Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 8 - Penasaran awal mula rasa suka

Yuk dibaca dan dikomen...

Btw, jangan lupa baca ceritaku di apps FIZZO

GRATISSSSS



------------------


Doaku disepertiga malam masihlah sama, berharap dipertemukan yang terbaik dalam ikatan cinta yang nyata.

Tidak bisa tidur. Itulah yang Aini rasakan malam ini. Merasakan perasaan berbeda dengan malam-malam sebelumnya, jelas sekali debaran jantungnya cukup terasa. Dia sampai melirik barang-barang di atas meja belajarnya. Tidak ada cangkir kopi di sana, yang menandakan bila dirinya tidak minum kopi malam ini. Akan tetapi, mengapa jantungnya berdebar begitu cepat sampai tidak bisa tidur?

Duduk kembali di atas ranjang besi dengan kasur kapuk miliknya, Aini melihat jam diponsel. Sudah jam 3 pagi. Yang itu berarti hampir setiap jamnya dia terjaga sejak tadi. Entah apa yang membuatnya begini, pastinya baru kali ini Aini merasakan keanehan ini.

Mengembuskan napas berat, kedua tangan Aini mengusap wajahnya berulang kali. Kali ini sudah dia putuskan tidak akan tidur malam ini. Karena sekarang, Aini malah bergerak keluar kamar, menuju kamar mandi rumahnya yang berada di bagian belakang rumah, lalu mengambil wudhu untuk dirinya menjalankan ibadah shalat tahajjud.

Walau memang Aini belum mampu rutin melakukannya. Tetapi jika pada jam segini dirinya masih terjaga, atau belum tidur karena mengerjakan skripsi dan tugas kuliahnya, maka Aini akan menjalankan ibadah shalat malamnya itu dengan khusyuk. Apalagi seperti yang dia katakan sebelumnya pada Yasmin, bila banyak sekali doanya ketika sholat malam mengenai jodoh dirinya kelak.

"Aaahhh ...." Aini tersentak kaget ketika bang Yos keluar dari kamar mandi dengan kondisi lampu dimatikan.

"Apa kau, aahh hooh, ahhh hooh saja."

"Kenapa dimatiin sih lampunya? Kalau lagi di kamar mandi, lampunya dinyalain dong!!"

Bang Yos terkikik geli, dia melirik Aini penuh cibiran. "Kenapa kau? Takut? Kau pikir abang ini macam setan?"

"Ya ... bukan masalah setan aja. Bisa jadi maling gitu. Kan serem juga."

"Siapa yang mau maling ke rumah kita? Letaknya aja kejepit depan belakang gini. Terus yaelah, masih banyak rumah orang di sekitar kita yang lebih berada. Kayak ada motornya minimal. Sedangkan kita? Kita enggak punya apa-apa."

Merasa tidak setuju, Aini menatap bang Yos dengan kesal. "Eh, kalau maling itu enggak hanya mentingin harta, tapi nyawa juga bisa dihabisin. Dan abang tahu kan, nyawa lebih berharga dibanding harta. Jadi kalau ngomong dipikir dulu."

Melewati bang Yos dengan menabraknya, abang laki-lakinya sampai tidak bisa berkata-kata. "Awas ya kau!!"

"Awas juga kau. BANG!!!" Aini berteriak dari dalam kamar mandi yang sudah ditutup pintunya.

Seolah tidak kehilangan akal untuk memancing emosi Aini, bang Yos tersenyum penuh muslihat ketika pandangannya terpaku pada saklar lampu yang sudah dinyalakan oleh Aini. Kemudian dengan sangat perlahan-lahan, bang Yos menekan saklar tersebut pelan-pelan, sampai lampu kamar mandi kembali mati.

"BANG YOS!!!"

"Makanya jangan galak-galak jo abang! Kena kutuk baru tahu rasa kau!"

Tidak memperdulikan omelan Aini dari dalam kamar mandi, bang Yos melangkah menuju ruang keluarganya. Setelah menggelar sajadah, dan memakai sarung kotak-kotak berwarna cokelat, bang Yos memulai sholat malamnya.

Sekalipun dia terlihat menyebalkan dimata Aini, namun laki-laki itu akan selalu taat pada Tuhan yang menciptakannya.

***

"Gimana?"

Menaikkan sebelah alis hitamnya naik dan turun, Aini langsung mengintrogasi Yasmin ketika mereka bertemu di kampus, pagi harinya.

Yasmin yang masih setengah mengantuk, terlihat menguap, kemudian menggeleng perlahan. Dia tahu apa yang Aini tanyakan. Akan tetapi sampai jam 1 pagi Yasmin tunggu, tidak ada update apapun tentang keributan yang terjadi di tempat makan semalam. Sampai Yasmin penasaran, dari mana Aini tahu bila laki-laki bernama Guntur itu sedang membicarakan mereka di Instagram?

"Maksudnya apa geleng-geleng gitu?"

"Yah ...." Menguap kembali, Yasmin sempat memejamkan matanya sejenak, ketika kondisinya Aini meminta updatean terbaru dari seorang Kawindra Guntur.

"Yah apa sih? Yas ... yang bener dong."

"Apa sih yang lo mau tahu, Ai? Dia enggak ada update status apapun. Bahkan gue enggak yakin dia aktif apa enggak. Bahkan lo tahu, gue nungguin sampai jam 1 pagi buat lakuin sesuai yang lo mau. Tapi apa? Dia enggak update, gue nya malah ngantuk."

Terdiam. Yasmin melirik sahabatnya itu dari ujung matanya, lalu menampilkan senyum jahil.

"Jangan-jangan lo suka ya sama dia?"

"Dih, suka? Ya enggak lah!!" Aini menjawabnya tanpa jeda. Malah membuat Yasmin yakin Aini menyembunyikan sesuatu?

"Ada apaan sih, Ai? Gue lihat-lihat dia kayaknya cowok baik. Tapi kenapa lo ...."

"LORA!" Aini memanggil teman kampusnya, yang kebetulan baru saja datang.

Sambil berlari-lari kecil dia mendatangi Lora yang bahkan tidak akrab dengannya, lalu mempertanyakan satu hal yang membuat Lora bingung harus menjawab apa.

"Eh, lo kenal sama Guntur, ya?"

"Kenal enggak sih?" Aini mendesaknya dengan pertanyaan.

"Guntur mana, ya?"

"Guntur yang diinstagram lo. Gue lihat lo komen foto-foto dia."

"Ah?"

"Ih, itu loh. Yang followersnya 9JT."

Manik mata Aini berbinar. Dia sangat berharap Lora paham apa yang dia pertanyakan. Tapi masalahnya sudah beberapa detik berlalu, Lora masih memikirkan Guntur mana yang Aini maksud?

"Lo enggak tahu Guntur mana yang gue maksud?"

"Kalau yang lo bilang followersnya 9JT, pasti Guntur yang entrepreneur itu. Tapi kalau lo tanya ke gue, kenal sama Guntur itu, enggak? Ya jelas kenal di sosmed doang. Siapa juga yang enggak kenal dia. Kenapa sih lo?"

"Ah ... jadi lo kenal, ya? Tapi belum pernah ketemu real, kan?" Bermaksud membanggakan diri, Aini memasang senyum kemenangan untuk Lora. Tapi sayangnya tanggapan Lora malah membuat Aini sakit hati.

"Gue kan pernah magang 3 bulan di kantornya dia. KAG group nama kantornya, lo cek aja. Dan setahu gue banyak kok mahasiswi sini yang kerja di kantor dia. Jadi ... kalau niat lo tadi mau bangga, gue rasa lo salah tempat deh. Apalagi mas Guntur tuh apa ya, baik banget. Kita pernah makan bersama waktu itu pas baru banget KAG group buka Yummy Healty. Kurang lebih itu udah setahun lalu. Sekarang gue balik tanya nih, lo sendiri pernah enggak makan-makan bareng dia?"

Kesulitan menahan emosi dan rasa malunya, Aini langsung balik badan. Langkahnya terburu-buru kembali ke kursi di mana Yasmin sedang menunggunya dengan tatapan bingung.

"Lo kenapa deh, Ai? Sumpah lo aneh banget hari ini? Bahkan Lora yang jarang banget lo ajak ngomong, tiba-tiba lo panggil macem sohib. Gila sih."

Menggigit-gigit kuku ibu jarinya, Aini meringis pada Yasmin. Kepalanya langsung ia bentur-benturkan pada meja kayu di depan mereka duduk saat ini.

"Akh, Yasmin. Malu banget sumpah gue. Duh kenapa gue gegabah banget sih jadi orang."

"Ada apaan emangnya?"

Melirik dengan ragu, Aini akhirnya pasrah bercerita tentang rasa penasarannya pada laki-laki bernama Kawindra Guntur itu.

"Semenjak kejadian lampu merah dan ada polisi itu, terus sampai nyasar masuk ke dalam mobilnya, emang gue kesel sama dia. Ditambah lagi kemarin. Tapi ya Tuhan, Yas. Gue jadi malah penasaran sama dia setelah dua kejadian bad ending itu."

"Penasaran apa cinta?"

Mencibir sebal, Aini bergumam. "Ya kali cinta. Kalau cinta mah gue enggak akan cari ribut macem semalem deh."

Sambil terkikik geli, Yasmin menepuk bahu Aini, lalu membisikkan sesuatu yang membuat bulu kuduk Aini merinding.

"Jangan salah loh, banyak cewek yang akhirnya jatuh cinta karena dimulai dengan sebuah keributan dengan lawan jenis. Macem lo gini. Jadi ... gue tunggu deh update perasaan lo selanjutnya kayak apa. Yang jelas gue yakin banget rasa penasaran lo itu muncul karena ada rasa suka lo ke dia. Yah, kan mungkin aja dia memiliki salah satu tipe yang lo doakan selama ini. Contohnya, dia itu laki-laki kaya."

Merinding takut, Aini buru-buru kabur sambil menyandang tas ranselnya. "Lo gila, Yas. Gue enggak mau deket-deket lo dulu."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro