Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Air-12-Bukan Kang Begal Biasa part 2

Happy reading gaes😚

Air-12-Bukan Kang Begal Biasa part 2

Ini mimpi

Ini mimpi

Ini mimpi

Plis ini mimpi...!

Sampe bibir lo jadi seksi kayak Angelina Jollie, ini bukan mimpi Gab. Orang yang ada di sebelah elo, yang tangannya ngerangkul bahu elo, orang itu benar-benar David Triandra, bukan adik kembarnya yang berwajah adem-adem lucu. Dave itu mukanya antagonis bin nyebelin, yang kadang kalau mulut pedasnya lagi mulai ngoceh, jadi pengin Gaby olesin pake wasabi ampe jontor.

Sayang-sayang 'pala lo peyang!

Gaby ingin bicara begitu, tapi dia hold dulu segala tekanan batin; ingin menggeplak Dave sampai pria itu menjerit minta pengampunan, karena kedatangan Dave ke sini, suka tidak suka memang sedang dia butuhkan.

Lalu saat Gaby menengok kembali ke Nael, pria itu matanya seperti berkilat - marah. Ngeri deh, tapi Dave tampak santai saja menanggapinya.

"Ini pria yang di restoran itu?" tanya Nael, yang mengingat soal tempat di mana dia pernah ditinggalkan Gaby saat dia sedang serius berbicara; untuk mendekati posisi duduk pria lain.

"Kita kenal ya?" Dave pura-pura tidak kenal, dia sedang cari masalah.

Gaby menyengir kaku. "Nath, ini Bi ... Dav ... Bi-"

Dave mengulurkan tangannya dan dia sengaja memototong ucapan Gaby. "Gue David Triandra. Dave. Pacar barunya Gabriella Sydney, mantan elo." Muka antagonis tapi sok tersenyum protagonis, itulah ekspresi Dave saat ini.

Najis! Najis!

Dave merasa najis saat dia mengakui dirinya sebagai kekasih Gaby, dan begitu pula sebaliknya. Mimpi apa mereka berdua semalam? Dipatok ular, eh?

Perubahan ekspresi di wajah Nael juga langsung terlihat. "Udah berapa lama, Gab?" Dia menoleh ke arah Gaby yang masih melongo oon akibat mendengarkan kalimat perkenalan Dave.

Itu tangan songongnya Dave menarik bahu Gaby agar lebih mendekat kepadanya, dan dia mengusap kepala wanita itu dengan kelembutan. "Itu enggak penting berapa lamanya, yang penting dia lebih tahan sama gue ketimbang sama elo."

"Ta ... tahan apa?!" Gaby ingin menyingkir dari samping Dave, tapi tenaga pria itu lebih kuat darinya.

Dave memiringkan kepalanya. "Tahan saling mencinta?"

Ada enggak sih mobil ambulan yang lewat malam-malam begini? Atau apakah ada yang mempunyai air doa? Pengin deh Gaby siramkan ke wajah Dave sekarang juga.

"Saya permisi," kata Nael tiba-tiba, yang berubah menjadi formal.

Lelaki itu seperti kehilangan semangatnya, dan niat dia untuk menghabisi Dave tidak tahu pergi ke mana, yang pasti dia hanya sedang sakit hati. Minta balikan beneran, ternyata sudah mencintai orang lain. Mungkin keberuntungan Nael tidak ada hari ini, mungkin lain kali.

Gaby jadi merasa bersalah saat melihat bahu mantannya itu tampak longsor. "Ha ... hati-hati di jalan!"

Pria yang berprofesi sebagai koki masak itu tidak mejawab, bahkan menengok ke belakang pun enggan. Mungkin ini yang dinamakan - menyerah?

Selepas Nael pergi, Gaby langsung menjambak rambut Dave dalam sekali tarikan dan sekuat tenaga. "Jijik gue...!"

"Adaw!" Dave menggosok kulit kepalanya yang terasa pedas.

"JIJIK GUE SAMA ELO, DAVE...!" Gaby tarik kerah Dave ke belakang, sampai pria itu tergeletak di sofa, sambil Gaby berpindah ke sofa lain.

Dave menggelakkan tawanya. "Harusnya gue yang bilang gitu sama elo. Masa tangan CEO ganteng gini megang-megang wajan, kan enggak etis."

"Gue enggak minta dipegang ya!" sergah Gaby, "Jangan panggil gue wajan! Gue manusia! Manusia cantik!"

"Cantik kok jomblo." Dave terduduk kembali seraya menyisir rambutnya yang tambah acak-acakan akibat jambakan mantap dari Gabriella.

"Diem elo, elo jomblo juga bangga," sahut Gaby yang menyilangkan kakinya, dan dia lebih baik memeriksa ponselnya untuk menghubungi si pengkhianat Lukas.

Dave hendak menimpali Gaby dengan sebuah ejekan lagi, tapi saat dia melirik wanita itu, ada sebuah pemandangan yang membuatnya menelan ludah dalam-dalam. Dia baru sadar, jika Gaby itu lagi berdandan, wangi, dan yang pasti itu pahanya mulus, apalagi kakinya jenjang. Ya salam.

Dave jadi langsung batuk-batuk grogi. "Ambilin gue minum dong. Tamu nih."

"Tamu apaan, gue maunya tamunya itu Bian, bukan elo," balas Gaby tanpa mendongakkan kepalanya.

Ups. Gaby kelepasan. "Ma ... maksud gue-"

"Inget Gab, Bian udah mau tunangan. Lo jangan jadi PHO, jadi wajan yang minyakan aja udah cukup buat gue pusing." Dave terdengar serius saat mengucapkan perkataan ini.

"Gila kali gue jadi PHO. Ya enggaklah, gue masih waras," tutur Gaby, "Gue kan cuma minta tolong. Abis muka Nael tadi serem banget. Gue cewek dan elo tau itu."

"Ya udah. Makanya, karena lo cewek, sekarang bikinin kopi kek," Dave mengelus lehernya. "Gue haus sama laper juga nih, karena pura-pura jadi pacar orang juga butuh tenaga."

"Idih, males. Ambil sendiri sono." Gaby bersikukuh, dia tidak mau beranjak dari tempatnya, karena dia lebih memilih untuk menghujani Line kakaknya dengan stiker marah.

"Judesnya gak ilang-ilang," gumam Dave, dia berdiri, dan dia pun mengambil jas yang tersampir asal tak jauh darinya.

Dia mendekat ke tempat Gaby duduk, lalu menutupi paha Gaby yang terekspos itu. "Wajannya enggak item sekarang, tapi putih."

Sebelum teriakan Gaby meledak, Dave sudah ngibrit lari ke dapur.

"Dasar kang begal nista...!" pekik Gaby dari ruang tamu.

Dave memang bukan kang begal biasa. Dia itu CEO yang nyebelin, dan punya bibit nista di dalam otaknya, seperti adiknya - Ambar Wulandari.

"Gaby! Wajannya di mana?! Gue mau masak nasi goreng nih!" teriak Dave dari dapur, dia sedang mencari-cari alat masak sebelum berpindah menengok ke dalam kulkas.

"Gue enggak punya wajan! Paka aja tuh teflon!" sahut Gaby yang agak enggak nyaman saat Dave dengan inisiatifnya menutup bagian tubuhnya yang terbuka.

Dave tertawa kecil di dapur rumah Gaby sambil mulai mengambil bahan-bahan nasi goreng. Apakah gara-gara lontaran ejekan darinya, Gaby sampai tidak mempunyai satu pun wajan di rumah?

"Gaby! Elo mau nasi gorengnya enggak?!" teriak Dave lagi.

"Kagak! Gue takut elo racunin gue!"

"Eh! Boleh juga tuh! Padahal tadinya paling cuma gue kasih pelet doang loh! Lo mau gue racunin ya?!"

"David Triandra...!" sahut Gaby lagi.

Berdua saja sudah ramai, apalagi kalau mereka berjodoh dan punya anak nantinya ya?

Dave terkekeh-kekeh, dia selalu senang saat berhasil membuat Gaby naik darah.

~•••~


Kutunggu vommentnya😚😚

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro