Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Traktiran

Pair: Tamaki x Iori

Happy Reading~!

***

3rd pov

Bruk

Iori yang duduk di hadapan sebuah televisi sambil melipat tangannya, sesekali menatap jam dinding yang di gantung jauh di atas televisi. Kelihatannya ia sedang menunggu sebuah acara yang tak kunjung tayang.

Tiba-tiba, seseorang menerjang dirinya. Sayangnya, laki-laki dengan manik biru tua itu tidak sempat menghindar.

"Yotsuba-san, nggak usah sampe nerjang juga." Protesnya dengan alis yang kelihatan jelas mengerut.

"Ioriin, lapeerr!!"

"Ya makan lah. Mau minta jajan?"

Tanpa berpindah dari posisinya pasca menerjang Iori, Tamaki hanya menatap Iori dengan ekspresi cemberut.

"Traktirin." pintanya.

"Iorin juga belum makan kan? Nanti kamu sakit."

Iori berusaha menjauh sedikit dari Tamaki, ia merasa tak nyaman dengan posisinya saat itu.

"Kau kira aku punya banyak duit?" Ia sedikit kesal ketika laki-laki surai biru muda itu meminta untuk mentraktir dirinya.

"bisa menjauh sedikit? Baru nanti kujawab."

Tamaki menuruti permintaannya, dia berpindah dari posisinya diatas Iori, masih memanyunkan bibirnya.

"Iorin punya lebih banyak simpanan daripada aku. Kamu kan rajin menabung. Jangan pelit."

Iori menghela napas. Sekilas, ia tersenyum tipis.

"Yotsuba-san jadi perhatian ya, bisa tahu kalau aku belum makan. Atau karena pengen banget ditraktir?" Ujarnya sambil menerka. Biasanya, bocah itu mudah ditebak.

"Aku selalu perhatian kok." Tamaki menatap datar ke Iori.

"Jangan membuatku terkesan jelek gitu dong."

"Baiklah, baiklah. Untuk kali ini saja, lho. Tapi jangan minta yang mahal-mahal." Iori berdiri, lalu memandang layar televisi sejenak.

"YESS DITRAKTIR!" Tamaki berteriak kegirangan. 

"Gapapa, gabakal mahal kok-"

"Ah, acaranya sudah mulai rupanya.." gumamnya dengan suara pelan. Tamaki menyadari gumaman iori.

"Are, ada acara yang mau ditonton?"

"Iya, tadinya." Iori memandang layar televisi yang menunjukkan suatu acara. Kemudian, ia berbalik dan berjalan ke arah kamarnya.

"Kau juga siap-siap sana." Iori memasukki kamar dan menutup pintunya.

"Oh... oke." Memandang punggung Iori yang memasuki kamarnya, bengong, lalu masuk ke kamarnya juga mengambil tasnya.

***

Setelah selesai bersiap-siap, Iori berjalan ke arah pintu keluar. Sembari menunggu Tamaki, ia bersender ke dinding dan memainkan handphonenya.

"Lama ya..." Gumam Iori seraya menghela nafas. Selang berapa lama, Tamaki keluar kamar, dan menyapa Iori yang menunggunya.

"Hey." Mukanya tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali meskipun telah membuatnya menunggu.

"Mau kemana?" Iori membuka pintu keluar, kemudian berjalan mendahului Tamaki.

"Hmm" Tamaki ngekor.

"Kantin masih buka kan?"

Iori terdiam sejenak.

"... hah?" dia menoleh ke arah Tamaki.

"Kalau lagi libur, kantin juga libur.." ujarnya dengan tatapan aneh.

"Geh, sial." Tamaki mengumpat karena tidak terpikirkan olehnya kalau Kantin libur.

"Tumben mau ke sekolah. Yotsuba-san kan biasanya males kalau ketemu sekolah." ucap Iori sambil menyindir laki-laki yang lebih tinggi darinya itu.

"Aku bukannya mau ke sekolah, aku mau makan." Tamaki membalas sindiran Iori dengan cuek.

"Kalo gitu, yang disana aja?" Tamaki menunjuk cafe di ujung jalan.

"Hm? Dimana?" Iori melirik ke arah yang ditunjuk oleh Tamaki.

"Ituuu di ujung jalan!"

"Oh, oke." Iori berjalan menuju tempat tersebut di sebelah Tamaki.

"Tapi kan ujung-ujungnya juga ketemu sekolah." Iori melipat tangan, melirik sekeliling arah.

"Yah.. nggak ada gunanya juga debatin ini."

"Nah, gitu dong" Tamaki nyengir lebar sambil menepuk punggung Iori.

"Biar aku gak semakin laper dengerin omelan Iorin."

'Omelanku bikin lapar ya..?' Iori bertanya dalam hati, namun ia tidak terlalu mempedulikan perkataan teman satu grupnya itu.

***

Tamaki mendahului masuk kedalam tempat makan tersebut.

"Aku mau duduk dekat jendela!" Tamaki menarik tangan Iori ke kursi dekat jendela.

"T-tunggu-!" Iori terkesiap ketika tangannya ditarik oleh Tamaki, sehingga langkah kakinya pun terpaksa menyesuaikan dengan langkah Tamaki.

"Huh..." ia duduk di kursi pilihan Tamaki, berusaha mempertahankan kesabarannya.

"Silakan pilih duluan makanannya, aku nanti saja."

"Oke." Tamaki pilih-pilih makanan selama beberapa lama.

"Sudah."

"Jadi, mau makan apa?" Iori mengambil alih buku menu, kemudian membolak-balikkan halaman seraya mencari makanan dan minuman yang cocok untuknya.

"Ingat ya, jangan banyak-banyak."

"Iya iya, gausah diulang dua kali, Iorin berisik."

"Aku cuma ngingetin kok." Balas Iori dengan sedikit kesal.

Tak lama kemudian, Iori memanggil pelayan yang kebetulan sedang berjalan melewati mereka berdua, kemudian memesan makanan dan minuman yang ia pilih. Tamaki juga memberi tau pelayan apa yang dia pesan juga.

"Jangan lama-lama ya. Aku lapar." Tambahnya ke pelayan tersebut, agak kurang sopan sih.

"Oi, nggak sopan!" Iori menepuk dahinya melihat kelakuan Tamaki yang masih kekanak-kanakan itu.

"Omong-omong, tumben nggak pergi sama Osaka-san." Iori menopang dagunya, lalu menatap Tamaki dengan wajah datar.

Tamaki menggelosor di kursinya sambil memainkan ponselnya.

"Souchan ada kerjaan malam ini. Sore tadi sudah tergesa pergi dari apartemen kita."

"Osaka-san sibuk ya... sayangnya partnernya pemalas." Iori mengecilkan suaranya di akhir kalimat agar tidak memancing amarah pemuda yang berada di hadapannya ini. Meskipun sudah dipelankan, Tamaki masih dapat mendengar kata-kata Iori diakhir.

"Kalau Osaka-san sibuk, aku takut dia drop lagi." Iori menatap ke luar jendela.

"Yotsuba-san paling dekat dengannya, kan? Jangan sampai menambah bebannya lho."

"Souchan yang terlalu rajin, aku tidak pemalas! Aku tidak akan menambah bebannya, setiap malam dia selalu langsung ambruk ke sofa. Berat bawanya ke kamar tau!"

"Kedengaran juga toh.." Iori tersenyum kaku. Sudah tertebak, pasti Tamaki akan menyanggah perkataannya dengan alasan yang terdengar kekanak-kanakan.

"Sepertinya Osaka-san terlalu bersemangat..." ujarnya,

"tapi aku salut dengan kerja kerasnya."

"Jangan menjadi sepertinya. Nanti Iorin juga sakit-sakitan, makan tidak teratur, tidur tidak teratur-"

Beberapa lama kemudian, pesanan telah datang, perkataan Tamaki terputus begitu melihat makanan di atas meja. Iori menyeruput minumannya terlebih dahulu. 

"MAKAAAN!!" Tamaki mengiler melihat makanannya.

"Aku tahu---" Iori sedikit terkejut ketika Tamaki berteriak kegirangan melihat makanan yang ia dambakan telah datang.

"Ssstt-! Pelan-pelan. Orang-orang jadi melihat ke arah kita." Ujar Iori dengan suara kecil seraya melirik sekeliling.

"Ehem. Selamat makan." Kemudian mulai memakan makanannya dengan tenang.

Tamaki ikut makan, sambil sesekali melirik makanan Iori.

"Yohhin aan ahha?" tanya Tamaki yang berbicara dengan mulut penuh.

"Hah?" Laki-laki surai biru tua itu mengerutkan alisnya.

"Telan dulu, baru ngomong, Yotsuba-san." Iori kembali memakan makanannya.

"Kau mau coba?" Iori menyodorkan sendoknya, kesannya seperti ingin menyuapi makanan kepada Tamaki.

Tamaki mengangguk

'Iorin tetap mengerti ucapanku meskipun begitu', pikirnya. Tamaki menelan makanan di mulutnya,

"Mau." Lalu langsung membuka mulutnya menerima suapan(?) Iori.

"......." Iori sempat terdiam ketika Tamaki salah paham dengan posisinya. Ia kembali menaruh sendok di atas piring, lalu menggeser piring itu ke depan.

"B-bukan begitu maksudku, makan sendiri." Wajahnya sekilas terlihat sedikit memerah.

"Mm?" Tamaki mengunyah makanannya, menatap Iori dengan bingung.

"Tavvi tahhi Iohhin posshe mahhu nyuahhin." Tamaki menelan habis makanan di mulut. Iori melirik ke arah selain Tamaki. Padahal ia tidak bermaksud menyuapi laki-laki itu.

"Berarti kau salah paham." Ujarnya seraya menahan malu.

"Boleh nambah lagi?"

"... tambah aja." Iori menghela napas.

"Nggak perlu kusuapin lagi kan?"

Disuapin?

"Boleh." Tamaki membuka mulut

"Aaaa" Namun diam-diam, menertawakan reaksi Iori.

"............" kali ini Iori terdiam cukup lama. Sial, seharusnya ia tidak menanyakan hal itu. Ia berpikir, pasti orang-orang yang melihat juga akan salah paham dengan hubungan mereka berdua.

"Ini yang terakhir." Iori buru-buru menyendokkan makanan lalu menyuapi Tamaki.

"Dasar bocah." Lanjutnya dingin, seakan-akan sedang menutupi rasa malunya.

Tamaki mengunyah makanannya sambil tersenyum, saking cerahnya seakan bunga-bunga bermekaran di sekitarnya(?).

"Makasih Iorinn." Dan ia tidak meminta makanan Iori lagi setelah itu. Tamaki menghabiskan makanannya dengan fokus, tidak memedulikan Iori yang mungkin sedang anxious tentang pandangan orang lain terhadap mereka.

Iori membuang muka, tidak menjawab ucapan terimakasih dari Tamaki. Percuma, ia melakukan itu karena terpaksa. Setelah menghirup dan membuang napas, ia kembali menghabiskan makanannya.

"Habis ini kau ingin pulang?"

"Eh?" Tamaki menaikkan kepalanya, menatap Iori bingung.

"Kenapa buru-buru banget?"

"Cuma nanya." Makanannya telah habis setelah beberapa lama. Iori merapatkan sendok dan garpunya.

"Gochisousama."

"Uwaagh, kenyaaang."

"Asyiik, ditraktir Iorin."

Iori meminum minuman pesanannya sampai habis.

"jarang-jarang bisa mentraktir orang.." gumamnya. Iori segera memanggil pelayan untuk meminta bill dan membayarnya.

Setelah proses pembayaran selesai, Iori melirik Tamaki.

"Hanya ke restoran, kan?"

Tamaki mengangguk.

"Tapi kalau Iorin mau ke tempat lain, gapapa sih." Tambahnya sambil berdiri dari tempat duduknya.

"Tidak perlu!" Iori ikut berdiri dan pergi meninggalkan restoran bersama Tamaki.

***

Kembali lagi bersama Hana~ gimana ceritanya? Kali ini dari Iori sama Tamaki, mereka kan sekelas gitu jadi sering sama-sama di sekolah. Kapan-kapan Hana buat Iori bareng Tama dan Haruka deh~

Awal ceritanya dari rp-er Iori yang mengajak rp-er Tamaki di salah satu sosmed. Berakhir traktiran ini~

Next, sampai ketemu lagi!!

Jangan lupa vote, follow dan komen kalian Hana tunggu ya! >_<

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro