang identitas kami harus di rahasiakan. Jika tidak ayah kandungku akan bersedih saat melihatku dan marah melihat kaasanku,"

"Kenapa dia harus seperti itu?"

"Aku tidak tahu, hanya itu yang ia katakan," ucapnya membuat Sakura semakin tak mengerti. Tiba-tiba Chio menggenggam tangannya dan berbisik, "Ayo kita lari dari sini,"

"Kenapa kau bilang seperti itu?"

"Paman Shii tidak baik untuk anda. Ia selalu menatap anda dengan dalam seperti serigala yang ingin menerkam,"

"Shii memang selalu seperti itu. Tenanglah, aku sudah terbiasa dengannya,"

"Tapi sepertinya paman tidak akan membiarkan anda bertemu dengan Itachi-sama. Saya mendengar percakapannya kemarin," ucapnya membuat Sakura kini terbelalak, "Jika anda ingin pergi. Nanti malam aku akan mengantar ke dermaga. Aku tahu jalan tikus wilayah ini,"

Sakura yang kini merasa syok mendengar penjelasannya, tak bisa menjawab atau bertanya apapun lagi selain memandang anak itu.

"Ibu Sakura, ayo kita main," ucapnya membuat Sakura tersentak kaget, sekaligus bingung karena tiba-tiba anak itu mengalihkan topik pembicaraan dengan nada yang cukup keras, "Ayo kita ..."

"Chio kau ada di sini?" Sela sebuah suara membuat mereka serempak menoleh ke belakang.

Shii yang baru pulang berpatroli pun segera mendekat dan duduk diantara mereka, "Paman aku akan tidur siang, jaa," ucap anak itu yang langsung pergi dari sana.

"Di ... Dia begitu tampan dan manis, nee Shii?" Ucapnya dengan gugup, karena teringat perkataan Chio tadi.

"Hmm sifatnya juga hampir mirip seperti ayahnya,"

"Benarkah? Memangnya siapa ayahnya?'

"Bukankah dia sudah menceritakannya sendiri tadi?"

Sakura seketika membeku mendengar pertanyaan itu. Keringat dingin pun tiba-tiba mengucur pada pelipisnya karena khawatir ia tadi mendengar bahwa Chio membocorkan rencananya, "Ka .... Kau mendengar pembicaraan kami?"

"Tidak, aku hanya mengira-ngira saja. Kau itu selalu penasaran dengan sesuatu yang menarik jadi topik yang di bicarakan seorang anak tidak jauh adalah orang tuanya sendiri. Benar?"

"N ... Nee. Tapi aku tidak mengerti dengan yang ia ucapkan. Ia dan ibunya sangat merahasiakan identitasnya. Memangnya kenapa?"

"Ibunya pernah melakukan hal licik untuk merebut cinta pria itu. Begitu tersadar apa yang ia lakukan hanya akan menyakiti pria itu, akhirnya dia pergi tanpa memberitahu kalau ia sedang mengandung. Ia sengaja menyembunyikan diri bersama Chio agar kehidupan pria itu dan istrinya tidak hancur,"

"Be ... Begitu. lalu apa kau tahu siapa dia?"

"Tentu. Kau juga tahu, malah kau lebih mengenalnya," ucapnya membuat Sakura mengernyit tak mengerti. Namun, saat ia akan bertanya lagi seorang anbu tiba-tiba datang dan mengatakan kalau ia menemukan sesuatu.

Dengan tergesa Shii pamit padanya lalu pergi dengan cepat. Saat Sakura akan masuk juga, tiba-tiba terdengar suara gemerisik semak tak jauh darinya. Sakura pun segera memegang kunai yang di berikan Shii saat ia pertama kali datang kemari.

Perlahan ia mendekat ke arah semak itu dan begitu terkejut hingga jatuh terduduk, melihat dua pasang cahaya berwarna ungu gelap di sana. Ia pun menodongkan kunainya dengan gemetar, karena merasakan aura yang begitu menyeramkan dari mata itu.

"Sakura-sama," gumam sebuah suara yang terasa menggema di telinganya.

"Si ... Siapa kau?"

Perlahan kedua cahaya ungu itu menghilang dan tiba-tiba terdengar sebuah dentuman kencang, menggetarkan tanah tak jauh di sisinya. Angin yang berhembus kencang membuat beberapa serpihan tanah juga kerikil ikut terbawa terbang.

Saat angin itu mereda, Sakura seketika terbelalak kaget melihat sosok pengawalnya kini ada di hadapannya. Namun, sosoknya kini terasa begitu berbeda.

Pada rambut juga wajahnya terlihat banyak bercak darah. Tatapan matanya juga begitu tajam dan dalam, saat ia mendekat Sakura benar-benar merasa sesak seperti di cekik oleh aura yang menguar darinya.

"Sakura-sama. Ayo pulang," ucap Zinan sembari mengulurkan tangannya.

"Penyusup!" Teriak dua orang anak buah Shii yang ternyata ada di belakang pria hijah itu.

Saat Sakura akan menyuruh mereka diam, tiba-tiba Zinan mengangkat tangannya yang seketika memendarkan cahaya keemasan berpadukan warna ungu gelap yang dengan cepat membentuk sebuah sabit bermata dua.

Ketika Zinan memukulkan tombak itu pada tanah. Tiba-tiba tanah di sekitar mereka terasa bergetar. Sepasang tangan bercakar tajam dengan warna yang sama dengan cahaya tadi, muncul dari dalam tanah tepat di bawah kaki dua orang itu dan langsung menariknya masuk ke dalam tanah.

Sakura seketika merinding melihatnya karena ia teringat Shukaku juga pernah melakukan hal yang sama. Zinan pun perlahan semakin mendekat karena Sakura tak menerima uluran tangannya.

"Sakura-sama, tuan sudah menunggu. Ayo pergi," ucapnya lagi.

Sakura pun kembali berdiri namun malah mundur dua langkah dari nya, "Aku tidak bisa pergi," ucapnya membuat manik ungu itu terbelalak.

"Kenapa? Itachi-sama sangat mengkhawatirkan anda,"

"Musuh kita ada di sini, dia adalah Hidan. Aku yakin ada wanita lain yang ia culik dan sembunyikan di sini. Sebelum masalah ini selesai aku tidak akan pulang,"

"Biar saya yang urus," ucanya namun Sakura segera menggeleng, "Ini harus di selesaikan oleh Itachi. Jika kau yang menyelesaikannya maka perannya sebagai pemimpin akan di ragukan,"

Zinan seketika menatapnya dengan datar dan tiba-tiba ia berlutut, "Saya mengerti. Tolong berikan perintah anda selanjutnya,"

Sakura pun melepas cincin pernikahannya dan meletakannya pada tangan pria hijau itu, "Panggilah suamiku kemari, lalu katakan aku akan menginvestigasi tempat ini sendiri. Karena aku tidak terlalu percaya pada Shii,"

"Shii? Dia ada di sini?"

"Nee, dia yang mengurusku di sini. Tapi entah kenapa aku kini merasa ragu karena ucapan seorang anak,"

"Seorang anak? Siapa dia?"

"Nanti ku jelaskan. Sekarang pergilah sebelum Shii kembali. Aku akan meninggalkan jejak dan katakan padanya kita bertemu di pertengahan,"

"Hai, saya akan kembali secepatnya,"

Zinan seketika menghilang dari sana, manik emeraldnya kini melirik pada bayang seorang anak yang nampak bersembunyi di salah satu batu besar. ia pun mendekat dan berdiri di sisi bayangan itu, "Kita pergi malam ini," ucapnya dengan setengah berbisik.

*******

Sementara itu di sebuah desa dekat laut, Itachi bersama rekannya masih mencari keberadaan Sakura dengan menunjukan fotonya. Saat ia akan beristirahat tiba-tiba manik onyxnya menangkap seseorang berjubah hitam yang terasa tak asing.

Dengan cepat ia mengikuti sosok itu dan langsung menyergapnya saat ia terhenti, "Hidan, aku tahu kau ada di sini!" Teriaknya sembari mengunci tangan pria itu.

Saat jubah yang menutupi wajahnya turun, sosok yang memang benar Hidan itu seketika tersenyum lebar, "Ah Itachi. Lama tidak berjumpa. Pria payah,"

Bruak!

Sulung Uchiha itu segera membenturkan kepalanya ke meja dan menahannya di sana, "Dimana istriku, sialan!"

"Istrimu? Aku tidak tahu," ucapnya dengan nada meledek, membuat Itachi semakin menekan tubuhnya, "Katakan atau aku akan mencabikmu hingga tak tersisa,"

"Sudah ku katakan aku tidak tahu!"

Brak!

Pria itu pun menendang kaki Itachi hingga ia mundur dan mencoba melawan. Namun, saat menyadari kekuatannya yang masih belum sempurna Hidan lebih memilih kabur. Kakashi yang baru tiba untuk mengejarnya seketika menghentikan langkahnya setelah di tahan oleh Itachi.

"Aku yang akan mengurusnya. Kau pastikan saja Shikamaru tiba tepat waktu," ucap sulung uchiha itu sembari duduk di sebuah meja, "Dia tidak akan bisa lari dariku. Pergilah dan jangan menengok ke belakang hingga aku selesai,"

"Jangan terlalu berlebihan menggunakan sharinganmu. Ingat, kini mata aslimu hanya satu,"

"Tapi mata adikku lebih kuat. Kau tidak perlu khawatir,"

Kakashi yang melihat Itachi menutup matanya, segera pergi dari sana sebelum terkena genjutsunya. Sementara itu Hidan yang berfikir sudah sukses berlari dan tiba di sebuah hutan di kejutkan dengan kabut yang tiba-tiba muncul di sana.

Udara juga terasa lebih dingin dan mulai menyesakan hingga pria itu kesulitan bernapas. Ia seketika jatuh terduduk karena tubuhnya terasa berat, saat ia mencoba terus merangkak maju. Beberapa bayangan Itachi muncul di sana dan membuatnya segera menarik sabit kematian berkepala tiganya.

"Hidan, katakan dimana Istriku? Aku hanya sekali saja memberimu kesempatan untuk menjawab. Jika tidak ...."

"Jika tidak apa hah! Apa kau akan membunuhku? Hahahah percuma, aku abadi Itachi. Kau tidak akan bisa menghabisiku!" Teriaknya sembari menyerang Itachi dengan sabitnya.

Namun, sayang usahanya sia-sia karena itu hanya bayangan saja. Dan sialnya bayangan itu menjadi semakin banyak, "Aku memang tidak bisa membunuhmu tapi aku bisa membuatmu memohon untuk kematianmu," bisik Itachi yang tiba-tiba ada di belakangnya.

Bayangan itu seketika menusuk juga menyiksanya dengan berbagai cara. Saat ia fikir akan segera mati, Hidan kembali di sentak bangun. Kejadian itu terus berulang, hingga pria itu meneriakan ingin mati saja daripada di permainkan seperti ini.

Saat salah satu bayangan itu terlihat akan pergi pria itu seketika berteriak, "Itachi, istrimu menghilang saat aku membawanya. Percayalah aku tidak tahu ia dimana!"

"Pembohong," ucap sulung Uchiha itu yang seketika menghilang dan kembali ke dunia nyata.

Saat ia membuka mata dan menoleh ke belakang. Tim Inoshikacho bersama Kakashi sudah berdiri tak jauh darinya. Pria perak itu pun segera membawa mereka mendekat dan Choji pun nampak segera menyodorkan sapu tangan begitu melihat matanya meneteskan cukup banyak darah, "Beristirahatlah Itachi-san. Sudah beberapa hari kau tidak tidur dan makan dengan benar,"

"Aku tidak bisa," ucapnya sembari perlahan berdiri. Namun, tiba-tiba rasa pening menyerangnya dan membuatnya kehilangan keseimbangan.

Shikamaru segera menahannya yang akan jatuh dan membantunya untuk duduk kembali, "Jangan terlalu memaksakan diri. Kita akan menemukannya sebentar lagi,"

"Shikamaru, terimakasih," ucapnya sembari perlahan berdiri di bantu oleh Kakashi, "Hidan sudah ku lumpuhkan. Jika kau sudah selesai membalaskan dendammu. Temui aku, biar aku yang mengakhirinya,"

Merekapun segera mengangguk lalu mencari Hidan yang berada tak jauh dari tempat mereka berdiri. Baru saja Itachi akan pergi, Zinan tiba-tiba muncul dengan penampilan yang begitu kacau.

Ia segera berlutut dan menunjukan cincin milik Sakura padanya. Saat ia mengambil cincin itu dan mendengar laporan kondisi juga semua yang di katakan sang gadis musim semi. Itachi langsung menyuruh semua anbu yang beristirahat segera bersiap untuk menyebrang lautan.

Kakashi juga beberapa orang yang sangat mengkhawatirkan kondisinya pun tak di gubris. Sulung Uchiha itu begitu tergesa seperti di kejar bom waktu. Ia bahkan terlihat tak tenang saat menunggu kapal yang akan mengangkut mereka tiba.

"Itachi," Panggil Kakashi yang ingin mencoba membujuknya lagi, "Jangan ..."

"Maaf aku tidak mendengar nasihatmu sekarang, senpai. Kini aku harus menemukan dan memberi pelajaran kadal batu itu karena telah menyembunyikan permataku," ucapnya membuat sang pria perak seketika malas untuk berbicara padanya.

"Aku harus segera bertemu dengannya di pertengahan," Sambungnya sembari tersenyum tipis, karena merasakan Sakura juga tengah tersenyum di sana.

******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro