Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

P R O L O G

Airies le'Chatelier
[PROLOG]
By: MeAtWonderland





AKU mendongak, seutas senyum menyambut. Reflek, arah mataku terfokus ke titik sebelah kiri, sebentar kemudian senyum tipis kubalaskan. "Hi! Apa kabarmu?" katanya, pertama kali setelah dua tahun terakhir.

"Ouh.., Aku tak menyangka.., ehm, apa yang kau lakukan disini?" Canggung sekali. Aku mengalihkan pembicaraan. Sedetik kemudian, dia menginterupsiku untuk menyingkir. Setelahnya, kami jadi duduk di kursi yang sama. Kuberi tahu, aku sedang dalam perjalanan kereta. Tak lupa, aku juga balik bertanya.

"Aku sedang menuju ke suatu tempat." jawabnya. Aku mengangguk. Setelah itu hening menyelimuti. Aku tidak tahu harus merespons sebagaimana lagi. Aku tidak pandai dalam memanjangkan tali kelambu atau pemusatan perhatian.

Kata terakhir yang kudengar adalah laungan seorang pria paruh baya kepada wanita di kursi belakang. Itupun aku harus menanggung malu karena reflek terkejutku yang buruk. Itu membuatnya menyunggingkan sedikit tarikan dari samping bibirnya.

Dan, "Apa kabarmu sekarang? Aku merindukanmu." Katanya tiba-tiba, masih cengengesan. Aku balas menatapnya intens, seolah sedang menginterogasi. Membuat dia mengalihkan pandangannya terhadapku. Ehm, apa dia malu? Dia sama sekali tidak menatapku.

"Baik. Aku baik-baik saja," Aku tidak tahu mau menjawab apa.

"Kamu masih suka menulis jurnal?" Kurasa dia mencoba mengalihkan pembicaraan. Karena aku baru saja ingin menanyai statusnya. Mana mungkin orang setampan dia masih lajang? Setidaknya dia pasti sudah memiliki kekasih.

Aku menghentikan laju pikir iblisku dan kembali ke dunia nyata, "Tidak. Ini essai. Tugas kuliahku semester ini." Aku segera menyingkirkan buku bersampul kulit itu masuk ke dalam tas.

"Aku masih belum menemukan pengantimu." Dia menahan titik pandangku, membuatku terfokus hanya pada manik miliknya. Apa ini semacam kode? Kode keras.

"Oh." Kataku, sedikit senang. Kemudian bersikap seolah tak acuh. Pandanganku kembali fokus kepada jendela. Suasana canggung kembali mengawan.

Tiba-tiba pemberitahuan pemberhentian kereta mendengung, memenuhi setiap jengkal dan sela-sela kereta. Tak juga termasuk aku, sementara penumpang terlihat agak grasak-grusuk.

"Ehm, bisa minta nomor ponselmu?" Tanpa penolakan, aku memberi dia nomor ponselku sebelum akhirnya terima kasih terucap. Aku melambaikan tangan ke arahnya.

"Selama tinggal. Sampai jumpa lagi." Seolah aku baru saja menginterupsinya untuk segera menghubungiku. Tapi itu mana mungkin terjadi.

Suasana pertemuanku dengannya, setelah dua tahun kehilangan kabar, terasa abstrak namun sangat berkesan.

Akankah debaran di lubuk sana akan mengambang dan kembali ke permukaan setelah lama terkubur di dasar laut? Entahlah. Hanya saja aku tidak akan menyesal jika perasaan itu timbul kembali.












Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro