Bab 9
Copy and Paste
Nhai Pov
“Aku harus menjadi suami!”
Aku berteriak dengan nyaring saat aku menghampiri Ai yang saat ini sedang memasak di dapur untuk membuat sarapan. Sementara aku masih berdiri dengan memakai piyama dan menunjuk kearahnya. 😅
Tanganku yang lain memegang gantungan baju dengan seragam mahasiswaku yang ada di atas pundakku.
“Kamu cepatlah mandi dan sarapan..” Kata Ai.
“Kamu cocok untuk menjadi istriku karena kamu pandai memasak dan bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan sangat baik..”
“Tidak mau! Ayolah cepat mandi dan berpakaian, jika kamu seperti ini maka kita akan terlambat..”
“Apakah kamu mendengarkan apa yang aku katakan?”
“Tidak!”
“Aku paling tidak suka memakai pakaian yang disetrika dengan rapih. Aku tidak tahu mengapa kamu suka menyetrikanya. Entah kamu selalu melakukan hal ini sejak hari Senin..”
Aku melihat Ai mulai menghentikan kegiatannya membuat sarapan dan meletakkan pisaunya yang sedang memotong tomat di talenan saat ini. Sudut bibirnya terangkat menjadi senyuman lembut, matanya yang selalu berkilauan sedikit menyipit sebelum dia membalik badannya.
Saat ini dia sedang menghadap kearahku, aku menjadi sedikt panik dengan suasana yang terjadi di antara kami berdua saat ini, sejak aku bersama-sama dengannya sejak hari Senin. Sekarang sudah hari Jumat dan masih belum ada tanda-tanda kemajuan dari kami berdua.
Mengapa dia terlihat begitu marah saat ini? 🙄
Aku merasa tidak suka dengan apa yang dia lakukan dan merasa tertekan pada awalnya, tetapi saat ini aku sudah mulai terbiasa dengan tidakkannya itu.
Hal ini karena niat baik Ai yang selalu bangun pagi-pagi hanya untuk menyeterika pakaianku sampai terlihat rapih.
Tetapi aku masih merasa tidak puas, aku masih saja mengeluh kepadanya karena aku merasa tidak suka.
“Kalau kamu tidak suka, maka kamu tinggal membuat kusut lagi..” Kata Ai.
Perkataan Ai membuat aku menggertakan gigiku. Aku akhirnya berhasil membuat kusut lagi baju seragam mahasiswa yang sudah Ai seterika dengan rapih dan mantap wajah Ai dengan acuh tidak acuh di dapur. Aku adalah orang yang tidak suka kerapihan.
Setelah melihat apa yang aku lakukan, Ai hanya mengucapkan dua patah kata kepadaku.
“Chen Nhai..”
Lalu setelah itu dia menarik tanganku dan mendorong tubuhku serta mengurung tubuhku di meja dapur. Ai mulai melepaskan bajuku dan tidak membiarkan aku memakainya dan kemudian..
Kiss 😘
“Kamu benar-benar sangat menggoda..”
Bibir Ai berhasil mencium leherku dan memberikan tanda sehingga aku merasa meleleh dan sedikit pusing. Aku pergi ke kampusku dengan tanda di leherku. Saat dia melakukannya, aku hanya bisa mengerang memangil namanya bukan melarangnya.. 😑
“Aku akan melakukan lebih jika kamu terus berbicara seperti itu..”
“Hei Ai! Tenanglah..”
Aku hanya bisa terdiam sejenak, karena tidak bisa menahan debaran jantungku sebelum akhirnya aku hanya bisa berlari dengan cepat kembali ke kamar mandi untuk mandi.
--
Ai Pov
Nhai membiarkan aku berdiri diam untuk melanjutkan memasak sarapan untuk kami berdua di dapur untuk waktu yang lama.
Aku tidak tahu mengapa hal menyeterika pakaian atau tidak menyeterikanya seolah-olah menjadi masalah yang besar untuk dirinya. 🙄
---
Di Kampus
Nhai Pov
“Apa yang akan kita lakukan sore ini, mau berkumpul?” Tanya Ton.
“Hm.. boleh, dimana?” Tanya Nhai.
“Bukankah kamu harus pulang kerumahmu malam ini, Nhai?” Tanya Ton.
“Aku akan ikut pergi bersama dengan kalian. Aku bisa pulang ke rumah besok pagi..” Kataku.
“Kamu mau pulang ke rumahmu?” Tanya Ai.
Ai tidak tahu bahwa aku sudah merencanakan akan pulang ke rumahku.
“Hm.. Biasanya aku akan pulang ke rumahku setiap Sabtu dan Minggu..” Balasku.
“Oh..” kata Ai.
“Kamu pergi juga kan, Ton? Aku akan ikut mobilmu malam ini.” Kataku lagi.
“Kenapa kamu ingin naik mobilku? Biasanya kamu selalu naik mobil Ai..” Balas Ton.
“Apakah kalian berdua sedang bertengkar? Kalian terlihat aneh sejak hari Senin.. Ah tidak, harusnya aku bertanya apakah kamu sedang marah kepada Ai?” Tanya Intha.
“Tutuplah mulutmu, Intha!”
“Wajahmu terlihat marah, tidak mau melihatnya secara langsung, mulutmu kamu rapatkan dan terus melirik kearahnya. Pastinya Ai belum membujukmu, jadi kamu hanya marah sendirian saja disini, benarkan?” Kata Intha lagi.
“Dasar teman brengsek!”
“Kamu terlihat begitu emosi, apakah kamu sedang marah padaku? Marah karena apa? Apa karena hal yang sudah aku lakukan padamu?” Tanya Ai.
Sial! Ai benar-benar berengsek! Dia sudah meninggalkan tanda di leherku seperti ini. 😑
---
Flash back
“Lihatlah perbuatanmu ini! Apakah bertanda?” Kataku.
“Iya, lalu kenapa?” Balas Ai.
“Bagaimana bisa aku masuk ke dalam kelas jika seperti ini? Kamu meninggalkan kiss mark di tempat yang begitu jelas terlihat..”
“Kamu cerewet banget.. Cepatlah makan.. Nanti kita akan terlambat..”
Flash Back End
---
“Tutuplah mulutmu itu, Aiyaret!”
“Jika kamu ingin aku diam, maka kamu tidak boleh marah kepadaku. Bagaimana jika untuk menebus kesalahanku, aku akan mentraktir kamu makan babi panggang setelah kelas malam ini?” Kata Ai.
Dia berkata seperti itu dan dengan santai mengusap rambutku dan meletakkan tangannya di atas bahuku.
“Apakah kamu pernah makan babi panggang sebelum ini, Ai?” Tanyaku.
“Belum pernah. Tetapi aku pernah melihat restorannya..”
“Restoran itu tidak memiliki AC, Ai. Apakah kamu benar-benar tahan panasnya?” Balasku.
“Hmm? Bisa karena sebelum pergi aku akan mengganti pakaian biasa dulu agar tidak merasa panas..”
“Uhm..” Kataku.
Aku kemudian memandang teman-temanku yang lain dan berbalik untuk mengumpulkan barang-barangku yang ada di atas mejaku.
Lalu aku meletakkan gantungan kunci bebekku di atas meja dan memfotonya untuk aku kirimkan ke ayahku agar dia bisa tahu bahwa aku masih menjaga gantungan bebek ini dengan baik. Setelah itu aku segera berdiri.
“Jadi sekarang kamu mau kemana?” Tanya Ai.
“Aku akan menunggu di mobil. Kamu sudah mengatakan kepadaku akan mentraktir aku makan babi panggang ya!”
“Karena aku yang mentraktir kamu, maka kamu harus naik mobilku. Bukan mobil Ton..” Balas Ai.
“Iya, aku tahu..”
“Kalau begitu, kita akan bertemu di restoran babi panggang jam lima sore, ok?” Tanya Tonhon.
“Untuk apa pergi kesana buru-buru? Aku belum merasa lapar jam lima sore..” Kata Intha.
“Baiklah. Begini saja, kita akan bertemu di restoran babi panggang jam 7 malam. Bagaimana?” Kata Nine.
“Hm.. Baiklah..” Balas Ton.
---
Parkiran Restoran Daging Babi
Ai Pov
Aku sudah memarkirkan mobilku saat ini di depan restoran babi panggang dan menatap Nhai yang saat ini sedang bermain game di ponselnya dengan tersenyum. 😊
Aku menyingkirkan rambut Nhai yang menutupi matanya dengan tanganku.
“Rambutmu sudah panjang, Nhai. Sebaiknya kamu memotongnya..”
“Aku akan memotongnya besok..” Balas Nhai.
“Bagaimana kalau sekarang kamu mengikat rambutmu itu? Seharusnya aku memiliki ikat rambut di dalam mobil ini..”
Aku menoleh ke sekeliling mobilku untuk mencari ikat rambut. Tetapi tidak menemukannya. 😞
“Hmm.. Sepertinya tidak ada di mobil ini..” Kataku.
“Tidak masalah, kamu bisa menggunakan karet gelang..” Kata Nhai.
Aku segera menoleh menatap Nhai dan dia mengangkat karet gelang berwarna merah yang baru saja dia ambil di saku bajunya.
Aku hanya tersenyum sebelum mengambil karet itu dari tangannya untuk mengikat rambutnya.
“Darimana kamu mendapatkan karet gelang ini?”
Nhai hanya menyipitkan matanya sebelum berkata padaku.
“Aku tadi makan mie dan membeli krupuk dan ada karetnya makanya aku masukkan ke dalam kantong bajuku..”
Saat aku mendengar perkataan Nhai, aku hanya tersenyum.
Aku mulai mengumpulkan rambut Nhai yang lembut ini ke depan dan mengaturnya agar bisa aku ikat. Aku mengikatnya seperti air mancur. 😃
---
Nhai Pov
“Jangan mengikatnya terlalu keras karena aku akan sakit kepala..” Kataku dan menelan ludahku.
Napasku terdengar sedikit terengah-engah saat aku menatap bibir Ai yang dekat denganku. Aku melihat Ai sangat bersemangat untuk menguncir rambutku menggunakan karet gelang itu.
Aku bisa mendengar Ai sedikit mendesah saat sudah selesai menguncir rambutku dan dia tidak bergerak menjauh dariku, tetapi menahan bahuku dan bertanya.
Kiss 😘
Aku mencium pipi Ai dan dia segera terdiam.
“Au.. mengapa kamu terdiam?”
“…”
“Itu adalah ciuman terima kasih untukmu..”
“Jika kamu terlalu imut seperti ini, maka kamu tidak akan aku biarkan makan babi panggang..”
“Hahah..”
“Bagaimana caranya kamu pulang ke rumahmu besok? Perlukah aku mengantarkan kamu pulang?”
“Kamu tidak perlu merasa khawatir karena aku tidak akan tersesat saat aku harus pulang ke rumahku sendiri..”
“Aku tidak menghawatirkan hal itu, aku ingin ikut kamu pulang ke rumah untuk bertemu dengan ayahmu..”
“Kamu tidak boleh ikut denganku karena ayahku sangat galak dan jika ayahku tahu bahwa kamu sedang mendekatiku, ayahku pasti akan membunuhmu..”
Aku menatap mata Ai yang terlihat berbinar dan segera menepis tangan Ai yang masih menahan bahuku seperti membersihkan ketombe. 🤣
Aku kemudian buru-buru ingin membuka pintu mobilnya sebelum berbalik menatapnya agar mau membuka pintu mobilnya dan membiarkan aku turun dari mobilnya.
“Terima kasih atas informasinya, ya..”
“Informasi apa?”
“Informasi yang membuat aku semakin bertekad untuk datang dan melamarmu secara resmi kepada ayahmu atau haruskah aku langsung menculikmu saja?”
“Hah? Apa?”
“Tetapi lebih baik aku menculikmu saja..”
Setelah mengatakan seperti itu, Ai menggunakan kedua jari telunjuknya untuk menyentuh kedua sudut mulutku dan mengangkatnya. Sekarang aku terlihat seolah-olah sedang tersenyum dan kemudian mengendurkannya lagi.
“Kamu tertawa, berarti kamu setuju..”
“Siapa yang setuju padamu? Au.. Ada apa dengannya?”
Aku segera menjerit kepada Ai, tetapi dia segera keluar dari mobil dan terlihat menahan tawanya. 😑
Aku hanya bisa mengomel saja.
---
Restoran Babi Panggang
Nhai Pov
Saat ini kami sudah berkumpul di restoran babi panggang dan kami sedang memanggang babi panggang. Baru beberapa kali makan, aku mendengar suara ponsel Ai berdering.
Rrr… Rrr…
“Apakah kamu tidak mau mengangkatnya? Apakah itu telepon dari kurir paket?”
“Siapa yang akan mengantarkan paket jam delapan malam seperti ini? Apakah kamu sudah gila?” Kata Ai sambil mengerutkan keningnya.
“…”
Aku hanya memutuskan untuk diam saja dan melanjukan makanku. Tidak lama aku mendengar Ai mengangkat teleponnya itu.
“Hallo, krub..”
“…”
“Kenapa kamu meneleponku?”
“Aku mendengar kamu sudah kembali ke Thailand..”
“Uhm.. Tunggu sebentar. Teman-teman, aku akan pergi sebentar untuk menjawab telepon ini dulu nanti aku akan kembali lagi..”
“Baiklah..”
“Siapa yang meneleponmu?” Tanyaku.
Tetapi Ai tidak menjawabnya dan hanya menatapku saja. Tetapi sebelum dia pergi aku sempat mendengar suara wanita yang terdengar kecil yang mungkin imut.
Aku hanya bisa menatap sosok Ai yang berjalan menjauh dan menghilang dari padanganku. Aku yang duduk di sampingnya tidak dapat mendengar dengan jelas suara penelpon itu. 😞
“Hei, Nine..” Panggil Intha.
“Aku sudah memakan habis semuanya, kamu bisa memesannya lagi..” Kata Nine.
“Apakah kalian mau makan lagi? Ayo kita pesan lagi..” Kata Intha.
Beberapa saat kemudian..
“Hei.. Kalian ingin makan apa lagi? Biar aku yang mengambilkannya lagi..” Kata Ton.
“Biarkan aku saja yang ambi..” Kataku dan menahan Ton yang ingin berdiri.
“Ah.. Tidak apa-apa..” Kata Ton.
“Tidak apa-apa.. biar aku saja yang mengambilnya dan kamu duduk saja disini..” Balasku.
“Hm.. baiklah..” Kata Ton yang akhirnya mengalah dan kembali duduk.
“Kenapa dia begitu baik pada kita hari ini?” Tanya Intha.
Aku mengambil makanan yang ingin kami panggang sambil melihat ke arah Ai pergi.
“Hei.. Baconnya juga sudah habis..” Kata Nine.
“Aku akan meminta Nhai mengambilkannya untuk kita..” Kata Ton.
Aku masih mengambil sosis terus tanpa memperhatikan piringku, dan tiba-tiba ada Nong yang mengatakan padaku.
“Phi.. Sosismu jatuh karena kamu mengambilnya terlalu banyak..”
“Ouh.. Makasih Nong..”
Tidak lama aku mendengar namaku di panggil oleh Ton.
“Hei.. Nhai.. Ambilkan aku bacon juga..”
“Hm.. baiklah tunggu sebentar. Bisakah kamu membawa piring ini dulu?”
“Baiklah.. Ambillah Baconnya lebih banyakan sedikit..”
“Oke..”
Aku merasa sangat sedih sekarang.. Aku ingin tahu apakah kami bisa mempertahankan hubungan yang sedang kami jalani untuk waktu yang lama atau tidak. Aku bahkan tidak tahu dengan siapa Ai berbicara. 😥
Tidak… Semua ini tidak akan ada hubungannya denganku. Jika dia mempunyai pacar, pasti aku akan tahu lebih dulu.
Aku hanya bisa mengepalkan tanganku di pahaku, tidak ada teman-temanku yang memperhatikan tingkahku ini. Aku tidak memiliki status yang jelas dengan Ai dan juga bukan pacarnya. Bila dia berbicara dengan seorang wanita, kenapa aku merasa kesal?
Ai berbicara dengan siapa kenapa begitu lama?
Beberapa saat kemudian.
“Oh ya, kenapa Ai menelepon begitu lama?” Tanya Intha.
“Benar, dia berbicara dengan siapa?” Tanya Ton.
“Aku mendengar suaranya, seperti suara wanita. Suara kecil dan terdengar lembut..” Kata Nine
“Oui.. Ai benar-benar sangat hebat. Aku berpikir dia sebentar lagi akan melepas masa lajangnya..” kata Ton.
“Hm.. Nhai, apakah kamu tahu Ai sedang berbicara dengan siapa? Kalau kamu tahu cepatlah beritahukan kepada kami..” Tanya Intha.
“Aku juga sama tidak tahu sama seperti kalian. Ini pertama kalinya aku melihat dia menerima telepon dari seorang wanita. Lalu dia menelepon siapa, kenapa aku harus peduli? Apa hubungannya denganku?”
“Tentu saja ada.. Kamu selalu bersama-sama dengan Ai setiap harinya seperti bayi kembar. Jika Ai sudah mempunyai pacar, kamu pasti akan merasa sangat kesepian..” Kata Ton.
“Kamu pasti akan menangis berhari-hari..” Tamabah Intha.
“Biarkan saja.. Ayo kita makan lagi..”
“Hmm.. makan lagi..”
“Hei, Ton berikan piring yang berisikan sosis itu padaku..”
“Ini..”
Setelah Tonhon memberikan aku sepiring sosis itu, aku segera memakan sosis itu dengan perasaan kesal.
“Auh. Kenapa pedas sekali? Aku memakan cabai. Airku juga sudah habis..”
Saat aku melihat botol air yang ada di depan Ton, aku segera mengambilnya dan meminumnya sampai habis.
Gluk.. Gluk..Gluk..
“Hei! Nhai jangan..”
“Minuman ini..”
“Iya.. iya… Pelankan suaramu, nanti orang-orang pada mendengarnya. Oui.. kenapa kamu meminumnya sampai habis?” Kata Ton.
“Yeah.. sudah habis..”
“Huh..”
“Hei, Nhai.. apa makanan yang paling enak disini?” Tanya Nine.
“Sosis.. Sosis disini yang paling enak..”
“Izinkan aku mengambil piring sosis itu dari hadapanmu. Jika tidak, maka kamu akan memasukkannya ke dalam tasmu itu..” Kata Nine.
“Aku hanya minum sebotol saja..”
“Kamu paling tidak kuat minum. Kamu bisa minum sebanyak itu saja sudah bagus. Kamu tidak akan bertahan selama lebih dari sepuluh menit..” Kata Ton.
“Berikan itu padaku. Aku tidak akan mabuk..”
“Sudah cukup..”
“Ton, apakah kamu masih memiliki bir lagi? Ayo berikan padaku, Ton..”
“Huh.. Sudah tidak ada lagi..” Balas Ton.
“Argh…”
---
10 menit kemudian..
Ai Pov
Pada saat aku kembali lagi ke tempat teman-temanku dan Nhai berada, aku melihat Nhai sudah tertidur di atas meja.
“Au.. kenapa Nhai bisa seperti ini? Apakah dia mabuk?” Tanyaku.
Aku segera mengerutkan keningku saat melihat Nhai sama sekali tidak bergerak, wajahnya memerah dan mulutnya berminyak. Aku menyentuh rambut Nhai dan mengusapnya.
“Iya.. Aku diam-diam memasukkan bir ke dalam botol minumanku, dia salah ambil minuman dan meminumnya sampai habis. Setelah itu dia jadi seperti ini..” Kata Ton.
“Dia bisanya hanya meminum dua gelas saja sudah mabuk..” Tambah Intha.
“Uhm..”
Aku melihat Nhai bangun dan segera memeluk tubuhku. Dia memeluk pinggangku dengan sangat kuat dan menguburkan wajahnya di dadaku. Ketiga teman kami hanya bisa bergidik melihat tingkahnya.
“Dia tergila-gila memakan sosis dan saus, lalu tidak sengaja memakan cabai. Dia langsung meminum air saat melihat ada air di depannya..” Kata Ton.
“Sudah cukup! Jangan ambil sosis lagi..” Kata Nine.
“Benar. Berhentilah berpura-pura, Nhai. Aku tahu trikmu karena kita sudah mengenal selama bertahun-tahun. Kamu tidurlah di tempatku malam ini. Kalau kamu tidur sendiran di asramamu, kamu pasti akan tertidur di toilet semalaman…” Kata Ton.
“Aku tidak mau! Aku ingin tinggal di tempat Ai. Kasurnya empuk, Acnya juga dingin dan ada Wifi gratis..” Kata Nhai.
“Sudahlah, Nhai.. Ayo kita pulang..” Kata Ton.
Setelah mengatakan hal itu, Ton berusaha untuk melepaskan lengan Nhai yang memeluk tubuhku, tetapi aku segera menepis tangannya dengan lembut.
“Biarkan saja dia tinggal di apartemenku..”
“Apakah tidak masalah?” Tanya Ton.
“Hmm..”
Aku kemudian memandang wajah Nhai sebentar sebelum berkata kepadanya.
“Ayolah, Nhai.. sekarang kita pulang..”
“Ai.. aku mau mengambil sosis itu untuk di bawa pulang dan di makan di rumah. Tetapi mereka semua tidak mengizinkan aku membawanya pulang..”
“Hm.. Ya sudah nanti aku akan membelikan kamu lagi..”
“Tidak mau! Sosis yang lain tidak seenak sosis disini..” Kata Nhai.
Nhai melihat sosis yang ada di atas meja ini dengan mata berbinar-binar seperti anak kecil. 😅
“Bagaimana bisa aku membawanya pulang?”
“Kamu bisa memasukkannya ke dalam tasku ini. Mumpung tidak ada yang menyadarinya, ayo cepatlah, Ai. Jika tidak maka akan ketahuan oleh orang lain..” Kata Nhai dan segera membuka tasnya. 🙈
Nhai berkata seperti itu dan tersenyum dengan ceria sambil terus mendesakku untuk memasukkan sosis itu ke dalam tasnya. 😞
“Ton.. Ambilkan sepiring sosis itu dan berikan padaku..” Kataku.
Aku kemudian segera mengambil sosis yang ada di dalam piring itu dan membungkusnya dengan tissu lalu memasukkannya kedalam tas Nhai. Aku lalu mengambil dompetku dan mengeluarkan uang untuk membayar makanan kami lalu meletakkannya di atas meja.
“Ah.. Ai memang paling baik dan aku akan memberikan ciuman padamu sebagai hadiahnya..” kata Nhai.
Aku hanya bisa menahan wajahnya yang ingin mencium wajahku di depan teman-teman kami saat ini. Aku hanya bisa mengacak-acak rambutnya sebelum berbicara padanya.
“Sudah.. ayo kita pulang. Sampai jumpa lagi semuanya..” Kataku.
“Hati-hati di Jalan..” Kata Nine
“Apakah kamu baik-baik saja?” Kata Ton masih merasa khawatir.
“Hmm..”
“Hei Ai! Kamu tidak perlu selalu memanjakan dia. Kalau dia nakal, maka kamu harus menendangnya saja..” Kata Ton.
“Iya.. Aku akan memukulnya kalau dia nakal..”
“Ya.. sampai jumpa besok..” Kata Nine.
“Aku serahkan dia padamu..” Kata Intha.
“Kalian tidak perlu khawatir. Sampai jumpa..”
“Hati-hatilah mengemudi..” Kata Ton.
“Ayo, Nhai.. kita naik ke dalam mobil..”
Oh.. Siapa yang tega untuk menendangmu? Aku hanya ingin menjagamu dengan baik. Bebek kecil yang suka mabuk. Tidurlah yang nyenyak.
---
Apartemen Ai
Ai Pov
Aku akhirnya menyeret tubuh Nhai yang memiliki kaki yang panjang dan juga ramping serta membaringkannya di atas tempat tidurku yang lebar setelah kembali ke apartemenku. Aku segera melepaskan sepatunya dan kaos kakinya sebelum aku berbaring di sampingnya. Tubuh Nhai tidak ringan sehingga aku harus menyeretnya sampai ke apartemenku ini. Hal ini benar-benar membuat aku merasa kelelahan. 😅
Tidak lama, aku merasakan Nhai duduk di atas tempat tidurku dan mendekatkan hidungnya ke arah rambutku.
“Ai.. menganggap rambutmu berbau daging babi yang gosong?” Tanyanya.
“Memangnya rambutmu tidak bau?” Tanyaku.
Aku kemudian segera memegang kepala Nhai dan mendekatkannya ke arah hidungku, lalu menghirup aroma rambutnya sampai ke arah dahinya yang lebar.
“Rambutmu juga berbau daging babi panggang dan juga bir yang sangat menyengat.”
“Hmm.. tanganmu sangat berat, cepat singkirkan tanganmu..”
“Ton tadi berkata kamu terlihat tidak senang dan stress. Kamu ada masalah apa? Apakah kamu tidak bahagia saat tinggal bersama-sama denganku?”
“Bahagia. Aku sangat senang saat bersama-sama denganmu. Tetapi aku juga merasa marah kepadamu. Kamu memberikan tanda kiss mark pada hari Senin di leherku dan itu benar-benar terasa menyakitkan sampai sekarang sehingga aku merasakan mati rasa dan kesakitan. Bahkan masih belum hilang sampai sekarang..” 😞
“Aku hanya ingin memberikan kamu tanda. Siapa suruh kamu begitu imut. Apakah kamu tahu itu?”
“Hmm.. tetapi yang lebih membuat aku marah adalah aku sudah menggodamu, tetapi kamu sama sekali tidak peduli?! Ai, aku benar-benar merasa sangat malu, apakah kamu tahu?”
“Hah? Apa? Kamu menggodaku?”
“Aku menggodaku setiap pagi, tetapi kamu sama sekali tidak bereaksi. Kalau aku yang memulai duluan, rasanya terlalu seperti di sengaja. Apakah kamu tahu itu, Aiyaret?”
“Aku mengira kamu marah kepadaku dan kamu tidak ingin aku menyentuh tubuhmu lagi..”
“Marah apa? Aku sangat menyukai perlakuanmu itu, terutama bibirmu. Tetapi aku belum siap melakukannya lagi karena status hubungan kita masih tidak jelas. Aku merasa takut dan merasa terluka juga..”
“Nhai.. Kalau kamu suka dengan mulutku ini, maka aku akan..”
Tetapi sebelum aku menyelesaikan perkaatanku, Nhai membungkam mulutku dengan tangannya dan mendorong tubuhku dan membawa tubuhnya berada di atasku. Kakinya mendorong kakiku agar melebar dan tangannya mendorong dadaku. Aku bisa melihat matanya menatapku dengan pandangan yang licik. 😏
“Tidak perlu.. Hari ini kamu diam saja dan biarkan aku yang melakukannya agar kamu tahu betapa enaknya hal itu. Aku akan mengcopy dan mencontoh apa yang kamu lakukan padaku dari awal sampai akhir..”
“Tunggu dulu. Nhai..”
Aku mencoba untuk duduk dan otakku segera memproses dengan cepat apa yang sudah aku lakukan kepada Nhai beberapa hari terakhir ini. 🤔
“Memang apa yang pernah aku lakukan padamu?” Tanyaku.
“Kamu mengunci tanganku keatas kepalaku dan merobek bajuku sampai semua kancingnya terlepas..” Kata Nhai.
Setelah mengatakan hal seperti itu, dia mulai mengendurkan tangannya yang menahan tanganku dan mencoba untuk melepaskan kemeja yang aku gunakan seperti yang aku lakukan padanya. 😅
Tetapi aku melihat tangan Nhai gemetar karena efek dari minuman alkohol yang tadi dia minum sehingga dia tidak memiliki cukup kekuatan untuk menarik kancing bajuku sampai robek satupun. 🤣
Dia tidak bisa menyalin apa yang aku lakukan padanya dan harus belajar lebih banyak lagi. 😁
---
Warning 🔞
“Nhai.. apakah kamu mau melakukan seperti yang aku lakukan padamu?” Tanyaku.
Aku segera melepaskan kemejaku dengan cepat dan membuat Nhai hanya bisa menatapku dengan pandangan bingung. Aku melepasnya dan segera meleparkan kemejaku itu ke lantai. Aku kemudian berkata kepadanya lagi.
“Jika kamu ingin memakai pakaianku menjadi kusut maka aku tidak akan memakainya lagi..”
Setelah aku mengatakan hal itu, aku mendekati Nhai dan mencium bibirnya.
Kiss 😘
Dia bergerak mendekati tubuhku, sehingga aku harus sedikit membungkuk dan membenamkan wajahku ke arah wajahnya dan melihat mulutnya terbuka seperti dia ingin mengatakan sesuatu.
Tetapi tidak jadi karena sekarang Nhai kembali mencium bibirku lagi.
Kiss 😘
Dia menarik bibir bawahku agar aku mau membuka mulutku dan saat aku membuka mulutku, dia segera memasukkan lidahnya ke dalam mulutku itu. Seperti yang pernah aku lakukan padanya.
Setelah puas bermain-main dengan bibirku, bibir Nhai mulai menyusuri tengkukku, dada dan juga meninggalkan kiss mark di dadaku. Saat dia memberikan kiss mark di dadaku, aku merasakan kesakitan sehingga membuat badanku ikut gemetar sehingga aku tidak sengaja merintih.
“Ah.. uhm..”
Dia benar-benar mengcopy apa yang aku lakukan dengan baik. Ketika dia menggigit putting dadaku, aku benar-benar merasa sangat keenakan.
“Ah.. Nhai.. uhm..”
“Apakah kamu menyukainya?” Tanya Nhai.
“Hmm..”
“Begitu juga denganku. Jadi apakah aku bisa terus melakukannya peris seperti yang kamu lakukan?”
“Ah.. uhm.. ugh..”
Aku hanya bisa mengerang dengan keras dan saat ini nafsu di dalam tubuhku mulai bangkit. Jika Nhai benar-benar melakukan copy-paste dengan baik, maka dia akan membuka kancing celanaku dan membukanya lalu mencium lututku. 🙄
Nhai benar-benar melakukan apa yang aku lakukan padanya, dia membuka dan melepaskan celana panjangku lalu memisahkan ke dua kakiku sampai juniorku yang mulai bangun terlihat. Nhai terus menciumi dan memberikan kiss mark dan tangannya yang berada di kedua pahaku, membuat aku sadar bahwa Nhai benar-benar ingat semua yang aku lakukan padanya. 😏
Berarti Nhai benar-benar menyukai apa yang aku lakukan padanya. Selanjutnya, dia pasti akan menggigit kakiku. 😥
“Ketika kamu menggigit pahaku, aku tidak menyukainya. Tetapi aku juga akan melakukan hal ini padamu..” Kata Nhai.
Krauk!
“Agh.. Nhai sakit..”
“Ah.. sebelah satunya juga harus digigit..” Kata Nhai lagi.
Krauk!
“Ouch.. Ah..”
Aku hanya bisa mengulurkan tanganku untuk mengusap paha dalam yang terakhir Nhai gigit. Nhai menggigitnya sampai berdarah, tetapi aku melakukannya dengan tidak begitu keras padanya. 🙄
Aku hanya bisa mengusap pahaku yang terluka dan sangat ingin marah padanya, tetapi aku merasakan terangsang dalam beberapa detik kemudian. Setelah mataku melihat seberapa dekat wajah Nhai dengan juniorku saat ini. 😏
Aku merasa sangat bersemangat dan merasa seperti akan mati lemas ketika aku merasakan lidah Nhai yang ramping dan panas itu mulai menyapa juniorku.
Aku benar-benar lupa apa yang aku lakukan setelah ini dan aku tidak merasa yakin apakah Nhai juga akan melupakan hal itu atau tidak.
Aku melihat Nhai meletakkan kedua tangannya di kedua kakiku dan mengangkat wajahnya dan matanya menatapku dengan pandangan sedikit menggoda.
Aku melihat Nhai menyeret lidahnya ke unjung pangkal juniorku dan terus menerus mengulangi seperti itu sampai aku merasa mulai kesal sendiri. 😅
---
Nhai Pov
Aku membuka mulutku dan memasukkan Junior Ai yang terasa hangat dan panas saat ini. Aku hampir menelan juniornya itu dan hampir tersedak karena juniornya saat ini terasa sesak di dalam mulutku. 🙄
Mulutku terasa tidak nyaman dan juniornya terasa menusuk ke tenggorokanku. 😅
Aku belajar dari Ai bahwa aku harus mulai menggerakkan mulutku ke atas dan ke bawah dengan perlahan lalu mengerutkan bibirku. Saat bagian akhirnya aku harus mempercepat gerakkan mulutku agar membuat Ai mengerang dengan suara seksi. Setelah itu pekerjaan copy paste yang aku lalukan akan segera berakhir. 😁
“Ah.. Nhai.. uh.. lebih cepat lagi..”
“Uhm.. uhm.”
“Ah.. ah.. aku sudah.. hampir sampai.. ah.. umm.. kamu melakukan dengan sangat baik..”
Saat mendengar perkataannya, aku tidak ingin menghentikan perbuatanku ini dan tidak ingin menjauh darinya sebelum dia sampai.
Tetapi.. Ai segera memegang bahuku dan mendorong aku menjauh serta ingin melepaskan juniornya yang ada di dalam mulutku dan aku manjakan saat ini.
Tetapi aku tidak mau menjauh dan segera memegang pinggulnya erat-erat sampai akhirnya Ai tidak bisa menahan lagi pelepasannya dan melepaskan di dalam mulutku.
Aku tahu dia pasti merasa seperti jatuh dari tempat yang tinggi. Ai mengangkat pinggangnya beberapa kali dan aku mulai merasakan kehangatan di dalam mulutku.
“Uhm.. ah.. ah..”
Erangan Ai membuat aku merasa bahagia dan aku membiarkan dia terus mengeluarkan cairan cintanya itu sampai tubuhnya tidak berkedut lagi dan tidak bergetar lagi.
Tetapi aku yang merasa diriku hebat dan puas karena bisa membahagiakan Ai, segera bangun karena aku merasa mual dan ingin muntah. 🤣
Tetapi perasaan mualku ini bukan karena cairan cinta Ai, tetapi aku merasa sedikit terkejut saat juniornya itu dengan keras menyentuh tenggorokanku. Aku mulai bergerak dengan lemas.
Sementara itu, aku melihat Ai kembali memakai celananya lagi..
Mungkin hal ini juga karena aku tadi meminum bir sehingga membuat perutku mulai bergejolak. Aku segera berlari ke kamar mandi dan muntah di kloset.
“Hwekk..Hwekk.. Hwekk..”
Aku merasakan Ai mengikutiku dan saat melihat aku muntah, dia segera duduk di sampingku dan menepuk-nepuk punggungku dengan pelan.
“Hwekk..Hwekk.. Hwekk..”
Aku memuntahkan semua makanan yang aku makan tadi malam dan juga air. Hal itu keluar dari mulutku seperti air.
“Apakah kamu tidak apa-apa Nhai?”
“Kamu harus menggosok leherku seperti ini maka aku bisa muntah. Jika kamu mengelusnya maka aku tidak akan muntah. Hik.. Hik..”
Aku mengatakan hal itu di sertai isakan tangisanku dan aku berpikir Ai tidak akan bisa memahaminya. 😞
Aku melihat Ai sampai harus mendekati tubuhku dan bersandar agar dapat mendengarkan perkataanku dengan seksama. Dia terus membelai punggungku untuk sementara waktu.
“Apakah kamu ingin minum air?”
“Hmm..”
Tidak lama Ai segera pergi keluar dari kamar mandi untuk mengambilkan aku segelas air bersih untuk aku berkumur.
“Apakah sekarang sudah lebih baik?”
“Hmm..”
---
Ai Pov
Aku saat ini hanya mengajukan pertanyaan yang singkat kepada Nhai karena selama ini aku tidak pernah mabuk sampai aku muntah. 😅
Sangat berbeda dengan Nhai yang saat ini sedang duduk di lantai kamar mandi dan terlihat pucat. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana menjaga dirinya sendiri. 😞
Aku kemudian berdiri tegak dan memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dan berjalan ke dapur untuk mengambilkan Nhai segelas air.
Tetapi setelah aku kembali lagi ke dalam kamar mandi.. Aku melihat wajah Nhai sudah hampir tenggelam ke dalam kloset karena dia tertidur di atas kloset dengan menggunakan lengannya untuk menahan kepalanya agar tidak tenggelam ke dalam kloset. 🤣
Saat melihat hal itu, aku segera berjongok dan menggendongnya, membawa dia keluar dari kamar mandi. Aku membawanya kembali ke dalam kamar tidur dan meletakkan tubuhnya ke atas kasur lagi.
Lalu aku segera mencari handuk bersih yang aku basahi dengan air untuk menyeka wajahnya dan melepaskan pakaiannya. Aku juga mencari obat untuk aku oleskan ke pahanya yang masih terlihat memar karena kiss mark dariku. Setelah aku membersihkan tubuhnya, aku mengoleskan salep itu ke pahanya.
Aku bisa menebaknya jika dia terbagun keesokan harinya, dia pasti akan kembali menghindariku lagi dan juga meneriakiku selama satu minggu. 😅
TBC
Vote and comment please.. 🙏☺️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro