
XLVII. ✾ Padang Rumput ✾
~•¤•~
"Luke?!" kaget Ainsley dan Hugo secara bersamaan, ketika monster serigala raksasa yang awalnya mereka pikir beringas itu, ternyata sosok lain dari Luke.
"Ya, siapa lagi kalau bukan aku Sang Pesulap Tampan?" celoteh Luke yang membuat telinga Ainsley mendadak gatal.
"Ternyata memang Luke," batin Ainsley.
Serigala berukuran raksasa itu menurunkan sedikit tubuhnya ke bawah. Mempersilahkan kedua Starseed menunggangi dirinya.
"Apa yang kalian tunggu? Ayo naik ke punggungku!" kata Luke yang membuat Hugo dan Ainsley tersentak terkejut. Lalu, segeralah mereka menaiki punggung Luke.
Belum sampai satu detik mereka naik ke atas punggung Luke, sebuah panah berhasil melesat melewati mereka. Untungnya Luke bisa menghindar. Nyaris saja, kepalanya terkena panah.
"Itu Asmodeus!" seru para monster di tempat itu sembari menunjuk Luke dengan jari telunjuk mereka. Puluhan panah sekali lagi ditembakkan ke arah Luke, membuat serigala raksasa itu meraung marah.
Groaarrr.
Netra serigala berwarna merah pekat milik Luke menatap dengan tajam ke arah para monster penembak panah. Ia terlihat sangat marah.
Makhluk itu dengan beringas, langsung menyeruduk para pasukan di sekelilingnya. Hugo dan Ainsley yang tengah menunggangi Luke, berusaha untuk tetap bertahan agar tidak terjatuh karena guncangan hebat.
Ainsley yang berada di bagian depan, berusaha menggengam bulu Luke dengan kuat agar tidak terjatuh. Sedangkan Hugo yang berada di belakang Ainsley, membantu Luke dengan menembakkan kekuatan petirnya kepada para monster.
Di waktu bersamaan, para pasukan pembunuh semakin banyak mengerumuni mereka.
"Para monster menambah pasukan lagi!" ucap Ainsley ketika manik mata indahnya menangkap puluhan pasukan berwujud ikan setengah kuda tengah memasuki lapangan penyiksaan.
Hugo mulai kewalahan karena pasukan pembunuh yang menyerbu mereka semakin banyak. "Kita harus segera pergi dari sini! Waktu kita ti---" Kalimat Hugo terpotong karena pergerakan Luke yang dinilai terlalu beringas.
Hugo nyaris terjatuh. Untungnya saja, laki-laki itu mampu menjaga keseimbangannya dengan baik.
Luke mulai menggila, dia menyerang para pasukan pembunuh dengan ganas. Bahkan, Luke tidak mempedulikan Ainsley dan Hugo yang nyaris terjatuh karena aktivitas Luke yang terlalu berlebihan.
"Luke! Apa yang kau lakukan?! Kau bisa menjatuhkan kami!" pekik Ainsley berusaha menyadarkan Luke.
Luke tidak menggubris pertanyaan Ainsley. Kesadaran laki-laki itu mulai tidak terkendali. Manik mata serigalanya telah menggelap, seakan-akan Luke yang mereka kenal telah menghilang.
"Gawat! Kepribadian Luke telah dikuasai sepenuhnya oleh wujud monster serigala!" gumam Ainsley.
Namun di tengah-tengah pertempuran itu, suara siulan menarik perhatian Ainsley dan Hugo, seakan-akan sengaja dibawa oleh desiran angin. Ainsley menoleh ke arah siulan tersebut. Kedua netranya menangkap sosok Rasbeth tengah berada di atas dinding pembatas.
Gadis pengendali api itu menggengam kain berwarna merah yang terlilit pada pilar. Sedangkan tangan satunya, berusaha memberikan kode isyarat pada Ainsley.
Ainsley yang mengerti bahasa isyarat dari Rasbeth segera menganggukkan kepalanya bertanda setuju.
Di saat itu juga, Rasbeth segera melompat dari dinding pembatas menuju ke atas punggung Luke sembari berayun layaknya seekor monyet dengan tirai merah yang digenggamnya. Setelah aksi berbahaya-nya itu dilakukan, dia akhirnya berhasil mendarat dengan selamat di atas punggung Luke.
Membuat Luke semakin terkejut karena pendaratan Rasbeth yang dinilai terlalu tiba-tiba. Luke mengaung, lalu mengehentak-hentakkan tubuhnya kesana-kemari.
Rasbeth segera mengontrol pergerakan Luke layaknya menunggangi seekor kuda. Lalu dengan cekatan, ditepuknya dengan kuat tubuh makhluk itu agar membuatnya berlari meninggalkan lapangan penyiksaan.
"Lari! Asmodeus!" perintah Rasbeth berusaha mengontrol pergerakkan Luke.
Luke dengan wujud Asmodeus segera berlari menerobos pasukan pembunuh yang berusaha menghalangi jalan keluarnya.
"Hiyak." seru Rasbeth, menirukan ucapan para penunggang kuda profesional. "Keluarlah dari kastil hitam!"
Luke berlari melewati setiap koridor. Untungnya seluruh koridor di kastil tersebut berukuran cukup besar, sehingga mampu dilewati Luke. Para pasukan penjaga berhasil dilewati. Sesekali dari mereka berusaha menembakkan panah kepadanya.
Namun Hugo dengan cekatan berhasil menangkis belasan panah dengan menggunakan tameng cahaya tembus pandang miliknya. Tak jarang, laki-laki itu juga membalas menembakkan kekuatan listriknya kepada para pasukan yang berusaha menyerang mereka.
Luke berhasil tiba di halaman depan kastil. Para prajurit beruang yang tahu akan kehadiran mereka segera bertindak untuk menangkap Luke.
Tidak seperti dugaan Ainsley, para pasukan yang menjaga bagian depan kastil ternyata lebih banyak dan kuat dibandingkan tempat lain. Bahkan belasan prajurit pemanah sudah siap siaga di atas dinding pembatas dan sebagiannya lagi berada di lantai dua.
"Mereka bersama Asmodeus! Tangkap mereka hidup ataupun mati!!" seru pemimpin para pasukan beruang.
Ketiga Starseed itu tidak takut. Terlebih lagi Luke. Dalam wujud Asmodeus, dia segera melompati para pasukan yang berusaha menghalanginya. Bahkan ratusan panah dari para pemanah ahli kastil hitam bisa ditangkis dengan mudah.
Luke segera meninggalkan area terkutuk itu dengan menghancurkan gerbang utama kastil hitam menjadi tujuh bagian. Ainsley, Hugo, Rasbeth dan Luke pada akhirnya berhasil keluar dati kastil hitam sepenuhnya. Mereka berlari menyusuri padang rumput berukuran tinggi yang terbentang luas di luar sana.
"Kita berhasil!" pekik Hugo girang.
Ainsley, Hugo dan Rasbeth sangat gembira. Setelah sekian lama menunggu, mereka pada akhirnya terbebas dari jeratan Fis. Angin mendesir lembut, melewati celah-celah rerumputan liar, sebagai saksi bisu atas keberanian mereka.
Namun, kebahagian itu tidak bertahan lama. Para pasukan pembunuh berwujud kelewar masih saja mengejar Luke. Bahkan monster-monster kelelawar membuang bola-bola berwarna coklat yang dapat meledak kepadanya.
Bola-bola mengeluarkan bau tidak sedap, namun disisi lain dapat berujung fatal jika terkena ledakan bola coklat tersebut.
"Jauhi bola-bola coklat itu!" perintah Hugo sembari berusaha melindungi teman-temannya dengan menggunakan tameng miliknya.
"Aku tahu," jawab Rasbeth berusaha mengontrol Luke agar menghindari kotoran kelewar. "Ainsley, sekarang kamu yang menyetir! Aku akan membunuh para kelewar terlebih dahulu."
"Baiklah," jawab Ainsley sembari bertukar tempat dengan Rasbeth.
Rasbeth segera menembakkan api birunya ke arah para monster langit, hingga membuat beberapa monster kelelawar tersebut berjatuhan.
Sementara Ainsley, gadis itu berusaha mengontrol Luke dengan aman. Ainsley dapat merasakan bulu-bulu Luke yang lembut bak permadani berwarna keemasan tengah berubah menjadi dingin.
Ainsley awalnya menduga Luke kedinginan karena terkena hamparan angin yang terus-menerus menderu. Namun, sepertinya tidak. Makhluk itu tidak kedinginan karena angin, melainkan sebuah efek karena staminanya hampir habis.
Ainsley yakin, wujud monster yang selalu digunakan Luke dapat membuat stamina dan kekuatannya berkurang.
Luke mulai melemah.
Ditambah lagi dengan rumput-rumput berukuran raksasa yang mereka lewati ini mengganggu penglihatan.
"Gawat! Kekuatan Luke mulai melemah!" pekik Ainsley.
"Apa?!" kaget Hugo. "Kita harus berhenti!"
"Apa yang kau katakan? Kita tidak bisa berhenti di sini!" timpal Rasbeth. "Para kelelawar itu akan menangkap kita!"
"Tidak! Kita harus berhenti!"
"Apa pun yang terjadi, kita tidak boleh berhenti!"
Ainsley tidak menggubris kedua Starseed yang berada di belakangnya itu. Dia memilih untuk tetap fokus mengendarai Luke meskipun pandangannya terganggu karena rerumputan liar berukuran besar. Pada akhirnya mereka berhasil keluar dati zona padang rumput. Tapi, ada sesuatu yang aneh jauh di depan sana.
"Teman-teman ...," gumam Ainsley tidak bisa berkata-kata lagi.
Hugo dan Rasbeth yang tadinya berdebat mendadak terdiam ketika menoleh ke depan.
"Awas ada jurang!" pekik Rasbeth.
Ainsley segera membanting setir ke kiri. Namun naas, Luke yang staminanya telah menurun mendadak berubah menjadi tidak fokus, membuat dirinya menjadi salah menangkap sinyal dari Ainsley. Yang harusnya menghindari jurang, justru semakin melompat ke dalamnya.
Sehingga mau tidak mau, takdir berkata agar mereka diharuskan untuk memasuki jurang.
"Aaaaaa!" teriak mereka bersamaan.
🎪
Orion menghela napas panjang ketika memasuki kamar mewahnya. Menjadi detektif di hari ini, sungguh melelahkan baginya. Laki-laki itu masih saja memikirkan kasus hilangnya Ainsley yang terbilang tidak masuk akal. Bahkan belum lama ini, sepupunya juga ikut menghilang.
Dia meletakkan buku diary milik Ainsley di atas meja berteknologi. Orion melangkahkan kedua kakinya ke arah jendela besar yang tidak tertutup tirai. Ditataplah beberapa penjaga yang berlalu lalang di halaman depan mansion Keluarga Dirgory.
Langit kian menggelap dan salju yang terus-menerus turun membasahi kediaman Keluarga Dirgory, para pekerja itu masih saja beraktivitas walaupun di cuaca buruk sekalipun.
Sepertinya para penjaga berusaha sekuat tenaga untuk melindungi Keluarga Dirgory dari ancaman bahaya, walaupun Tuan Blake telah melarang mereka untuk bekerja tidak terlalu berlebihan di saat menjaga mansion.
Kedua netra abu-abu milik Orion berpindah ke arah perkebunan Keluarga Dirgory yang terbentang luas jauh di hadapan sana. Bahkan, jalan lurus yang membelah perkebunan itu juga terlihat jelas di mata Orion.
Orion merapikan rambutnya yang berantakan ke arah belakang dengan satu tangan. Sedangkan tangan kirinya bersandar ke dinding.
Dia mendengkus. "Cahaya hijau, hah?" gumamnya sembari tertawa. "Entah karena kebetulan atau hanyalah ilusi optik belaka, Hugo dan Ainsley menghilang dengan cahaya hijau yang sama."
"Aku penasaran, siapa penjahat yang dapat melakukan trik hebat semacam itu?" celotehnya diselipkan dengan tawa. "Kau bisa membohongi semua orang. Tapi, tidak diriku. Andai di perkebunan itu, ada sebuah kamera pengintai ...."
Orion mendadak terdiam. Sebuah ide brilian secara tiba-tiba terlintas di kepalanya. Putra keluarga Dirgory itu menyeringai. "Ya, perkebunan milik keluarga Dirgory tentu saja memiliki banyak CCTV. Kenapa aku bisa melupakannya?"
Orion merogoh saku celana. Diambilah ponsel canggih berwujud transparan miliknya dari dalam sana.
"Hallo Jeffrey, aku butuh bantuanmu," ucap Orion sembari menunjukkan senyuman khas miliknya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro