Happy Birthday, Mitsuki!
Tik...
"Izumi Mitsuki, salam kenal! "
"(Fullname), salam kenal juga! "
Tik...
"Mitsuki-kun! Lihat! Kuenya jadi! "
"Wah! Keliatannya enak! Mari kita makan bersama, (Name)-chan ! "
Tik...
"(Fullname)... Maukah kau menjadi sahabat hidupku? "
"...Ya... Ya! Tentu saja aku mau! Terima kasih telah memilih diriku sebagai sahabat hidup pria sehebat kamu..."
Tik...
"Mitsuki! Lihat kemari! 'dia' menendang pelan perutku! "
"Be-benarkah?! Ukh... Saat keluar nanti mari kita hidup bahagia bersama dengannya, (Name)... "
Tik...
"Bertahanlah, Nyonya (Name)!! Anda pasti bisa! Sedikit lagi! Jangan menyerah, Nyonya (Name)!!"
"...khh... Mit... su... ki... "
Satu jam kehilangan 'detaknya'
"Ayah. Bunda kemana? "
"...Bunda sudah menjadi bidadari yang menjaga kamu dari atas sana. Bidadari cantik nan baik hatinya. "
Tik.
"Ayah... Semuanya mengejekku karena tidak punya Ibu... Ayah... Aku... Harus apa... "
"...Nak... Kamu tetap memiliki Ibu... Kau selalu punya Ibu... Dan akan terus begitu... "
Tik.
"Ayah! Aku lulus dari universitas dengan peringkat terbaik! Semua ini berkat ayah! "
"Ini semua juga berkat kerja kerasmu, nak! Mari ayah buatkan makanan favoritmu. Jagoan ayah sudah sehebat ini! "
Tik.
"Kau ingin menikahi dia, nak? "
"Ya ayah. Izinkan aku untuk membina rumah tangga bersamanya! "
Tik.
"Ayah yakin ingin tinggal sendirian disini? Ikut saja bersama kami, ayah... "
"Tak apa, nak. Ayah... Tak sanggup meninggalkan 'kenangan' seindah ini... "
Tik.
"Halo Paman Iori? Ada apa? Malam ini aku akan mampir ke rumah Ayah untuk merayakan ulang tahun–
"Cepat pulang, (Son Name)! Ayahmu kritis! "
Jam berhenti berputar...
•••
"Ah... Aku sudah tiada... "
"Mitsuki... "
Pria dengan rambut jingga itu menoleh perlahan dengan badan bergetar. Suara yang sudah lama sekali tak pernah ia dengar. Suara yang sangat ia nantikan terdengar kembali oleh indra pendengarnya. Satu-satunya suara yang menjadi pelipur lara luka yang sudah mengangga bertahun-tahun.
Wanita itu terlihat begitu cantik dengan gaun putih sederhananya. Anggun nan mempesona, tanpa celah. Lelehan air bening berlomba-lomba keluar dari kedua manik pria berambut jingga itu.
Sekuat tenaga ia berlari menuju wanita yang sekarang merentangkan kedua tangannya. Menyambut dirinya dengan senyuman teduh.
Pelukan erat namun nyaman dirasakan oleh Mitsuki. Sebelah tangannya ia gunakan untuk memegang bagian belakang kepala wanita yang tetap memiliki tahta tertinggi dihatinya.
(Name) meremas perlahan kemeja putih Mitsuki, melampiaskan rasa rindu dan bahagia yang meluap. Isak tangis terdengar perlahan dari bibir mungilnya, tak dapat membendung luapan perasaan kerinduan yang menumpuk. Rasanya sudah lama sekali ia tak memeluk pria hebat yang telah memimpin hidupnya walau hanya sebentar.
(Name) bersyukur. Bersyukur karena dipertemukan dengan pria hangat hati dan perlakuannya.
(Name) merindukan suaminya, sangat rindu.
Tapi seluruh kerinduan itu hilang tanpa bekas karena kehadiran suaminya dihadapannya, dipelukannya.
Mitsuki melonggarkan sedikit pelukannya, tak melepaskan. Setelah tangannya yang berada dibelakang kepala (Name) sekarang berpindah merangkul mesra pinggang (Name).
Dengan perlahan dahi Mitsuki beradu pelan dengan dahi (Name).
Laki-laki berambut senja itu menatap manik yang berkaca-kaca, basah okeh air mata. Jempolnya menghapus perlahan lelehan air yang terus berlomba keluar.
(Name) juga mengangkat tangan, menghapus lelehan air mata dari manik lelaki yang tetap dicintainya sampai akhir hayat. Senyum tipis tersemat dibibirnya yang bergetar.
"Selamat ulang tahun, Mitsuki. " ujar lembut (Name)
Mitsuki tersenyum lalu terkekeh geli,
"Terima kasih. Mau merayakan ulang tahunku selamanya? " tanyanya dengan jempol mengelus pelan pipi (Name).
(Name) hanya menatap dalam dengan manik berkacanya,
"Tanpa kujawab kau sudah mengetahui jawabannya Mitsuki. "
Keduanya tertawa bersama, kembali berpelukan. Membagikan kehangatan satu sama lain.
Jam kembali berputar. Akan terus berputar tanpa kehabisan 'tenaga'
Akan tetap abadi...
Abadi dalam kehangatan dan kebahagiaan kedua insan yang telah dipersatukan kembali...
Didalam kekekalan 'kehidupan'
Fin
______________________________________
Mohon maaf atas keterlambatannya,semoga tidak ditempeleng 'uhum'
Enthor baru saja menyelesaikan oneshot khusus untuk Mitsuki.
Sebenarnya Enthor pribadi melupakan ulang tahun Mitsuki, tapi syukurlah ada orang baik hati yang mengingatkan Enthor yang terkadang serba pelupa segalanya.
Oneshot kali ini singkat, namun Enthor berharap...
Kisah ini dapat menyentuh hati pembaca sekalian.
Ide dari oneshot ini berasal dari sebuah pembahasan video karya seni di channel 'Tangan belang'
Yang tertarik dengan karya seni bisa mampir kesana.
Di video itu ada pembahasan tentang karya seni pisang yang ditempel di tembok.
Tapi bukan itu yang Enthor ambil idenya, namun karya seni terakhir yang membuat Enthor terenyuh...
Ada dua jam dinding yang diatur untuk berdetak atau berputar dengan jam, menit, bahkan detik yang sama tanpa meleset sedikit pun.
Ketika Enthor melihat diawal, sedikit aneh.
Tapi...
Semuanya langsung dihempaskan oleh filosofi dibalik 'dua jam' itu.
Singkatnya...
Dua jam itu melambangkan dua jantung manusia.
Dua manusia yang berpasangan, pria dan wanita.
Tapi takdir tak merestui keduanya bersama menikmati 'detakan' karena salah satunya menghadapi takdir untuk tabah menerima ia memiliki penyakit yang tak tersembuhkan dan hanya bisa menghitung 'detak' yang tersisa.
Sang pencipta seni sendiri bilang, ini kisah nyata ia bersama istrinya.
Disitu Enthor rasanya...
Antara sedih dan terharu.
Sedih karena pasangan semesra itu tak bisa menikmati 'detakan' bersama.
Terharu karena setianya 'jam' terakhir.
Tetap teguh menghabiskan 'detak' nya tanpa tergoda 'detak' jam lain.
Enthor juga berpikir jika konsep ini pas sekali digunakan untuk Mitsuki. Bukan karena dia pantas dibuat cerita menyedihkan, tapi karena menurut Enthor ia akan setia seperti 'jam' itu.
Ah... Tidak...
Enthor yakin semua orang tanpa terkecuali akan setia dengan 'belahan hatinya' walau hanya bisa tersimpan rapi dalam dada ketika kondisi dan waktu tak merestui.
Terkadang logika cinta itu aneh, dua jam yang disandingkan dengan gerakan sama membawa haru jika pembaca sekalian tahu makna dibaliknya.
Dan yang terakhir...
Temukan 'jam' milikmu sendiri, semoga 'detak' milikmu menemani 'detak' milik 'jam' mu sampai takdir memisahkan kalian dengan kisah indah.
Salam,
Shiro
Ngomong-ngomong...
ENTHOR KESAMBET PUJANGGA MASA KERAJAAN MAJAPAHIT PAS NGETIK INI, KAH?!
/edisi baru kesadar setelah mau Up
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro