Sahurnya anak kebun binatang
"Bangun atau ku ajak main bareng Jailangkung kalian semua! "
Setelah berteriak seperti kalimat diatas, beberapa langkah kaki terburu-buru mendekat ke Minami yang sedang meletakkan piring dan mangkok berisi hidangan makan sahur malam ini.
Pemuda berparas ayu itu terkekeh kejam ketika melihat penampilan kawan-kawannya yang masih mengumpul nyawa.
Touma dengan rambut acak-acakan, celana yang dipakainya terangkat sebelah. Tidak seimbang panjangnya, mata yang masih berusaha dibuka. Torao apalagi, tidak ada aura lelaki tukang menggoda wanita dipenampilannya. Rambutnya yang memang acak-acakan kini semakin acak-acakan, mencuat kesana-kemari seperti buah Durian. Selimut yang dipakainya tidur masih tersampir dileher pemuda berambut coklat itu, seperti orang yang memakai syal dimusim dingin.
Mana selimutnya gambar Frojen.
Torao yang masih mengantuk beberapa kali oleng kearah Touma, Touma dengan telaten kembali memperbaiki posisi berdiri Torao agar tak menyender kearahnya. Takut dia jika mereka berdua jatuh ke lantai karena terlampau mengantuk.
Minami menggeleng pelan, sekarang ia menatap makhluk yang teronggok disamping kaki Torao. Berbentuk lonjong dan berwarna merah muda. Minami dengan tatapan heran menunjuk makhluk yang tergeletak itu,
"Itu... Siapa? Atau... Apa? "
Touma yang sebelumnya memejamkan mata kembali membuka maniknya, ia melihat kearah yang ditunjuk oleh jari Minami, sambil kembali membenahi posisi berdiri Torao.
"Itu Haru, Mina... " jawabnya dengan suara serak.
What? Opo? Apa? Nani?
Minami berkata dengan ooc nya didalam hati, dengan dahi berkerut ia berjalan mendekati makhluk lonjong berwarna merah muda itu. Dengan wajah agak-agak jyjyk, Minami berusaha membalikkan posisi makhluk itu. Rautnya mendatar ketika melihat penampakan wajah dari Haruka yang tertidur pulas.
"...Midou-san. Bisa kau jelaskan mengapa ada tisu menyumpal hidungnya Isumi-san? " tanya Minami sambil menatap datar Torao.
Torao menguap sekali, ia kembali menyender ke badan Touma, masa bodoh jika akan dikembalikan ke posisi berdiri kembali. Sekarang ia ingin menyenderkan badannya ke sesuatu.
"Aku hanya menambahkan ornamen pada penampilan memukaunya, Minami. Habisnya tidurnya berselimut bak kepompong yang loncat-loncat. "
Minami menepuk dahinya, mengusap wajahnya frustrasi setelahnya.
Capek plis. Capek.
Minami kembali membatin dengan occ nya. Tiga biji makhluk saja sestress ini, apalagi Izumi-san dari grup pelangi? Sepertinya ia harus berguru kepada Izumi-san tentang kiat-kiat sukses mengendalikan makhluk-makhluk kurang akhlak ini. Belum lagi tiga-tiganya mewakili hewan-hewan yang teruji bar-barnya.
Tak bar-bar bagaimana, Torao menggila ketika ada seorang waria menggodanya diperempatan lampu merah dan berakhir ia menginjak gas dalam-dalam mengabaikan lampu merah dan mengebut gila-gilaan dijalanan sibuk, serempet sana serempet sini.
Belum lagi jeritan laki-lakinya yang super memekakkan telinga, Minami pun mati-matian menenangkan histeria Torao dan Haruka berjuang membuat Touma agar tak muntah dimobil yang berbelok tajam kekiri dan kekanan.
Rasanya naik rooler coster saja lebih baik.
Haruka, yang entah kesurupan apa menyeruduk Iori dan Tamaki yang anteng berdiri didepan rumah menunggu dirinya berangkat sekolah. Minami harus meminta maaf berulang kali kepada keduanya karena harus merasakan dahsyatnya kepala batu milik Haruka dan dinginnya air selokan dipagi yang cerah.
Alhasil Minami juga harus menyuruh Touma untuk mengambilkan seragam cadangan milik dua anak malang itu. Tentu dengan senang hati Touma menuruti perintah Minami.
Biasa. Kan an– uhum anak baik.
Ketika ditanya mengapa ia menyeruduk Iori dan Tamaki dengan dahi berkerut ia menjawab,
"Hanya ingin membabi, Ngok! " sambil mempraktekkan posisi banteng yang siap menyerang lalu menyeruduk Touma yang membawa gelas berisi Mie geulas.
Seketika itu juga Minami membacakan ayat kursi sambil menyuruh Torao menyemburkan air yang sudah dibacakan ayat-ayat suci. Haruka yang dahinya ditempeli tangan dingin Minami yang komat-kamit membaca ayat kursi sambil disembur air oleh Torao hanya berteriak, "Watashi babi, HUWOUGH!!! " berulang kali.
Astaga, Minami rasanya ingin menangis uang dollar.
Touma, paling anteng sebenarnya. Jarang bar-bar tapi sukses bikin stress dan pusing kepala Minami melebihi Torao dan Haruka. Ketika mereka berjalan bersama menuju pasar, seekor anjing imut mendatangi mereka sambil mengonggong. Minami hanya tersenyum tipis melihat keimutan anjing itu.
Ketika ia menoleh kesamping untuk mengajak Touma berjalan kembali, kepala marun milik Touma hilang. Dengan cepat Minami menunduk, menemukan Touma menggonggong bersahut-sahutan dengan anjing imut tadi.
"Eh? Ini temannya, ya Mbak? Hebat ya menyatu dengan hewan! "
Bolehkan Minami mencekek Touma dan Mas-mas Karpet ini? Dia kan ular. Minami ngidam mau kosplay jadi ular piton.
Tapi urat kewarasannya masih lebih kuat mencegahnya untuk ikut menggila seperti ketiga kawannya. Ia harus tetap waras apapun caranya.
"HARU!! JAUH-JAUH! JANGAN LOMPAT-LOMPAT KAYAK GITU! JANGAN MENDEKAT!!! "
"AYO HARUKA LOMPAT LAGI! LOMPAT-LOMPAT!!! TAKUTIN SI TOUMA, BAHAHAHA! "
"LEPASIN IKATANNYA, KARPET! AKU GAK BISA JALAN, WOE! TOM LEPASIN TOM, TOLONG! "
"GAK MAU!!! LEPASIN AJA SENDIRI! "
"NAIS! NAIS! KAU BERBAKAT JADI POCI, HAR! BHAHAHA! "
"BERBAKAT PALAMU PRISMA, TORAO KARPET! AWAS YA! "
...lailahaillah...
Minami menampar wajah-wajah nista yang membuatnya stress tiap hari menggunakan serbet yang baru saja ia gunakan untuk mengelap kuah opor ayam,
"Diam kalian. Atau kusumpel mulutnya satu-satu pakai Baigun? "
Ketiganya kicep seketika, Minami menatap lelah Haruka. Haruka yang ditatap meringis sambil melompat-lompat.
"Tolong lepasin, Minami... Aku gak bisa jalan... " pinta Haruka.
Minami menghela napas lelah, berjalan mendekati Haruka lalu melepaskan ikatan dikepala, badan dan kaki. Haruka bernapas lega, capek lompat-lompat dari tadi. Tak lupa ia mencabut gumpalan tisu dihidungnya lalu melemparkannya ke Torao sambil menjulurkan lidah.
Torao yang tertimpuk gumpalan tisu mendelik, Haruka tak peduli dengan delikan Torao.
"Makasih, Minami. " ucapnya kepada Minami.
Minami hanya mengangguk. Menggiring ketiga kawannya untuk duduk dimeja makan. Ketiga pasang mata kawannya bersinar ketika melihat sajian makanan yang ada diatas meja. Haruka duduk paling pertama dan mengambil piring lalu menyerahkannya kearah Minami.
"Mau telur balado! "
Minami terkekeh geli. Ia mengambil piring yang diserah oleh Haruka,
"Baiklah. Telur balado untuk Isumi-san. "
Binar bahagia dimata Haruka semakin terlihat kala nasi hangat dan telur balado diletakkan pelan didepannya. Segera ia mengambil sendok, dan akan memasukkan satu suapan kedalam mulutnya.
"Isumi-san ucapkan basmallah dulu agar makananmu baro–"
Minami terkejut bukan main ketika Torao terjatuh dari kursi. Touma yang meminum air putih tersedak, buru-buru ia kembali meminum air demi menghilangkan rasa sesak akibat tersedak. Torao dibawah sana berwajah pucat dengan badan kejang-kejang. Minami berjongkok disampingnya dengan dagu dipangku kedua telapak tangannya.
"Ara~ ternyata yang ada 'sesuatu' nya ada dimakanan yang diambil Midou-san. "
Haruka mengangkat sebelah alisnya sambil memasang raut kebingungan,
"Sesuatu? " tanyanya.
Minami mengangguk pelan, ia menunjuk Touma yang mendesah lega karena berhasil menuntaskan rasa sesak didadanya. Touma yang merasa ditunjuk memasang raut kebingungan.
"Coba jelaskan, Inumaru-san. Tentang makanan ini. " ucap Minami memjawab rasa kebingungan Touma. Touma manggut-manggut kalem, mengambil sop iga yang ada dihadapannya.
"Sebenarnya makanan ini dari Ryo-san. Dia berpesan hati-hati dengan salah satu menu yang ia berikan karena ada 'sesuatu' didalamnya dan sepertinya Tora memakan menu yang ada 'sesuatu' nya itu. " jelas Touma setelah mengunyah satu suap nasi beserta sop iga dipiringnya dengan sebelumnya mengucap basmallah.
Haruka membolakan mulut, mengucap 'Oh' panjang lalu menoleh kearah Minami yang baru saja duduk di kursi.
"Jadi tak apa kita makan selain oseng kikil itu? " tanyanya.
Minami yang sedang mengambil piring dan sendok mengangguk kalem,
"Iya. Tak apa, Isumi-san. Lihat. Inumaru-san sudah menghabiskan sop iganya, segera habiskan makananmu sebelum telur baladomu dimakan Inumaru-san. "
Dengan cepat Haruka menyeret sepiring telur balado kearahnya lalu menatap tajam Touma. Touma tersetak kaget ketika ditatap tajam nan menusuk oleh Haruka.
"Ayolah, Haru... Aku tak akan memakan telur baladomu itu... " kata Touma.
Haruka membuang muka, menyuapkan nasi dan telur baladonya kedalam mulut. Badannya bergoyang kekiri dan kekanan merespon rasa nikmat yang ia rasakan dalam mulutnya.
Touma mendengkus geli, tak sengaja ia melihat Torao yang masih mangap-mangap dibawah sana.
"Anu Mina... Tora bagaimana? Kasian, lo... " tanya Touma sambil menunjuk Torao.
Minami mengunyah makanan yang ada dimulutnya lalu mengambil segelas air putih.
"Biarkan saja, Inumaru-san. Kita sahur dulu, lagipula rumah sakit juga masih tutup. " ujar Minami sambil kembali menyendokkan makanan kedalam mulutnya.
Touma dengan raut kebingungan hanya mengangguk polos, ia menatap kembali Torao yang sekarang terlihat nyawanya keluar dari mulut.
"Memangnya rumah sakit bisa tutup? " gumamnya polos.
___________________________________
Astagfirullah... Yang sukses makan sahur cuma geng kebun binatang 😭💔
Walau Torao harus puasa dirumah sakit 🌚
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro