Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 10- Penyadapan

Arjuna dengan seringai tipis di wajah mulai melakukan penyadapan akses nomor telepon tersebut dengan teknik Lawful Intercept, yaitu penyadapan yang dilakukan berdasarkan hukum.

Penyadapan ini biasanya dilakukan penegak hukum yang memiliki hak akses izin terverifikasi khusus dalam bidang Cyber Inteligen Kenegaraan. Arjuna, menjadi salah satu orang yang beruntung memilikinya. Selain kepolisian, akses CIK bisa dimiliki oleh para penegak hukum di bidang kejaksaan agung dan investigasi korupsi nasional (Investigation Corruption National) yang biasa disingkat ICN.

Penyadapan yang dilakukan Arjuna memiliki koneksi langsung kepada seluruh operator yang ada di Malakai. Bahkan target tidak akan menyadari bahwa mereka disadap.

"Dapat!" Arjuna berseru bangga sambil menunjukan sebuah lampiran file yang berisi informasi pengguna nomor telepon tersebut.

Di sana, terlampir data seorang perempuan yang memiliki satu anak laki-laki berusia 38 tahun. Di mana, orang inilah yang diduga sebagai pelaku utama.

"A- Apa? Tunggu-tunggu!" Arjuna kembali melakukan pencarian data lebih lanjut. Ia seolah menemukan sesuatu yang mengejutkan. "Akh! Sial!" Arjuna mengklik sebuah laman baru yang menampilkan data seorang pria dan membacakannya untuk semua orang.

"Dominik Putra telah mengajukan visa ke Cina dan ia telah berangkat dua hari setelah kasus pembunuhan terjadi."

"Sialan!" Alka mengumpat kesal. Laura memilih untuk kembali duduk di kursinya. Pencarian mereka kepada pelaku kejahatan ini semakin panjang.

Laura juga sedikit senang. Karena analisa profiling sebelumnya berhasil ditebak dengan benar. Sekarang hanya tinggal satu. Mereka tidak mungkin pergi menangkap pelaku ke Cina. Penyelidikan akan mengalami jalan buntu.

"Apa Dewi Fortuna akan memihak kita? Setelah mendapatkan motif pelaku dan identitasnya. Kita sekarang sama sekali tidak bisa menangkapnya." Andara juga turut menjatuhkan diri di kursi. Ia memijit pelipis dengan wajah muram.

Mereka sudah bersusah payah melacak setiap kamera dasbor kendaraan, mendapatkan nama, alamat dan nomor telepon dari penginapan. Kini, tinggal selangkah lagi mereka menuju akhir. Kasus malah semakin panjang.

"Kalian istirahatlah. Pekerjaan hari ini biar sampai di sini saja. Sisanya aku akan urus." Airlangga menepuk pundak Arjuna sebagai bentuk apresiasi.

Tidak ada yang membantah perintah Airlangga. Malam itu, mereka putuskan untuk bermalam di kantor dan akan melanjutkan penyelidikan di besok hari. Laura yang berniat istirahat di ruang ganti, memutuskan untuk kembali ke kantor demi menemui Arjuna yang masih setia di sana.

Lampu di koridor kepolisian, akan menyala saat seseorang berjalan di bawahnya. Mode ini, mulai aktif pukul 21.00 waktu setempat sampai pukul 05.00 pagi. Setibanya Laura di sana, hanya lampu di meja Arjuna yang masih menyala. Layar monitor tersebut, menampilkan puluhan huruf coding berwarna-warni.

"Hai, Arjun. Maaf mengganggu waktumu."

Arjuna menoleh, menghentikan gerakan jari-jari tangannya dari atas keyword lalu menatap pada Laura.

"Ya, ada apa Laura? Kau perlu sesuatu dariku?"

"Emm." Laura agak ragu. "Aku mau tanya, apa kau juga bisa mengakses data plat nomor terdaftar? Maksudku tanpa perlu, aku harus ke divisi lalu lintas."

Tanpa bantuan Airlangga, Laura berusaha sendiri untuk mengetahui informasi ini. Pasalnya, untuk meminta data plat nomor terdaftar, dia perlu melakukan verifikasi permohonan secara resmi ke divisi lalu lintas. Tanpa ada keterangan jelas, Laura tidak bisa mengakses informasi tersebut jika demi kepentingan pribadi, dibutuhkan izin ketua divisi sebagai surat izin penugasan resmi.

"Biar kutebak." Arjuna berujar penuh selidik. "Kau ... ingin menyelidiki sesuatu?"

"Ya."

"Peristiwa apa?"

"Kasus tabrak lari 15 tahun yang lalu. Jika kau tahu kasus yang terjadi di distrik Citayem."

Arjuna berpikir sejenak untuk mengingat kasus yang dimaksud Laura.

"Maaf, tapi kayaknya aku enggak ingat. Ada apa dengan kasus tersebut?"

Laura menarik napas dalam-dalam. "Ayahku saksi mata kejadian tersebut, tapi beberapa hari kemudian, ditemukan bunuh diri."

Arjuna membisu. Dia terhenyak sekaligus terpana dengan kalimat yang baru saja disampaikan oleh Laura.  "Ah, maafkan aku. Aku turut berduka soal itu. Aku tidak bisa bilang apa-apa sih. Tapi ... akan kuusahakan buat bantu."

"Makasih ya, Arjun. Kalau gitu, aku balik dulu."

Arjuna mengganguk, lalu memandang siluet Laura hingga menghilang dari pandangan. Penasaran dengan apa yang Laura ucapkan. Arjuna pun bergerak cepat memeriksa latar belakang Laura di akses database kepolisian Malakai.

Di sana, muncul foto Laura secara lengkap. Mulai dari data kelahiran, pendidikan hingga data diri orang tua beserta keluarga.

Nama Ayah : Seiji Kato
Status Kematian : Bunuh Diri / 29 Juli XXXX

Ibu : Nagita Rayanza
Status Kematian : Meninggal setelah persalinan

Wali Saat Ini : Ataya Calista
Status : Ibu Panti Asuhan Himawari 

Identitas Laura sebagai seorang anak yatim piatu. Sungguh-sungguh membuat keterjutan Arjuna terus meningkat. Ia agak merasa iba melihat latar belakang Laura. Masih dikuasai rasa penasaran, Arjuna pun kembali memeriksa kasus kematian Seiji Kato lebih lanjut di database kepolisian.

Namun, lagi-lagi Arjuna dibuat tercengang akan dokumen yang tampil di layar monitor.

TOP Secret
Anda tidak diizinkan mengakses laman ini.

Senyum di ujung bibir Arjuna terbit. Ia menemukan sesuatu yang menarik dan barangkali, penyelidikan kasus keluarga Laura, masuk daftar list dari Mavro Koraki.

...

Pagi telah tiba, kesibukan kepolisian metropolitan kembali sibuk. Laura sudah bangun lebih pagi untuk bersiap. Dia sangat senang, karena telah menyiapkan segala keperluan untuk menginap.

Sebelum kembali sibuk dengan tumpukan berkas di meja. Dia memilih untuk sarapan di kantin kepolisian yang berada di lantai dasar.

Sementara sibuk mengantre mengambil lauk prasmanan. Ia, dikejutkan oleh kehadiran Mika yang sedang duduk di meja kantin bersama seorang laki-laki. Mata Laura memincing, dari gelagat dan gestur tubuh Mika, ia sangat yakin. Sahabatnya itu sedang kencan dengan salah satu anggota kepolisian.

Tidak ingin kehilangan momen tersebut, Laura buru-buru mengisi nampan nasinya dan melesat ke barisan meja yang tidak jauh dari posisi Mika berada. Belum sempat melihat lebih leluasa, Andara tiba-tiba duduk di depan Laura dengan senyum secerah matahari Teletubbies.

"Pagi, Lau. Bagaimana tidurmu semalam?"

"Ah, pagi juga." Laura membalas dengan sedikit kesal. Tetapi ia tetap memasang senyum terbaiknya.


"Kupikir kalian masih tidur." Laura mulai sibuk memakan nasi dan memotong telur rebus menjadi setengah bagian dan memakannya.

"Alka dan Arjuna masih tidur sih. Kapten semalam pulang ke rumahnya. Dia jarang banget mau tidur di kantor."

"Kenapa?" tanya Laura penasaran.

"Enggak biasa mungkin." Andara menjawab seadanya.

"Oh."

Untuk sesaat, keduanya tidak lagi berbicara dan fokus menyelesaikan sarapan. Mendadak, bunyi notifikasi pesan WhatsApp mengalihkan atensi mereka berdua. Laura pun membuka ponselnya dan melihat, pesan Airlangga ada di sana.

©Ketua Buaya
Aku sudah meminta kepada interpol mengenai penangkapan pelaku D untuk kepentingan penyelidikan. Kemudian menghubungi kepolisian Cina dan Kedubes Malakai terkait Dominik Putra.

Lalu, kami menemukan ini.

Laura melihat sebuah link menuju situs berita yang menampilkan.

DITEMUKAN WARGA NEGARA MALAKAI TEWAS BUNUH DIRI DI DALAM SEBUAH KAMAR HOTEL FEN SHAN DI CHINA

Mata amber Laura terbelalak. Tetapi dia terus menggeser chat Airlangga ke bawah.

Pria yang kita duga sebagai pelaku telah tewas. Apa penyelidikan akan berhenti? Tidak, berkat Lawful Intercept yang dilakukan Arjuna semalam. Kita menemukan bukti rekaman pelaku dengan seseorang yang meminta pelaku untuk membunuh Marugai.

Dan nomor tersebut terdaftar sebagai kepemilikan dari Felix Milano oleh provider.

Berdasarkan bukti rekam forensik digital. Felix Milano secara resmi dituduh sebagai otak dari rencana pembunuhan dan menjadi tersangka utama.

Laura mendongak dari layar ponsel ke arah Andara sembari menelan saliva.

"Aturan pertama," kata Andara, "tetap habiskan makananmu, Laura."

__/_/_/___
Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro