Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Air-51-When CEO falls in Love

Air-51-When CEO falls in love

Jika kalian pikir menjadi seorang CEO itu mudah, namun segalanya sebanding dengan pemasukan yang akan di dapat dari setiap bulir keringat. Kenapa CEO di dunia 'astral' hidupnya tampak semudah menggunting duit? Dibumbui romansa ciuman yang segampang nempelin stiker di tembok kamar di setiap bab hidupnya. No, itu bukan seorang CEO yang bisa disebut manusia, itu namanya binatang berjas CEO saja. Menjadi seorang CEO itu sulit, termasuk harus tetap tersenyum, welcome, meski sebenarnya di dalam hati ingin membunuh kliennya secara perlahan namun pasti. Seperti David Triandra ini, Tuhan tahu seburuk apa permintaan Dave atas nama Nathanel, sekarang di hadapannya.

Dari sekian kontestan, kenapa harus pria kurang ajar ini yang jadi pemenangnya?

Keduanya sama-sama tersenyum ramah, dan keduanya sama-sama mempunyai amarah, terpendam. Jelas bagi Dave, dan tersembunyi bagi Nathanael. Dia pikir, dia tidak ada kurangnya, tapi kenapa Gaby malah memilih Dave menjadi pelabuhan hatinya? Kenapa Gaby tidak bisa menunggu sebentar saja, nanti dia pun bisa memberikan segalanya?

Nathan maju duluan, sebagai orang yang sama-sama tidak tahu kalau pria sialan ini yang akan menjadi bosnya.

"Senang bertemu dengan Anda," kata Nathan, mengajak bersalaman. Imej cool, sesuai dengan tingkat kedewasaannya.

Dave jelas memandang rendah Nathanael, namun dia menyamarkannya. "Pantas rasa makanannya cukup standar, ternyata Andalah pembuatnya." Imej tenang, dengan sifat killer di dalam hatinya.

Nathan bisa mengontrol emosinya di saat Dave tidak tampak menghinanya, padahal mah iya!

"Yang terbaik dari yang terbaik," balas Nathan tak mau kalah.

Dan saat mereka bersalaman, di sinilah saatnya mereka adu kekuatan. Saling meremas tangan satu sama lain, tapi disertai senyuman samar; bahwa mereka bisa menjadi partner yang hebat. Sementara Edward, melihat mereka biasa-biasa saja, tidak tahu nanti jika dia tinggal, mungkin ruangan ini akan berantakan akibat dua pria patah hati; yang bisa saling baku hantam.

Setelah memperlihatkan bagaimana kuatnya mereka masing-masing, dan dehaman Edward karena dia merasa mereka bersalaman terlalu lama. Tidak, Edward tidak peka kalau Dave membencinya, dia malah mengira jika Dave terlalu tertarik pada Nathan. Takutnya romansa Dave bisa berubah halauan gara-gara patah hati.

"Jadi Anda lulus dari Paris, begitu?" tanya Dave, dia sedang memikirkan cara untuk menghina Nathan lagi. Pokoknya hina, sehina-hinanya!

"Le Cordon Bleu tepatnya," jawab Nathan, dia pun tidak mengizinkan Dave untuk kembali mengejeknya.

Dave tahu-tahu tertawa remeh. "Pasti Anda tidak laku di sana ya? Makanya pulang?"

Edward mengernyit, dia baru sadar kalau ada yang tidak beres dengan bosnya, meski biasanya Dave kadang tidak beres, tapi yang ini beda, kayak ada setan-setannya gitu.

Nathan bersandar, menyatukan tangan di atas paha. "Entahlah. Saya hanya memikirkan orang yang saya cintai. Makanya, saya rela melepaskan banyak tawaran di sana."

Tidak ada yang tahu kalau sekarang Dave sedang mengepalkan tangannya.

"Oh maaf," kata Nathan mendapati jika Dave akan terpancing semudah ini. "Saya malah jadi membicarakan tentang wanita saya. Tapi... mau diapakan juga, saya memasak pun karena dia, yang suka makan."

Dave tersenyum menyudut.

"Anda tahu tidak? Letak hati wanita itu sebenarnya ada pada perutnya?" Nathan sibuk menciprati Dave dengan api.

"Benarkah?" Dave mengernyitkan dahi, sok tulalit. "Tapi apakah Anda yakin? Karena makanan yang enak, bisa terus membuat seorang wanita mencintai Anda? Jadi Anda tidak ada bedanya dong sama abang-abang mi tektek yang suka lewat di depan rumah saya?"

Tak tahu alasannya, mendadak Edward harus tertawa, dan dia dengan jelas menahannya.

Nathan geram. "Setidaknya saya sudah dianggap sebagai calon adik ipar."

"Hmm?" Dave tertawa. "Saya sudah disebut-sebut sebagai menantu. Bagaimana nih? Padahal saya tidak bisa memasak?"

Sialan. Giliran Nathan yang mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Kenapa Edward merasa kalau mereka berdua semakin ngawur?

Edward berdeham. "Kontraknya akan segera saya ambilkan," katanya, dia mencoba ambil alih, karena rasa-rasanya kok wajah Nathanael itu kayak mau meledak.

Ditinggal Edward yang keluar sebentar, Dave dan Nathan pun beradu pandang yang begitu menusuk satu sama lain.

"Berhenti mengejar-ngejar Gaby," kata Dave, dia tidak santai, dia tahu apa yang dia mau.

"Kenapa saya harus menurut?" Nathan pun sama. "Dia tidak perlu dikejar. Pada akhirnya, dia akan datang kembali kepada saya. Anda itu hanya... seperti selingan saja di dalam hidupnya."

Selingan pala lu pengin gue kunyah!!!

"Sementara Anda hanya masa lalunya. Bisa apa Anda?" kata Dave, "Dia sudah bosan dengan Anda."

Nathan terkekeh. "Merebutnya?"

"Saya bisa merebutnya, kalau saya mau," tutur Nathan, yang merasa tertantang. "Bagaimana? Anda pikir Anda apa bisa mempertahankannya?"

Dave menelan ludahnya. Kenapa rasa percaya dirinya perlahan mengecil?

Ngomong-ngomong, boleh enggak sih entar Dave taruh kontrak mereka ke mesin penghancur?

Boleh mungkin. Kalau dia mau dirorong oleh Edward dari lantai tempat ruangannya berada sampai ke lantai yang paling dasar. Atau dicoret dari daftar kartu keluarga....

Well, sepertinya akal sehatnya akan kalah; membedakan mana bisnis dan permusuhan, seorang CEO yang sedang jatuh cinta pun bisw kewalahan.

Dave tidak bicara lagi, mereka segera saja menandatangani kontrak bisnis bernilai menakjubkan itu.

Dave teringat, ada satu hal yang bisa dia lakukan lagi.

"Edward, bawa sini food taster yang tadi," katanya, dan Edward berpikir kalau bosnya hendak memuji langsung di depan kamar chefnya.

Nathan pun melihat dengan kedua matanya; apa yang diperbuat Dave selanjutnya.

Dave membuang makanan itu ke tempat sampah, dan segera membersihkan tangannya.

"Apa yang sudah dibuang, tidak bisa diambil lagi sekarang. Yang sudah hancur pun tidak bisa disatukan lagi. Bagaimana?" Dave tersenyu miring. "Di mana restoran Anda? Berapakah harganya?"

Dan saat kontrak itu ditandatangani, perang di antara keduanya pun makin dimulai.

Saat seorang lelaki jatuh cinta. Terkadang bisa sangat manis, namun di sisi lain, sewaktu-waktu bisa menjadi mengerikan. Karena mempertahankan pasti lebih mudah, daripada melepaskan.

Melukai harga diri musuhnya dengan mudah, mungkin itu adalah salah satu kekuatan dari seorang CEO, yang sedang jatuh cinta.

~••~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro