Bab 1 { Something Unexpected }
Musim semi di Konohagakure telah tiba, hamparan bunga warna-warni nan harum telah terhampar indah. Gelak tawa anak kecil terdengar semakin menghangatkan suasana musim itu.
Sakura yang baru saja keluar dari rumah sakit seketika di sambut oleh belaian lembut angin yang mengibaskan surai merah mudanya yang sudah sangat panjang. Jemarinya yang tengah merapikan kembali tatanan rambutnya, seketika terhenti begitu menangkap sesosok pria yang tak asing di ujung jalan itu.
Pria berkemeja merah juga memakai eye patch hitam pada mata kanannya itu nampak berjalan bersama Kakashi yang tengah membaca buku icha-icha menuju ke rumah sakit di belakangnya. Kakashi seketika terhenti begitu merasakan chakra Sakura yang tengah mematung di sisi lain jalan itu, "Konnichiwa, Sakura-chan!" Serunya sembari melambaikan tangan kanannya.
"Konnichiwa Kakashi-sensei,"
"Apa kau tengah beristirahat?" Teriaknya membuat Sakura mengernyit kesal karena orang-orang mulai memperhatikan mereka.
Pria perak itu tidak pernah berubah, selalu saja mengesalkan. Seharusnya ia berjalan menghampirinya, bukan diam di seberang jalan dan berteriak-teriak seperti orang gila.
"Sakura bisakah kau saja yang memeriksa Itachi? Aku tidak terlalu percaya pada Shizune atau godaime," Teriaknya lagi sembari menunjuk pada pria berkemeja merah itu.
"Hatake!" Teriak Tsunade dari dalam rumah sakit membuat pria perak itu menciut.
Mendengar itu Sakura pun segera menggeleng. Bukannya ia tak mau menjalankan tugasnya atau takut dengan shisounya tapi waktunya untuk bertemu rekannya kini sudah sedikit terlambat, "Sensei aku tidak bisa, Ino sudah menungguku. Jaane!"
Saat gadis musim semi itu baru berjalan beberapa langkah. Dua anak kecil tiba-tiba menabraknya hingga ia hampir jatuh tersungkur jika lengannya tak di tahan seseorang, manik emerald itu seketika terbelalak saat melihat orang yang menolongnya adalah Kakashi.
Ia pun segera berdiri dan menyampirkan lagi tasnya yang merosot, "Arigatou sensei," ucapnya sembari diam-diam melirik pada Itachi yang masih mematung di sana.
Tiba-tiba Kakashi menyikutnya dan mendekat, "Dia masih sendiri, apa kau tidak ingin mencoba mendekat?" Bisiknya membuat gadis musim semi itu terkejut.
"Ti ... Tidak terimakasih sensei. Aku harus segera pergi sekarang," ucapnya dengan nada sangat gugup sembari memberikan gestur penolakan dengan kedua tangannya.
Saat ia akan kembali mencuri pandang sebelum beranjak pergi, Sakura tiba-tiba mematung karena Itachi kini menatapnya. Jantungnya seketika berdegup sangat kencang begitu sulung Uchiha itu tersenyum dengan manis padanya.
Angin yang berhembus mengibaskan surai hitamnya membuat pesona sulung Uchiha itu semakin terpancar kuat. Sakura pun seketika menundukan wajahnya karena merasa pipinya kini mulai panas.
Saat ia melirik kembali Itachi masih menatapnya dan membuat Sakura seketika memilih kabur dari sana sebelum jantungnya benar-benar meledak. Sepanjang jalan ia terus menepuk-nepuk dadanya agar jantungnya bisa sedikit tenang, namun sialnya bayangan wajah sulung Uchiha itu terus terngiang dan membuat hatinya menjadi semakin tak karuan.
"Dat .... Jidat!" Teriak seseorang yang seketika membuat gadis musim semi itu menoleh ke belakang.
Ino nampak melambaikan tangan sembari berlari ke arahnya dengan tersengal-sengal.
Plak!
Sebuah tepukan keras mendarat pada bahunya dan membuat Sakura sontak meringis, "Itte! Pig kau ini kenapa hah?"
"Aku yang seharusnya bertanya kau kenapa jidat! Sedari tadi aku memanggilmu tapi kau tak mendengar dan malah berjalan dengan sangat cepat,"
"Ano ..."
Ino seketika bersedekap dan menatapnya dengan raut kesal, "Ano apa? Apa ada yang mengganggumu di jalan?"
"Itu ..."
"Apa hmm?"
"Tidak ada, pig. Aku hanya takut kau marah karena sudah sangat terlambat sekarang,"
Gadis pirang itu seketika mengernyit aneh. Biasanya Sakura yang akan marah jika dirinya terlambat dan tak mau mengakuinya. Tapi kini gadis itu mengatakan jika ia takut pada Ino, itu benar-benar aneh dan mencurigakan.
Ino tiba-tiba memasang kuda-kudanya membuat Sakura segera mengeluarkan cermin dari tasnya, "Pig jangan berani-beraninya masuk ke dalam fikiranku," ancamnya membuat Ino perlahan kembali berdiri tegak dan bersedekap, "Habisnya kau sangat aneh, tadinya aku ingin memperbaiki isi kepalamu. Siapa tahu ada kabel otakmu yang putus,"
"Jangan mengada-ada pig, ayo cepat pergi sebelum taman itu tutup," ucapnya sembari menarik tangan gadis pirang itu, namun ia malah menarik balik hingga membuat Sakura bingung.
"Taman ada di sana jidat, masalah apa yang sebenarnya hinggap di kepalamu hingga kau jadi buta arah begini hah!" Omelnya sembari menyentil keningnya.
"Tidak ada apa-apa sudah ayo," elaknya sembari menuntun Ino yang terus mengomel.
Tak lama mereka tiba di bukit sisi utara desa. Tenten dan Hinata sudah menunggu mereka di sana. Saat mereka akan masuk, Ino malah ternganga melihat gerbang besar di hadapannya. Tak hanya itu ia juga tiba-tiba menarik tangan Sakura saat melihat padang bunga yang indah di hadapannya.
Mereka pun berlarian kesana kemari layaknya anak kecil. Kebahagiaan terpancar jelas dari paras para gadis itu saat mereka saling mengejar dan melempar bunga yang berserakan di sana.
Tak di sangka saat mereka tengah asik bermain, Naruto tiba-tiba melompat keluar dari semak-semak dan langsung memeluk Hinata sembari tertawa lebar. Jinchuriki itu mengangkat Hinata ke udara layaknya anak kecil yang tengah bermain kapal-kapalan.
Sasuke juga tiba-tiba datang lalu menutup kedua mata Tenten hingga gadis itu kesal dan membuat skenario kejar-kejaranpun tak terelakan. Sakura seketika tersenyum melihat pemandangan itu, tak di sangka kini semuanya berubah begitu cepat.
Dulu mereka selalu bermain bersama hingga petang dan tak ada yang mengganggu. Namun, kini mereka tak bisa bermain lama-lama atau sekadar berbicara santai karena sudah memiliki kesibukan sendiri juga seseorang yang penting.
Termasuk Ino yang selalu menemaninya kemanapun, kini terlihat terus mengejar Sai dengan omelan yang seharusnya ia lontarkan pada Sakura. Ia benar-benar merasa sepi sekalipun semua orang bermain dengannya. Ia membutuhkan pendamping hidup, namun rasa tidak percaya dirinya selalu saja menahan langkahnya.
"Sakura-chan, awas!" Teriak Naruto menyentak lamunan gadis musim semi itu.
Namun, sayang peringatan Naruto sangat terlambat. Kaki kirinya sudah menginjak ujung tebing dan membuat gadis musim semi itu tergelincir. Angin di sekelilingnya kini terasa sangat kencang, rekan-rekannya yang mencoba menolong kini terasa semakin jauh dan sulit di gapai.
Hingga tiba-tiba seseorang memegang tangannya dan langsung menariknya ke dalam pelukannya. Tubuhnya kini terasa berputar seiring dengan gerakan sosok yang mendekapnya. Sebuah hentakan keras seketika membuat Sakura kembali terkejut dan membuka kedua matanya.
Emeraldnya terbelalak begitu melihat tanah di bawahnya dan tangan seseorang yang sedang menggendongnya. Saat ia mendongak Sakura pun terperanga melihat sosok Itachi lah yang menolongnya, "I ... Itachi-nii?" Panggilnya yang seketika membuat pria itu tersenyum tipis.
Perlahan ia menurunkan Sakura dan mendudukannya di sana, "Apa kau terluka?" Tanyanya yang segera di jawab gelengan oleh gadis musim semi itu.
Saat ia akan membatunya berdiri, rekan-rekan Sakura datang dengan tergopoh termasuk Ino yang langsung memeluknya.
"Itachi-nii, arigatou-nee. Jika bukan karenamu nyawa sahabatku pasti sudah melayang," ucap Tenten yang terlihat begitu panik.
"Nee, kalau begitu aku pergi dulu. Senpai pasti sudah menungguku," ucapnya yang seketika di tarik oleh Sasuke, "Kau mau kemana, Baaaaakkaa? Sejak kau pulang kau terus berjanji akan keluar bersamaku tapi kau selalu menghilang dan kini aku tidak akan membiarkanmu lari lagi," omel bungsu Uchiha itu sembari memegang erat tangannya.
"Aku masih banyak pekerjaan, Sasuke,"
"Itu bisa di tunda, sekarang ayo kalau tidak aku akan tidak akan pernah mau menemuimu lagi!"
Itachi pun menghela napas pelan lalu mengangguk membuat Sasuke seketika tersenyum lebar seperti anak kecil lalu menariknya kembali ke taman tadi. Diam-diam Sakura yang tengah berjalan di belakangnya pun terus mencuri pandang padanya.
Hingga tiba di sana mereka menemukan Kiba yang tengah bermain dengan Akamaru dan Chouji. Para pria pun langsung ikut bermain bersama mereka, sementara para wanita duduk menggeler tikar di bawah sebuah pohon dan menyemangati mereka.
Sekalipun banyak pria tampan di sana, manik emerald gadis musim semi itu terus saja terpaku pada sosok Itachi. Ia begitu cepat juga lincah dalam melakukan permainan itu.
Hingga tiba-tiba Itachi berhenti dan menengok kesana kemari seperti mencari sesuatu. Saat Shikamaru menghampirinya sebuah gerakan isyarat di belakang kepalanya membuat Sakura tiba-tiba mengerti yang di maksud pria itu.
Refleks ia pun berdiri lalu berlari mendekat padanya membuat kedua pria itu bingung, "Itachi-nii, kau butuh ikat rambut? Ini aku membawa beberapa," ucapnya sembari menyodorkan kotak kecil hiasan rambutnya.
"Arigatou, ku kira kau tidak memperhatikan pembicaraanku dengan Shikamaru tadi," jawabnya sembari mengambil sebuah ikat rambut miliknya dan sukses membuat semburat kemerahan menghias pipi tirusnya.
"Ti ... Tidak, kebetulan aku melihat Shikamaru berlari ke sini jadi aku tak sengaja membaca gerakan tanganmu," ucapnya dengan sangat gugup karena jantungnya terus berdegup kencang seperti mau meledak.
Tiba-tiba Itachi mengusap pucuk kepalanya sembari tersenyum, "Kau benar-benar kunoichi yang hebat. Kekasihmu saat ini pasti bangga," ucapnya membuat senyum Sakura pudar.
Entah kenapa seperti ada suara retakan dan rasa sakit di dalam hatinya. Ia pun lagi-lagi dengan refleks memegang pergelangan tangannya yang akan kembali masuk permainan, membuat sulung Uchiha itu menoleh dengan penuh tanya, "Ada apa, Sakura?"
"Ji ... Jika kau berfikir aku memiliki kekasih. Itu ... Itu salah, aku .... Aku tidak memilikinya," ucap gadis musim semi itu yang seketika melepas tangannya dengan sekali hentak lalu berlari kembali pada teman-temannya.
Itachi yang masih mematung itu melirik pada pergelangannya yang baru di genggam Sakura lalu tersenyum tipis. Manik onyxnya kini menatap pada sang gadis musim semi yang diam-diam juga menatapnya di balik punggung Ino.
"Wakatta," gumamnya.
******
Dalam heningnya malam Sakura nampak sangat serius mencatat beberapa hal yang belum ia lakukan di rumah sakit tadi. Matanya sudah sangat berat, tubuhnya juga cukup lelah tapi ia tak bisa langsung tertidur karena jika rangkuman itu belum selesai esok, shisounya akan menguburnya hidup-hidup.
Tok ... Tok ...
"Sakura kau sudah tidur? Ada tamu yang ingin menemuimu?" Panggil ibunya membuat gadis musim itu menoleh pada jam dinding di atasnya yang sudah menunjukan pukul sebelas malam.
"Siapa kaasan?"
"Itachi-sama,"
Sakura seketika terbelalak mendengar nama pria itu. Dengan cepat ia menyimpan pena yang di pegangnya dan mengambil jaket panjang untuk menutupi tubuhnya yang hanya memakai kaos pendek juga tipis.
Dengan segera ia menuruni tangga hingga hampir tersandung. Entah ada apa pria itu datang selarut ini, fikir Sakura. Saat tiba di ruang tamu langkahnya seketika terhenti begitu sang sulung Uchiha menatapnya. jantungnya juga kembali tak bisa ia kendalikan dan terus berdegup kencang.
"Itachi-nii, ada apa?"
"Sakura duduklah dulu, kau ini benar-benar tidak sopan," gerutu Kizashi yang membuat gadis musim semi itu mengangguk lalu duduk di sisi sang ayah.
"Sebelumnya saya ingin meminta maaf karena mengganggu anda malam-malam begini Kizashi-sama,"
"Tidak apa, santai saja Itachi-sama. Kami biasa tidur lebih larut. Kalau begitu kami permisi, silahkan bicara dengan Sakura,"
"Tunggu, Kizashi-sama. Yang saya bicarakan juga berkaitan dengan anda jadi duduklah sebentar," ucapnya membuat pria paruh baya itu kembali duduk.
"Katakan,"
"Kizashi-sama, Mebuki-sama. Saya menyukai putri anda dan ingin menikah dengannya,"
Buar!
Mebuki seketika menyemburkan teh yang baru di minumnya sementara Kizashi dan Sakura seketika ternganga.
"A ... Apa yang anda katakan Itachi-sama. Putriku ..." Ucap Mebuki sembari melirik pada gadis musim semi itu, "Sejak kapan anda mencintai putri saya?"
"Sudah cukup lama,"
Kizashi pun menyikut tangan gadis musim semi itu, "Sejak kapan kau menjalin hubungan dengannya?" Bisik pria paruh baya itu dengan sedikit keras hingga Itachi bisa mendengarnya.
"Aku tidak menjalin hubungan apapun dengannya tousan, aku juga baru bertemu tiga kali dengannya,"
Kizashi kini menatapnya dengan serius, "Kata putriku kalian tidak menjalin hubungan dan baru beberapakali bertemu. Apa modusmu sebenarnya ingin menikahi putriku tiba-tiba?"
"Saya tidak memiliki maksud yang lain Kizashi-sama. Saya sungguh-sungguh menyukai Sakura dan ingin meninkah dengannya,"
"Lalu kenapa harus menikah? Pemuda seperti kalian biasanya memulai hubungan dengan berpacaran dahulu kan?"
Itachi seketika menyunggingkan tipisnya lalu menatap kedua orang tua gadis musim semi itu dengan hangat, "Di usia saya ini, bukan waktunya untuk bermain-main lagi Kizashi-sama. Apalagi saya tidak punya banyak waktu luang karena pekerjaan. Hidup saya juga sudah benar-benar berantakan dan saya tak mau menambah kacau dengan mempermainkan hati gadis yang saya sukai. Jadi saya memilih untuk mengambil resiko penuh dengan menikahinya,"
"Sekalipun Sakura sudah cukup umur untuk menikah, tapi dia masih saja seperti gadis kecil kami yang masih lugu. Ia belum mengerti tentang cinta juga pernikahan, kami takut dia akan mengecewakanmu," ucap Mebuki sembari membelai pucuk kepala gadis musim semi itu.
"Selama kepercayaan kalian mengiringi Sakura, yakinlah tidak akan terjadi apapun," ucap Itachi membuat kedua orang tua itu kini tersenyum.
"Baiklah jika kau benar-benar yakin dan menginginkannya aku dan Mebuki akan setuju. Bagaimana denganmu Sakura?"
Gadis musim semi itu perlahan mengangkat pandangannya menatap Itachi dengan lekat. Jantungnya benar-benar terasa akan meledak kini dan dadanya juga mulai terasa sesak. Ia benar-benar bingung harus menjawab apa karena ini begitu tiba-tiba.
Namun, melihat dari sikap dan raut wajahnya sepertinya Itachi memang benar-benar tulus mencintainya. Sakura pun perlahan mengangguk dan berkata, "Ya,"
Aura kebahagiaan seketika memercik rumah itu. Itachi pun tersenyum lega lalu berlutut di hadapan gadis musim semi itu untuk memasangkan sebuah cincin emas. Saat manik onyxnya mendongak menatap Sakura, gadis itu seketika tersipu hingga memalingkan wajahnya ke arah lain.
Sebuah kecupan lembut pada punggung tangannya membuat Sakura tersentak kaget, bagaikan baru di sambar petir. Wajahnya kini benar-benar semerah kepiting rebus saat kedua orang tuanya malah meledek juga menggodanya.
Sakura segera berlari kembali ke kamarnya karena tak tahan dengan perasaannya yang semakin tak karuan. Ia pun segera melompat ke ranjang dan memeluk erat bantalnya. Sakura nampak tersenyum senang saat melihat sebuah cincin emas yang kini melingkar di jari tengahnya.
Seperti cacing kepanasan ia berguling kesana-kemari hingga terjatuh dari ranjang lalu tertawa kecil. Ini benar-benar aneh, dulu perasaannya tak pernah sebahagia ini saat menerima Sasuke. Mungkin kali ini ia tak perlu berusaha keras untuk mengejarnya hingga hatinya begitu merasa sangat bahagia.
Ia benar-benar tak sabar menanti hari bahagia itu tiba. Ia juga terus membayangkan bagaimana wajah rekannya saat mendengar kabar ini termasuk Ino. Gadis itu pasti akan sangat heboh dan lucu.
Sakura benar-benar sudah tak sabar menanti hari esok.
*****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro