Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 13 - Korban Tabrak Sepeda

Jangan lupa baca juga karyaku di Fizzo.
Biar bisa semangat nulisnya, mau diwattpad, di fizzo ataupun di karyakarsa.

Cerita rumah tangga yang bikin kalian geleng2 kepala.. whakakaka


Oh, iya. Mungkin kalian mau baca ini.. Whakaka.. aku promosi juga nih. Krn kalo promosi, followersnya masih dikit banget.. Syedih..

Di akun karyakarsaku yang lain. namanya QUEENSAKA

Silakan mampir aja.. Insha Allah update juga kok. Jalan kompak semua ya bun, krn pengen produktif...


-------------------------------

Seakan-akan aku tak bisa menjadi yang kau suka, padahal sesungguhnya kau yang membuat jarak antara kita.

Guntur membiarkan bisikan-bisikan para karyawannya yang terdengar jelas dikedua telinganya saat ia memilih datang kembali ke Yummy Healthy tanpa info terlebih dahulu. Beberapa dari para karyawannya terlihat tidak suka bila pekerjaan mereka selalu dipantau oleh Guntur sebagai owner dari perusahaan ini. Namun banyak juga yang sibuk mencari muka dengan bekerja seolah-olah sangat giat ketika Guntur berada di sana. Padahal andai mereka semua tahu, kedatangan Guntur ke sana bukanlah ingin melakukan penilaian performance pada karyawan-karyawannya, namun lebih kepada kabur dari kekesalan hatinya.

Bagaimana mungkin dia tidak kesal jika ketulusan dari niat baiknya malah disangka sogokan oleh perempuan itu. Astaghfirullah al'adzim. Mengapa hari ini terasa sangat buruk dari biasanya.

Guntur mengusap wajahnya dengan kedua tangan sembari mengembuskan napas lelah. Pikirannya tidak henti beristighfar. Dia tidak sepatutnya bersikap seperti ini hanya karena tuduhan dari perempuan itu. Padahal Guntur bisa sekali menjelaskan maksud dan tujuannya berbuat baik. Bukan malah mengeluarkan kata-kata penuh sindiran seolah-olah dia adalah manusia terbaik di dunia ini.

Merasa sangat menyesal, Guntur tiba-tiba saja berdiri dari posisi duduknya. Dia harus bertemu kekasih hatinya. Menenangkan segala pikiran yang dalam sehari ini meledak terus menerus sampai tidak mampu dia kendalikan.

"Mau ke mana pak Guntur?" Kepala toko Yummy Healthy menegurnya. Karena ia lihat Guntur bergerak dari tempat duduknya sejak laki-laki itu sampai ke sini.

"Ah? Saya ... mau ke mushola belakang."

"Owh, iya. Sebentar lagi ashar," ucap kepala toko itu sembari melirik jam dipergelangan tangannya.

"Hm. Saya ke mushola dulu."

Baru dua langkah Guntur keluar dari tokonya itu, dia bisa melihat bayangan para pekerja langsung berkumpul di bagian pojok, ke arah dapur, dengan kemungkinan besar melanjutkan pembicaraan mereka mengenai kedatangan Guntur di sana.

Tanpa bisa dicegah, muncul senyum di bibirnya. Kepalanya menggeleng merasakan kelucuan ini. Tidak dimana-mana, semuanya pasti sama. Sama-sama senang bersantai dan bergosip ketika tidak ada bos di antara mereka. Begitupula dengan ibadah, manusia lebih sering lupa, dan sibuk menikmati kegiatan di dunia. Menunda-nunda panggilan yang ada. Sampai tiba saatnya manusia itu merasakan sakit, bukti Tuhan menegur mereka, barulah manusia berlomba-lomba mengerjakan hal-hal terbaik. Beribadah, dan saling membantu sesama.

Karena itulah, Guntur cukup memahaminya saja. Tidak menegur para karyawannya. Karena teguran yang dia lakukan hanya mengingatkan mereka untuk sementara. Bukan untuk selamanya. Guntur ingin para karyawannya bekerja dengan hati mereka. Tanpa teguran, tanpa mencari muka di depannya, melakukan semuanya dengan baik sesuai pekerjaan mereka karena hatilah yang menggerakan.

"Baiklah, hentikan dulu pikiran tentang pekerjaan."

Melangkah masuk dengan tenang ke dalam mushola, Guntur berusaha melepaskan semua pikiran mengenai kejadian-kejadian fatal yang terjadi hari ini. Dia ingin fokus. Dia ingin mencari ketenangan di sini.

Namun sayangnya, setelah dia mengambil wudhu, dan bersiap untuk sholat, ponsel yang Guntur letakkan di depan sajadah tempatnya ingin sholat memunculkan notifikasi. Sebuah pesan yang tidak pernah Guntur sangka terbaca oleh kedua manik matanya.

Korban Tabrak sepeda

Aku minta maaf ya, Mas. Maaf atas kata-kataku tadi. Aku enggak bermaksud merusak niat baikmu. Dan terima kasih sudah membawaku ke rumah sakit. Sore ini aku izin pamit pulang.

Nur'aini

Semakin kacau pikirannya setelah membaca pesan itu, Guntur tiba-tiba bersujud di atas sejadahnya. Dalam hatinya berteriak kencang, ada apa dengan semua kondisi ini? Mengapa dia menjadi serba salah sekarang?

***

"Udah belum?" Yasmin mendelik ke arah Aini yang sedang duduk di atas ranjang. "Eh, gue tanya, udah belum?"

"Udah. Bawel ah!!"

"Gitu dong. Kalau ditolong sama orang tuh ngucapkan terima kasih. Dan kalau lo ngelakuin kesalahan jangan ragu ngomong maaf. Gitu aja pakai diajarin!"

"Bukannya gitu." Aini menolak pendapat Yasmin. "Yah coba lo jadi gue, pertemuan gue sama dia tuh dari awal udah enggak waras. Terus tiba-tiba dia berubah jadi baik, bawain buah, gimana gue enggak was-was!"

Yasmin memasang senyuman jengkel. "Heh, lo aja yang terlalu nethink sama orang. Makanya lain kali pikirin baik-baik dulu sebelum ngomong."

"Yaudah, gue kan sekarang udah minta maaf. Udah sih, jangan marah-marah terus. Kaki gue nih sakit. Untung besok sabtu. Kalau senin, dan gue mau bimbingan enggak bisa jalan, wah, kacau sih. Enggak jadi wisuda gue."

"Lo kirim wa lagi sama tuh cowok, minta anterin ke kampus. Gampang kan."

"Ah? Minta dianterin dia? Eh, neng, emang dia siapa? Gembel banget jadi orang."

"Dia kan yang bikin kaki lo begini. Yah, anggap aja sebagai waktu lo buat minta maaf secara langsung. Dan kalau dia benar-benar baik, dia pasti mau temenin lo buat ke kampus. Kan kampus kita juga dekat sama toko dia yang baru buka itu."

Sedikit menimbang dalam pikirannya, Aini langsung menggeleng cepat. "Enggak boleh memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan."

"Alah, kayak gini lo baru mikir baik. Tadi lo hina-hina dia. Dasar NURAINI!!"

Bibir Aini tersenyum-senyum senang karena membuat Yasmin kesal padanya. Tapi dia serius tidak mau memanfaatkan segala kesempatan yang ada di depan mata.

"Tapi lo jadi pulang sore ini?"

"Hm. Nanti bang Yos datang, gue mau pulang sama dia."

"Yaudah, enggak enak juga lama-lama di rumah sakit ini."

"Hm. Walau dokter tulangnya ganteng, cuma gue tetap enggak mau."

"Ya Allah, Aini ternyata ini yang ada dalam pikiran lo. Benar-benar ya."

Sama-sama tertawa, mereka berdua sama-sama tidak sadar jika pesan yang baru saja Aini kirimkan berhasil membuat Guntur uring-uringan di sana.

***

Tidak bisa berkata-kata melihat kuitansi rumah sakit atas pembayaran rawat inap, dokter, rontgen dan pendaftaran. Bahkan ia benar-benar tidak tahu lagi harus mengucapkan berapa banyak terima kasih kepada Guntur atas semua kebaikan yang laki-laki itu telah berikan kepadanya. Karena sejujurnya biaya sebanyak ini hanya untuk kakinya yang terkena cidera engkel jelas bukan nominal yang sedikit.

Karena itu disaat dia dibantu bang Yos untuk pulang, tentu saja bersama Yasmin, sahabat yang akhirnya akan tahu seperti apa bentuk rumah Aini, lebih banyak memilih diam.

Sekalipun dibeberapa waktu bang Yos sengaja mencari keributan kepada adik perempuannya itu, Aini tidak membalasnya. Dia benar-benar merasa teramat sangat tidak enak. Apalagi supir pribadi dari Guntur seolah mengenali dirinya bila Aini adalah perempuan yang tempo hari tiba-tiba masuk ke dalam mobil yang pak Adi kemudikan.

"Terima kasih banyak ya, Pak." Yasmin mewakili suara Aini ketika pak Adi sudah mau repot-repot ikut membantu bang Yos memapah Aini sampai ke dalam rumah sederhana ini.

"Sama-sama, Mbak. Saya izin pamit dulu."

"Iya, Pak. Hati-hati di jalan." Kali ini bang Yos yang bersuara. Dia meletakkan tas pakaian yang dibawanya. Laki-laki itu pikir malam ini akan bermalam di rumah sakit, sampai-sampai dia bawakan baju ganti untuk adiknya itu. Akan tetapi nyatanya tidak. Ketika ia sampai tadi, Aini langsung meminta pulang ke rumah.

Benar-benar sulit dipahami adik perempuannya ini.

"Ba'a kau haniang jo? Kamasu'an setan, kau? Atau ... sakit lagi kaki kau?"

Yasmin mengunci mulutnya rapat-rapat. Ternyata inilah yang sering Aini ceritakan padanya, percakapan menyebalkan bersama bang Yos menggunakan bahasa Padang yang tidak Yasmin pahami.

"Mending kau keluar, Bang!!"

Merasa aneh dengan tatapan adiknya sendiri, bang Yos perlahan-lahan memundurkan langkahnya. Mencari ribut dengan kondisi Aini yang tidak stabil sama saja dia membuat marah ibu mereka.

"Tolong bantu tutup pintunya, Yas." Aini mengucapkannya dengan pelan.

"Oke." Menuruti permintaan Aini, Yasmin terdiam setelah menutup pintu kamar sahabatnya itu. Sekalipun dia baru pertama kali datang ke sini, dan langsung masuk ke dalam kamar, rasanya Yasmin merasa nyaman berada dalam ruangan kamar sederhana yang minim barang-barang mewah.

"Lo kenapa, Ai?"

Aini mendongak, dia menitikan air mata. "Hari ini banyak banget kesalahan yang gue perbuat. Salah satunya, membawa lo datang ke rumah gue ini."

"Jadi gue enggak boleh ada di sini?" Yasmin bertanya dengan kebingungan.

"Karena gue malu menunjukkan semua kekurangan gue didepan lo, sahabat terbaik gue."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro