Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 11 - Penangkapan

Laura merasa tidak nyaman menelan sarapan setelah membaca pesan Airlangga. Andara terus menatapnya untuk tidak tergesa-gesa, mereka perlu mengisi tenaga sebelum melakukan pertempuran.

Begitu kembali ke ruangan. Alka dan Arjuna sudah siap dengan surat penangkapan dan segala hal yang dibutuhkan. Tidak ingin ketinggalan, Laura pun mengambil tas dan segera bergabung menuju kediaman Felix Milano.

Di rumah yang menjadi tempat penangkapan. Sudah berjejer puluhan wartawan yang siap sedia meliput kasus yang sangat besar. Polisi bahkan belum secara resmi mengumumkan masalah ini. Namun pers seolah lebih satu langkah di depan mereka.

"Apa yang terjadi?" tanya Laura yang keheranan menatap puluhan wartawan yang berdesekkan mengambil gambar dan meminta penjelasan dari juru bicara Felix Minalo. Nona Magdalena, begitulah orang-orang mengenalnya.

"Mavro Koraki sudah membuat pengumuman tentang ini, sebelum Kapten memberitahu kita," kata Alka yang siap dengan gestur tangan di pinggang memperhatikan situasi.

"A-Apa?" tanya Laura. "Di mana dia mempublikasikannya? Twitter?"

"Hm." Alka hanya menjawab dengan gumaman. "Tunggu Kapten sebentar, setelah itu bagian kita untuk bersaksi."

Sementara mereka menunggu. Magdalena mencuri pandang ke arah Laura dan kawan-kawan. Dia mengenali Alka dan anggotanya, kecuali Laura yang menjadi anggota terbaru.

"Tuan besar tidak akan memberikan komentar apa pun. Saya harap, Anda sekalian memberikan  laporan berita yang seperti itu. Sekarang tolong bubar, ini masih terlalu pagi untuk berkerumun di depan orang. Kalian semua bisa kena tindak pidana menggangu ketenangan sebagai dalam ketertiban umum pasal 172 dan pasal 503 KHUP."

"Dan berdasarkan Pasal 17 KUHAP. Kami berhak menangkap Felix Milano  yang diduga keras melakukan tindak pidana dan dugaan tersebut didasarkan pada permulaan bukti yang cukup."

Airlangga menunjukkan surat penangkapan dari belakang wartawan dengan kacamata hitam bertengger di hidung bangirnya.

Fokus wartawan pun, seketika putar haluan dan memotret surat penangkapan tersebut. Magdalena hanya berdecak kesal dan memutar bola mata malas. Saat Airlangga melangkah, barisan wartawan pun membuka jalan.

"Bawa keluar tuan besarmu atau ... kau ingin kami memaksa masuk?"

Sebelum Magdalena sempat menjawab. Pintu pagar terbuka dari dalam, menunjukkan seorang pria berpostur tinggi tegap dengan rambut memutih berjalan keluar.

"Kau lagi bocah." Felix Milano berjalan menghampiri kilatan lampu jepretan wartawan. Magdalena menunduk hormat saat Felix berjalan melewatinya.

"Baiklah, aku akan ikut. Aku tidak suka keributan seperti ini."

Airlangga hanya tersenyum tipis. Felix Milano tanpa sungkan membiarkan kedua tangannya di borgol paksa oleh Alka dan tidak melawan saat Arjuna dan Andara mengapit kedua lengannya, lalu membawa masuk ke dalam mobil.

Laura hanya bisa terdiam, saat mobil yang berisi Alka, Andara, Arjuna dan Felix Milano meluncur meninggalkan tempat penangkapan.

"Kau ikut," kata Airlangga pada Laura. Barisan wartawan mulai bubar.

"Eh, oke." Laura agak tergagap.

Dia mengikuti langkah kaki Airlangga membuka pintu mobil sedan hitam yang terpakir di pinggir jalan. Saat Airlangga mulai mengendarai mobil.
Laura mencuri pandang menatapnya.

"Bagaimana Kapten melakukan  semuanya sendiri? Kapten bisa meminta tolong padaku atau yang lainnya. Apa Anda semalam tidur nyenyak?"

Mendengar pertanyaan Laura, Airlangga tersenyum tipis dan meliriknya sekilas.

"Kenapa kau mencemaskan ku? Keluargaku tidak pernah menanyankan soal ini padaku." Airlangga masih tidak bisa menyembunyikan rasa humornya.

"Teman," kata Laura, "aku mencemaskan Anda sebagai seorang rekan yang berada dalam satu divisi."

Senyum manis di bibir Airlangga sirna dalam seketika. Kemudian, Laura berlanjut. "Aku hanya merasa tidak nyaman, jika Kapten harus mengerjakan semua itu sendirian."

Airlangga tidak menjawab, hanya urat-urat di tangan yang terlihat lebih mencuat dari epidermis kulit. Sesaat hening merayapi sepasang ini bahkan sampai tiba di parkiran kantor metropolitan Malakai.

"Laura," ujar Airlangga setelah mematikan mesin mobil. "Apa kau tidak mengingatku?"

Bagi Laura, itu pertanyaan paling aneh pagi ini.

"Maksud Kapten? Aku tidak paham."

Airlangga hanya menatap mata amber Laura lekat-lekat. Tidak nyaman dalam tatapan seperti itu, Laura pun berinisiatif turun lebih dulu dari mobil. Meninggalkan Airlangga yang masih frustasi dengan pikirannya.

"Apa aku harus arogan, Naomi?"

Tidak Tuan, Wanita tidak menyukai pria yang baru mereka kenal bersikap seperti itu. Saya rasa, Tuan Airlangga perlu lebih jujur mendekati Nona Laura.

Airlangga, lagi-lagi cuma bisa tersenyum tipis. Dia ingin mendekati Laura lebih jauh. Namun mengingat, dia punya hubungan dengan Sergio. Airlangga rasa, bukan pilihan bijak merebut wanita milik pria lain.

...

Di ruang interogasi, Felix Milano didudukan berhadapan dengan Alka yang siap dengan jari-jari di depan laptop untuk mengetik semua peryataan tersangka.

Laura menyusul ke ruang cctv untuk melihat Felix Milano dari cermin tembus pandang. Tidak lama kemudian, Airlangga masuk menyusul. Laura pun menggeser berdiri di dekat Andara sambil memegang pundaknya.

"Pengalaman pertama, 'kan?" tukas Andara dengan senyum yang tidak mengenal waktu

"Ya," jawab Laura. Namun dari ujung ekor mata. Dia bisa melihat Airlangga sedang menatapnya.

"Jadi." Alka pun memulai wawancaranya. Dia menyodorkan bukti screenshot chat kepada Felix Milano.

Nyaris, sebelum sang terdakwa membuka mulut. Pintu ruang cctv terbuka. Menampilkan dua petinggi kepolisian. Pertama adalah Direktorat Investigasi Kriminal Rianto Gusti Ningrat dan Nagia Talas sebagai Sekretariat Komisaris.

"Kalian!" geram Rianto pada Airlangga. "Kalian ini."

"Komandan, " ucap Airlangga kalem. "Kami menangkap sesuai SOP. Anda sendiri sudah menandatanganinya tadi."

"Ya! Kalau aku tahu kau datang ke rumahku pagi-pagi buta dan menyelipkan surat penangkapan di antara laporan bulanan. Aku tidak akan mendatanganinya. Kau! Terakhir kali kau membuat masalah dengan putra Felix Milano, mereka ingin menuntutmu. Sekarang, kau malah menangkap ayahnya."

Rianto mengusir Arjuna dari kursi. Pria tua itu duduk dengan leher yang mendadak kaku. Nagia melotot mereka satu persatu. "Pers sudah di depan kantor sekarang, kita terpaksa melakukan konferensi pers."

"Lakukan saja, memang seperti itu aturannya."

Airlangga tanpa acuh dengan wanita tersebut. Laura rasa, itu sikap kurang ajar pada atasan. Namun Nagia seolah tidak bisa menindaklanjuti sikap Airlangga. Ada drama yang mulai tercipta.

"Kau anak baru ya?" Nagia melirik ke arah Laura.

"Ya, Komandan!" sahut Laura tegas.

"Didik kaptenmu ini baik. Tumben dia mau bekerja sama dengan wanita. Biasanya dia kaku dan dingin. Seperti yang tadi dia lakukan kepadaku."

Laura bingung mau menjawab apa. Di ruang interogasi. Felix Milano justru membuat emosi Alka mendidih. Dia sama sekali tidak mau memberikan komentar apa pun dan menggunakan haknya untuk berbicara setelah didampingi pengacara.

Benar saja, pintu ruang interogasi terbuka. Munculah Magdalena dengan dada turun naik karena tergesa-gesa.

"Aku membawa surat pembatalan penangkapan."

Alka yang tidak terima. Bangkit dari atas kursi.

"Kami punya bukti kuat, Felix Milano orang yang bersalah."

"Dengan bukti digital seperti itu?" cibir Magdalena.

"Kami punya rekaman telepon."

Alka sengaja memutar bukti yang sengaja disiapkan paling akhir oleh Airlangga. Sekarang, semua orang bisa mendengar dengan jelas suara Felix Milano, yang meminta Dominik Putra membunuh Marugai.

Rahang Magdalena mengeras. Alka semakin menunjukkan senyum licik.

"Kau masih ingin membantah?" Sekarang, laptop diputar dan menunjukkan rekaman cctv di salah satu area VIP private di salah satu hotel ternama. Berkat editing visual audio. Rekaman cctv tersebut menangkap suara Felix Milano yang sama dengan rekaman telepon dari data provider.

Felix Milano hanya bisa tercengang menatap Magdalena. Mengapa semua itu bisa bocor ke tangan kepolisian dengan mudah dan dengan sombong, Alka masih melempar hadiah ke depan Felix Milano.

Itu adalah catatan transaksi rekening kepada ibu dari Dominik Putra dengan jumlah yang sangat besar. Ditambah, aksi pembunuhan ini dilakukan Milano demi melenyapkan teman bisnisnya dan algojo yang berperan dalam kasus pembunuhan hanyalah pion yang digunakan Felix Milano.

Laura membaca berkas yang disodorkan Andara padanya. Di sana, tertulis bahwa Dominik adalah mantan sopir di kediaman rumah orang tua Felix Milano.

Maka, dengan ini. Kasus pembunuhan Alexander Minor pun resmi ditutup dan akan dibawa ke pengadilan untuk di proses lebih lanjut.

___/_/_/___/___
Tbc

Jika ada koreksi, kritik dan saran. Jangan sungkan-sungkan untuk memberitahu. Penulis sendiri, masih belum cukup ilmu dan terus belajar membuat karya yang baik.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro