Air-5-Kang Begal Keramas
Peluk cium untuk abang Dapit😍
Air-5-Kang Begal Keramas
Bagi Gaby, dia enggak masalah buat telat menikah, asal jangan menikah karena telat datang bulan saja. No, karena Gaby masih menantikan orang yang tepat untuk membangun mahligai rumah tangga bersamanya, maka dari itu di umurnya ke-28 bulan Maret besok, dia belum mempunyai calon ayah untuk anak-anaknya kelak. Tita aja seminggu lagi udah mau malam pertama, sementara Gaby masih sibuk dicereweti oleh Tabitha untuk segera membawa orang yang mau khilaf menikahi anaknya. Khilaf dalam arti, mau berjanji sehidup dan semati untuk menjaga dan mencintai Gabriella Sydney di kehidupan ini.
Gaby menarik napas, dia turun dari mobilnya yang terparkir di lingkungan kafe bernama kafe Aroma. Siang ini, di jam makan siang, Gaby akan menemui orang yang pernah berjanji juga kepadanya; bahwa saat dia kembali ke Indonesia, dia ingin memulai segala sesuatunya lagi dari awal.
"Nathanael," gumam Gaby, dia menyebutkan nama pria itu - pria yang duduk di dekat jendela, dia sedang mengecek ponselnya dan saat dia melihat Gaby sudah ada di luar kafe, dia tersenyum charming.
Tak dipungkiri, selama setahun tak bertemu, pria itu tambah bersih mukanya, dan pasti tambah maskulin. Beda umur dua tahun, dan pasti Nathanael bisa lebih bersikap dewasa ketimbang Gabriella.
Shit. Cuma ketemu mantan, Gab. Cuma ketemu mantan, kenapa hatimu kayak lagi dangdutan? Minta banget disawer pake cinta!
Gaby bunuh rasa grogi yang menyeruak tiba-tiba, sambil berjalan masuk untuk menemui pria yang sejak pulang ke negara ini, jadi tambah rajin mengiriminya pesan.
Tak dipungkiri lagi kalau, Nael langsung berbinar, dan dia punya pikiran untuk bangkit berdiri; untuk menyambut kedatangan Gaby.
Gaby memasang wajah - mantan - itu makanan - jenis - apa - ya?
Umbi-umbian?
Terong-terongan?
Atau pare? Karena menurutnya, hanya bisa menyisakan kenangan pahit saja.
Gaby menarik kursi. "Udah nunggu lama?"
Dia hanya basa-basi. Sebenarnya Nael sudah mengajak janjian sejak dua jam lalu, hanya saja, Gaby sengaja ngaret, dia mau menguji pria itu sekaligus berharap kalo Nael gagal saja. Tapi amat disayangkan, Nael menunggunya dengan setia, sampai memesan dua gelas kopi Toraja untuk dirinya sendiri, yang tersisa setengah gelas saja.
"Belum, baru seratus dua puluh menit," jawab Nael, dan membuat Gaby pengin tertawa di dalam hati.
Pria itu masih saja menampilkan kesabarannya. Halah, cowok mah gitu, kalo suka aja dipepet terus, tapi kalo bosan, ya ceweknya dibuang kayak kaleng jus yang udah kosong.
Gaby mengangguk, dan dia mengamati barang apa saja yang ada di atas meja mereka.
"Jus alpukat?" Nael masih ingat saja tentang minuman kesukaan Gaby.
"Enggak, aku diet, air putih aja. Aku juga enggak bisa lama-lama," kata Gaby, yang sejujurnya malas untuk berada di sini.
Dia tipe orang yang tidak mau berusaha balikkan dengan mantan kekasih, jadi sekuat tenaga, dia tidak mau terbuai dengan kedatangan Nael lagi.
"Oke, jus alpukat satu," putus Nael sepihak yang segera memanggil pelayan, dan membuat Gaby mendongak.
"Ih, aku itu enggak bisa lama-lama Nael." Gaby bohong sih, tapi ini demi kebaikan semuanya.
Nael menyandarkan punggungnya ke kursi. "Kenapa sih?"
"Apanya?" Gaby ikutan bersandar, dan dia menyilangkan kaki di bawah meja.
"Kita," Nael agak menjeda kalimatnya, "Apa emang kalo udah jadi mantan, kita enggak bisa berteman?"
Lelaki di depannya ini, telah sukses membuat Gaby pusing seketika. "Nael, kalo kamu emang cuma mau berteman, kan enggak perlu chat aku tiap hari, tiap malam, sore, pagi, pokoknya chat kamu tuh udah melebihi aturan minum obat tau enggak?"
"Terus kamu risih?"
Gaby tidak yakin kalau dia bisa tahan dengan tatapan teduh Nael, yang masih sama - kalem nan berbahaya. Jadi dia melemparkan pandang ke etalase kafe. "Begitulah. Kamu pikir aja sendiri."
Tahu-tahu Nael tertawa kecil. "See, bahkan kamu sendiri, enggak pake gue - elo, yang artinya kamu masih ingat tentang janjiku dulu."
Gaby mengigit bibir bawahnya, dia merasa bodoh karena seharusnya dia tidak perlu sesopan dulu, menggunakan aku - kamu, dan hal itu bisa membuat Nael yakin, jika sebenarnya Gaby masih bisa memberinya harapan.
Dan tak berapa lama, Nael mencondongkan tubuhnya, kemudian mengambil tangan kanan Gaby, lalu menatap lembut kedua mata wanita itu. "Aku enggak bakal pergi lagi, Gab. Cukup setahun buatku yakin, kalo aku enggak bakal bisa lama-lama jauh dari kamu."
Gaby terdiam, dia mencoba menarik tangannya, namun Nael menahannya. "Please, Gab. I love you."
"Kita putus!" Suara seorang wanita yang diliputi amarah, mendadak menyita seluruh perhatian orang-orang di dalam kafe ini, dan juga Gaby tentunya.
Ucapan wanita itu, serta tindakannya, sungguhlah luar biasa. Siapa sangka, minuman pesanan Gaby yang harusnya sampai ke mejanya, malah disambar oleh wanita bergaun floral itu untuk dia siramkan kepada pria berjas hitam yang sekarang tertunduk dan menggenggam erat ponselnya.
Wanita itu memundurkan kursinya kembali. "Aku capek sama kamu!" Dia ambil tas selempangnya, dan akhirnya dia menunjukkan wajah pria korban siraman alpukat itu.
Kebanyakan orang berbisik, tapi untuk Gaby, dialah satu-satunya orang yang tertawa keras di sini.
"Kang begal lagi keramas!" Gaby menunjuk Dave menggunakan tangan bebasnya, dan ini adalah salah satu hiburan yang paling berharga di dalam hidupnya.
Gaby menarik tangannya yang dipegang oleh Nael. "Gue harus mengabadikan momen ini!"
Otak kriminalnya berjalan, dia ambil ponselnya, dan dia foto David Triandra yang siang-siang bolong begini, main basah-basahan.
Dave mengangkat wajahnya, dia menggerakan kepalanya, karena dia pun hafal dengan suara serta lontaran ejekan itu, dan click, Gaby sudah mendapatkan foto yang dia mau.
"Sial," Dave melotot dan serta mengumpat, "Ada si muka wajan lagi...." Dia mengambil buku menu, berusaha menyelamatkan imejnya yang tersisa.
"Kamu mau ke mana?" Nael mencekal pergelangan tangan Gaby, saat dilihatnya bahwa Gaby hendak meninggalkan dirinya.
Sambil masih berada di dalam efek girang karena bisa menyaksikan bagaimana seorang Dave dipermalukan, Gaby menepis tangan Nael.
"Aku mau ke sana," Gaby menunjuk tempat Dave duduk, "Udah ya, aku pergi." Dengan gampangnya dia meninggalkan Nael, yang belum selesai untuk membuat kisah cinta lama mereka bisa bersemi kembali.
"Gaby," panggil Nael, tapi Gaby tak mengindahkannya.
Gaby berjalan sambil tetap tertawa-tawa, dan Dave sedang bersiap untuk kabur dari situ.
Dave berdiri dengan buku menu yang masih berada di posisi yang sama.
"Kang begal, mau ke mana?" Gaby menarik kerah kemeja Dave, "Ayo kita selfie dulu!" Dia semringah sekali.
Beginilah, cara Tuhan untuk menjungkirbalikkan hidup mereka.
~•••~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro