Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 6 - Jangan tanyo aden kenapa

Malam...
Ciyee.. tumben post jam segini?

Lagi gak puasa cyin.. whakaka

Semangaattt


------------------------------------


Pulang bukannya membuat lelah menghilang, tetapi malah menambah kepenatan dipikiran.

"Abis dari mana kau?"

Bang Yos mencibir kepulangan Aini dengan ekspresi lesu di wajah gadis itu. Sambil menyeret tas ranselnya, bang Yos tidak bisa menghentikan rasa penasarannya. Dia merangkak ke arah kamar Aini, lalu menahan pintu kamar itu ketika akan ditutup.

"Apa sih, Bang?"

"Kenapa kau, hah? Muka cemberut saja. Memang abang salah apa sama kau? Sampai ditegur baik-baik indak mau menjawab."

Berusaha menahan kekesalannya, Aini melemparkan tas ranselnya sembarang. Sekalipun di dalamnya ada laptop, gadis itu seakan tidak peduli.

Dia sudah dibuat emosi oleh laki-laki, si pemilik tempat makan itu. Lalu kini bisa-bisanya bang Yos membuatnya kesal kembali.

"Lo bisa diem enggak!!" Galak. Satu kata itu yang langsung bang Yos pahami. Dia terduduk di lantai. Kedua tangannya dia angkat ke atas, menandakan bila pintu itu bisa langsung Aini tutup dengan mudah.

Dengan satu hentakan kencang, Aini menutup pintu triplek itu dengan sangat kencang. Bahkan ibu mereka yang sudah tidur, tiba-tiba saja keluar. Melirik kondisi kedua anaknya, ia hanya bisa menggelengkan kepala. Entah siapa yang memulai kali ini. Yang jelas Aini dan Yos, anak pertamanya, memang sulit sekali untuk sepemahaman. Namun walau begitu, ia tahu mereka sama-sama saling menyayangi satu sama lain.

"Galak kali kau!"

Bang Yos berbalik, melihat ibunya berdiri di depan pintu kamar. Langsung memasang ekspresi bingung, bang Yos bergumam. "Bilangin tuh, Mak. Jangan keseringan pulang malam. Abang raso dia ketemu jin iprit di jalan."

"Hust, Yos."

"Abisnya, Mak. Abang indak salah, takanai juga olehnyo."

Ibunya tidak bisa berkata-kata. Arah tatapannya masih tertuju ke kamar Aini yang tertutup rapat.

"Sudahlah, Yos. Besok amak tanya. Kenapa dia bangiah?"

***

Melemparkan tubuhnya ke atas ranjang, Aini meringis sakit ketika tulang punggungnya tidak sengaja mendarat pada bagian per kasur yang sudah rusak. Sambil mengusap-usap punggungnya, dia berdiri kembali dan melihat kondisi kasur usang di kamarnya. Kasur ini mungkin sudah dia pakai hampir 15 tahun lamanya. Bentuknya saja seperti kasur tua. Dan dalam 3 tahun belakangan ini per bagian tengah kasur sudah rusak. Hingga terkadang Aini malas untuk beristirahat di kasur jika malah memperburuk kondisi fisiknya.

"Ah ... kenapa sih? Kenapa hidup enggak adil gini."

Memaki kepada udara di dalam kamarnya, tatapannya tiba-tiba saja terpanah ke arah satu titik di mana tasnya tergeletak tak berdaya di lantai. Dia baru ingat, telah meleparkan tasnya begitu saja karena marah dengan bang Yos.

"Ah ... laptop gue."

Buru-buru Aini bergerak. Mengambil laptop itu lagi, lalu melihat kondisinya.

Untung saja. Pikiran itu yang langsung muncul diotak Aini. Laptop versi jadulnya mirip sekali dengan brand ponsel yang kini sudah tidak beroperasi lagi. Karena lihat saja, sudah dia lempar, tidak terjadi apa-apa dengan kondisinya. Semua masih aman, bisa hidup dan menampilkan ketikan skripsinya yang belum juga selesai.

Mengembuskan napas lelah, ia larikan tatapannya pada jam dinding yang sejak tadi berputar sekalipun tidak ternotice oleh Aini. Ternyata sudah hampir jam 10 malam.

Berarti jika dia melanjutkan ketikan skripsinya malam ini, tentu saja Aini akan terjaga sepanjang malam. Karena mengerjakan skripsi dengan durasi 2-3 jam saja, seolah percuma untuknya.

"Besok ada kuliah enggak, ya?"

Sambil mengusap kedua matanya dengan telapak tangan, pikiran Aini mulai berkelana. Bukan. Bukan untuk mengingat apakah besok ada jadwal kuliah untuknya. Melainkan dia kembali memikirkan paras tampan laki-laki si pemilik resto itu.

"Ah, elah. Mana bisa konsen gue kalau begini."

Bergumam seorang diri, Aini memutuskan untuk tidak mengerjakan skripsi malam ini. Karena entah mengapa kedua tangannya sudah mengkhianati Aini lebih dulu dengan mencoba mencari tahu siapa nama laki-laki tadi.

"Coba ketik Yummy Healthy di google."

Menunggu sinyal providernya bergerak lancar, akhirnya Aini menemukan siapa nama laki-laki yang sangat menyebalkan baginya.

"Owh, namanya petir. Mirip-mirip dong sama si youtuber itu?"

Dengan bibir cemberut, Aini mengecek biodata Guntur dengan sangat dalam. Mulai dari siapa Kawindra Guntur, sampai seperti apa masa lalunya, bisa Aini dapatkan dari laman pencarian di ponselnya.

"Kawindra Guntur, belum menikah. Emang sih, dia udahnya kawin. Belum nikah."

Masih terus menyelami informasi pribadi mengenai Guntur, dia akhirnya menemukan nama Instagram Guntur dengan followers hampir 9juta.

"Gile. Banyak juga followersnya."

Semakin tenggelam dengan foto-foto Guntur, Aini perlahan-lahan terkikik disaat dia melihat banyaknya perempuan yang berlomba-lomba meminta Guntur untuk menikahinya. Entah karena alasan Guntur kaya raya, dan juga tampan, seolah-olah itulah magnet terbesar bagi seorang Kawindra Guntur.

Bahkan banyak perempuan yang terang-terangan bernapsu melihat Guntur ketika laki-laki itu sedang berjemur di pantai.

"Wow. Cewek nih bos, pantang menyerah sebelum sah."

Dia terus menggeser layar ponselnya sampai ke foto terakhir, Aini menemukan foto lama Guntur dengan wajah yang masih tirus, bahkan body Guntur belum se- goals sekarang ini.

Foto tersebut terlihat di luar negeri, dengan kondisi Guntur sedang memberikan makan burung-burung di jalan. Ada kebahagiaan yang diam-diam Aini rasakan ketika melihat moment itu.

"Kok kayak orang yang beda dengan tadi. Di sini kenapa dia kalem banget? Coba tadi, berasa buaya yang nunggu mangsanya."

Masih terus mengomentari satu demi satu foto dalam Instagram Guntur, tak sengaja Aini melihat ada teman kampusnya yang mengomentari foto Guntur di sana.

"Dih, si Lora. Ngapain nyasar di sini? Gila-gila. Ternyata ini cowok terkenal juga. Sampai si Lora juga komen foto dia."

Kembali teringat dengan jumlah followers Guntur 9Juta, Aini terkikik geli. Jelas sekali Guntur terkenal. Bahkan dari jumlah follower instagramnya saja sudah dijawab dengan pasti. Bukan hanya sekedar selebgram-selebgram biasa yang baru follower puluhan ribu akan tetapi sombongnya minta ampun.

"Follow enggak, ya?"

"Tapi nanti kalau gue follow, dia pikir gue suka lagi sama dia. Dih alah. Ogah!"

"Eh tapi ... apa Yasmin aja gue suruh follow. Biar tahu perkembangan ini cowok. Kan bisa jadi dia jelek-jelekin gue di instagramnya."

Hal yang teramat sangat tidak mungkin terjadi, namun Aini yakini itulah alasan kenapa dia harus meminta Yasmin untuk mengikuti Instagram laki-laki ini.

"Halo, Yas." Panggilannya diangkat setelah 3kali nada tunggu bisa ia dengar. Ada suara serak di sana, tapi dengan cepat Yasmin mengubahnya.

"Yas ... halo?"

"Iya, Ai. Kenapa?"

"Lo kenapa deh?"

"Enggak papa kok. Kenapa, Ai? Ada hal penting? Tumben sampai telepon. Nanti kuota lo habis, gimana?"

Sejenak terkikik, Aini tahu dia orang yang paling perhitungan. Mungkin darah Padang yang ada didalam tubuhnya lah yang membuatnya terlihat amat sangat hati-hati dalam mengeluarkan uang, atau memakai boros kuota ponselnya.

Namun sepertinya mode perhitungan itu dia abaikan malam ini. Setelah hampir satu jam mengecek semua info tentang Guntur sampai melihat-lihat semua foto laki-laki itu, Aini kini menggunakan kuotanya juga untuk menghubungi Yasmin.

"Masalah penting soalnya."

"Penting?"

"Iya. Begini loh, Yas. Tadi kan lo liat sendiri betapa hebatnya keributan gue sama tuh cowok enggak jelas itu. Dan barusan gue dapat info, ternyata dia ngomongin kita diinstagramnya. Coba deh follow."

"Ah? Masa sih? Kok kayak enggak ada kerjaan gitu."

"Ye emang dia enggak ada kerjaan, Yas. Parah banget, kan. Coba deh lo follow. Cekin terus dia masih ngomongin kita apa enggak."

"Loh ... kenapa enggak lo aja yang follow?"

"Ih, Yasmin. Barusan tadi lo ingetin kalau gue perhitungan. Kok sekarang lo lupa? Begini, Yas. Kalau gue yang follow pun percuma. Karena apa? Karena gue jarang buka IG. Kalau besok-besok dia ngomongin kita lagi, gimana? Duh, please. Gue belum siap terkenal karena masalah. Dan emangnya lo mau dikenal banyak orang karena perkara masalah teh manis."

"Ih, ngeselin. Kan teh manis lo yang perkarain."

"Udah sih, jangan malah kita ribut. Buruan lo follow. Nama Instagramnya, KGuntur."

"Iya. Gue follow. Udah kan cuma follow doang?"

"Ye, lo perhatiin juga lah. Dia ngomongin kita lagi, enggak. Pokoknya itu tugas lo. Enggak mau tahu."

Mematikan sambungan telepon itu, Aini tersenyum bahagia. Setidaknya dia tidak perlu menggunakan tangannya sendiri untuk mengetahui kondisi laki-laki menyebalkan itu, yang sayangnya sangat tampan untuk diabaikan.



------------------------

Jangan lupa dibaca juga yang sebelah... AKHBAR.. Dijamin suka deh

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro