Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 36- Kematian

Kematian merupakan fase akhir dalam kehidupan tiap manusia.

Menurut ilmu kedokteran, manusia memiliki dua dimensi yaitu sebagai individu dan sebagai kumpulan dari berbagai macam sel.

Berdasarkan pengertian itu, maka kematian dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu kematian sel (celular death) akibat ketiadaan oksigen baru akan terjadi setelah kematian manusia sebagai individu (somatic death).

Distribusi oksigen ke seluruh jaringan tubuh yang terhenti, mengakibatkan satu demi satu sel yang merupakan elemen terkecil di kehidupan pembentuk manusia akan mengalami kematian.

Setelah terjadinya kematian, tubuh akan mengalami perubahan-perubahan. Di antaranya, perubahan kulit muka sebagai akibat dari berhentinya sirkulasi darah, relaksasi otot, perubahan pada mata, penurunan suhu tubuh, timbul lebam mayat karena adanya gaya gravitasi, kaku mayat karena penumpukan adenosine disphosphate (ADP) pada otot-otot pembusukan, perubahan pada darah, yang dilanjutkan dengan kematian sel.

Airlangga tampak tidak habis pikir, dia berada di ruang otopsi jenazah bersama anggota tim divisi satu. Seorang wanita ditemukan tewas tenggelam dalam sebuah kanal air yang melintasi area pemukiman.

Tidak ada yang bisa mengidentifikasi wajah si korban. Namun dari tanda pengenal yang ditemukan, mereka bisa mengkonfirmasi bahwa korban bernama Arumi Permata Sari, berusia  28 tahun.

"Jelaskan," seru Airlangga dengan emosi tertahan. "Ide siapa yang menantang Abrian seorang diri tanpa melibatkanku, katakan!"

Airlangga tidak bisa lagi memendam emosinya. Amarahnya memuncak, bukan karena jasad Arum yang ditemukan. Namun, surat tanpa identitas pengirim yang ditunjukkan padanya. Isinya jelas-jelas memperingati Airlangga untuk tidak sembrono dalam bertindak. Pelaku menjadikan kematian Arum sebagai bendera peringatan kepada Airlangga.

Tentu saja, Airlangga yang tidak mengetahui apa-apa merasa sangat terpukul. Di tambah, gara-gara seseorang yang menggunakan namanya. Nyawa manusia tidak berdosa melayang begitu saja.

Andara tidak berani mengangkat wajah, sedangkan Arjuna menutup mata. Alka tampak tersenyum sinis melihat mereka berdua.

"Apa yang kalian berdua pikirkan? Bagaimana kalian bisa merencanakan sesuatu di belakang kami? Sialan! Kalian brengsek! siapa yang membantu rencana ini? Sergio? Laura? Oh." Alka tertawa hambar, sekali melihat perubahan raut wajah Andara dan Arjuna. Alka sudah bisa menebak jawabannya.

"Kalian berkeja sama dengan orang seperti Sergio?!"

Alka kehilangan kata-kata. Dia tidak sanggup berbicara lagi bersama Andara dan Arjuna. Tidak ada dari mereka berdua yang berusaha membela diri. Tepat sebelum, Alka membuka pintu ruang otopsi. Seseorang mendorong pintu dari arah luar.

Melihat siapa yang datang. Senyum sinis Alka semakin terlukis jelas. "Lihat, siapa yang datang?"

"Terima kasih atas sambutanmu," balas Sergio ketus. "Kau bisa keluar, jika tidak ingin melihat wajahku. Aku mau bicara bersama Airlangga dan yang lainnya."

"Hey!" Alka berniat proses. Namun, Sergio mengacuhkannya.

"Airlangga," sapa Sergio tanpa basa basi. "Kurasa, kau harus menyingkirkan egomu dengan aku sekarang. Karena, marilah bekerja sama dalam menangkap Abrian."

Airlangga menatap Sergio dengan tatapan merendahkan. Dia menepis telapak tangan Sergio yang ingin berjabat tangan.

"Berhenti membual," sindir Airlangga. Dia berniat pergi meninggalkan ruang otopsi. Namun, Arjuna dengan cepat menghalangi jalannya.

Sergio yang menatap tubuh Arum, berusaha menahan emosinya. Dia tahu dan sadar, bahwa hal ini pasti akan terjadi.

"Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis dan kerja bakteri. Mulai muncul 24 jam setelah kematian, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas-gas baru. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak dan lidah terjulur."

Sergio mulai melakukan identifikasi otopsi pada mayat Arum. Dia memperhatikan setiap inci tubuh wanita tersebut dengan sangat teliti.

"Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka dengan suhu lingkungan yang hangat atau panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung lebih cepat. Arum menjalankan misi ini dengan tekad dan keyakinan luar biasa. Dia tahu, umurnya akan pendek saat masuk ke dalam kandang singa."

Sergio menoleh menatap Airlangga. "Dia tidak akan mati sia-sia. Jasad yang ada di sini, akan mengungkapkan penyebab kematiannya dan akan kupastikan orang-orang yang membunuhnya akan membusuk di penjara. Kau mungkin lupa, Airlangga. Tapi, mayat adalah saksi bisu yang memberikan sebuah kebenaran mutlak."

Airlangga tiba-tiba saja tertawa. Lalu ia menoleh menatap Sergio dengan sedikit air mata di ujung pelupuk mata. "Kau kesurupan? Sejak kapan kau berpihak pada kebenaran? Sampai dunia kiamat pun aku tidak mau bekerja sama denganmu."

"Dasar egois. Justru kau yang bodoh." Sergio tidak bisa menahan untuk tidak mengumpat. "Kau pria goblok, idiot dan dungu. Tidak semua kejahatan itu hina dan tidak semua hal hina itu kejahatan. Pernahkah kau bertanya, mengapa seorang pria tua bisa membunuh seorang remaja SMA? Kau pasti tidak tahu. Ya, karena yang ada di otakmu itu cuma asal tangkap saja semuanya yang melakukan kejahatan."

Sergio tersenyum miris melihat wajah Airlangga. Tipe wajah yang sangat menjujung tinggi kebenaran.

"Dia hanya seorang ayah. Ya, Airlangga. Dia hanya seorang ayah. Apa salah, jika dia marah dan ingin membunuh bocah itu? Anak gadisnya dilecehkan dan diperkaos. Ayah mana yang tidak terpukul dengan kabar seperti itu? Putri yang ia besarkan susah payah, dirusak oleh pria tidak beradab. Ah, benar." Sergio menepuk tangan. "Kau tidak pernah melihat hal seperti itu. Airlangga Dirgantara hanya mempercayai apa yang ia yakini. Benar, dia selalu begitu. Dari dulu selalu begitu. Dia tidak pernah mau melihat dari sisi lain. Itulah yang membuat persahabatan kita retak."

Sergio kehilangan mood. Dia tidak ingin mengorek luka lama yang sudah ia buang susah payah. Masa bodoh dengan Airlangga, jika dia tidak bisa diajak bekerja sama. "Silakan keluar. Aku yang bertanggungjawab sebagai dokter forensik di sini."

Tidak ada yang bergeming atau bahkan memenangkan Sergio. Arjuna dan Andara sadar. Bahwa mereka tidak bisa ikut campur dalam hubungan Sergio dan Airlangga di masa lalu. Tetapi, Andara berusaha memberanikan diri.

"Sergio. Izinkan aku mengamati proses otopsi. Aku akan di sini demi Arum. Aku ingin memastikan bahwa semua pergobanan dan kerja kerasnya tidak akan sia-sia."

Lantas, Andara melirik ke arah Alka dan Airlangga. "Aku tidak peduli, jika akan dimutasikan ke divisi lain. Aku akan ikut Sergio menangkap Abrian. Pria itu harus ditangkap. Di tambah, ada desas-desus yang berkembang di kepolisian ... mereka berbicara sesuatu tentang kesatuan khusus yang dibuat kepolisian untuk membantu para anggota dan orang terkait dalam skandal demi menjaga nama mereka. Aku akan berkeja sama dengan Sergio untuk mengungkapkan semuanya."

Sergio tersenyum tipis dengan semangat Andara. Mendadak, ia jadi menyadari sesuatu. Sifat Andara yang seperti inilah yang membuat Laura nyaman dan berteman dengannya.

Sergio juga mengakui, bahwa Andara adalah pria paling bijak di antara mereka berempat. Mungkin karena itulah, Andara bisa membaur dan mampu memposisikan diri dalam beragam situasi.

__/_/___/____
Tbc

Agak kemalaman? Maaf, tiba-tiba dapat ide mendadak. Mungkin karena dukungan kalian juga (●´∀`●)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro