Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 9- Dasbor Mobil

Di mobil, Laura diam-diam melirik ke arah Airlangga yang sedang mengemudi.

Sesekali, wanita ini bergumam lirih dengan sikap Airlangga yang berubah aneh padanya. Laura tidak munafik, ada beberapa hal-hal kecil yang dilakukan Airlangga sebagai bentuk perhatian. Dia merasa, perubahan psikologis ini terasa ganjil.

"Ada apa Lau? Mengapa kau menatapku seperti itu?" Airlangga melirik sekilas ke arah Laura dengan ujung bibir tertarik tipis.

Laura yang tersentak, meringgis kecil. "Kapten kerasukan setan apa?"

Airlangga tertohok, hampir hilang kendali begitu mendengar pertanyaan Laura. Tetapi ia bisa dengan sigap menjaga laju kemudi.

"A- Apa katamu? Aku kerasukan setan? Hah! Kurasa iblis lebih keren."

Malah sekarang, Laura yang keheranan dengan topik obrolan mereka. Wanita itu mengerutkan kening.

"Anda punya sisi humor juga ya?"

Airlangga mengganguk. "Aku manusia, punya segala rasa. Kau saja yang melupakan itu."

Laura manggut-manggut. Kemudian mengedarkan pandangan ke ruas jalan di luar jendela mobil. Dia terdiam sejenak memandang bangunan-bangunan yang terlewat.

"Pembicaraan tempo hari." Airlangga memulai obrolan yang lebih serius. "Apa kau sudah menemukan petunjuk tentang kasus ayahmu?"

Laura menggeleng tanpa memandangi Airlangga. Pandagan mata Laura lurus ke depan. Dia menghela napas, benaknya melanang buana.

"Aku masih belum menemukan petunjuk soal mobil yang menjadi kasus tabrak lari. Arsip file tersebut berada dalam daftar Top Secret. Aneh." Laura tersenyum tipis pada dirinya sendiri. "Kasus tabrak lari bisa menjelma menjadi Top Secret. Mobil berplat nomor golongan atas yang bisa mendapatkan atensi seperti itu."

Airlangga terdiam sejenak. Namun buku-buku tangan Airlangga memutih saat ia masih memegang setir begitu kuat.

"Aku bisa membantumu mengaskes data tersebut."

Laura menoleh sarkas. "Maksud Kapten? Anda memiliki akses ke sana?"

"Bisa dibilang seperti itu."

"Lalu ... bayaran apa yang Anda minta dariku? Tentu saja, tidak ada makan siang yang gratis."

Airlangga tersenyum tipis. Ia membanting setir ke kiri dan mulai memasuki area parkiran kantor metropolitan kepolisian. Laura tersadar, mereka telah tiba di markas.

"Tidak ada," sahut Airlangga pada akhirnya.

"Tidak ada?" ulang Laura tidak yakin. "Mustahil."

"Untuk teman. Kulakukan itu untuk tanda persahabatan. Bukankah sahabat saling menbantu dalam suka dan duka?"

Laura kehilangan kata-kata. Airlangga mematikan mesin mobil dan membuka pintu untuk keluar. Tidak ingin ketinggalan, Laura pun turut menyusul.

"Tanda persahabatan?" Laura masih tidak yakin bahwa Airlangga mau membantunya hanya karena perkara tersebut.

"Tentu saja. Tidak mau?"

Laura tersenyum tipis. Belum yakin dengan ajakan dari sang Ketua Divisi. Di lain pihak, Alka sedang berwajah masam saat melihat kemunculan Laura bersama Airlangga. Dia mencoba mengabaikan Laura yang berjalan melewatinya.

"Mau makan siang bersama, Alka? Aku akan memesan food delivery untuk kita bertiga. Laura." Airlangga berpaling lebih dahulu menatap ke sekat meja Laura. "Kau mau makan ayam geprek rasa apa?"

"Emm." Laura berpikir sejenak. "Mozarella level 3?"

"Oke." Airlangga mencatat pesanan Laura dan berpaling pada wakil divisi. "Alka?"

Mendadak, alis Airlangga bertaut bingung melihat raut wajah Alka seperti sedang melakukan analisa profiling pada dirinya.

"Aku heran, sejak tadi kau dan Laura terus memandangku seperti orang aneh. Ada apa dengan kalian berdua?"

Laura menatap cepat ke arah Alka. Begitu pula sebaliknya. Mereka sama-sama saling menatap keheranan.

"Ck. Dia dari awal ke sini sudah aneh. Aku yang original saja, Kapten." Alka hanya mendengus kesal pada Laura dan buru-buru memalingkan wajahnya.

Airlangga pun masuk ke dalam ruangannya. Menyisakan dua kucing yang siap berkelahi kapan saja.

...

Pesanan food delivery yang dipesan Airlangga pun tiba. Namun ketiga orang ini memilih makan di meja masing-masing setelah Airlangga melunasi pembayaran.

Hening sejak tadi, Laura berharap Andara dan Arjuna segera pulang. Ia bisa mati bosan jika harus bersama Alka seharian. Apalagi, tanda-tanda akan lembur semakin jelas hilalnya.

"Guys!"

Arjuna sekonyong-konyong masuk ke dalam ruangan dengan heboh. Ia langsung menjatuhkan diri di lantai dalam posisi terlentang. Kemeja biru tua yang ia gunakan basah oleh keringat.

"Arjuna?" seru Laura

"Parah!" Andara ikut menyusul dan berbaring di lantai dengan posisi terlentang. Napas mereka tersenggal-senggal. Entah apa yang telah terjadi.

"Kalian berdua kenapa? Kalian di kejar anjing tetangga?" Alka mencoba menarik paksa tangan Arjuna untuk bangun.

"Aish! Kau ini Al." Arjuna memprotes. "Kita udah dapat pelakunya."

Laura sekonyong-konyong bangkit dari atas kursi. "A- Apa?"

"Di sini." Andara menimpali sambil menunjukkan sebuah flashdish. "Bukti rekaman pelaku yang terekam kamera."

Laura buru-buru pergi mengeluarkan minuman dingin dari lemari es di sudut ruangan. Ia memberikan satu persatu pada Andara dan Arjuna. Tidak lama kemudian, Airlangga turut keluar dari dalam ruangannya.

"Jadi, apa yang kalian temukan?"

Arjuna mengangkat tangan. Ia perlu mengatur napasnya beberapa detik sebelum bicara.

"Pelaku memang berada di sana. Kami menemukan rekaman di pagi hari sebelum kejadian. Seorang pria berpakaian biasa berjalan masuk ke dalam gang tersebut. Dari gaya berjalannya, aku sangat yakin itu dia. Kami telah melakukan konfirmasi ulang dengan mengecek CCTV penginapan dan benar saja. Pelaku menginap di sana."

Andara memutar rekaman dasbor mobil salah satu warga dari komputer di meja kerjanya. Di sana, terlihat pelaku yang sedang berjalan masuk ke dalam gang dan di rekaman lobi resepsionis. Ia terlihat sedang melakukan chek-in.

"Dan bagaimana dia menghilang malam itu?" tukas Laura yang berdiri di belakang Alka.

"Menurut analisaku," ucap Andara, "dia berganti pakaian di titik buta CCTV dengan cepat dan masuk ke dalam penginapan. Lihat ini."

Andara menunjukkan folder rekaman lain di malam kejadian. Pelaku masuk ke dalam penginapan. Dari gerak-geriknya, sangat jelas terlihat bahwa pria ini yang mereka ikuti selama ini. Gestur tubuh tidak mungkin salah.

"Kalian hebat." Laura mencoba bertepuk tangan dengan girang kepada Arjuna. Alka yang berdiri di sisinya memutar bola mata malas.

"Lau, beri aku dukungan juga. Horee!"
Andara melakukan toss menggunakan kedua tangan bersama Laura. Namun Laura salah tingkah, saat mendapati Airlangga yang senyumnya mendadak hilang saat beradu mata bersama.

"Ehem." Airlangga bergumam. "Kalian pasti memiliki data pribadi pelaku."

"Tentu saja." Arjuna menyahut bangga. "Kami juga mendapatkan nomor teleponnya dan Aku akan memeriksa lokasi si pengguna."

__/_/_/____
Tbc


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro