Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Ramadhan the series pt. 6

Sudah hampir 2 minggu setengah knight menjadi anak pasaran di  pondok ini. Tak terasa hari-hari dilalui bersama, kini knight dan ainana telah akrab antara satu sama lain.

"Om telolet om!" seru Leo dan Riku di pinggir jalan depan gerbang masuk kepada setiap pengendara truk yang melintas.

Tak sedikit pengendara yang membunyikan klakson mereka untuk memenuhi seruan Leo dan Riku itu. Dan mereka hanya tertawa mendengarkan setiap klakson dari si pengendara.

"Haduh, sakit perut."

"Bahaga itu sederhana ya?"

Dan setelahnya mereka kembali tertawa bersama.

Mereka tidak menyadari bahwa ada tatapan tajam yang mengarah ke mereka.

"Ekhm! Bahagia bener, lagi pada ngapain sih?" tanya Tenn si  pemilik tatapan itu menghampiri Leo dan Riku.

"Eh, ada Kak Tenn. Lagi ngabuburit dongg!" jawab Riku.

"Ngabuburit? Kan baru jam sembilan?"

"Owh, berarti ngabeubeurang^^" sahut Leo.

"Gua ngomong sama Riku, bukan sama Lu," ucap Tenn. Pedes amat Tenn.

"Ya kan cuma nyaut," bela Leo.

"Sabodo teuing. Udah sana masuk ke pondok! Yang laen pada kerja bakti, elu malah di sini. Udah sana sana sana!" usir Tenn mendorong-dorong Leo.

"Iya-iya."

"Kak Tenn kok galak sih, kan Leo cuma berbagi ilmu sama Riku," ucap Riku setelah sesi dorong-dorongan tadi.

"Riku, bukan maksud abangmu ini galak, cuman kamu jangan deket-deket ama anak pasaran itu. Nanti kamu jadi gila," timpal Tenn.

"Tapi mereka baik-baik kok. Tadi aja Leo ngasih tau Riku alien itu apa, mereka dimana. Kakak tau nggak?" ucap Riku.

"Udah, udah, udah. Jangan dengerin si Leo, nanti kamu jadi freek," ujar Tenn menarik lengan Riku untuk masuk ke pondok.

"Tapi kak Tenn tau nggak alien itu kayak gimana?" tanya Riku.

"Nggak, Riku, nggak!"

"Terus alien itu apa?"

//Yang bisa jawab pertanyaan Riku, masuk kategori 7 orang terhebat versi onthespot.

***

"Haduh, gerah," ucap Yamato yang sedang sapu-sapu syantik sambil mengibas-ibaskan sarungnya.

"Masih pagi udah gerah aja lu bang," sahut Mitsuki.

"Gak tau nih. Hormon gua meningkat kali," timpal Yamato. Plis, apa hubungannya?

"Kok aku malah ngantuk ya," ucap Ritsu menyahut.

"Lu ngantuk? Hebat ya. Tamaki aja seger buger, padahal sebelas dua belas kalian tuh," ujar Yamato.

"Berarti ada yang mengalahkan rekor Tamaki ya," sahut Nagi bertepuk tangan.

"Gak tau nih. Mataku mode malam, jadinya ngantuk mulu," timpal Ritsu sembari menguap.

"APA HUBUNGANNYA, MALIH?!" Plis, Mitsuki dah ngegad.

"Dikira wa kali ya, mode malam," ucap Nagi.

"Pengen nampol tapi inget lagi puasa. Nyapu aelah," ujar Yamato kembali menyapu halaman pondok.

"Udah ah. Ngantuk, mau tidur." Ritsu terduduk di sana dan membaringkan badannya diantara rerumputan. Seketika ia sudah tertidur nyenyak.

"EH, LU JANGAN GOLERAN DI SITU WOE!!"

"Ada apaan sih? Berisik mulu nih abangnya Iorin," gerutu Tamaki memandang ke arah mereka. Izumi pun mengikuti kemana arah Tamaki memandang.

"Oh, palingan Kumar-Kun," ucap Izumi kemudian.

"Ritsu-chii?"

"Hooh. Antara tepar atau ga modar," timpalnya.

"Weit, santuy bat lu ngomong kek gitu," sahut Iori yang dari tadi sibuk nyabutin rumput liar. "Emang dia kebiasaan ya tidur dimana aja?" tanyanya kemudian.

"Ya, gitu deh. Sebenernya sih Kumar-Kun itu bukan pemalas, cuman dia itu butuh banyak waktu buat istirahat. Diakan nolep," jawab Izumi enteng.

//Apa bedanya coba?

Iori dan Tamaki saling melempari pandangan bingung. Iori hanya mengendikkan bahu ketika Tamaki mengangkat sebelah alisnya kearahnya.

"Jadi ... Ritsu-chii nolep?" tebak Tamaki memecah keheningan.

"Hu'um." Izumi mengangguk.

"Owh ... Oke."

PLAK

"AW! Sakit dungu!" jerit Izumi memegangi bokongnya yang digelepak santuy oleh Kohai tercintanya. Siapa lagi kalo bukan Tsukasa.

"Bruh, lagi ngapain?" tanyanya santuy, tidak ada rasa bersalah di raut wajahnya.

"Maen gapleh. Ya, nyabutin rumputlah," ujar Tamaki sewot.

"Tau, kagak punya mata bukan?" timpal Iori.

"Enak aja. Gak liat nih dua mata saya hidung saya satu," ucap Tsukasa sembari menunjuk kedua matanya dan satu hidungnya.

"Bohong lu," tunjuk Tamaki. "Ntu buktinya lubang idung lu dua, bukan satu," tambahnya.

Tsukasa langsung menutup area hidungnya dengan kedua tangan.

"Eits, privasi ini."

"Udah, udah. Daripada komen Mulu lu kayak netizen +62, mending lu nyabutin rumput liar noh!" titah Izumi kepada Tsukasa.

"What?! I am not salah denger? Aku? Nyabutin rumput? Hahahaha! Ups."

PLAK

"SAKIT YOU KNOW?!" Tsukasa memegangi pipi kanannya yang memerah setelah di gaplok santuy sama Izumi.

"BURUAN NYABUTIN RUMPUT!!"

"Ih, sorry sorry nih ya, yakali anak Sultan nyambutin rumput. Kalo ada kalian kenapa harus I? Udah ah, bye!" Tsukasa berlalu pergi begitu saja meninggalkan mereka bertiga yang cengo.

"Songong nih anak," ucap Izumi membanting gunting pemotong rumput di tangannya.

"Sabar, sabar. Lagi puasa," ujar Iori mengelus-elus dada Izumi.

"Kalo gak puasa nih, udah gua gibeng dari tadi."

"SABODO TEUING," teriak Tsukasa sambil berjalan seraya lompat-lompat.

"Tuhkan. Emang gada akhlak nih junior satu," ucap Izumi.

Tsukasa pindah tempat dan kini menghampiri Arashi yang lagi sapu-sapu indah bersama Sogo.

"Hey, Sob!" Tsukasa menggaplok pundak Arashi.

Arashi pun menoleh.

"Eh, Tsukasa-chan. Ada apa?" tanya Arashi yang masih sibuk sapu-sapu indah.

"Mau tanya," ucap Tsukasa.

"Apa?"

"Tadikan aku mandi, pake sabun punya bang Arashi," ungkap Tsukasa.

"HAHA! NGAKUNYA SULTAN, TAPI MANDI PAKE SABUN ORANG, LAWAK LU?" timbrung Izumi dari kejauhan, gak jauh-jauh amat sih.

"BODO! Di saat ada yang gratis, kenapa harus yang berbayar?" timpal Tsukasa.

"Idih, Sultan gratisan," ejek Iori yang diangguki oleh Tamaki dan Izumi.

"Sabodo. Netizen komen Mulu deh."

"Terus-terus?" ucap Arashi yang mulai penasaran dengan kelanjutan cerita Tsukasa itu.

"Emm, terus gak sengaja sabunnya jatoh ke WC." Muka Arashi langsung muram bin masam.

"Euu, itu jadinya sabunnya yang kotor apa WC nya yang bersih?" lanjut Tsukasa bertanya.

"Sabunnya yang kotor," timbrung Sogo.

"Eits, WC nya yang bersih dong," sahut Ryu kemudian.

"Sabunnya yang kotor dong, bang."

"WC nya yang bersih lah, Sou. Kan fungsi sabun tuh membersihkan," elak Ryu mempertahankan argumennya.

"Sabunnya yang kotor dong, bang. Kan sabunnya nyemplung ke lubang wcnya," balas Sogo yang tak kalah keukeuh.

"WC nya yang bersih, Sou."

"Sabunnya yang kotor, bang."

"Ihh, kok gak kompak sih," sela Tsukasa. "Yaudah deh, ntar nyari pertanyaan lain," lanjutnya.

"Ya kan, bang?" Tsukasa menoleh kearah Arashi yang masih berwajah muram.

"Bang?" Tsukasa melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Arashi.

"Tsukasa?" ucap Arashi masih menatap lurus ke depan.

"Yes?"

"Sabun mandiku apa kabar?" lanjut Arashi.

"Udah innalilahi, bang. Kan nyemplung," jawab Tsukasa dengan tampang volos.

"TERUS GUA MANDI NANTI GIMANA, BAMBANK?!!" teriak Arashi yang mulai lari-lari jantan mengejar Tsukasa dengan sapu lidi di tangannya.

"YA MANDI TINGGAL MANDI, BANG."

"BALIKKIN KAGAK SABUN GUAAA!!!!" Arashi mulai mengejar-ngejar Tsukasa sambil memukulkan sapu lidi itu ke pantatnya.

" AMPUN, BANG!!"

"HAHA, AZAB UNTUK SULTAN GRATISAN!" Izumi, Iori, dan Tamaki ngakak melihat Arashi yang main lari-lari bersama Tsukasa seperti Tommy dan Jeremy. //Eh?

Sogo dan Ryu juga ngakak, tapi ngakak versi kalem.

Ha.

***

"Hidup penuh liku-liku~"

"Tarikk manggg!"

Beralih ke Gaku. Bukannya kerja, si uban ini malah asik dangdutan, bareng si uchujin tentunya.

GEPLAK

//Bentar. Perasaan ni lapak chara-chara nya suka bener gaplok orang, heran ane

"NYEURI TENN! Udah difitrahin nih!" ujar Gaku sewot seraya menunjuk kepalanya yang habis digaplok Tenn itu.

"Sori. Maklum, tangan gua titisan Patrick, pengen bener gaplok orang," balas Tenn santuy.

"Bener-bener kerasukan jin touma lu. Suka bener nyiksa gua," ucap Gaku yang masih ngelus-ngelus kepalanya.

"Touma? Kayak kenal?" Riku berpose layaknya berpikir. "Tapi siapa ya?"

"Tidak untuk kamu ketahui, Riku," sahut Tenn.

'Mencegah lebih baik daripada mengobati, betul tidak?' Batin Tenn.

"Touma bukannya yang- phfftdddffsf..." Tenn membekap mulut Leo yang hendak membongkar siapa itu Touma.

"Touma siapa?" tanya Riku yang masih penasaran.

Jahat kamu de gak kenal Abang :") (Touma be laik)

"Le, Gak, mending kalian bersihin pekarangan rumah Kyai aja deh daripada di sini. Toxic tau gak?" ujar Tenn sembari tersenyum:)

"Le? Dikira aku ikan Lele," gerutu Leo yang mengikuti perintah Tenn itu, menuju pekarangan rumah Kyai.

"Senior Gaku, ikut gak?" ajak Leo.

"Ah, kagak ah. Mlz," sahutnya.

"Yodah."

Akhirnya Leo hanya pergi sendiri ke pekarangan rumah Kyai. Ia menendang-nendang setiap kerikil yang ia lewati dengan kakinya. Eh, tiba-tiba ia tersandung batu akibat ulahnya sendiri.

"ADUH, MAMAK!" jerit Leo sambil tergolek di atas tanah. Bahkan sapu lidi di tangannya pun telah terbang entah kemana.

"Kamu gapapa?" Suara seorang gadis menginterupsi Indra pendengaran Leo. Seketika ia pun menengadah guna melihat siapa gerangan pemilik suara itu.

Tujhe deka toyi Jana sanem~

Musik itu sangat cocok melambangkan situasi saat ini lebih lengkap jika ditambah background bunga-bunga bermekaran, sungguh sempurna.

"Ya Allah, inikah bidadari dunia?" gumam Leo tak mengalihkan pandangannya.

"Kamu bilang sesuatu?" tanya gadis itu.

Leo tak berkedip sedetikpun membuat gadis itu menatapnya heran.

Pengen ngebantuin, tapi bukan mahrom. Aduh, serbaguna eh serba salah

"Y-yaudah, ini sapu lidinya tadi terbang dan jatuh di depan pager rumah Abi," ucapnya kemudian lalu meletakkan sapu itu di sebelah Leo dan berlalu meninggalkannya.

"Abi?" Leo termenung. Ia pun bangkit dari keterkaparannya yang tak elit itu.

"Teh ... Jangan-" Leo mengulurkan tangannya ke depan seakan mencegah gadis itu pergi.

"Jangan? Kenapa?" tanyanya bingung dengan sikap Leo itu.

"Jangan ... Menjauh dariku, aku tak bisa tanpamu. Hidup tidak berarti bila tak ada kamu, kamu adalah inspirasi ku, hupff!" Leo langsung membekap mulutnya sendiri yang tiba-tiba bernyanyi itu.

Si gadis hanya mesem-mesem nahan senyum dan lantas meninggalkannya.

Leo menurunkan tangannya dan lantas tersenyum.

"Ya Allah, inikah yang disebut cinta pandangan pertama?"

Leo meraih sapu lidi di tanah dan langsung menyapu pekarangan rumah, namun sesekali melirik kearah rumah Kyai. Siapa tau ketemu lagi, kan?

Ia tak menyadari bahwa di balik pohon jambu tak jauh di sana, ternampaklah Gaku yang sedang mengintipnya. Ia perlahan mencengkeram dahan ranting pohon itu.

'Nyesel gua kagak ngikut tu anak kalo ujungnya ketemu neng Tsumugi mah,' batin Gaku penuh penyesalan.

"Saingan cinta nih. Awas aja lu ya, dasar kutil kebo."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro