Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Hontou no Namae (Pt 1)[Karatoga]

Ayakashi Mangekyou (Karatoga)

Pair: Ungaikyo x Momiji

*Peran*
> Osaka Sogo as Momiji (real name: Fuuka)
> Yotsuba Tamaki as Ungaikyo

Happy Reading!!

***

Flashback

10 tahun yang lalu, ketika umurnya baru menginjak 8 tahun.

Fuuka tidak tau hal ini akan terjadi, saat itu ia sedang mencari ibunya setelah asik bermain dihalaman belakang rumahnya. Yang membawanya hingga ke dunia yang ia sama sekali tidak tau ini dimana.

Disekitarnya, Fuuka melihat banyak hal yang sangat asing dimatanya. Ia sama sekali tidak tau tempat ini.

"Oya, kenapa ada anak manusia disini?" ucap salah satu yokai.

"Ara, kawaii. Jangan-jangan dia tersesat?" ucap yokai lainnya.

Fuuka yang melihat mereka, ketakutan. Saat yokai didepannya lengah, ia berlari meninggalkan yokai-yokai tersebut.

Fuuka tidak peduli dia akan berlari kemana, selama bisa keluar dari tempat yang asing ini.

Tetapi Fuuka tidak bisa lari lebih lama, tanpa sadar kakinya tersandung di akar pohon. Membuat tubuh kecil ini terjatuh.

"Ittaii....." Fuuka meringis kesakitan akibat jatuh. Ia melihat sekitar, hanya ada pohon yang tinggi disekelilingnya. Sepertinya Fuuka berada didalam hutan.

Sementara itu

Seorang yokai yang bernama Ungaikyo sedang menyantapi buah persik diatas pohon. Dia lebih memilih istirahat daripada bermain dengan yokai-yokai lainnya. Setelah selesai memakan buah persiknya, Ungaikyo mencari pohon persik untuk memakannya lagi.

"Hm---sepertinya ini segar" gumam Ungaikyo sambil mencium aroma buah persik itu lalu mencabut 4 buah.

Saat selesai memetik buahnya, Ungaikyo melihat manusia yang terjatuh itu.

"Oi- bukankah kau seorang manusia ? Sedang apa kau disini?" Tanya Ungaikyo dari atas pohon persik itu.

Fuuka mendengar suara yang asing, apakah suara ini dari yokai yang mengejarnya? Tetapi, suara ini berbeda. Ia mendongkakkan kepala, melihat asal suara tersebut.

"...?!" Fuuka terkejut, melihat seorang Ungaikyo dari atas pohon. Apakah ia harus kabur lagi? Tetapi kakinya kesakitan.

'Bagaimana ini.....' pikirnya.

"A-aku hanya sedang berjalan-jalan disekitar hutan" ucapnya, berbohong. Kebenarannya, ia tersesat.

"Hmm...."

Ungaikyo turun dari pohon lalu menghampiri Fuuka lalu menyentuh lutut Fuuka yang luka.

"Berdarah tuh-"

Fuuka menahan rasa sakit dilututnya, ia tidak boleh menangis. Tetapi ekspresinya seolah-olah ingin menangis. Ia mengangguk.

"...un....t-tapi sebentar lagi lukanya mengering." ucapnya, berbohong lagi. Tidak mungkin luka dilututnya mengering dengan cepat, darah dilututnya semakin banyak. Sepertinya butuh waktu yang lama untuk sembuh.

"Hee....tunggu disini." Ungaikyo meninggalkan Fuuka sendirian. Dia mulai mencari-cari daun untuk menghentikan darah dilutut Fuuka.

Sedari tadi Fuuka melihat Ungaikyo meninggalkannya sendirian, ia merasa Ungaikyo adalah yokai yang baik.

Namun tiba-tiba saja Ungaikyo kembali membawa daun-daun yang terlihat asing bagi Fuuka. Ia penasaran untuk apa daun-daun itu.

Ungaikyo lalu menempelkan daun-daun yang dia temukan ke lutut Fuuka. Ketika daun tersebut ditempelkan, Fuuka meringis menahan rasa sakit dilututnya.

"Yosh yosh---"

"Aku beri ini ya-" jawab Ungaikyo sambil menyodorkan buah persik yang dia petik.

Fuuka memperhatikannya, dia ingin memberikan buah persik?

"....." Fuuka terdiam.

"....un, arigatou" ucapnya, menerima buah persik.

"Sudah kan ? Lebih baik kamu pulang sekarang- banyak Yokai yang aneh disini-"

"Aku tinggal ya-" ucap Ungaikyo sambil membawa buah-buah persik itu.

Fuuka terkejut, ternyata dugaannya benar kalau yang mengejarnya adalah yokai. Sebelum yokai didepannya pergi, Fuuka menahannya dengan menarik pakaian yang dikenakannya, membuat Ungaikyo berhenti bergerak.

"...."

"....ano..." Fuuka menatap yokai itu.

"...eeto....j-"

"Jangan pergi....."

"....." Ungaikyo terdiam.

"Kenapa ?" tanya Ungaikyo

"....."

"Aku belum tau namamu" Jawabnya. Rasa ketakutannya pada sesuatu yang asing perlahan-lahan menghilang. Sebaliknya, ia penasaran dengan tempat ini dan yokai yang menolongnya.

"....."

Ungaikyo mengulurkan tangannya ke Fuuka untuk menolongnya berdiri.

"Ungaikyo....kalau kamu, nama?"

".....Ungaikyo...." gumam Fuuka. Ia menerima uluran tangan Ungaikyo, lalu berdiri.

".....Fuuka...."

"hee.....nama yang bagus"

"Sudah saatnya kau pulang. Disini terlalu bahaya- biarkan aku mengantarmu pulang" Ungaikyo menggendong Fuuka.

Mendengar kata pulang, membuat Fuuka menggeleng cepat. Ia tidak mau pulang.

"Yada, aku mau tau semua hal tentang tempat ini! Ungaikyo mau memberitahuku semuanya?"

"Heee--kau ini sedang kabur dari rumah ya ?" tanya Ungaikyo.

Fuuka menggelengkan kepala.

"Aku tidak kabur! Aku tersesat, ketika mencari ibuku, tiba-tiba saja aku sudah berada disini!"

"Ibumu ? Kenapa seorang wanita dan anaknya pergi kesini tanpa laki-laki atau pengawas ?" Tanya Ungaikyo heran. Fuuka merasa dia tidak paham dengan perkataannya.

"B-bukan seperti itu!!!"

"Aku kesini secara tidak sengaja. Saat itu aku sedang bermain di halaman belakang rumahku. Ketika mencari ibu, aku tak sengaja memasuki portal aneh dan...." Fuuka menghela, menceritakan segalanya.

"Berakhir seperti ini."

"Hee...."

'Tidak kusangka dia anak yang nakal-' pikir Ungaikyo.

"Baiklah- tapi jangan tempat ini- terlalu bahaya untuk manusia sepertimu-" jawab Ungaikyo sambil menekan hidung Fuuka. Anak berumur 8 tahun ini memegang tangan Ungaikyo yang menekan hidungnya.

"Benarkah? Aku tidak yakin"

"Mungkin kau akan tertarik dengan pemandangan disini-" jawab Ungaikyo sambil jalan ke arah air terjun.

***

Ungaikyo membawa Fuuka menuju tempat anak-anak yokai bermain.

"....."

"Sudah sampai- Mainlah dengan mereka kalau kau mau- jangan keluar dari perbatasan itu-" ucap Ungaikyo sambil menurunkan Fuuka dan menunjukan pembatas itu.

Fuuka memeluk Ungaikyo sambil menggelengkan kepala.

"Tidak mau! Aku maunya sama Ungaikyo!" Ungaikyo menghela nafas lalu kembali menggendong Fuuka.

"Nande ? Bukannya kau tertarik dengan dunia ini ?"

"Lebih baik tanyakan ke yokai kecil itu-"

"Iyaadaa!! Maunya sama Ungaikyo!!" tolaknya, Fuuka tidak mau bermain bersama yokai kecil. Keberadaan Ungaikyo sudah membuatnya nyaman. Ungaikyo menghela nafas.

"Baiklah- baiklah----denganku saja---" ucap Ungaikyo dengan sabar.

Ungaikyo membawa Fuuka ke bawah pohon yang dipenuhi bunga" disekelilingnya dan duduk disana.

"Sekarang- apa yang membuatmu penasaran ?"

Fuuka melihat cermin yang selalu dipegang Ungaikyo, ia menunjuk cermin.

"Cermin itu kenapa dibawa-bawa? Apakah tidak berat membawa cermin?" tanyanya, penasaran.

Ungaikyo terdiam mendengar pertanyaan itu.Dia tidak bisa memberi tahu ke manusia jika cermin yang ia pegang itu ajaib.

"Cermin....warisan! Jadi....selalu ku bawa" ucapnya berbohong

"Ini tidak terlalu berat- mungkin karena aku sudah dewasa dan kau terlalu kecil-"

"Cermin....warisan?" gumam Fuuka. Ia memperhatikan cermin tersebut, lalu mengambilnya ketika Ungaikyo sedang lengah.

"Ini tidak berat sama sekali." ucapnya, menahan berat cermin. Tidak sengaja Fuuka memegang kaca, yang membuatnya kaca tersebut seperti menelan tangannya.

Fuuka terkejut.

"E-ehh, ini apa?! Kenapa bisa tembus?!" Fuuka mulai panik.

Ungaikyo terkejut cerminnya dirampas, Ungaikyo langsung membantu mengeluarkan tangan Fuuka dari cerminnya, merampas balik cermin lalu menatap tajam Fuuka.

"Dasar manusia! Jangan sembarangan menyentuhnya!-" bentak Ungaikyo.

Mendengarnya dibentak, Fuuka merasa bersalah. Ia menundukkan kepala.

"...g-gomennasai....." ucapnya, menahan air mata yang ingin keluar. Selama ini Fuuka belum pernah dibentak.

Ungaikyo menghela nafasnya lalu ia memasukan tangannya kedalam cermin ajaibnya lalu mengambil cermin kecil ajaib dan memberikannya pada Fuuka.

"Nih- Aku beri yang ini saja-"

"Maaf sudah membentakimu-"

Fuuka terkejut melihat cermin berukuran kecil ditangan Ungaikyo. Ia menatap heran Ungaikyo.

"Cermin ini....?" tanyanya.

"Oke- dengar baik-baik manusia- jangan sampai cermin itu pecah jika kau ingin selamat saat ada di dunia ini-"

"Cermin itu terhubung dengan cermin miliku ini-" ucap Ungaikyo sambil menunjukan cerminnya.

"Jika kau masuk ke dunia ini sambil membawa cermin itu, Aku akan tahu lokasimu dimana-Maupun dalam bahaya atau tidak"

Fuuka menggembungkan kedua pipinya, ia tidak suka dipanggil 'manusia' oleh Ungaikyo.

"Sejak tadi kau terus memanggilku manusia-manusia, aku punya nama tau! Panggil aku Fuuka!" bentaknya, seperti memerintah.

Tetapi Fuuka terus mendengarkan penjelasan Ungaikyo, ia melihat cermin kecil ditangannya.

"Artinya cermin ini terhubung denganmu?" Fuuka menatapnya dengan tatapan berbinar. Baginya ini adalah hadiah pertamanya didunia ini.

"Arigatou, Ungaikyo!"

"Tapi......bagaimana cara menggunakannya?"

"Hee....memangnya siapa juga yang menanyakan namamu ?" balas Ungaikyo heran sambil menggeleng-geleng kepala.

"Coba sentuh cerminnya dengan telapak tanganmu-",pinta Ungaikyo.

"Lain kali panggil aku dengan nama!" gumam Fuuka

Fuuka menurut dan menyentuh cermin dengan telapak tangannya. Ia terkejut melihat tangannya masuk kedalam cermin tersebut. persis seperti cermin besar yang dibawa Ungaikyo.

"......." Fuuka mulai memutar jarinya seolah-olah sedang mengaduk. Kaca dari cermin tersebut seperti air.

".....sugoii" gumamnya. Ungaikyo menghela nafas.

"Sepertinya mustahil untuk menyebut namamu- kecuali jika aku menyebut nama samaranmu-" ucapnya.

"Nama samaran? Untuk apa memakai nama samaran kalau nama asli lebih baik dari nama samaran?" ucapnya polos. Fuuka tidak mengerti mengapa Ungaikyo mengatakan hal tersebut.

"Ya----mungkin saja kalau kamu jadi salah satu dari "mereka"

".....mereka? Tolong berikan penjelasannya, aku ingin tau!" Fuuka penasaran maksud dari ucapannya. Siapakah 'mereka' yang dimaksudkan Ungaikyo?

"Ha'i ha'i~ sekarang mari kita coba tes cerminmu itu-",ucap Ungaikyo sambil merampas cermin yang dipegang Fuuka.

Ungaikyo melempar cermin Fuuka ke seberang sungai.

Saat ingin berpikir, tiba-tiba cerminnya dirampas dan dibuang ke sungai. Sontak membuatnya terkejut.

"....apa yang kau lakukan?!!"

Ungaikyo menunjukan cermin miliknya ke Fuuka. Di cermin itu menunjukan gambar lokasi cermin Fuuka berada.

"Un! Bisa juga-"

Fuuka melihat cermin kecil miliknya dari cermin besar milik Ungaikyo.

"......sugoii, dengan begini kita bisa terhubung!"

Ungaikyo tidak menjawab pertanyaan Fuuka siapa itu "mereka",dia mengalihkan perhatian Fuuka dengan menunjukan cerminnya.

"Tapi ada syaratnya- Jangan sampai cerminmu diambil oleh orang lain atau pecah."

Ungaikyo menyebrangi sungai dan mengambil cermin Fuuka lalu mengembalikannya lagi pada Fuuka.

Fuuka terdiam, sepenting itukah cermin ini? Yokai benar-benar mahluk yang aneh. Ia menerima cermin pemberian Ungaikyo, melihat lebih dalam lagi tentang cermin tersebut.

Ia terpikirkan ucapan 'mereka' yang dibicarakan Ungaikyo, ingin tau lebih dalam lagi. Namun melihat diamnya Ungaikyo, sepertinya bukan sesuatu yang baik.

'Mungkin....setelah kembali kerumah, aku akan bertanya kepada paman....'

Fuuka Menganggukkan kepala sebagai tanda mengerti.

".....Un, aku akan menjaganya....."

"Anak baik-",jawab Ungaikyo sambil mengelus-elus kepala Fuuka.

"Sekarang- sudah waktunya kau untuk pulang- Sebentar lagi akan menjelang malam-",ucap Ungaikyo sambil melihat matahari terbenam.

Kepala Fuuka dielus, ia memegang tangan Ungaikyo yang mengelus kepalanya. Lalu mengangguk.

"......"

"....tanganmu....besar"

Ungaikyo tertawa kecil.

"Tentu saja bodoh-"

Ungaikyo menggendong Fuuka dan mengantarkannya ke portal menuju dunia manusia.

***

Fuuka dan Ungaikyo telah sampai dipintu pembatas antara dunia manusia dengan yokai.

Fuuka terdiam melihat pintu besar didepannya.

"....."

"....Ungaikyo...." Fuuka menatap Ungaikyo.

"Kita....akan bertemu lagi 'kan?" tanyanya, Fuuka ragu dan takut jika dia tidak bertemu dengan Ungaikyo. Apakah setelah Fuuka melewati pintu pembatas, dia bisa bertemu lagi?

Ungaikyo tersenyum tipis lalu menurunkan Fuuka dari gendongannya.

"Un- janji.",ucap Ungaikyo sambil merapatkan telapak tangannya dengan telapak tangan Fuuka.

"Tanganmu kecil juga---seperti daun Momiji",Ucap Ungaikyo sambil tertawa kecil.

Fuuka menggembungkan pipi, merasa tidak adil jika tangannya saja yang kecil. Ia ingin cepat-cepat besar dan melihat perbedaan tangannya.

"Aku masih kecil, tunggu saja saat aku sudah dewasa! Kupastikan tanganku sebesar tanganmu!"

"Janji ya! Kita akan bertemu lagi." Fuuka tersenyum setelah membuat ikatan janji dengan Ungaikyo. Lalu ia melangkahkan kakinya menuju pintu pembatas dunia.

"Sampai jumpa lagi, Ungaikyo!" ucapnya, melambaikan tangan dan Fuuka berlari memasuki pintu tersebut.

Ungaikyo melambaikan tangannya balik pada Fuuka.

"....ketemu lagi...ya...." gumam Ungaikyo.

"....."

".....sepertinya tidak mungkin..."

***


Hmm... Sepertinya Hana udah lama gak update lagi

Huwaaa gomennasaiii minna!! Hana terlalu sibuk sama kuliah online/Daring di kampus dan gak sempat update T_T Hontou ni gomen! *dogeza*

Mulai sekarang sampai seterusnya, Hana bakal slow update di semua karya Hana. Semoga readers tachi sabar menunggu ya! :'(

Last, jangan lupa vote, komen di tunggu~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro