Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

SPC 1

NB:

Aku mau kasih note dulu sebelum sepesial bab ini aku up ya.. karena banyak banget yang tanya ma aku. 😊

Sepsial Bab Book Ai Long Nhai asli hanya ada 3 bab saja ya.. Tapi ini akan aku up ada 4 bab.. Kok bisa up 4 bab? Aku liat 1 bab lagi yang di post NottaKorn di Tuwanlai ya.. karena ada yang beda makanya aku up sklian disini.. Jadi makanya itu ada 4 bab..

Penjelasannya cukup jelas ya.. Jangan tanya-tanya lagi dan happy reading spesial Bab ini ok.. 😊

Oh Ya.. Untuk Ai dan Nhai lamaran itu ada di book Spesial khusus bukan disini n gk bakal aku up di Wattpad kalau mau baca silakan DM Telegram aku di Risicy_Blue.. NO FREE..

So enjoy spesial Bab ini aja ok..

---


Demam Berdarah

Klub Berkuda

Ai Pov

Aku berpikir cuaca cerah dan berangin seperti saat ini seharusnya kami berdua duduk dan makan malam di sebuah restoran.

Beberapa saat yang lalu, saat aku sedang mengemudi aku merasa yakin bahwa aku merasa sangat lapar. 🙄

Tetapi begitu aku turun dari mobil dan berjalan di sepanjang pandang rumput yang ada lapangan berkuda, rasa nafsu makanku segera menghilang karena aku mencium bau kotoran kuda yang ada di sini. Aku memerlukan beberapa saat untuk bisa membiasakan diri saat datang menjemput Nhai.

Nhai sangat suka bergabung dengan berbagai kegiatan di Universitas seperti ini. Jika Nhai tidak bergabung di dalam Klub berkuda ini, mungkin aku tidak akan mau menginjakkan kakiku sama sekali di klub ini.

Saat kami berada di tahun ke tiga kami seperti saat ini, kami harus mengambil kegiatan di Universitas. Sebenarnya aku sangat ingin berada satu klub dengan Nhai, tetapi aku benar-benar tidak tahan dengan bau kotoran kuda ini. 😣

Aku segera mencari sosok Nhai di area padang luas ini dan sangat tidak sulit untuk menemukannya karena Nhai memiliki kaki yang panjang. 😊

Hanya Nhai saja yang memiliki kaki yang panjang disini. Aku berdiri di pagar yang ada di sisi lapangan dan melihat dia memegang kendali kuda itu sendiri untuk mengendalikan hewan berkaki empat sambil melintasi palangan yang ada bolak balik sampai pelatihnya terlihat menganggukkan kepalanya sambil melihat kertas dengan ekspersi yang puas, lalu Nhai segera membawa kudanya untuk berlari ke sudut.

Setelah itu, Nhai segera melompat turun dari pelana kuda itu dengan sikap yang gesit sebelum dia mengikat tali kuda itu ke papan. Ketika Nhai membalikkan badanya, aku segera melambaikan tanganku dari tempatku berdiri saat menunggunya setiap hari. Aku melihat Nhai membalas lambaian tanganku dengan senyuman lebarnya. 😊

Nhai memang orang yang benar-benar sangat luar biasa, tidak hanya saat dia memegang uang, tetapi dia juga pandai menunggang kuda, berenang dan semua kegiatan yang membutuhkan tenaga. Tetapi dia tidak suka ikut klub musik dan bermain alat musik. 😅

Aku akan membiarkan Nhai melakukan apapun yang dia mau. Aku selalu mendukung apapun yang dia lakukan, termasuk saat ini. Aku selalu datang untuk melihatnya menunggang kuda sambil menikmati bau rerumputan.

“Phi Nhai memang benar-benar keren..”

“Iya.. Dia juga sangat tinggi dan badannya sangat bagus..”

Saat Nhai sedang berjalan menghampiriku, aku mendengar ada yang menyebut nama kekasihku dalam pembicaraan mereka.

Aku melihat ada dua mahasiswi junior yang sedang berdiri dan berbicara. Aku tidak merasa terkejut saat mendengar hal itu karena aku sangat sering mendengar hal itu.

Mereka bisa saja membicarakan dan mengagumi Nhai, tetapi Nhai hanya milikku saja. 😊

“Hai Ai.. Sudah berapa lama kamu disini?”

“Aku sudah lumayan lama disini. Apakah kamu merasa lelah?” Balasku sambil tersenyum lebar saat Nhai mendekatiku.

“Hmm.. Sedikit..”

Saat aku sedang berbicara dengan Nhai, aku melihat kedua junior perempuan tadi mendekati kami. Aku tidak tahu mereka junior angkatan tahun berapa mungkin junior angkatan tahun pertama atau kedua.

Salah satu dari mereka berkata kepada Nhai sambil menyerahkan sebotol air mineral.

---

Nhai Pov

“Phi Nhai.. Aku membelikan Phi air minum..”

Gadis itu menyerahkan air mineral itu kepadaku tepat di depan mata Ai. 😑

“Apakah ini untukku?”

“Iya.. Itu tanda terima kasih dariku untukmu karena Phi sudah mau mengajari aku menunggang kuda beberapa hari yang lalu..”

“Oh.. Kalau seperti itu terima kasih..”

Aku mengatakan hal itu sambil mengulurkan tanganku untuk menerima sebotol air mineral dari gadis itu. 😊

Setelah itu, aku segera berbalik untuk melihat Aiyaret dan aku tahu bahwa Ai terlihat cemburu dan hal itu sedikit mengangguku.

“Apakah Phi Nhai sudah makan siang?”

“Setelah aku selesai membereskan barangku maka aku akan pergi makan..”

“Aku mendengar ada restoran baru di depan Universitas. Apakah Phi ingin pergi makan bersama-sama dengan kami?”

--

Ai Pov

Saat aku mendengar perkataan itu dari salah satu gadis yang sedang berbicara dengan Nhai saat ini, aku merasa tidak suka. 😑

Aku segera menyela obrolan mereka.

“Nhai.. Tubuhmu terlihat benar-benar sangat kotor dan kamu juga berkeringat. Mandi dulu dan kita akan kembali untuk makan di apartemenku..”

“Tidak bisa kah kita pergi makan dulu baru mandi nanti?”

“Tidak! Ayo pergi mandi dulu..”

“Hmm.. Baiklah..”

---

Nhai Pov

Aku memilih menuruti perkataan Ai. Aku lalu menatap botol air yang ada di tanganku dan Ai dengan cepat mengambil botol air itu dari tanganku lalu mengenggamnya.

Saat aku menatap Ai, aku bisa merasakan bahwa dia sedang merasa cemburu dan tatapan matanya terlihat mematikan seperti yang di katakan oleh ayahnya. 😅

Jika aku membuat marah Ai, siapa yang akan memasak makanan untuk aku makan? 🤔

Aiyaret adalah segalanya bagiku. 😊

Saat Ai mendekat kearahku dan berdiri di dekatku, lalu berbisik dengan lembut agar hanya kami berdua yang bisa mendengarnya.

“Jangan sampai aku marah denganmu di depan para Nong..”

Ai sebenarnya tidak suka memarahiku, aku tahu dia merasa cemburu dan itu tandanya dia jatuh cinta padaku. Dia tidak berbeda jauh denganku.

“Hari ini hari apa?” Tanyaku.

Aku berusaha mengalihkan perhatian Ai agar dia tidak marah dengan para Nong.

“Hari ini adalah hari Jumat dan hari ini aku akan memasak telur rebus serta udang dengan daun kemangi. Apakah kamu ingin pulang? Disini sangat banyak nyamuk dan kamu bisa terkena demam berdarah..”

Aku sudah berhasil mengalihkan masalah dengan bertanya makan apa yang akan kami makan hari ini. 😊

Saat ini aku dan Ai sedang ada di pojok, aku segera mengangkat tanganku untuk mengucapkan selamat berpisah kepada dua gadis yang merupakan juniorku itu.

“Lalu dimana tas dan Khun Ped mu?”

“Oh.. aku menaruhnya disana. Kalau kamu tidak mengingatkan nya aku pasti sudah lupa..”

“Ayo cepat ambillah..”

---

Ai Pov

Aku meminta Nhai mengambil tasnya dan mengusap rambutnya yang basah dengan lembut, lalu mendorongnya untuk berjalan mengambil tasnya.

Aku melihat Nhai berjalan menjauh dariku untuk beberapa saat. Aku lalu segera berbalik menghadap dua junior itu. Mereka saat ini sedang berdiri dengan pucat karena mereka tahu apa yang sedang terjadi.

Selain itu, aku juga merupakan pria yang tampan dan aku berbicara dengan jelas status ku dengan Nhai di depan mereka.

“Botol air mineral ini aku kembalikan kepadamu. Pacarku lebih suka minuman bersoda dan tidak terlalu suka minum air mineral seperti ini. Aku sudah menyiapkannya di dalam mobilku..”

“Aku sudah selesai..”

Nhai berkata dan mendekat kearahku lagi.

“Ayo kita pergi dari sini..”

Aku berkata seperti itu dan tersenyum jahat menatap ke dua junior itu lalu memeluk tubuh Nhai.

---

Apartemen Ai

Ai Pov

Saat aku sedang memasak, aku mendengar Nhai berjalan kearahku dan tercium bau sabun mandi yang biasa aku gunakan saat dia berdiri di belakangku. Aku saat ini sedang mengenakan celemek berwarna gelap karena sedang memasak. 😊

Tidak lama, aku merasakan Nhai memeluk diriku dari belakang dan menyandarkan dagunya ke pundakku dan berkata.

“Aku sudah lapar, Hub.. Perutku sudah berbunyi dari tadi..”

“Aku tahu. Tetapi sekarang kamu duduk saja dan tunggu sebentar lagi maka makanan ini akan siap. Jangan lupa keringkan rambutmu juga karena jika tidak maka kamu akan sakit..”

“Tidak mau.. Menunggu sendiri membuat aku merasa kesepian. Aku lebih baik menganggumu di dapur..”

Setelah Nhai mengatakan hal itu, dia mulai mengangkat tangannya untuk meraih handuk kecil yang ada di lehernya dan mulai meletakkan di atas kepalanya lalu menggosoknya dengan lembut agar air yang ada di rambutnya cepat kering. Aku merasa bahwa Nhai sudah mulai mengantuk.

Aku menjadi tidak tertarik lagi dengan telur rebus yang sedang aku masak di panci, lalu segera berbalik untuk menatap wajahnya. Lalu segera mengulurkan tanganku untuk menyeka rambut Nhai dengan lebih serius. 😊

“Apakah kamu mau mencoba belajar memasak? Aku akan mengajarimu..”

“Aku bisa memasak, tetapi rasanya tidak enak..”

Saat Nhai mengatakan hal itu, aku sedikit mengerutkan keningku dan mengingat-ingat rasa masakan Nhai yang pernah dia masak, tetapi menurutku rasanya tidak terlalu buruk. 😅

“Kalau seperti itu, sini aku ajari. Kita akan mulai dengan menumbuk cabai dan bawang putih, lalu akan melepaskan kulit udangnya..”

Aku berkata dan berhenti menyeka rambut Nhai. Aku mendorong Nhai agar menghadap meja dapur dan aku berdiri di belakangnya dengan meletakkan tanganku di kedua pinggangnya.

Aku berbicara di dekat telinga Nhai yang berwarna putih. 😏

“Kamu harus memasukkan bawang putuh di dalamnya juga..”

“…”

Aku melihat Nhai mengedipkan matanya saat aku sedang menjelaskan padanya.

“Jangan terlalu banyak menggunakan cabainya . Jika kamu menumbuk bawang putih dan cabai terlalu banyak, maka rasanya akan terlalu pedas dan kamu tidak akan suka..”

“…”

“Sekarang kita akan mulai menumbuk dengan menggunakan alu..”

Aku berkata seperti itu sambil mengulurkan tanganku untuk menyentuh tangan Nhai lalu mulai menumbuk dengan alu yang terbuat dari batu. 😊

Ketika aku melihat Nhai sudah memegang alu itu dengan benar, aku mulai melepaskan tanganku dari tangannya dan mulai menurunkan tanganku untuk mengelus pahanya dari depan dengan perlahan. Aku mengusap dan menyentuhnya dengan lembut karena sekarang sudah waktunya makan malam. 😏

Buk.. Buk.. Buk..

Ketika aku mendengar Nhai mulai memukul alu dengan suara yang lebih keras, aku mulai membawa bibirku untuk menciumi sepanjang leher Nhai, melebarkan kedua kakinya dan membiarkan juniorku dekat dengan tubuhnya. 😅

“Mengapa kita bisa bersama-sama dalam waktu yang lama? Aku masih tidak percaya bahwa aku bisa mencintaimu..” 🤔

“Apakah kamu tidak suka dengan apa yang aku lakukan saat ini? Aku suka memeluk dan berdekatan denganmu di sepanjang waktuku..”

“Aku suka, tetapi jika kamu tidak tahu tempat seperti ini maka aku tidak menyukainya. Ini bukanlah tempat yang tepat untuk kita melakukannya..”

“Bukankah kita bisa melakukannya jika kita sama-sama menyukainya dimanapun di dalam apartemen ini? Disini hanya ada kita berdua..”

---

Nhai Pov

Saat aku mendengar Ai mengatakan hal itu..

Yeah.. memang tidak masalah kita bisa melakukannya dimanapun di dalam apartemennya ini. Tetapi aku sedang malas berdebat dengan Ai saat ini, jadi aku lebih memilih untuk pergi dan menunggunya di luar dapur saja.

“Aku sedang malas berdebat denganmu. Aku menyerah! Aku tidak mau melakukannya lagi..”

Aku mengatakan hal itu dan tidak mau menoleh lagi ke arah Ai. Aku melepaskan niatku yang awalnya ingin membantu Ai agar aku bisa cepat makan. Tetapi jika diteruskan maka aku yang akan di makan olehnya dan kami pasti tidak akan bisa makan malam. 😔

Tetapi saat aku ingin berjalan pergi, Ai segera memegang lenganku lebih dulu.

“Nhai! Kenapa badanmu panas sekali? Apakah kamu demam?”

Aku merasakan tangan tebal Ai di taruh di leherku saat dia merasakan suhu badanku yang tidak seperti biasa. Ai lalu membalik tangannya dan punggung tangannya menyetuh dahiku lalu menatap wajahku.

“Hm.. Kamu memang sedang demam. Kamu pasti terkena demam berdarah. Ayo habis kita makan maka aku akan mengajakmu pergi ke dokter..”

“Ai apakah kamu gila? Aku seperti ini karena kebanyakan menunggang kuda dan banyak berkeringat makanya aku suka demam saat habis berolahraga..”

“Apakah kamu yakin?”

“Yakin seratus persen..”

Rrr… Rrrr.. Rrrr..

“Siapa yang meneleponku?”

Aku mengatakan hal itu dan segera melarikan diri dari cengkraman tangan Ai saat mendengar suara ponselku yang berdering.

Aku segera mencari ponselku yang tadi aku tinggalkan di sofa ruang tengah. Aku mengambil ponselku dan segera menjawab panggilannya. Aku tidak menyadari bahwa Ai sekarang mengikutiku.

“Ouh.. Hallo Phi Pin. Apa? Belum aku belum melihatnya..”

“…”

“Apakah Phi sudah mengirimkan fotonya ke Line? Ya.. Aku akan melihatnya sekarang..”

Sangat sulit untuk berbicara di ponselku sekarang saat aku di ganggu oleh Ai agar aku berbaring di atas tubuhnya. 😅

“Ah.. Baiklah Phi.."
“…”

“Tidak masalah. Apakah Phi sudah makan?"

“…”

“Oh.. Kamu mau mengajakku makan bersama? Tetapi aku sedang makan sekarang..”

“…”

“Aku akan mentraktir Phi lain kali. Aku akan makan sekarang.”

“…”

“Baiklah Phi. Iya..”

“…”

“Ok.. Jangan lupa jaga kesehatan Phi. Baiklah itu saja..”

“…”

“Bye..Bye Phi.. Kiss.. kiss..”

Saat aku sudah mengakhiri teleponku, aku mendengar Ai bertanya.

“Siapa itu?”

Ai bertanya dengan suara yang berat lalu duduk di atas sofa setelah aku menutup ponselku.

“Kenapa? Apakah kamu cemburu?”

Aku tidak ingin mengatakan apapun dengannya karena aku memperhatikan sikapnya.

“Siapa Phi Pin? Kenapa nada berbicara kamu begitu lembut dan baik padanya?”

Ai bertanya dengan pandangan mata yang menunjukkan rasa tidak puas saat menatapku dan menuntut penjelasan dariku. 😅

“Phi adalah senior di Fakultas kita, saat aku berada di tahun pertama, dia sudah berada di tahun keempat. Dia sudah lulus dua tahun yang lalu dan ingin membuat baju almater. Dia ingin meminta pendapatku tentang warna baju itu. Dia sudah mengirimkan gambarnya di Line, tetapi aku belum membacanya, makanya dia meneleponku..”

Setelah mengatakan hal itu, aku segera membuka aplikasi Line dan menujukkan gambar-gambar yang Phi Pin kirimkan kepadaku. Aku menunjukkan kepadanya ada tiga atau empat warna baju yang harus aku pilih dan menunjukkan bahwa yang aku katakan benar.

“Kira-kira menurutmu warna apa yang bagus?” Tanya Ai.

“Kalau kamu suka warna apa? Jika kamu harus memilih warna baju ini..”

“Warna favoriteku tidak ada disitu. Tetapi semua warna bagus, aku suka semuanya. Warna biru tua itu cukup bagus dan sangat susah untuk memilihnya. Kamu lebih baik memilih apa yang kamu sukai saja..”

“Kalau kamu, Ai. Kamu suka warna apa?”

“Aku suka warna pink..”

Saat Ai menjawab pertanyaanku, aku sedang menatap ponselku dan mengirimkan Phi Pin stiker kelinci yang membawa hati pelangi kepadanya.

“Aku tidak pernah melihat kamu memakai apapun yang berwarna pink..”

“Kenapa? Suka belum tentu harus memiliki benda-benda berwarna pink kan? Sejak kapan kamu memiliki stiker itu? Kenapa kamu tidak pernah mengirimkannya kepadaku?”

Setelah mengatakan hal itu, Ai segera mengambil ponselku dan mengubah dirinya menjadi berbaring telentang di atas sofa.

“Kamu suka stiker itu..”

“Hm…”

“Kembalikan ponselku dulu, maka aku akan mengirimkan stiker gambar hati yang aku milikki kepadamu..”

Ai segera mengembalikan ponselku kepadanya dan menatapku lalu menganggukkan kepalanya. Aku kemudian menurukan diriku untuk memeluknya dan meletakkan wajahku di atas dadanya.

Aku hanya bisa tersenyum dengan lebar saat Ai bergerak dan menekankan hidungnya ke rambutku, meletakkan tangannya di belakang punggungku dan merentangkan kedua kakinya di sekeliling badanku.

Sedangkan aku sedang mengirimkan stiker padanya dan ponselnya Ai terdengar terus bergetar saat menerima stiker dariku dari arah dapur.

Tetapi tidak lama aku mencium seperti ada sesuatu yang gosong dari arah dapur. 😅

“Ai..”

“Hmm.. Kenapa?”

“Apakah kamu tidak mencium ada bau seperti telur yang gosong dari arah dapur?”

“Shia! Telurku!!”

Ai segera duduk dan tidak banyak berkata-kata, lalu setengah berlari dan setengah berjalan kembali ke dapur. 🤣

Yeah.. ini adalah kehidupan kami sehari-hari. Kami sekarang sudah berada di tahun ke tiga kami.

Kami masih tetap harus pergi kuliah, makan bersama di malam hari, pergi ke klub untuk melakukan kegiatan kami selama di Universitas lalu pulang untuk menyelesaikan pekerjaan yang di berikan oleh Dosen kami.

Setelah semua itu selesai, maka kami akan pergi tidur dan terbangun lagi di pagi hari. Mungkin semua itu terlihat sangat sederhana dan cukup baik.

Tetapi begitulah caraku untuk melewati siang dan malam bersama-sama dengan orang yang selalu bisa membuat aku tersenyum bahkan dalam keadaan sulit sekalipun. Kami berdua tetap merasa bahagia. 😊

---

Kafetaria Fakultas Penerbangan

Ai Pov

Saat ini sudah jam setengah delapan di hari Rabu.

Aku sedang duduk di tengah-tengah kafetaria kampus bersama-sama dengan yang lain. Tetapi kafetaria ini tidak terlalu ramai, jadi aku bisa duduk di meja panjang dan terus menatap ke arah pintu kafetaria karena aku sedang menunggu Nhai yang katanya ingin membeli nanas untuk dia makan agar mengurangi rasa mualnya. 😔

Aku mulai merasa gelisah karena dia lama sekali perginya.

“Huh.. Jika kamu terus bersikap seperti ini, mengapa kamu tidak ikut bersamanya saja tadi, Ai? Biarkan aku dan Intha yang duduk dan menjaga meja ini. Kamu terus saja melotot sampai matamu hampir keluar. Nine pergi dengannya, jadi kamu tidak perlu khawatir..”

Aku mendengar Ton berkata sambil bercanda dan menepuk bahuku.

“Aku menghawatirkannya. Belakang ini Nhai selalu mengeluh tidak enak badan. Aku sangat ingin membawa dia pergi ke dokter, tetapi dia tidak pernah mau. Dia demam dan tadi dia mengeluh pusing serta ingin muntah. Aku benar-benar ingin membawa dia periksa ke rumah sakit. Aku curiga dia terkena demam berdarah karena sekarang sedang musimnya..”

“Hmm.. Pemikiran kamu bagus. Nhai kalau sakit pasti akan selalu berkata tidak sakit. Dia tidak akan mau pergi ke rumah sakit, karena dia takut melihat jarum dan bertemu dengan dokter. Saat dia di bawa ke rumah sakit, air matanya pasti akan segera keluar…” Balas Ton lagi.

“Tetapi aku merasa Nhai pasti akan baik-baik saja. Dia ingin muntah mungkin karena dia sedang hamil. Hal ini karena kalian tidak pernah menggunakan kondom saat melakukannya..”

Aku mendengar Intha mendongak dan ikut bergabung dalam percakapanku dan Ton setelah dia sejak tadi hanya menyimak saja. Dia hanya mengucapkan satu kalimat itu saja dan aku serta Ton segera tertawa. 😅

“Shia, In! Bagaimana kamu bisa tahu bahwa aku tidak suka menggunakannya?” 

Aku bertanya kepada Intha sambil mengangkat jariku untuk mengusap hidungku karena merasa malu saat Intha mengatakan hal itu.

“Au.. Minggu lalu saat kita pergi minum alkohol bersama-sama, Nhai diam-diam memberitahukan hal itu padaku dan bagaimana posisi yang suka kalian gunakan saat melakukannya. Aku benar-benar merasa bingung saat mendengarkannya, mengapa dia menceritakan hal itu padaku? Seharusnya dia memberitahukan hal ini kepada Ton karena dia lebih membutuhkannya..” Balas Intha lagi.

“Memang kenapa Ton harus tahu?” Tanyaku.

“Au.. Ai apakah kamu tidak tahu bahwa Chonlatte sudah berpacaran dengan Ton..”

“Oui In, kamu terus saja menonton video tentang Buddha dan mengirimkan stiker setiap hari agar kita tidak  memikirkan hal-hal dunawi. Aku dan Chon saling mencintai. Dia sudah menyukaiku sejak bertahun-tahun yang lalu dan tidak akan mudah berpindah hati..”

“Ou.. Baiklah. Aku tadi hanya bercanda. Tetapi mengapa Nine dan Nhai pergi sangat lama? Mereka beli buah dimana? Kenapa lama sekali?” Tanya Intha.

Aku menatap Intha dan tidak lama melihat Nhai dan Nine yang berjalan mendekati kami. Aku segera mengerutkan keningku saat aku melihat sepertinya Nine dan Nhai sedang berdebat.

Tetapi Nhai hanya diam saja dan tidak ingin berbicara dengannya. Aku melihat Nhai berjalan dengan pelan mungkin karena merasa kesal karena mereka berdebat.

Nhai lalu berjalan mendekatiku dan segera duduk di sampingku sambil memegangi lehernya. 🙄

“Ada apa Nine?”

Aku bertanya kepada Nine saat mereka sudah duduk.

“Nhai demam dan tadi dia muntah, lalu ada bintik-bintik merah juga di tangannya. Dia pasti terkena demam berdarah. Aku sudah mengatakan sebaiknya dia pergi ke dokter, tetapi dia tidak mau. Dia mengatakan dia baik-baik saja…” Balas Nine.

Saat mendengar perkataan Nine, aku kemudian menatap lengan Nhai dan segera menarik lengan bajunya untuk melihat kulitnya yang putih dan sekarang sudah ada banyak bintik-bintik merah yang terlihat jelas dan mungkin Nhai memang terkena demam berdarah. 😔

“Saat kamu pergi ke klub, apakah kamu selalu mengoleskan cairan anti nyamuk yang aku berikan padamu?” Tanyaku pada Nhai.

“Iya.. Tetapi terkadang aku lupa memakainya..” Balas Nhai.

“Kalau seperti itu, ayo kita pergi ke rumah sakit sekarang juga..”

“Aku tidak mau pergi ke rumah sakit,Ai.. Sebentar lagi ini pasti akan hilang..”

Nhai berusaha untuk melepaskan tanganku dan ingin kabur, tetapi aku tidak mau melepaskannya dan segera meremas lengannya sampai Nhai kesakitan.

“Ini tidak akan hilang jika kamu tidak pergi ke dokter. Mungkin kamu harus di rawat juga di rumah sakit..”

“Tidak mau..”

“Ayo kita pergi ke rumah sakit sekarang juga..”

“Ai.. Apakah kamu sudah tidak mencintaiku lagi?”

“Ini tidak ada hubungannya cinta atau tidak. Kamu ingin pergi dengan baik-baik atau pergi sambil menangis?”

“Mengapa kamu sangat jahat padaku? Kamu berkata tidak akan memaksaku..”

“Kamu tidak akan bisa sembuh dengan sendirinya dan harus bertemu dengan dokter..”

“Aku tidak mau pergi, aku takut dengan jarum suntik. Tolonglah, Ai.. aku benar-benar tidak mau pergi..”

“Kamu mau melakukan dan memohon seperti apapun aku tidak akan terpengaruh. Hei Nine, ayo bantu aku membawanya ke mobil..”

“Baiklah.. Aku akan ikut mengantarkan dia pergi ke rumah sakit..”

---

Rumah Sakit

Nhai Pov

“Apakah kamu sudah merasa baikan?”

Ai bertanya padaku dan mengusap rambutku dengan lembut. Aku masih mengerang di atas tempat tidur di salah satu ruangan rumah sakit kelas VIP ini. 😣

Aku melihat ke arah tangan kiriku yang tadi di suntik untuk diambil darah sedangkan tangan kananku sekarang ada infus untuk mengalirkan larutan garam. 😔

Aku baru saja diambil darah beberapa jam sebelumnya dan di nyatakan terkena demam berdarah oleh dokter sehingga aku sekarang harus menjalani rawat inap di rumah sakit ini sampai aku sembuh.

“Aku merasa lenganku sekarang semuanya sakit..”

Saat mengatakan hal itu, aku berbaring miring sambil terisak.

“Baiklah, bukankah sekarang sudah tidak apa-apa..”

“Aku ingin pulang ke rumah, sekarang aku marah kepada Nine juga padamu..”

“Tidak apa-apa, kamu hanya perlu tinggal di rumah sakit ini beberapa hari saja..”

“Tidak apa-apa bagaimana? Besok dokter akan datang dan mengambil darahku lagi. Apakah kamu sudah tidak mencintaiku lagi? Mengapa kamu membawa aku ke dokter?”

“Jika aku tidak segera membawamu ke dokter, maka kamu akan sakit lebih parah lagi..”

Ai berkata seperti itu dan duduk di sebelah ranjangku.

---

Ai Pov

Aku hanya bisa duduk di samping ranjang Nhai dan mendengarkan keluh kesahnya serta isakan tangisnya saja.

Tetapi sampai saat ini, tidak ada tanda-tanda Nhai akan melepaskan ujung kemeja yang aku kenakan saat ini. 😅

Saat ini, Nhai sudah sedikit lebih tenang setelah tadi dia menangis dengan kencang saat kami berdua meninggalkan ruang periksa dokter.

Sesampainya kami di rumah sakit, Nhai harus diambil darahnya, tetapi Nhai tetap tenang dan tidak menangis atau membuat keributan yang berarti. Dia hanya memalingkan wajahnya dan membenamkan wajahnya ke perutku. Dia memelukku dengan sangat erat sambil menangis terisak-isak saat jarum suntik itu di cabut dari tangannya. 😅

“Bukankah tadi kamu bisa menahannya, Nhai?”

“Hmm.. Memang tidak terasa sakit, tetapi saat jarum itu masuk ke dalam tubuhku rasanya sangat tidak enak dan saat melihat jarum maka aku merasa ketakutan..”

“Aku akan selalu menemanimu saat dokter akan mengambil darahmu setiap harinya..”

“Jika kamu menemaniku disini setiap hari, apakah kamu tidak pergi kuliah?”

Nhai bertanya padaku dan perlahan membuka matanya. Setelah dia mendengarkan perkataanku dan berpikir sejenak, dia menatapku yang sedang duduk di sebelahnya. Aku tahu Nhai bertanya karena merasa penasaran karena aku harus pergi ke Kampus untuk menyerahkan surat izin sakit dan laporan medis Nhai ke pihak Kampus.

“Tidak untuk hari ini. Aku akan menemanimu disini sampai ayahmu datang. Setelah ayahmu datang, aku akan pulang ke apartemen sebentar untuk mengambil baju. Besok,  ayahmu akan menemanimu disini saat pagi hari dan aku akan menemanimu saat malam hari. Saat tadi aku memberitahukan hal ini pada ayahmu, dia bahkan mengatakan akan menemanimu terus, tetapi aku khawatir punggungnya akan terasa sakit saat ayahmu harus tidur di sofa setiap malamnya. Bagaimana menurutmu? Apakah aku sudah menjadi menantu yang baik?”

“Kamu sudah menjadi menantu yang baik, tetapi jika ingin lebih baik lagi kamu tidak boleh meninggalkan aku sendirian di rumah sakit ini. Kamu tahu bahwa aku takut dengan hantu..”

Rumah sakit kelas VIP ini memang mirip seperti hotel berbintang lima. Ruangan ini sangat modern dan juga luas. Jika melihat sekelilingku maka akan melihat ada TV LED yang besar, kulkas, microwave dan tempat tidur yang bisa diatur secara otomatis.

Ruangan ini jauh dari pandangan biasa rumah sakit kebanyakan dan seperti rumah sakit yang ada di dalam film horor. 😅

Aku melihat Nhai yang merasa ketakutan saat harus tinggal sendiri disini, tetapi karena Nhai merasa lelah dan juga sakit maka dia tidak mempunyai pilihan lain sekarang. 

Aku hanya bisa membetulkan selimut Nhai untuk menyelimuti tubuhnya, aku menatap mata Nhai yang sipit sekarang sedang berkedip secara perlahan dan menadakan bahwa dia akan segera tertidur karena efek obat.

“Ai.. Berjanjilah padaku bahwa kamu tidak akan pergi kemanapun dan meninggalkan aku sendirian disini..”

“Hmm.. Aku berjanji..”

Aku segera menautkan jariku dengan jari kelingking milik Nhai. Nhai kemudian kembali berbaring dan segera tertidur lelap karena dia merasa kelelahan. 😊

Jadi dia tidak sadar saat aku memfotonya dan mengirimkan fotonya yang sedang memakai pakaian rumah sakit kepada Chao Nan.

---

Ai Pov

Chao Nan

Hari ini kami memiliki pekerjaan yang mendesak yang harus di kerjakan dulu.
Sampai Jumpa besok.

Kami akan segera menjenguk Nhai.

Aiyaret

Aku kemudian mengirimkan Chao Nan stiker Bebek yang sedang memegang termometer.

Aku mengambil Foto Nhai dan mengirimkan kepada Chao Nan sebelum aku tertidur. Aku tadi menelepon Nan untuk mengabarkan keadaan Nhai.

---

Sore Hari di Rumah Sakit

Ai Pov

Aku kembali lagi ke rumah sakit dan menepati kata-kataku. Aku tadi pulang ke apartemenku untuk mengambil pakaian dan barang-barang yang kami perlukan saat di rumah sakit. Aku berpikir bahwa aku tidak akan bisa keluar malam ini, makanya aku membeli juga makanan ringan dan minuman ringan untuk berjaga-jaga bila lapar nanti di rumah sakit. 😊

Saat aku masuk kembali ke ruang rawat inap Nhai, aku melihat Nhai yang baru saja selesai makan malam dan Pa yang sedang duduk di dekatnya sambil bekerja.
Pa Nhai memiliki pekerjaan sampingan sebagai broker real estate dan sepertinya pekerjaan itu memiliki untung yang baik.

“Hello Pa..”

Aku segera menyapa Pa Nhai saat aku berjalan masuk ke dalam ruangan rawat inap ini.

“Hello Ai..” Balas Pa.

“Oh ya Nhai.. Besok Pa harus pergi keluar untuk melihat tanah di provinsi lain..”

“Ouh.. Lalu siapa yang akan menemani aku disini? Pa tidak bisa meninggalkan aku sendirian disini..”

“Kamu sudah dewasa dan sudah terbiasa tinggal sendiri. Kenapa kamu tidak bisa di tinggalkan sendirian disini?”

“Aku bisa hidup dan tinggal sendirian, tetapi tidak di rumah sakit seperti ini..”

“…”

“Jadi Pa, lebih baik Pa mengatakan kepada dokter agar aku bisa keluar rumah sakit sekarang..”

Nhai mengatakan hal itu sambil tersenyum kepada Pa nya dan menganggukan kepalanya untuk mendesak Pa agar mau melakukan apa yang dia katakan. 😅

Aku menatap Nhai dan berkata kepada Pa dan juga Nhai.

“Tenang saja Pa, aku besok yang akan menjaga Nhai dan menjadi temannya besok..”

“Tidak perlu Ai. Kamu harus kuliah dan Nhai bisa disini sendirian. Dia hanya asal berbicara saja..” Balas Pa.

“Aku benar-benar tidak ingin sendiran. Kalau seperti itu, lebih baik Pa menelepon Phi saja dan tanya apakah dia memiliki waktu untuk menjagaku disini atau menelepon Phi Sing, seharusnya dia mempunyai waktu luang..” Balas Nhai.

“Hmm.. Baiklah, Pa akan menelepon kepada Phi mu dan menanyakan apakah dia bisa menjagamu besok..” Kata Pa.

Saat aku melihat Pa mengambil ponselnya disaku untuk menelepon Phi-Nhai, aku segera menahan Pa melakukan hal itu.

“Pa tidak perlu menelepon Phi-Nhai. Besok ayahku dan juga Chao Nan akan datang mengunjungi Nhai. Makanya aku bebas besok dan bisa menemani Nhai..”

“Kalau seperti itu maka Pa akan menyerahkan Nhai padamu, Ai. Oh ya, apakah ayahmu terburu-buru pulang? Jika tidak terburu-buru maka aku ingin mengajak mereka makan bersama-sama. Pa merasa pekerjaan ini akan selesai siang hari dan bisa segera kembali ke Bangkok pada sore hari..”

“Benar-benar suatu kebetulan, ayahku juga menanyakan hal yang sama. Ayah menyakan kapan Pa memiliki waktu luang karena mereka ingin bertemu dengan Pa juga..”

Aku mengatakan hal itu sambil tersenyum kepada Pa Nhai.

“Ah.. Kalau seperti itu kita sepakati saja sekarang besok Pa akan menemui ayahmu dan juga Chao Nan. Kalau besok Pa terlambat pulang, maka minta ayahmu untuk menungguku sebentar..”

“Baiklah Pa..”

“Baiklah.. Kalau sudah tidak ada apa-apa lagi, maka Pa akan pulang sekarang. Pa sudah merasa muak dengan Nhai..”

“Auh.. Aku adalah putramu, Khun Chen Sha..”

Tuk!

Aku melihat Nhai di pukul kepalanya oleh Pa dan Nhai segera mengangkat tangannya seperti dia kesakitan. Meskipun aku pikir itu tidak akan sakit. 😅

Pa kemudian segera membereskan semua dokumen-dokumennya yang ada di meja. Setelah itu Pa kembali berdiri di samping tempat tidur putranya itu sekali lagi, mengangkat tangannya dan memegang lengan Nhai.

Nhai juga terlihat sudah menunggu Pa untuk melakukan hal itu padanya, dia mengangkat tangannya dan melakukan tos dengan kedua tangan mereka.

Hal ini membuat aku berpikir bahwa aku tidak pernah mempunyai seorang ayah yang bisa dianggap sebagai teman seperti Pa. 😅

“Hati-hatilah mengemudi, Pa.. Kirimkan aku Line jika Pa sudah sampai di rumah agar aku tahu Pa sudah sampai..”

“Baiklah Pa akan memberitahukan kepadamu dan mengirimkan Line jika Pa sudah sampai dirumah..”

Nhai lalu mengangguk dan Pa segera berbalik untuk berbicara denganku lagi sebelum Pa berjalan ke luar ruangan ini.

“Ai, terima kasih kamu sudah mau membantu menjaga dan merawat Nhai selama ini..”

“Aku sangat senang melakukannya, Pa. Terima kasih juga sudah memberikan aku kesempatan untuk bisa menjaganya..”

“Itu bukanlah masalah besar. Bagaimanapun, Pa hanya berharap kalian berdua akan terus saling mencintai untuk waktu yang lama. Pa akan pergi dulu..”

Setelah itu, Pa kemudian keluar dari ruangan ini dan aku mengantarnya sampai ke depan pintu lalu menutup pintunya.

Aku memastikan pintunya sudah tertutup dengan rapat sebelum kembali berjalan mendekati orang yang sedang duduk dan menatapku dengan wajah yang masih terlihat pucat dari atas tempat tidur.

“Apakah benar bahwa Ayah Sipp dan Chao Nan akan datang besok?”

“Hmm.. Aku baru memberitahukan kepada mereka bahwa kamu terkena demam berdarah..”

“Aku merasa sungguh tidak enak membuat mereka datang jauh-jauh untuk menjengukku. Omong-omong apakah kamu tahu kapan aku bisa keluar dari rumah sakit?”

“Masih belum tahu karena nilai trombositmu masih sangat rendah. Kamu harus terus di pantau selama dua atau tiga hari lagi untuk mencegah penyakitmu kambuh lagi..”

Setelah berkata seperti itu kepada Nhai, aku berjalan ke tas yang aku bawa mengelurakan cairan anti nyamuk dan mengoleskannya ke tangan serta kaki Nhai.

“Sekarang kamu sudah bisa mandi memakai sabun favoritmu, aku sudah membawakannya tadi Nhai..”

“Hm.. Oh ya Ai, apakah kamu sudah makan? Tadi saat aku membuka kulkas aku melihat ada camilan di sana, apakah itu milikmu?”

“Aku sudah makan. Iya, camilan itu memang milikku dan aku yang membelinya, tetapi kamu tidak bisa memakannya. Maafkan aku..”

“Tidak apa-apa, aku juga sudah kenyang. Makanan yang disediakan di rumah sakit ini juga lumayan enak. Tetapi kapan aku bisa keluar dari rumah sakit ini? Aku ingin makan Shabu.. Hei Ai.. Apa yang kamu lakukan?”

Saat Nhai mengatakan hal itu, aku melihat dia mengernyitkan keningnya sedikit dan menatapku. 🤔

Aku saat ini sedang membuka celana di depannya. 😅

“Aku hanya sedang melepaskan celanaku karena aku ingin menggantinya dengan celana yang lebih nyaman daripada harus memakai celana jeans sebelum mandi. Kamu lebih baik beristrahat sekarang..”

“Hmm…”

“Ketika kamu sedang sakit, kamu harus banyak tidur agar cepat sembuh. Kamu bisa mengatakan kepadaku jika kamu tengah malam lapar dan aku akan memesankan bubur ikan favoritemu itu..”

Saat bersama-sama denganku, aku selalu merasa Nhai pasti akan selalu memiliki mimpi yang indah. 😊

“Yeah.. jika nanti aku tidak bisa tidur, maka aku akan berteriak padamu..”

Nhai mengatakan itu dan segera mengalihkan pandangannya saat aku sedang berganti pakaian. Aku melihat dia mulai menurunkan tempat tidurnya agar kembali rata kembali dan tersenyum diam-diam karena aku bisa merawatnya dengan baik.

Yeah.. Ini adalah pertama kalinya Nhai masuk rumah sakit dan dia cukup kesulitan untuk tidur.

---

Keesokan Paginya.

Ai Pov

Saat ini aku mengangkat tanganku untuk membelai rambut Nhai yang sedang terbaring di atas tempat tidurnya.

Sekarang sudah pagi dan rambut Nhai terlihat berantakan, di wajahnya terlihat ada bekas air mata yang mengalir samar. Dia tidak menangis tadi malam, tetapi dia menangis lagi saat sudah pagi.

Ruangan yang semula tenang dan bisa membuatnya tidur nyenyak menjadi sedikit kacau ketika suster di rumah sakit ini harus mengambil darahnya untuk di tes lagi. 😅

Saat pengambilan darah kali ini, semuanya tidak berjalan dengan lancar karena Nhai tidak mau bekerja sama. Dia menutupi wajahnya dengan bantal dan memegangi tangannya dengan erat-erat karena saat itu aku sedang tidak ada di dalam ruangan ini.

Nhai baru tenang aku sudah kembali ke dalam ruangan ini dan saat jarum itu sudah masuk kedalam kulitnya dan darahnya keluar.

Nhai terlihat diam-diam menghela napasnya sampai dokter datang dan mengatakan kepadanya bahwa tangannya yang ada infusnya itu bengkak dan harus mengganti ke tangan satunya lagi.

Tetapi sangat aneh karena Nhai sama sekali tidak meronta saat mereka memindahkan infusnya itu. 😅

“Aku takut kepada jarum dan mataku sudah bengkak karena banyak menangis, lalu lenganku juga terasa sakit..”

Nhai mengatakan hal itu, seolah-olah dia tahu bahwa saat ini aku sedang menatapnya dengan pandangan curiga.

“Aku saat ini benar-benar tidak tahu bagaimana caranya untuk menghiburmu. Sekarang lebih baik kita menonton kartun saja..”

Kami berdua lalu menonton kartun bersama-sama sampai aku mendengar suara pintu rawat inap Nhai di ketuk saat hari sudah menjelang sore.

---

Sore Hari

Ai Pov

Aku segera berjalan untuk membukakan pintu. Ternyata yang datang adalah ayahku dan Chao Nan.

“Hello Ayah dan Choa Nan..” Aku menyapa mereka berdua.

“Hello Ai.. Oh ya Nan berpikir boneka ini sangat lucu jadi dia membelinya untuk Nhai dan ada buah-buahan juga untuknya.” Kata Ayahku.

Ayahku segera meletakan boneka bebek berwarna kuning besar ke tanganku. Boneka itu setinggi pinggang ayahku, aku sangat terkejut saat melihatnya dan berpikir bahwa boneka itu tidak lucu. 🙄

Tetapi jika Chao Nan sudah mengatakan hal itu lucu, maka ayahku hanya bisa membelinya dan Sippakorn tidak akan mengatakan apapun dan aku juga tidak berani membantahnya. 😅

Aku tahu bahwa ayahku pasti akan sangat malu saat dia harus berjalan dengan membawa boneka itu, aku berpikir Ayah sudah meminta Nan untuk membeli yang lain tetapi Nan tidak mau.🤣

“Berapa lama lagi kamu hanya memandangi boneka bebek ini,Ai? Apakah kamu tidak mau mengambilnya?”

Ayah Sippakorn mengatakan hal itu sambil menatapku dan membuat aku sedikit terkejut.

“Ayah.. Mengapa kamu sangat suka mengajak aku berdebat denganmu? Memang sudah berapa lama kita tidak berdebat?”

Aku mulai berdebat dengan ayahku di depan Chao Nan.

“Kamu seharusnya tidak mengatakan hal itu..” Kata Chao Nan.

“Aku tidak mengerti apa yang dia katakan, kamu beritahu dia..” Kata ayahku.

“Sippakorn mengapa kamu dan Ai tidak mau masuk?”

Aku mendengar suara Chao Nan yang memanggilku dan ayahku agar mengakhiri pertengkaran kami dan kami kemudian masuk ke dalam kamar rawat inap Nhai. Aku mengikuti mereka dengan membawa boneka bebek itu. 😣

Suasana ruangan ini yang awalnya sepi dan sunyi sekarang mulai ramai karena ayahku dan Chao Nan datang berkunjung. 😊

Aku dan ayahku hanya memperhatikan Chao Nan yang sedang menujuk boneka bebek itu dan bertanya kepada Nhai.

“Apakah menurutmu boneka ini lucu, Nhai?” Tanya Nan.

“Ya.. Boneka itu lucu sekali, Nan. Aku bisa tidur sambil memeluk boneka itu saat malam hari. Chao Nan, lihatlah lenganku terus di tusuk-tusuk oleh jarum suntik untuk di ambil darah sampai banyak memar seperti ini.” Nhai mengeluh saat melihat Nan. 😅

“Yeah.. biasanya kami mengatakan hal itu adalah takdir dan tidak akan menyenangkan jika terus kita membicarakannya. Lebih baik kita membicarkan yang lain..” Kata Nan.

Ayahku menoleh lalu menatapku dan berusaha menggunakan matanya untuk mencari cara agar kami berdua bisa memisahkan Chao Nan dan juga Nhai.

“Apa yang kalian sedang lakukan?” Tanya Nan.

“Iya.. Apa yang sedang kamu rencanakan dengan ayahmu, Ai?” Tanya Nhai.

“Ayah berkata kalian berdua harus dipisahkan dan ayah juga ingin mengajak Nan pergi ke kedai kopi yang ada di bawah rumah sakit ini..” Balasku.

“Ayo kita pergi, Nan. Aku tidak mau pergi sendiran ke sana..” Kata Ayahku.

Ayahku berkata sambil berjalan mendekati Chao Nan dan mengatakan hal itu dengan jelas.

“Kalau Chao Nan ingin minum kopi, kalian bisa turun dan mencari kedai kopi di bawah rumah sakit ini..” Kata Nhai.

“Tetapi aku tidak ingin minum kopi sekarang..” Balas Nan.

“Aku tidak mau pergi sendiri ke kedai kopi..” Kata ayahku lagi. 😅

“Baiklah.. Ayo kita pergi ke sana..” Kata Nan.

Setelah ayah dan Chao Nan meninggalkan kamar rawat inap Nhai, aku segera berjalan dan naik ke atas ranjang Nhai untuk tidur di sebelahnya. 😊

“Ayo bergeserlah sedikit..”

“Ai.. Jika kamu tidur disini dan perawat melihat kita, kamu pasti akan di marahi..”

Nhai mengatakan hal itu dengan wajahnya yang masih terlihat pucat dan mata yang sedikit bengkak karena kebanyakan menangis.

“Aku tidak takut. Aku juga tidak akan peduli selama aku bisa tidur sambil memelukmu..”

“Kamu ini benar-benar sangat suka membuat masalah..”

Aku dengan santainya dan berhati-hati agar tidak terlalu memeluk Nhai dengan erat dan Nhai terlihat mulai akan memejamkan matanya sebelum aku berkata lagi padanya.

“Nhai.. Tidak peduli 10 tahun,20 tahun atau 30 tahun lagi dari sekarang, aku akan selalu tidur dengan memeluk tubuhmu seperti ini…”

“Hmm..”

---

Nhai Pov

Aku terbangun saat sudah malam dan mencoba memfokuskan mataku saat menatap langit ruangan kamar ini.

Matahari yang tadinya berwarna jingga kemerahan sudah berubah dan tidak terlihat lagi. Sekarang langitnya sudah berubah warna menjadi biru tua.

Aku bisa melihat langit dari kaca bening yang ada di dalam ruangan ini karena tidak memakai tirai. Sekarang kamar ini terasa gelap karena lampunya di matikan dan aku mendapati diriku hanya seorang diri saja di dalam ruangan ini. 😣

Aku tidak ingin sendirian di dalam ruangan ini dan hanya bisa berkedip dan menahan emosi yang aku rasakan saat ini. Aku juga merasa tubuhku sedikit mati rasa sehingga perlahan-lahan aku mengangkat diriku sendiri untuk bangun dari tempat tidurku.

Mengapa semua orang sangat suka meninggalkan aku sendirian disini? Kemana mereka pergi? 🙄

Sekarang aku ingin pergi ke kamar mandi, satu tanganku memang tiang infus, ketika aku memikirkan apa yang ingin aku lakukan. Aku kemudian mulai berdiri dan memegang kerangka besi tempat tidurku untuk membantu diriku berdiri. Semua hal itu tidak mudah karena aku harus menggerahkan kekuatanku sendiri sedangkan aku masih merasa lemas. 😔

Tetapi saat ini aku benar-benar sedang sendirian. Aku sudah bisa berbicara dengan normal saat ini, tetapi tetap saja aku masih orang yang sakit. Aku tidak ingin sendirian dan sebelum aku bisa membawa diriku pergi ke kamar mandi yang terasa sangat jauh karena ruangan ini begitu luas, aku mendengar suara pintu kamar ini terbuka dan di ikuti oleh senandung lagu serta langkah kaki Ai. 😑

“Kamu akhirnya kembali. Mengapa kamu meninggalkan aku sendirian disini? Kamu benar-benar melupakan aku..”

Aku berkata seperti itu ketika Ai menyalakan lampu kamar imi sampai aku harus menyipitkan mataku.

“Oh.. Kamu sudah bangun?”

Ai bertanya saat melihatku, tetapi dia tidak berjalan mendekatiku atau ingin membantuku sama sekali. Hal ini benar-benar sangat menyedihkan. 😔

“Hmm…”

“Ayo aku bantu kamu pergi ke kamar mandi..”

Ai berkata seperti itu dan berjalan mendekatiku lalu segera menggendongku agar bisa cepat pergi ke kamar mandi. Aku yang menerima bantuannya menjadi tertawa, aku tahu bahwa Ai sangat suka berpura-pura seperti ini padaku. 😅

“Kalau kamu mau buru-buru, maka aku juga bisa membantu membukakan celanamu..” Kata Ai.

“Kamu tidak perlu melakukannya. Sekarang kamu sudah bisa menunggu di luar dan jangan lupa menutup pintunya. Jika aku sudah selesai aku akan memangil kamu lagi.”

“Baiklah.. aku mengerti..”

Aku segera menyelesaikan urusanku di dalam kamar mandi saat Ai sudah menutup pintunya dan beberapa saat kemudian.

“Hubby..”

Aku memangil Ai dengan suara yang serak dan Ai segera masuk ke dalam kamar mandi dan kembali menggendongku lagi agar bisa kembali ke tempat tidur. 😊

Saat aku kembali ke tempat tidur, aku melihat makan malam sudah tersedia atas napan yang ada di atas tempat tidurku.

“Tadi kemana saja kamu? Apakah Ayah Sipp dan Nan sudah pulang?”

“Mereka masih makan bersama dengan Pa..”

Ai menjawabku sambil tersenyum dan mulai menggerakan napan meja yang beroda itu ke depanku.

“Apakah kamu mengatakan yang sebenarnya atau sedang bercanda?”

“Aku mengatakan yang sebenarnya. Aku tadi turun ke bawah untuk mengantarkan Ayah Sip dan Nan untuk bertemu dengan Pa. Sepertinya sekarang Pa sedang mengobrol dengan ayahku dan Nan. Tetapi aku tidak tahu apa yang orang dewasa bicarakan karena aku diminta Nan untuk kembali kesini untuk menjagamu..”

“Aku berpikir bahwa bahasa Thailand ayahku tidak terlalu baik..”

Saat Ai mengatakan hal itu, aku segera mengerutkan keningku. Kami berdua saat ini sedang membuka penutup makanan yang rumah sakit ini sediakan.

Awalnya aku mengira bahwa makanan yang di buat dari kantin Rumah sakit tidak akan enak, tetapi ketika aku mencicipinya ternyata rasanya sangat enak. 😄

“Ayo.. Aaa, buka mulutmu..”

“Aku bisa makan sendiri dan kamu tidak perlu menyuapiku seperti ini..”

“Tidak perlu membantah. Ayo cepat buka mulutmu..”

Aku tidak membantah Ai lagi dan begitu sendok nasi itu mendekati mulutku, otomatis aku segera membuka mulutku dengan lebar lalu segera mengunyahnya sampai pipiku menjadi bulat. 🤣

Saat suapan pertama sudah habis, maka ada suapan berikutnya yang masuk ke dalam mulutku sampai semua makanan itu habis dan bersih. 😊

“Kamu ingin makan buah apa?”

“Stroberi yang tadi di bawakan Chao Nan..”

“Baiklah..”

“Ambilkan aku dua buah,Ai..”

Aku berkata dan mengacungkan dua jariku kepada Ai. Aku kemudian melihat Ai mulai berjalan untuk mengambil beberapa buah stoberi sebelum dia pergi ke kamar mandi untuk mencuci buah-buahan itu.

Setelah Ai berjalan keluar lagi, dia menaruhnya di atas piring buah.

“Kamu seperti Chao Nan saja, Ai..”

“Tetapi kami berdua tidak sama..”

Ai mengatakan hal itu dan kembali duduk di samping tempat tidurku seperti biasa. Dia kemudian tersenyum lembut padaku, aku sedikit terkejut saat mendengar apa yang dia katakan itu.

“Yeah…tetapi ada beberapa hal kamu seperti Chao Nan..”

“Yeah.. Nan sudah membantu ayahku membesarkan aku sampai sekarang, tentu saja ada beberapa hal aku mirip dengannya dan itu adalah hal yang normal..”

“Hmm.. Aku sangat menyukai Chao Nan dan juga ayahmu.. Aku hanya menyukai mereka saja, tetapi aku mencintaimu..”

Saat mengatakan seperti itu, aku segera mengambil stoberi yang besar di dalam piring itu lalu memasukkan ke dalam mulutku. Aku menggigitnya setengah dan memasukkan sisanya ke dalam mulut Ai yang ingin mengatakan sesuatu lagi padaku, tetapi tidak jadi. 😄

“Apakah kamu merasa malu?”

“Yeah..”

Ai berkata seperti itu mengangguk dan tersenyum. 😊

Aku kemudian bersandar dan lalu mendengarkan Ai berbicara sambil menguyah stoberi.

Aku pernah mendengar bahwa ketika kita sudah merasa dekat dengan pasangan kita, maka percakapan yang kita bicarakan terkadang tidak harus selalu membicarakan hal yang serius. Tetapi hanya dengan duduk bersama-sama dalam diam lalu saling memandang satu sama lain maka kita sudah bisa merasakan cinta.

THe End Spesial Bab 1

Vote dan comment na.. 😊🙏

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro