Bab 3
Patah Hati
Di luar kelas
Ai Pov
“Au.. aku lapar sekali..”
“Bagaimana kalau kita pergi makan? Kamu ingin makan apa, Ai?” Tanya Intha.
“Ai berkata dia ingin makan ayam goreng..” Jawab Nhai.
“Aku tidak bertanya kepadamu, Nhai..” Balas Intha lagi.
“Aku hanya ingin menjawabnya memang salah?”
“Hah..” Ton menghela napas.
“Sudah cukup.. Ayo kita pergi ke mall yang ada di belakang Universitas saja, bagaimana?” Tanya Nine.
Setelah mendengar perkataan Nine, kami semua mengangguk setuju.
“Lalu bagaimana kamu pergi ke mall itu, Ai? Apakah kamu membawa mobilmu?” Tanya Ton.
“Aku berpikir, aku akan memarkirkan mobilku disini saja. Lalu akan pergi kesana bersama-sama dengan Nhai..”
“Hei Ai.. Jangan..”
“Kenapa Ton?” Tanya Nhai.
“…” Ton segera terdiam sambil menatap Nhai.
“Kamu jangan mengatakan apa-apa padanya..” Kata Nhai.
Lalu dia segera menaruh telunjuknya di depan bibirnya.
“Kamu bisa ikut dengan mobilku kalau kamu mau..” Kata Nine.
“Tidak apa-apa. Aku hanya ingin mencoba naik motornya saja..”
Saat aku mengatakan seperti itu, aku melihat teman-teman Nhai saling berpandangan dan tersenyum mencurigakan sedangkan Nhai sendiri tersenyum penuh kemenangan.
“Kalian lihatkan? Ai temanku tersayang ingin naik motorku. Kalian semua cepatlah pergi dari sini. Ayo cepat pergi sana..”
“Semoga beruntung..” Kata Ton kepadaku sebelum dia pergi.
Aku hanya menatapnya dengan pandangan bingung dan tersenyum, lalu mengikuti Nhai ke arah motornya.
---
Ai Pov
Aku saat ini sedang duduk di atas motor Harley-Davidson dan menghadapi lalu lintas kota Bangkok yang padat. Aku menghirup debu asap kotor kendaraan yang ada di sekitarku dan merasakan panas matahari yang sangat menyengat di tubuhku. Hal ini membuat kepalaku sakit sampai berdenyut-denyut dan mataku menjadi buram. 😞
Aku tidak suka naik motor sebenarnya, tetapi demi dekat dengan Nhai tidak apa mencoba sekali-sekali naik motor. 😊
---
Parkiran Motor Mall
Saat ini kami sudah sampai parkiran motor mall dan aku sedang mengembalikan helm yang aku pakai kepada Nhai saat kami sampai.
“Kamu berkata padaku bahwa mall itu dekat dengan Universitas, kenapa aku merasa kita pergi begitu jauh?” Tanyaku.
“Hmm.. Mereka sudah sampai dan mengatakan padaku bahwa mereka sudah memesan makanan untuk kita. Jadi ayo kita masuk dan makan..” Balas Nhai tanpa mau menjawab pertanyaanku. 😅
“Kenapa mereka yang pergi dengan mobil bisa lebih cepat sampai dari kita?” Tanyaku lagi.
“Yeah.. itu karena mobil lebih cepat daripada menggunakan motor..” Balas Nhai. 🙄
“Hm? Kenapa bisa begitu?” Aku bertanya karena tidak mengerti perkataan Nhai.
Nhai hanya mengangkat alisnya dan kemudian mulai menggerakkan kakinya yang panjang itu untuk turun dari motor yang dia kangkangi itu dan dia terlihat sangat keren saat dia naik atau turun dari motor itu.
Dia turun dengan kaki kanannya dulu yang dia miringkan ke belakang dan membawa tubuhnya yang ramping untuk berdiri dan menyebabkan celana panjang yang dia pakai sedikit terangkat.
Hhmm.. Dia memakai celana panjang berwarna gelap, pinggang yang ramping, paha yang terlihat kurus dan kuat pasti dia sangat populer di Universitas. 🤔
Kenapa dia sangat suka memakai celana panjang yang sangat pas di tubuhnya sehingga menampilkan lekukan tubuhnya, Sial! Dia benar-benar sangat tampan dan cantik di waktu yang bersamaan.
Saat sedang memikirkan gaya berpakian Nhai, dia menatapku dan tersenyum sehingga matanya tidak terlihat. Senyumannya terlihat sangat cerah dan saat melihat wajahnya membuat aku merasa panas di wajahku.
Aku baru bertemu orang yang tanpa sadar membetulkan pakaian dalamnya di depan umum seperti ini. Yeah.. ini adalah pertama kalinya bagiku melihat orang yang tidak punya malu sepertinya. 😅
Pada saat aku menatapnya pertama kali, aku berpikir dia sangat mirip dengan Chao Nan, tetapi setelah mengenalnya dia tidak terlalu mirip dengan Nan. Dia memang mirip dengan Nan, tetapi.. kebiasannya sangat berbeda jauh.😅
---
Di restoran ayam
Ai Pov
“Aku sudah tahu bahwa mereka berdua akan datang terlambat..” Kata Intha.
“Ah.. baru saja kita omongi mereka sudah sampai..” Kata Ton.
“Akhirnya kalian datang juga..” Kata Nine.
“Apakah kamu membawa Ai keliling dunia dulu, Nhai?” Tanya Intha.
Begitu kami berjalan ke arah meja kami di dalam restoran ini, aku menyadari ada banyak orang di dalam restoran ini yang menatap kami berdua dengan intens.
Tentu saja mereka memperhatikan kami berdua, Nhai termasuk tampan dan tinggi serta dia juga sangat suka tersenyum.
Hal ini seperti membuat mereka melihat pria di dalam serial Korea. 😅
“Tidak. Aku hanya membawa dia melewati jalan pintas saja..” Balas Nhai.
“Kamu membawa dia lewat jalan pintas yang mana? Kami sudah duduk disini dari tadi dan sudah minum cola juga..” Kata Intha.
“Lalu.. Mana minumanku?” Tanya Nhai.
“Itu baru saja diantar. Siapa suruh kamu datang begitu terlambat?” Kata Nine.
“Kamu membawanya melewati jalan pintas? Bukannya setiap kali kamu pergi kamu pasti akan tersesat?” Tanya Intha.
“Kenapa kalian bisa sampai begitu cepat?” Tanyaku.
Aku lalu segera duduk di meja itu bersama-sama dengan mereka. Aku merasa sedikit aneh saat melihat lima pria besar yang duduk mengelilingi satu meja bundar yang tidak terlalu besar ini. Meja ini memang tidak besar sehingga kaki kami semua sering bersentuhan.
Bukankah hal ini sedikit terlihat tidak normal? 🤔
Aku berkata seperti itu karena berkali-kali kaki Nhai menyentuh kakiku.
“Kami hanya melewati jalan biasa saja. Orang yang membawa motor dan pergi bersama-sama denganmu bukanlah orang biasa. Kalau tidak tersesat atau melewati jalan lain namanya bukan Chen Nhai..” Kata Intha.
“Betul. Pernah suatu kali kami pergi ke Phetchabun. Aku ikut dengan mobil Nine, tetapi orang ini bersihkeras untuk membawa motornya sendiri tetapi dia malah pergi ke Phetchanburi. Makanya dia tidak jadi ikut pergi bersama-sama dengan kami waktu itu haha..” Kata Ton.
“Sudah jangan bicara lagi. Makan saja ini. Sekarang gambarku di depan Ai sudah kamu hancurkan..” Kata Nhai.
“Gambar? Maksudmu adalah kesan terhadapmu kan?” Tanyaku.
Aku mengerutkan alisku dan bibirku yang tadi tersenyum mulai tidak tersenyum lagi ketika aku bertanya kepada Nhai.
“Yeah.. kamu betul..” Kata Nhai sambil tersenyum.
“Selamat Ai, kamu adalah orang pertama yang bisa mengerti apa yang dia katakan..” Kata Ton.
“Hah? Benarkah?” Tanyaku.
“Selama hidupku, aku tidak pernah mengerti apa yang dia katakan. Hal ini karena dia terlalu parah bila berbicara sehingga dia selalu diputuskan oleh pacarnya..” Kata Nine.
“Baiklah.. Kalian semua sangat suka menjelekkan aku kan? Aku akan membalas kalian. Aku akan membocorkan rahasia kalian semua saat menggoda para gadis..” Balas Nhai.
“Yeah.. bocorkan saja..” Kata ketiga teman Nhai bersama-sama.
“… Aku akan membicarakan tentang Ton dulu. Dia… Dia..”
Nhai segera menunjuk ke arah temannya dan tidak lama matanya berkedip-kedip seperti sedang berpikir saat menatap teman-temannya itu sebelum dia menurunkan tangannya lalu mengambil gelas colanya Dan meminumnya seperti biasa.
“…”
“Oui.. Kenapa kalian semua tidak mempunyai hal yang memalukan untuk aku ceritakan kepada orang lain?” Kata Nhai dengan nada kesal.
“Karena kami semua adalah orang yang normal tidak seperti dirimu..” Kata Ton.
“Aku merasa sedih saat menyadarinya. Mengapa aku terlihat begitu menyedihkan di depan kalian?” Kata Nhai.
Setelah itu dia hanya bisa menghela napas dan matanya menatap ke arah bawah seolah-olah dia merasa sedih. Dia seperti mengharapkan ada orang yang bisa mengerti dirinya dan menghiburnya. Bahkan saat ini aku juga ikut mentertawakannya bersama teman-temannya.
“Lalu apakah saat ini kamu mempunyai pacar?” Tanyaku.
“Tidak punya. Aku sudah setahun ini jomblo. Seratus persen jomblo. Kamu pasti tidak menyangka orang setampan diriku masih jomblo kan?Aku benar-benar merasakan kesepian, Ai.. ” Jawab Nhai sambil seperti setengah memohon padaku.
“Yeah.. itu karena kamu tidak bisa menjaga bebekmu sendiri. Makanya jagalah baik-baik bebek itu maka kamu tidak akan kesepian lagi..” Balas Intha.
“Bebek?” Tanyaku.
“Ehm gantungan kunci bebek yang waktu itu kamu pungut karena dia menjatuhkannya. Omong-omong, Ai apakah kamu mempunyai pacar?” Tanya Intha.
“Oh.. Khun Intha, kamu bisa melihat wajahnya Aiyaret yang tampan itu. Tidak mungkin dia tidak memiliki pacar..” Kata Ton.
“Hm.. Kamu benar juga..” kata Intha.
“Ehm.. Aku masih belum memiliki pacar. Tetapi aku akan mulai menggoda seseorang yang ada di dekatku saat ini..” Balasku.
“Hah? Apa?”
Mereka berempat langsung berteriak kaget dan tampak sedikit terkejut saat mendengar jawabanku dan mata mereka melotot seolah-olah tidak mempercayai perkataanku.
“Apakah kamu sungguhan?” Tanya Nhai.
“Benar-benar tidak bisa dipercaya..” Kata Intha.
“Dia tidak mempunyai pacar..” Kata Nhai kepada teman-temannya.
“Yeah.. aku tidak memiliki pacar..” Balasku.
Aku tersenyum manis dan mengambil sepotong kentang goreng untuk aku makan. Mantan pacarku pernah berkata bahwa kentang goreng dan makaroni di restoran ini yang paling enak. Saat ini aku menyetujui perkataannya itu. ☺️
“Hmm, makanan ini benar-benar enak." Kataku.
Aku mengatakan hal itu setelah melihat mereka masih manatapku dengan pandangan masih tidak mempercayai perkataanku itu. Aku kemudian berkata lagi.
“Memang ada yang salah bila aku belum memiliki pacar sampai saat ini?” Tanyaku.
“Hmm.. Tidak ada sih. Tetapi memang seperti apa tipemu?” Tanya Intha.
“Memang kalian suka tipe yang seperti apa?” Tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaan Intha.
“Aku suka orang yang baik hati, imut dan hanya mencintai aku seorang saja..” Kata Ton.
“Aku menyukai orang yang juga menyukai aku apa adanya..” Balas Intha.
“Aku juga memiliki pemikiran yang sama dengan Intha..” Balas Nine.
“Lalu bagaimana denganmu?” Tanyaku pada Nhai.
“Aku sudah mempunyai orang yang aku sukai. Nong Karn Liuw, dia adalah mahasiswa tahun pertama dari Fakultas Manajemen dan juga bintang Fakultas..” Kata Nhai.
Saat mendengar perkataannya, aku menjadi sedikit sedih dan terdiam. 😔
“Dia berambut panjang, di lengannya ada bulu tangan yang terasa halus dan lembut..” Tambah Nhai lagi.
“Kenapa kamu sangat mesum, Nhai!” Kata Nine.
“Kamu tidak mengerti, Nine. Orang yang memiliki bulu di tangannya sangat mempesona. Benarkan Ai?” Tanya Nhai.
“Hm.. Aku tidak tahu karena aku tidak memiliki bulu tangan di tanganku..”
“Apa maksudmu? Meskipun kamu memiliki bulu tangan di tanganmu, aku juga tidak akan menyukaimu. Aku jadi merinding mendengar perkataanmu itu..” Kata Nhai lagi.
“Oh.. Aku sudah di tolak duluan sebelum mengatakan perasaanku. Sungguh sangat menyakitkan hatiku..” Balasku.
“Ooh.. Aku hanya becanda. Aku akan membagi minuman colaku padamu, Ai. Ini minumlah..” Kata Nhai.
“Oui.. Nhai, sedotan punyamu sudah kotor seperti itu dan masih meminta Ai untuk meminumnya. Aku sudah memesankan minuman satu orang satu disini. Ai, kamu..” Kata Ton.
“Tidak apa-apa, aku tidak merasa keberatan dan ingin merasakan cola rasa spicy wings..” Balasku.
Aku melihat Nhai segera mengalungkan lengannya di leherku. Aku hampir saja berbicara tetapi aku mendengar Nhai bersin di dekatku. 🙄
Hachi!
Aku tidak tahu apakah dia benar-benar bersin atau hanya berpura-pura saja.
Nhai kemudian menunjuk ke arah tiga temannya yang lain dan mulai memberitahukan mereka.
“Kalian harus ingat ya, mulai saat ini teman terbaikku adalah Aiyaret. Sedangkan kalian semua, aku sudah tidak menyukai kalian lagi..” Kata Nhai.
“Terserah kamu saja..” Kata Intha.
“Baiklah..” Kata Nhai sambil tetap memeluk leherku.
“Tanganmu kotor dan kamu masih berani memeluk leher Ai..” Kata Intha lagi.
“Yeah.. dia teman baikku..” Kata Nhai.
“Baguslah kalau kamu menyukainya..” Kata Nine.
Setelah mendengar perkataan mereka itu, aku segera menepuk tangan Nhai yang saat ini masih mengunci leherku agar melepaskannya. Nhai segera menatapku seperti ingin bertanya, tetapi dia akhirnya melepaskan tangannya juga dari leherku.
“Ayo kita makan..” Kata Nhai.
“…”
“Makanan ini terlihat sangat enak..” Kata Nhai lagi.
Aku tidak ingin hanya berteman denganmu, Nhai. Tetapi aku ingin menjadi orang yang sepesial untukmu.
Kataku dalam hati sambil menatap Nhai yang sedang makan.
Akhirnya pesta ayam goreng sudah berakhir dan saat ini sudah sore menjelang malam sehingga matahari sudah terbenam.
Saat ini matahari sudah tidak terlihat lagi, jadi aku bisa merasakan angin yang bertiup dengan sejuk yang menerpa wajahku saat aku kembali duduk di atas motor Nhai.
Saat ini duduk di atas motor terasa lebih nyaman daripada saat kami pergi tadi siang. ☺️
---
Parkiran Universitas
Saat ini kami sudah sampai di Universitas lebih cepat daripada kami pergi tadi karena aku membuka navigation di ponselku dan mengarahkan Nhai. 😅
Saat aku turun di parkiran gedung Fakultas kami, Nhai bertanya padaku.
“Kamu memarkirkan mobilmu dimana? Biar aku antar kamu ke mobilmu..” Kata Nhai.
Aku memarkirkan mobilku di dekat sini agar aku bisa melihat dia turun dari motornya karena tempat parkir mobil dan motor dekat di Fakultas kami.
“Itu mobilku..” Balasku.
Bepp.. Bepp..
Aku kemudian menekan remote untuk membuka mobilku dan lampu depan mobilku menyala membuat Nhai mengangkat kaca helmnya dan membuka matanya dengan lebar serta terlihat terkejut.
“Kamu mengendarai BMW X5?” Tanya Nhai.
“Yeah.. Ayahku hanya memperbolehkan aku mengemudiakan mobil yang ini daripada mobilku sendiri. Mobilku ada di rumah..” Balasku.
“Kamu benar-benar orang kaya, Ai..”
“Chao Nan mempunyai banyak mobil mewah di rumah. Jika kita sudah libur semester, aku akan mengajakmu main ke rumahku dan bertemu dengan Nan juga. Apakah kamu mau?”
“Chao Nan?”
“Yeah.. Dia adalah ayah angkatku dan dia adalah orang yang sangat baik. Ayo jika liburan kita pergi menemuinya dan kamu juga bisa mengajak ketiga temanmu itu..”
“Baiklah..”
“Kamu tinggal dimana?”
“Aku tinggal di asrama di sebelah Universitas dan tidak jauh dari sini. Kalau kamu?”
“Condo Xxx?” Jawabku dengan nada datar.
Aku kemudian mengangkat tanganku untuk membetulkan rambut depanku. Aku sedang mencari topik yang bisa aku bicarakan dengan Nhai karena aku masih ingin berbicara dengannya.
“Ah.. aku suka melewatinya. Kamu benar-benar anak orang kaya dan kamu juga benar-benar terlihat seperti pria sejati..” Kata Nhai.
“Ah.. Tidak juga. Ayahku yang mengajarkan aku untuk melakukan segala sesuatunya sendiri agar aku menjadi mandiri..”
“Oh.. Bagus sekali. Baiklah, kalau begitu aku rasa aku akan kembali sekarang. Kamu mengemudilah dengan baik..”
“Uhm.. Yeah..”
Saat Nhai akan pergi, aku kembali berkata kepadanya.
“Apakah kamu menggunakan aplikasi share lock di ponselmu? Jadi jika kamu tersesat maka aku akan dapat menemui dirimu. Keluarkan ponselmu aku akan menguduhnya untukmu..”
“Untuk apa aplikasi itu?” Nhai bertanya dengan wajah bingung.
Tetapi dia kemudian mengeluarkan ponselnya dari saku celananya dan menyerahkannya padaku.
“Ini adalah aplikasi untuk bisa melacak dirimu. Aplikasi ini akan memberitahukan kepadaku ketika kamu meninggalakan rumahmu, kembali ke rumahmu serta memberitahukan aku dimana lokasimu berada. Jika kamu tersesat maka kamu bisa menelepon aku untuk menjemputmu..”
“Oh.. Baiklah. Jika aku tersesat kamu benar-benar akan menjemputku kan?”
“Yeah.. Jika kamu tersesat maka kamu bisa meneleponku dan aku akan menjemputmu. Kamu tidak perlu merasa khawatir lagi. Aplikasi ini sangat mudah digunakan. Baiklah ini sudah selesai..” Kataku dan mengembalikan ponselnya.
“Yeah.. terima kasih..”
“Hmm. Setelah ini kamu mau kemana?”
“Aku akan duduk di depan asramaku..”
“Untuk apa?”
“Aku mau melihat Nong Karn Liuw karena dia biasanya suka duduk disana bersama-sama dengan teman-temannya. Karena saat ini aku masih sangat malas bila harus segera kembali ke kamarku..”
“Jadi.. Bolehkah aku ikut denganmu?”
“Untuk apa kamu ikut? Jika kamu ikut bisa saja Nong Karn Liuw lebih menyukaimu daripada diriku..”
“Boleh na. Aku tidak akan tertarik kepada siapapun lagi..”
“Ya sudahlah.. ayo kita pergi..”
---
Di bawah Asrama
“Mana Nong Karn Liuw?” Tanyaku.
“Itu dia disana yang baru saja keluar dari asramanya..”
Aku melihat ada gadis dengan rambut panjang dan tubuh yang semampai serta berkulit putih sesuai dengan arah tangan Nhai.
“Apa pendapatmu tentang Nong Karn Liuw?” Tanya Nhai.
Saat aku menatap matanya, aku merasa dia benar-benar sangat tidak percaya diri sama sekali. Aku hanya bisa tersenyum lembut saat menatapnya dan buru-buru menjawabnya.
“Lebih baik kamu bersikap lebih santai saat bertemu dengannya. Kamu juga bisa tersenyum manis untuk menggodanya bahkan kamu bisa bernyanyi dan memainkan alat musik seperti yang biasa di lakukan orang-orang saat sedang jatuh cinta..”
“Yeah.. tetapi aku tidak bisa bernyanyi dan aku benar-benar sangat gugup saat bertemu dengannya. Aku sudah bilang padamu..”
“Kamu bisa mulai bernyanyi sekarang. Jika aku berpikir suaramu jelek maka aku akan meminta kamu berhenti bernyanyi..”
“Aku benar-benar sangat jarang bernyanyi dan siapapun tidak ingin mendengar suaraku..”
Aku hanya bisa tertawa terbahak-bahak saat mendengar perkataan Nhai. Aku kemudian mengambil ponselku dan mulai mencari lagu yang sudah aku rekam yang pas untuk menggoda seseorang. Tidak lama suara jernih gitar yang aku mainkan segera terdengar.
Aku mulai bernyanyi dengan lembut di depan Nhai.
Well you done done me and you bet I felt it..
I tried to be chill but you’re so hot that I melted..
I fell right through the cracks
And now I’m trying to get back
Because the cool done run off I’ll be giving it my bestest
Nothing’s going to stop me but divine intervention
I reckon it’s again my turn to win some or learn some
But I won’t hesitate no more
No more it can’t wait
I’m yours..
Lirik I'm yours by Jason Mraz
Aku merasa sedikit terkejut dengan perasaanku sendiri. Aku sekarang merasa sedikit canggung saat melihat orang-orang yang ada di sekitar tempat kami duduk sedang memandangiku. 😅
Saat ini kami sedang duduk di meja marmer di depan asrama Fakultas.
Disini banyak orang-orang dari Fakultas yang berbeda-beda dan bukan teman-teman dari Fakultasku saja. Tetapi kami tetap bisa hidup rukun.
---
Satu bulan kemudian..
Pada awalnya aku harus menyesuaikan diriku dengan Universitas baruku ini dan hal ini cukup sulit untukku. Aku berpikir aku terkenal karena adanya gosip yang aneh-aneh tentang diriku.
Ada yang berkata bahwa aku adalah orang bekas pecandu narkoba. 🙄
Atau aku kembali ke Thailand karena aku melarikan diri dari Kanada karena tidak ingin menjalani hukumanku. 😞
Aku hanya diseret pulang oleh ayahku karena aku berkelahi dengan teman di Universitasku saja. Tetapi kenapa ada gosip yang menyebar seperti itu? 🙄
Aku hanya bisa diam saja dan berusaha untuk menjalani kehidupanku seperti biasa. Hal itu berlangsung dalam waktu yang lama.
Tetapi saat ini sudah tidak ada yang membicarakan aku lagi atau memperhatikan aku lagi seperti mereka memandang aku dengan rendah. Meskipun sampai saat ini mereka terkadang masih suka memandang aku dengan tatapan yang aneh.
Tetapi semua itu tidak membuat aku merasa tertarik memperhatikan mereka semua. Lebih baik aku memperhatikan wajah Nhai yang selalu terlihat ceria sepanjang waktunya. ☺️
Saat ini aku merasa canggung saat berjalan menuju teman-temanku yang sedang duduk di meja marmer yang ada di depan Fakultas kami.
Aku dapat berteman dengan baik dengan mereka semua. Mereka tidak memiliki kesamaan, tetapi masih bisa hidup bersama-sama dan aku menemukan diriku bisa bergaul dengan baik dengan mereka semua.
“Huh.. sudah berapa kali aku katakan padamu bahwa dia adalah orang yang jahat..” Kata Nine kepada Ton.
“Apakah kamu pernah memainkannya? Ini ayo lihatlah ini..” Tanya Ton.
“Auw Ai..”
“…”
“Hei Ai..”
“…”
“Hei Ai!”
“Hah? Ada apa?”
“Oui.. hei Nine, kenapa kamu berteriak padanya?” Kata Ton.
Tonhon adalah anak yang sangat berenergik, selalu bersikap optimis, sayang kepada teman-temannya dan seorang atlet basket nasional. Dia merupakan pria paling tampan di kelompok kami. Dia sudah memiliki kekasih dan sangat mencintai kekasihnya itu.
“Au.. aku hanya melihat dia berdiri dengan linglung dan terlihat tidak fokus dari tadi disana..” Kata Nine.
Nine adalah mahasiswa berprestasi yang paling baik diantara kami. Tetapi di balik penampilannya yang terlihat baik itu dia sangat suka bermain permainan papan. Bisa di bilang dia sudah sangat kecanduan dengan permainan itu.
Sedangkan Intha adalah seorang pria yang keren dan penuh dengan pesona. Dari luar dia terlihat seperti seorang playboy, tetapi sesungguhnya sikapnya sangat bertentangan dengan penampilan luarnya. Karena dia sangat suka membaca kitab suci agama Budha.
Nhai adalah seorang biker yang sangat di sukai banyak orang. Tetapi sikapnya yang terlihat keren hanyalah ilusi saja karena dia tidak pernah menjaga kebersihan dirinya dan sangat suka memakai pakaian yang tidak di seterika. Meskipun dia adalah seorang biker, tetapi dia suka tersesat di jalan bila tidak melalui jalan yang biasa dia lalui sehari-hari. 😅
Tetapi saat ini aku melihat wajah Nhai telungkup diatas meja dan sedikit terkejut saat aku mendengar suara isakan tangisnya.
“Hik.. Hik..Hik..”
“Ada apa dengannya? Kenapa dia bisa seperti ini? Apakah dia sedang tertidur?” Aku bertanya kepada teman-temanku yang duduk di sekitar Nhai saat ini.
Aku segera duduk di bangku kosong yang ada disamping Nhai. Saat mendengar perkataanku, Ton hanya bisa tertawa dan menjawab.
“Dia bukan sedang tertidur. Tetapi dia sedang patah hati..” Kata Ton.
“Hweee.. Hweee.. Hweee..”
Nhai kemudian mengangkat wajahnya dan matanya terlihat memerah saat aku menatap matanya. Aku berpikir Nhai sangat tidak cocok saat ada air mata di wajahnya hal ini bukan karena dia terlihat menyedihkan tetapi karena wajahnya menjadi lucu ketika dia menangis. 🤣
“Hei, Ai.. Kmu menyuruh aku untuk menggoda Nong Karn Liuw. Tetapi dia sudah mempunyai pacar.. Hwee.. Hweee..” Kata Nhai sambil memengang lenganku.
Tetapi saat mendengar perkataannya, aku tetap tersenyum dengan lembut karena aku tahu bahwa Nong Karn Liuw sudah memiliki pacar. 😊
“Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu sejak awal bahwa kamu harus segera menggodanya? Kamu sendiri yang tidak mau melakukannya. Lalu bagaimana hasilnya sekarang? Kamu sudah kalah satu langkah lebih cepat daripada orang lain..” Kata Ton.
“Hwee… Kamu jangan memperparah luka hatiku saat ini. Apakah kamu tahu? Hatiku saat ini sangat sakit. Hweee..” Kata Nhai.
Lalu dia mulai menceritakan hal yang sudah terjadi padanya sambil tetap menangis.
---
Flash Back
Nhai Pov
“Hari itu, aku mengunggu Nong Karn Liw seperti biasa. Tetapi kali ini aku memutuskan.. akan mengajak Nong Karn Liw berpacaran..”
Aku segera menghampiri Nong Karn Liw dan berdiri di depannya.
“Au.. P'Nhai kita bertemu lagi..”
“Halo, Nong Karn Liw. Hari ini…”
“Au baby, sejak kapan kamu datang?”
“Aku sudah cukup lama ada disini , baby..”
Saat itu aku hanya bisa memperhatikan Nong Karn liw dan pacarnya berbicara. Aku hanya bisa bengong dan terdiam.
“Ehm.. P'Nhai tadi ingin bilang apa ya?”
“…”
Aku hanya bisa terdiam dan tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Jadi aku hanya menganggukkan kepalaku kepada mereka dan segera pergi dari sana sambil menangis.
“Baby, ada apa dengannya?”
End Flash Back
--
Nhai Pov
“Hatiku benar-benar sangat sakit..”
“Cuih..” Kata Ton.
“Hwee… hwee.. Apakah kalian tahu? Mereka saling memangil baby dan bubu di depanku. Hwee.. hwe. “
“Itulah akibat dari kamu terlalu pengecut, bubu..” Kata Intha.
“Shadu..” Kata Ton.
“Hei! Dia bukan seorang biksu..” Teriak Nine.
“Kalian benar-benar tidak peduli padaku. Aku benar-benar sangat sedih saat ini..”
“…”
“Apa yang kamu tertawakan? Apakah kamu sama seperti mereka ingin mengejekku?” Tanyaku pada Ai.
“Tidak.. Bukankah jomblo juga baik. Teruslah jomblo sama sepertiku…” Balas Ai.
“Aku ingin memiliki istri.. ingin memiliki istri..”
“Aizz.. sudah cukup!” Kata Nine sambil membekap mulutku.
“Meskipun kamu tidak memiliki istri, kamu mau memiliki kami semua..”
“…” Ketiga temanku mengangguk menyetujui perkataan Ai.
“Ayo kita pergi minum-minum untuk melampiaskan kesedihanmu. Aku yang akan mentraktirnya..” Kata Ai.
“Kamu yang berkata seperti itu ya. Kamu yang akan mentraktirku..”
“Hmm…”
---
Ai Pov
Tanganku terulur ke orang yang saat ini duduk di sampingku dan mengusap rambut Nhai yang terlihat mulai panjang menutupi matanya. Aku mengusap rambutnya dengan lembut sampai rambutnya terlihat semakin berantakan. 😅
“Maka dari itu tersenyumlah sekarang, bebek kecil..”
“Bisakah kamu juga mentraktir aku smoky bites juga?” kata Nhai.
Kami semua segera tertawa saat mendengar perkataannya.
“Hm.. baiklah.. Aku akan membelikan apa pun yang ingin kamu makan. Tetapi sebaiknya kita pergi kemana? Apakah ada tempat yang ingin kalian rekomendasikan?” Kataku.
“Aku akan mencarinya dulu ya..” Kata Nhai.
“Hei Ai..” Kata Intha.
“…” Aku segera menatap kearahnya.
Aku memang belum pernah pergi minum-minum bersama-sama dengan mereka dan tidak pernah melihat bagaimana jika mereka mabuk. Tetapi Intha adalah teman yang baik dan dia memperingatkan aku terlebih dahulu.
“Kamu tidak boleh mengajak dia pergi ke bar. Saat dia mabuk, dia benar-benar sangat parah..” Kata Intha.
“Hmm.. Kalau begitu begini saja, kalian bisa minum di tempatku..” Kataku.
Aku berkata sambil tersenyum dan memberikan solusi kepada mereka semua. Ketiga teman Nhai yang mendengarkan perkataanku segera menganggukkan kepala mereka menyetujui usulanku ini.
Tetapi sepertinya Nhai tidak mendengarkan apa yang aku katakan. 😅
“Bagaimana dengan Hotel P'Tonhon? Kita belum pernah kesana..” Kata Nhai.
“…”
“Atau Hotel See juga terlihat baik..”
“Sudah cukup! Kamu hanya ingin yang gratis kan? Tentu kamu harus mendengarkan perkataan orang yang ingin mentraktirmu itu..” Kata Tonhon.
Tetapi hal ini merupakan perayaan bagi diriku sendiri juga karena mulai saat ini aku akan berusaha keras untuk mendapatkan Nhai. 😊
TBC
Vote and comment ☺️🙏
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro