Bab 30 - Memulai sesuatu hal baru
Masih ada yang baca?
Padahal tinggal 10 bab terakhir.. xixixi..
Semoga masih ada yang baca
------------------------------------------
Mungkin aku bukanlah orang baik, namun bila bersamamu, semua hal rumit akan terasa baik.
Diterima bekerja. Yoserizal, alias bang Yos tidak menyangka akan semudah ini dirinya diterima bekerja jika memiliki kenalan atau orang dalam di sebuah perusahaan. Bukti nyatanya tidak sampai seminggu perusahaan KAG Group sudah memanggilnya untuk interview pada hari ini.
Dan yang membuatnya heboh lagi, tidak sampai setengah jam interview dirinya lakukan, tepat diwaktu makan siang, informasi namanya telah diterima disalah satu anak perusahaan KAG Group yakni Yummy Healthy sudah berhasil dia dapatkan.
"Rasanya perlu berterima kasih kepadanya," gumam bang Yos.
Mulai besok, dia sudah bisa bekerja di cabang Yummy Healthy yang kemarin ini dia datangi untuk bertemu Guntur. Sambil belajar di sana dengan para senior, bang Yos memang dipersiapkan untuk store baru Yummy Healthy. Dan ia pun tahu semuanya tidak akan semulus ini bila tanpa bantuan Guntur. Karena itulah bang Yos wajib menemui laki-laki itu. Akan tetapi masalahnya bagaimana caranya dia menghubungi Guntur?
Naik ke atas bis umum, bang Yos memilih untuk mendatangi resto Yummy Healthy yang kemarin lagi. Selain dia ingin benar-benar berkenalan secara resmi agar besok bisa langsung bekerja, bang Yos juga berinisiatif meminta bantuan para pekerja di sana untuk menghubungi Guntur sehingga ia bisa mengucapkan terima kasih.
Setelah melakukan 1 jam perjalanan, akhirnya bang Yos sampai di resto Yummy Healthy tersebut, dan mulai melangkah masuk ke dalamnya. Ada salah satu pegawai yang mengenali dirinya terlihat kaget karena melihat bang Yos ada di sini kembali.
"Selamat sore."
"Sore. Perkenalkan saya yang kemarin datang, Yoserizal, apa boleh minta bantuan lagi denganmu?"
Pegawai muda itu terlihat bingung. Tatapannya mulai menjelajah, mencari keberadaan kepala tokonya untuk menginformasikan mengenai seseorang yang kemarin mengaku sebagai calon kakak ipar pemilik Yummy Healthy datang kembali.
"Bantu apa ya, Pak?"
"Bisa tolong hubungi pak Guntur? Saya ingin bertemu dengan dia."
"Pak Guntur ada di kursi belakang, sedang bersama seseorang." Sebuah jawaban tiba-tiba terdengar dari belakang tubuh bang Yos. Dia berbalik, dan mencermati siapa sosok yang menjawab pertanyaannya barusan. Hingga ia sadar bila laki-laki ini juga kemarin sempat dirinya temui, bang Yos menarik senyum simpul di bibirnya.
"Benarkah? Dia ada di sini. Bisa saya bertemu?"
"Atas nama Yoserizal, benar?"
"Iya ... iya," sahut bang Yos cepat dengan anggukan kepala.
"Ditunggu sebentar saya mau konfirmasi terlebih dahulu. Karena beliau sedang bersama seorang wanita saat ini."
"Wanita?" ulang Yos bingung.
Melihat pergerakan pegawai itu, yang bisa bang Yos tebak sebagai leader untuk pegawai lainnya, Yos melihat tak jauh dari posisinya, lebih tepat di kursi bagian belakang, yang posisinya tepat menghadap taman buatan di bagian belakang resto ini, ada sosok Guntur sedang duduk dengan seorang perempuan berhijab yang entah mengapa gerak geriknya begitu bang Yos kenali.
Seolah tidak sabar menunggu, selangkah demi selangkah, bang Yos mendekati posisi Guntur saat ini. Hingga sudah setengah jalan bang Yos mendekati, Guntur serta perempuan itu melihat ke arahnya setelah diberikan informasi oleh pegawai Yummy Healthy tadi.
"AINI!!"
***
Setelah mengirimkan pesan, dengan memberanikan diri tentu saja, ternyata pagi tadi Aini merasa ditolak oleh laki-laki itu karena yang datang ke rumahnya untuk mengantarkan ia menemui dosen pembimbing di kampus adalah pak Adi, supir utama Guntur.
Informasi dari pak Adi mengatakan bila pagi tadi Guntur sedang ada meeting yang tidak mungkin ia tinggal. Apalagi semua itu menyangkut Yummy Healthy, bisnis yang baru sekali dia bangun, sehingga sangat tidak mungkin bila Guntur mengabaikan meeting tersebut.
Sebenarnya sedikit banyak Aini kecewa karena pikirnya ketika bertemu dengan Guntur dirinya bisa memberikan kode dengan kata-kata seperti saran yang Yasmin berikan kepadanya kemarin. Namun karena bukan Guntur yang menjemputnya langsung tadi pagi, dia merasa memang bukan waktunya untuk mengungkapkan kode tersebut.
Namun siapa yang bisa menyangka takdir mereka ternyata saling tertaut satu sama lain. Aini yang baru selesai bimbingan dengan dosen pembimbingnya siang tadi, ketika keluar dari ruangan dosen, nyatanya bukan pak Adi yang menunggui dia di tempat parkir mobil tadi. Melainkan Guntur.
Seolah sadar ada yang ingin Aini katakan padanya, Guntur akhirnya membawa Aini ke resto miliknya ini. Resto di mana mereka saling ribut pada saat itu hingga meninggalkan memori mendalam dipikiran masing-masing.
"BANG YOS?"
Karena benar-benar yakin bila yang ia lihat kini adalah Aini, adik perempuannya, dengan langkah besar bang Yos mendekati keduanya. Dimana posisinya Aini sedang membuka laptopnya, seolah sedang mengerjakan tugas kuliah, sedangkan Guntur sendiri sibuk dengan ponsel disalah satu tangannya.
"Terima kasih, Ian, kamu bisa meninggalkan kami," ucap Guntur ketika Aini dan bang Yos saling tatap, merasa bingung.
"Bang Yos ngapain di sini? Bukannya mau interview? Ah ... pasti perusahaannya bodong, ya? Lagian sih dari kemarin kan udah Aini bilang, mana ada perusahaan di Jakarta ini mau menerima pegawai lulusan SMA kampung macem bang Yos. Makanya kalau orang lain ngomong itu didengar."
Sambil bersidekap, Aini seolah benar dengan kalimat panjang yang baru saja dia katakan. Sedangkan bang Yos sendiri hanya bisa menggeleng kecewa atas sikap dan karakter adiknya ini. Padahal jelas-jelas perusahaan yang bang Yos lamar adalah milik laki-laki yang sejak tadi bersama Aini di sini.
"Minta maaf kau!! Abang malu punya adik perempuan macam kau. Otak kau terlalu rendah."
"Ah? Minta maaf? Minta maaf sama bang Yos? Dih, ngapain amat."
"Aini, cepat minta maaf." Sudah diberikan kode berulang kali oleh bang Yos, Aini masih keras dengan argumentnya sendiri. Bahkan sampai Guntur ikut berdiri, memisahkan mereka, barulah Aini memilih diam.
"Silakan duduk dulu. Mau minum apa, Bang?"
"Maafkan saya, pak Guntur." Menjawab dengan sangat formal, Guntur memberikan kode dengan sedikit gelengan kepala. Dia tidak mau terburu-buru Aini mengetahui kondisi yang terjadi sebenarnya. Karena Guntur sedikit banyak ingin memberikan Aini penjelasan bila menghakimi sesuatu dengan cepat adalah sebuah kesalahan besar.
"Mau minum apa, Bang?"
"Teh saja." Merasa sangat gugup, bang Yos sangat mengunci ucapan yang keluar dari mulutnya saat ini. Mungkin bila ia sedang di rumah, hanya dengan Aini saja, sudah dia maki-maki Aini karena berani-berani mengatakan hal itu di depan Guntur, laki-laki yang sudah sangat membantunya.
"Kamu tahu bang Yos dari mana?"
"Tahu banget. Jadi kemarin itu dia pakai hapeku buat ngelamar kerja. Terus dipanggil ke nomorku. Ada panggilan interview gitu. Ya curigalah aku. Masa iya semudah itu bang Yos berhasil dapat panggilan di kota besar ini. Gila sih. Apalagi lulusan dia cuma SMA, di sekolah kampung pula. Makin jadi aja deh pikiran burukku ini. Makanya kubilang sama dia, jangan-jangan yang mau menerima bang Yos itu perusahaan bodong."
"Begitu? Lalu benar perusahaannya bodong?"
"Enggak tahu. Tuh buktinya tiba-tiba dia datang ke sini. Lagian tahu dari mana sih gue ada di sini?" Aini menatap bang Yos dengan sinis.
"Bang ... tahu dari mana gue ada di sini? Heran deh."
"Aini ...."
Disaat Aini fokus menatap bang Yos, Guntur meminta bang Yos untuk diam dengan mengangkat jari telunjuknya ke arah mulut. Dia ingin Aini sadar sendiri atas kesalahan tuduhan yang sudah gadis itu lakukan.
"Apa? Tinggal ngomong aja."
"Abang enggak ada niat mau temui kau di sini. Abang juga enggak nyangka akan ada kau di sini. Jadi jangan terlalu percaya diri."
"Terus? Kalau bukan mau temui Aini, mau temui siapa? Mas Guntur? Ngapain?"
"Aku yang meminta bang Yos ke sini. Rasanya kurang baik bila kita duduk berduaan dimana kondisinya aku belum resmi datang ke rumahmu untuk melamar."
Melirik Guntur sembari mengigit bibir bawahnya, Aini merasa sangat bersalah sudah menghakimi kedatangan bang Yos.
"Kenapa enggak bilang?" bisik Aini pelan.
"Karena kamu tidak bertanya. Padahal semua kejadian di dunia ini pasti ada penjelasannya, hanya saja kita mau atau tidak bertanya kepada orang itu secara baik-baik agar tidak menghakimi dengan mudah sesuai apa yang kita pikirkan."
"Aku enggak menghakimi," elak Aini merasa terjebak atas situasi. Padahal baru beberapa saat lalu dia merasa nyaman dengan Guntur berbicara apa adanya mengenai lamaran yang beberapa waktu lalu Guntur ajukan secara mendadak. Namun memang sejak tadi, Guntur tidak mengatakan apapun soal lamaran itu. Dia hanya mendengarkan panjang lebar kalimat yang Aini ucapkan sambil mengangguk-anggukan kepala.
Lalu kebetulan bertepatan dengan kehadiran bang Yos di sini, Guntur pikir apakah Tuhan memang menciptakan kondisi ini agar bisa memuluskan niat baiknya. Memberitahukan mengenai keinginannya untuk melamar Aini secara baik-baik. Tentu saja kepada bang Yos, yang menjadi walinya Aini sejak ayahnya meninggal.
"Aku percaya kamu tidak akan pernah berlaku seperti itu, Aini."
"Maksudnya?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro