Bab 22
Orang Yang Paling Lucu
Nhai Pov
Dalam Mimpi
“Hikk…Hik.. Hik..”
“Lebih baik kita putus saja, Nhai..”
“Kenapa?”
“Aku sudah bosan kepadamu. Aku sudah lama memikirkannya, bagaimana aku bisa berpacaran dengan orang sepertimu? Kamu bahkan tidak bisa membersihkan rumah, juga tidak bisa mencuci serta menyetrika baju. Setiap hari kamu hanya bisa tidur dan bermain game. Aku sudah muak..”
“Hik.. hik.. Bukankah kamu mengatakan bahwa kamu yang akan melakukan semuanya?"
“Saat itu aku sedang tergila-gila kepadamu. Sekarang aku sudah bosan. Aku bosan!”
Aku memandang Ai yang mengatakan perkataan bahwa dia sudah bosan padaku padahal dia sudah mengenalku dengan baik. Apa yang harus aku lakukan? 😣
Aku benar-benar menangis saat dia mengatakan hal itu di depanku. 😭
“Hik.. Hik.. Tidak bisakah kamu tidak berpisah? Jangan tinggalkan aku. Aku mohon padamu, Ai. Aku tidak akan mencari perkara denganmu, aku juga akan berubah. Hik.. Hik.. Jangan berpisah denganku na…”
“Tidak bisa, aku sudah mengatakan kepada Nong Nene bahwa aku akan putus denganmu, lalu berpacaran dengannya. Dia jauh lebih baik daripadamu dalam segala hal. Dia cantik, lembut dan mahir bermain musik. Hubunganku dengannya pasti akan baik-baik saja karena dia dapat menjagaku dengan baik tidak sepertimu!”
“Kamu tidak bisa meninggalkan aku dan melupakan aku dengan mudah seperti ini,Ai..”
Aku benar-benar menangis sekarang. Aku hanya bisa memohon kepada Ai dengan menggunakan bahasa Thailand sampai Ai mungkin tidak akan mengerti apa yang aku ucapkan ini.
Tetapi Ai tetap bersikap dingin bahkan dia menertawakan aku saat aku menangis semakin kencang. 😭
Seberapa pun erat aku memeluk kakinya, dia tetap saja meninggalkan aku. 😔
Perasaan cinta yang Ai rasakan kepadaku di masa yang telah lalu mungkin tidak nyata dan janjinya juga tidak akan pernah abadi.
Hatiku saat ini benar-benar hancur dan rasanya sangat sakit seperti hatiku pecah berkeping-keping.
Tidak lama aku merasa diriku semakin kecil dan berputar-putar di tengah pusaran pelangi yang menyebabkan aku merasa sakit kepala. Sampai aku berada di tengah padang rumput dan melihat sapi yang sedang mengunyah rumput secara perlahan lalu sapi itu menatapku serta mengangkat alisnya saat menatapku. 🤣🤣
Ada apa ini? 🙄
Dream End.
---
Masa Kini
“Ehm..”
Aku mulai bergerak di bawah selimut dan perlahan membuka mataku. Aku saat ini ada di atas tempat tidur yang besar dan menatap langit-langit yang berwarna hitam kecoklatan, aku terdiam beberapa saat sambil menunggu kesadaranku kembali dan otakku kembali bekerja.
Aku adalah Chen Nhai yang ada di rumah Aiyaret. 😊
Tadi malam aku tidak bisa tidur dan baru bisa tidur saat hari menjelang pagi dan aku tidak tahu pasti kapannya aku tertidur. Lalu aku baru saja bermimpi buruk. 😣
Aku mendengar suara alarm di ponselku berdering dan membangunkan aku dari mimpi yang di mimpi itu aku melihat ada seekor sapi yang terlihat tertawa sambil mengejekku.
Sial! Pergilah sapi!
Aku harus segera kembali ke dunia yang nyata sebelum kepalaku semakin sakit memikirkan mimpiku itu. 😅
Aku kemudian memutar tubuhku untuk mengambil ponselku yang membuat aku terbangun dari bantal yang empuk dan lembut di ranjang yang besar ini.
Aku merasa ruangan ini sangat sepi dan gelap karena hanya di terangi oleh cahaya lentera saja.
“Ai.. Ayo bangun sekarang..”
Aku memangil dan mengguncang pelan orang yang sedang berbalik ke arah yang lain. Aku melihat Ai mengambil bantal untuk menutupi wajah dan juga telinganya agar tidak mendengarkan suara alarm ponsel ini. Dia tahu bahwa sekarang sudah waktunya untuk kami bagun. 😅
“Ehmm.. Don’t distrub me when I'm sleeping..”
Dengarkan saja jawabanya itu!
Aku ingin membangunkannya sekali lagi, tetapi aku tidak melakukannya karena kami saling mencintai satu sama lain.
“Kalau seperti itu aku mandi duluan..”
Aku kemudian mengelurakan kakiku dari selimut dan menurunkannya ke lantai. Aku mengangkat punggung tanganku untuk menyeka air mataku yang turun dari mataku karena mimpi buruk yang aku alami itu.
Saat ini aku tidak peduli saat Ai mengerang dari tenggorokannya untuk menjawab perkataanku itu..
Aku duduk selama sepuluh menit karena masih merasa pusing. Aku membutuhkan beberapa menit untuk benar-benar terbangun sepenuhnya.
Ini adalah hal yang bisa terjadi setiap hari dan aku sudah terbiasa melihatnya.
---
Flash Back
Aku jadi ingat beberapa hari yang lalu, aku memperlihatkan foto Nene kepada Aiyaret saat aku ingin mengupload foto Nene di Instagram. Aku merasa mimpiku karena hal ini. 😑
“Ayo kita upload foto ini di Instagram, Ai..”
Saat itu jariku yang ramping sedang meluncur di apliksi Instagram dan aku berniat akan memposting foto diriku yang sedang berjalan-jalan di provinsi Nan ini.
Sampai aku menemukan salah satu postingan Nong di Fakultas kami yang sedang bermain piano dan aku tidak tahu bahwa hal itu akan membuat Ai berniat untuk ikut melihatnya. 🙄
“Eh, Nhai.. siapa nama gadis itu?”
“Dia adalah Nene. Kenapa? Apakah kamu suka padanya?”
“Hmm.. Dia cukup imut dan aku baru tahu jika dia bisa bermain piano. Ayo segera berhenti bermain ponselmu dan kita segera tidur..”
“Uhmmm..”
Flash End
---
Tetapi percakapan kami berdua hanya sampai di situ saja. 🤔
Pasti karena Aiyaret mengatakan bahwa Nene imut makanya aku jadi bermimpi yang aneh. 😣
Ai benar-benar sudah salah mengagumi Nene! Dia benar-benar sudah salah! 😅
“Ai.. Jawab pertanyaanku sekarang. Antara aku dan Nene siapa yang lebih imut?”
“Nene..”
“Sialan!"
Meskipun Nene lebih imut dariku.. Sial! Kenapa saat mendengar jawaban Ai hatiku terasa sakit.
Aku harus menerima kebenaran itu dan segera mengangkat tanganku untuk menepuk dadaku sendiri agar mengurangi sedikit rasa sakit yang saat ini dirasakan jantungku.
Aku berusaha untuk menghilangkan rasa sakit dari kebenaran yang aku dengar itu. Aku kemudian mengedipkan mataku beberapa kali, lalu menarik napas dalam-dalam sebelum aku berdiri untuk menenangkan diriku di dalam kamar mandi dan tidak lupa membawa ponselku untuk memutar lagu.
Lagu apa yang bagus untuk aku dengarkan? 🤔
Don’t say sorry by Lipta, bukankah itu bagus?
Atau Jangan menyesal saat aku pergi.. Hmm.. apa tidak ada lagi permintaan maaf dan penyesalan darimu. 😅
---
Ai Pov
Setelah aku mendengar Nhai berjalan ke arah kamar mandi, aku yang masih merasa mengantuk mulai bangun dan duduk di atas tempat tidurku. Mataku benar-benar belum mau terbuka saat ini..😅
Tetapi tentu saja aku sudah terbangun saat mendengar suara alarm ponsel Nhai berbunyi dan Nhai turun dari tempat tidur ini sampai dia berjalan ke dalam kamar mandi.
Omong-omong.. Tadi Nhai mengatakan siapa yang lebih imut dia atau Nene? Siapa Nene? 🤔
Setelah itu dia tiba-tiba berteriak dengan keras.. 🙄
Saat itu aku langsung terbangun sepenuhnya saat mendengar suara Nhai yang berteriak dengan kencang.
---
Ruang Makan
Saat kami berdua sedang berjalan menuju ruang makan, aku merasakan udara sejuk di pagi hari dan merasa segar karena bisa menghirup aroma rerumputan yang masih hijau.
Aku juga bisa melihat langit yang cerah dan hanya ada sedikit awan serta angin yang bertiup dengan perlahan. Ini adalah pagi yang sangat baik bagiku. 😊
Tetapi menjadi buruk karena suasana hati Nhai telihat buruk.
“Hei Nhai.. Kamu kenapa?” Tanya Chao Nan.
“Tidak apa-apa..” Balas Nhai.
“Nhai apa yang ingin kamu makan? Aku akan mengambilnya untukmu..”
Aku bertanya kepada Nhai saat kami sedang sarapan tetapi Nhai tetap tidak mau membalas pertanyaanku.
“...”
Aku tahu dan sadar bahwa saat ini Nhai pasti sedang marah kepadaku karena kami sudah saling mengenal satu sama lain dengan baik dan juga sudah hidup bersama-sama.
Aku rasanya sangat ingin bertanya padanya apa yang terjadi? 🤔
Tetapi saat ini kami sedang ada di meja makan dan hal itu tidak sopan sama sekali. Aku harus menahannya sampai aku bisa berbicara empat mata dengannya saja.
Setelah makan, aku segera menyeret Nhai untuk memeriksa barang-barang yang kami butuhkan di dalam mobil sebelum kami pergi.
“Kamu hanya minum cola dan tidak mau berbicara padaku, apakah kamu sedang sakit tenggorokan?” Tanyaku.
Aku melihat Nhai meminum kaleng Cola berwarna merah dan matanya menatapku dengan tajam. Dia menurunkan kaleng cola itu sebelum berbicara padaku.
“Kamu tidak boleh memuji dan mengatakan bahwa orang lain lebih imut dariku..” kata Nhai.
“Kapan aku memuji orang lain? Aku tidak pernah melakukannya dan kamu jangan mencari masalah..”
“Tadi pagi kamu yang mengatakan seperti itu padaku..”
“Kapan aku mengatakannya? Aku sama sekali tidak pernah mengatakan seperti itu..”
“Tadi pagi aku bertanya padamu siapa yang lebih imut antara aku dan Nene? Kamu menjawab Nene. Kamu benar-benar pacar yang sangat buruk! Kenapa kamu bisa mengatakan orang lain lebih imut dari pacarmu sendiri?”
Nhai mengatakan hal itu dan tangannya yang memegang kaleng cola terangkat dan menunjuk wajahku.
Aku bisa melihat tangannya terlihat gemetar dan bibirnya juga. Semakin dia banyak berbicara, semakin dia terlihat marah padaku. 🙄
“Ck.. Aku benar-benar tidak ingat mengatakan hal itu padamu..”
“Lalu apakah kamu tahu? Kamu bahkan meminta putus denganku dan kamu mau berpacaran dengan Nene!”
“Hah? Aku? Meminta berpisah denganmu?”
Aku semakin bingung dan mengernyitkan keningku saat mendengar perkataan Nhai. 🤨
Aku lalu segera meraih lengan atas pria yang saat ini terlihat gemeteran itu, membalikan tubuhnya agar menghadap kearahku.
Saat tubuh kami sudah berhadapan, aku segera menarik Nhai untuk aku peluk. Saat ini Nhai tidak meronta dan membiarkan dirinya aku peluk. Dia hanya diam saja..🤗
“Kapan dan dimana aku mengatakan hal itu? Lalu apa yang aku katakan? Ayo coba katakan padaku dengan jelas sekarang..”
“…Di dalam mimpiku..” 🤣
Aku benar-benar sangat terkejut saat mendengar jawabannya sehingga aku mencubitnya. 😅
“Aku akan mencubitmu..”
“Oui.. Kenapa kamu mencubitku?”
Nhai segera berteriak saat aku mencubitnya. Dia lalu menjauhkan tubuhnya dariku dan mengusap pinggangnya yang tadi aku cubit. 😅
Aku tahu dia pasti merasa kesakitan dan pinggangnya pasti akan berwarna hijau karena cubitan yang aku berikan.
“Ada pepatah kuno yang mengatakan jika kamu bermimpi buruk maka harus di cubit agar mimpi burukmu itu tidak menjadi kenyataan..”
“Tetapi menurutku kamu saja yang ingin mencubitku.”
“Jangan menampilkan wajah sedih seperti itu lagi. Siapa yang menyuruh kamu mencampurkan mimpi dan dunia nyata? Lalu kamu memfitnah aku akan meninggalkan kamu?”
Aku mengatakan hal itu dan berjalan mendekat lagi kepadanya dan mencium rambut Nhai.
“Hah.. Rambutmu begitu harum dan kamu juga begitu imut siapa yang berani meninggalkanmu?”
“Kamu.. kamu yang ingin meninggalkan aku..”
Saat mengatakan hal itu, aku tahu bahwa Nhai masih merasa marah kepadaku. Dia tidak peduli dengan apa yang aku katakan dan kembali berkata lagi.
“Kamu juga sudah mencubitku dan jangan harap aku akan memaafkan kamu..”
“Kamu bisa marah padaku, tetapi biarkan aku menciummu dulu. Aku ingin mencium pipi, bibir dan seluruh wajahmu..”
Kiss 😘
Setelah mengatakan hal itu, aku mendekatkan bibirku dan mencium wajah Nhai yang terasa hangat dan terus menciumnya sampai kulitnya basah oleh air liurku. 🤣
Pada akhirnya bibirku berhenti di depan bibirnya yang penuh. Nhai mengatupkan bibirnya dan terlihat tegang..Tetapi hal itu tidak membuat aku menyerah karena aku segera menjilati bibirnya baik itu bibir atas maupun bibir bawahnya, lalu sudut bibirnya dan juga menjilat ujung hidungnya. 😄
Sedangkan Nhai?
Dia masih merasa terkejut dengan apa yang aku lakukan saat ini. Dia hanya bisa membeku dan wajahnya memerah. 😊
Setelah dia sadar dengan apa yang aku lakukan, dia segera berteriak padaku. Saat aku mulai menjilati sepanjang tulang rawan di telinganya.
“Kalau aku jerawatan, aku akan lebih marah lagi padamu lebih dari sekarang..”
“Sungguh benar-benar sangat menakutkan..”
“Kamu benar-benar suka bersikap buruk dan suka menggodaku..”
Nhai segera mendorong dadaku dengan keras dan wajahnya segera berbalik lalu dia berjalan pergi.
Tetapi aku segera menahan tangannya.
“Kalau kamu tidak puas, ayo kita bertarung disini..”
“Aku tidak mau..”
“Hahaha…”
“Berhentilah tertawa sekarang, Ai! Aku tidak mau melawan orang bodoh seperti mu..”
“Baiklah..”
Aku masih tertawa sampai aku merasa mati rasa dan air mataku keluar dari sudut mataku karena reaksi Nhai yang sangat imut dan lucu sekali. 😂
---
Di dalam Mobil Ai
Nhai Pov
Saat ini aku menatap Aiyaret yang sedang duduk di sebelahku karena aku belum pernah melihat Ai sedang fokus seperti ini. 😊
Aku tahu bahwa Ai selalu melirik kearahku sepanjang perjalan kami saat dia mengemudi. Saat dia memiliki kesempatan, dia akan mengulurkan tangannya untuk dia letakkan di atas kakiku. 🤣
“Ayo kita berbincang-bincang agar perjalan ini terasa sedikit lebih cepat. Tidak apa-apakan?”
“Hmm…”
“Apakah kamu suka melihat bintang? Aku akan membawamu pergi ke Doi Samer Dao lain kali..”
“…”
“Aku ingin melihat cahaya di Utara. Ayo kita pergi dan melihatnya bersama-sama..”
Ai kemudian menarik tangannya dari kakiku dan kembali memegang kemudi saat jalan mulai tidak rata.
Kami bercakap-cakap tentang masa lalu kami, masa depan dan aku hanya mengikuti apa yang Ai bicarakan karena ketika dia diam saja maka aku tidak tahu harus berbicara apa lagi. 😅
Ai benar-benar bisa berbicara dengan manis untuk mendamaikan hatiku dan aku yang tidak terlalu pandai berbicara.
Sampai pada akhirnya aku menjawab perkataannya dan menjulurkan jari kelingkingku padanya.
“Aku setuju padamu dan kamu harus baik padaku serta berjanji tidak akan meninggalkan aku..”
“Aku bukan anak kecil lagi..”
Ai protes, tetapi pada akhirnya di setuju untuk menjulurkan jari kelingkingnya dan menautkan jari kami sebagai janji. 😊
Lalu kami berdua kembali duduk diam dalam waktu yang lama. Aku benar-benar tidak suka dengan suasana seperti ini. Mulutku benar-benar gatal jika tidak mendengarkan Ai berbicara.
“Ai.. Hal ini bukan berarti aku sudah memaafkan kamu. Tetapi kamu tidak boleh melupakan janjimu yang akan mengajak aku pergi untuk melihat cahaya di Utara bersama-sama denganmu ya..”
“Iya.. Aku kan sudah berjanji padamu tadi..”
Ai mengatakan hal itu sambil tersenyum lebar sehingga aku menyerah. Lalu Ai memegang tanganku dan meremasnya dengan lembut sebelum melepaskannya lagi lalu melanjutkan memegang kemudi lagi. 😊
“Aku pernah tinggal di Kanada dan bagaimana mungkin aku belum pernah melihat cahaya di Utara?”
“Aku dari dulu ingin pergi dengan ayahku melihat cahaya di Utara tetapi tidak sempat. Tetapi sekarang aku ingin kamu mengajakku untuk melihatnya dan kita bisa pergi bersama-sama sekalian pergi berbulan madu..”
“Jika kamu ingin melihatnya maka kamu harus pergi ke Swedia dulu baru bisa melihatnya. Aku sudah lama merencanakan hal ini, jika kita menikah maka aku ingin pergi berbulan madu dan melihat cahaya Utara di Swedia. Tetapi sekarang aku mungkin tidak akan menikah dan aku tetap ingin pergi kesana..”
“Bukankah aku baru saja mengatakan padamu bahwa aku ingin kamu mengajakku berbulan madu ke sana?”
“Kalau seperti itu, kita berdua harus menikah dulu baru bisa berbulan madu..”
“Yeah.. Lalu apa susahnya kan kita tinggal menikah saja bukan?”
“Kamu mengatakan hal itu seperti hal itu sangat mudah saja..”
“Aku sudah lama memilih untuk bersama-sama denganmu. Lalu seberapa sulitnya kita untuk menikah?”
“Hmm…”
“Kalau seperti itu kamu harus mengatakan dulu bahwa aku adalah yang paling imut..”
“Yeah.. Kamu yang paling imut dan aku cintai sampai akhir hidupku, hanya kamu..”
Ai mengatakan hal itu dengan napas sedikit terengah-engah karena hampir saja berteriak saat mengucapkan perkataan itu.
“Kita hanya berdua di dalam mobil ini, lalu kenapa kamu harus berteriak seperti itu saat kita sedang berbicara? Ini seperti ketika kita sedang bertengkar saja..”
“Kita tidak sedang bertengkar..”
Ai membalasku dan aku juga tahu bahwa saat ini kami tidak sedang bertengkar dan aku juga tahu bahwa suara Ai memang selalu keras seperti itu saat berbicara. 😊
“Yeah.. kita memang sedang tidak bertengkar dan aku sudah tahu apa yang harus aku tuju dalam hidupku juga. Ini hanya masalah kebiasaan buruk saja, seberapapun kita berusaha mengubahnya tetapi tidak akan pernah hilang..”
“Apakah kamu yakin?”
“Tentu saja. Karena dua-duanya adalah kamu. Kamu yang pemalu dan kamu juga yang suka mengomel..”
---
Parkiran perkemahan di Gunung
Ai Pov
Aku akhirnya keluar dari mobilku setelah berhasil memarkirkannya di area parkir perkemahan ini.
Mengemudi dalam jarak jauh satu hari sebelum ini dan mengemudi ke perkemahan ini membuat tubuhku menjadi lelah.
Aku mengepalkan tanganku dan meregangkan tubuh serta kakiku. Aku sedikit memutar tubuhku untuk menghilangkan rasa pegal yang aku rasakan.
“Argh.. Benar-benar sangat melelahkan..”
“Ai kamu harusnya berlatih 18 gerakan Tai Chi agar kamu tidak cepat merasa lelah..”
Nhai berkata kepadaku saat dia keluar dari dalam mobil sambil memeluk erat bantal yang dia bawa dari kamar tidurku.
Sebenarnya di perkemahan ini di sewakan tempat untuk menginap, tetapi Nhai yang biasanya suka berpergian sebagai backpacker lebih suka kita mendirikan tenda dan tidur di dalam tenda. 😄
Aku tahu jika kita tidur di dalam tenda, maka tidak akan bisa tidur dengan nyaman, makanya aku membiarkan Nhai membawa bantal dan juga selimut yang tebal di dalam mobil.
“Tai.. Tai apa?”
“Tai Chi, itu sangat bagus untuk tubuh. Aku pernah ikut berlatih bersama dengan ayahku. Semua rasa sakit di tubuhku menghilang, kulit juga akan terasa lebih baik, wajah menjadi lebih bersinar dan pikiran menjadi segar juga..”
“Aku merasa bahwa aku tidak perlu berlatih Tai Chi cukup berolahraga denganmu saja sudah membuat aku merasa baik-baik saja..”
“…”
“Semua rasa sakit di tubuhku menghilang, kulit juga akan terasa lebih baik, wajah menjadi lebih bersinar dan pikiran menjadi segar juga..”
Aku berkata seperti itu kepada Nhai dan segera merentangkan tanganku saat Nhai melemparkan bantalnya kepadaku. 🤣
Aku mengucapkan kalimat yang bermakna ganda dan Nhai yang mengetahui maksud perkataanku langsung melemparkan bantal yang dia pegang. 🤣
“Jika bantal ini jatuh ke tanah maka kita tidak akan mempunyai bantal lagi..”
“Kalau seperti itu maka kamu harus memegangnya dengan baik-baik, Hub. Ingat baik-baik, satu bantal bisa di tiduri oleh dua orang..”
Nhai mengatakan hal itu sambil mendekat kearahku dan menaik turunkan tangannya berulang kali sambil mengingatkan aku betapa pentingnya bantal itu.
“Baiklah..”
Aku menjawab dan menganggukkan kepalaku kepada Nhai. Aku menunjukkan bahwa aku sudah mengerti lalu kami pergi ke arah mobil teman-teman kami yang sudah memarikan mobilnya juga di dekat mobilku.
---
Perkemahan Gunung
Nhai Pov
Tidak lama kami semua sampai di area perkemahan dan terlihat begitu banyak orang karena ini adalah akhir musim hujan dan akan masuk musim dingin. Ini adalah harinya banyak turis berdatangan.
Kami benar-benar sangat beruntung karena masih memiliki kesempatan untuk datang kesini saat hari kerja sehingga tempat ini masih memiliki cukup privasi yang baik bagi kami semua. 😊
Kami semua segera berpencar untuk mendirikan tenda yang sudah kami siapkan. Kami akan makan malam disini dan tentu saja di tenda nanti, aku akan tidur dengan Aiyaret, Nine dengan Intha dan Ton dia ingin tidur sendiri.
Aku benar-benar sudah berhati-hati saat menelepon untuk memesan tempat ini. Saat tempat ini menjadi tujuan kami, aku berpikir hanya akan menyewa dua tenda saja yaitu tenda yang berisikan dua orang dan juga tiga orang. Tetapi Ton bersih keras bahwa dia ingin tidur sendirian, jadinya aku harus menyewa tiga tenda. 😅
---
Di dalam Tenda
Semua hal itu tidak sepenting argumen yang sedang aku perdebatkan dengan Ai di dalam tenda.
Yeah.. kami berdua sedang berdebat tentang camilan mana yang akan kami makan terlebih dulu. 😂
“Lebih baik kita makan yang bungkus kuning dulu..” Kata Ai.
“Tidak mau! Aku mau makan yang bungkus merah dulu..”
Aku segera menggapai tangan Ai dan mengambil camilan yang berbungkus merah, tetapi Ai segera merebutnya dari tanganku lagi.
Dia mengambil makanan ringan yang berwarna merah dan mengangkat tangannya tinggi-tinggi sampai menyentuh atap tenda. 😑
“Kenapa kita tidak membuka keduanya saja sekaligus dan memakannya. Apakah kita akan rugi?”
“Kita tidak akan rugi, tetapi itu terlalu banyak nanti kamu tidak mau makan apapun lagi..”
“Aku mau camilan itu, Ai.. kembalikan camilan itu padaku..”
Aku berkata kepada Ai berkali-kali sambil menggoyangkan tangannya.
Tetapi Ai tetap tidak memberikannya padaku, makanya aku segera berdiri dan duduk diatas pangkuannya agar bisa meraih camilan yang Ai pegang di atas kepalanya itu.
“Nhai.. Posemu ini benar-benar sangat tidak baik jika seperti ini. Kamu tahu itu?”
“Memang kenapa? Aku hanya ingin mengambil camilanku saja..”
Aku membalas perkataan Ai dengan biasa saja sambil tersenyum dengan lebar memamerkan gigiku yang putih dan tertata dengan indah.
Aku akhirnya bisa mengambil camilan yang ingin aku makan dari tangan Ai dan segera membuka bungkusnya. Tetapi aku tiba-tiba menjadi sadar saat Ai mendorong tubuhku ke atas matras di tenda ini. 😏
Apakah kami akan melakukannya di dalam tenda ini.. 🙄
Aku bisa merasakan keras dan lembabnya tanah yang menyentuh punggungku dan aku mulai ingin berteriak, tetapi sudah terlambat karena Ai segera menjatuhkan dirinya di atas tubuhku.
Dia segera menarik wajahku dan mencium bibirku, serta memasukkan lidahnya yang basah ke dalam mulutku.
Kiss 😘
Saat ini di luar tenda terasa panas karena masih siang dan matahari bersinar dengan terik sehingga kami berdua berkeringat.
Kami berdua berbaring di dalam tenda yang sempit ini sampai badan kami berdua terasa panas dan juga lengket. Aku merasakan tubuhku mulai mengeluarkan keringat banyak dan mulai membasahi pipiku.
Tapi kami berdua tetap tidak mau berhenti berciuman. Kami tidak mau berhenti dan semakin menempelkan tubuh kami berdua, di tambah junior kami berdua juga mulai terasa terbangun dan keras. 😅
Ai mulai menahan kedua pergelangan tanganku dan menekannya diatas matras ini, dan aku mulai berjuang untuk mencari cara agar bisa melepaskan diri dari ciumannya yang begitu intes…
Aku saat ini mulai kehabisan oksigen dan merasa tercekik, sehingga aku mulai protes dengan memalingkan wajahku ke arah lain.
Aku tidak ingin melalukan dengan Ai sekarang karena aku masih ingin makan bersama dengan teman-temanku bukan hanya berbaring dengan Aiyaret di dalam tenda ini. 😄
“Ai… sudah cukup! Aku tidak bisa bernapas..”
Aku mengatakan hal itu dan segera mencari oksigen lalu menghirupnya dalam-dalam saat Ai sudah menarik dirinya menjauh dari bibirku. Aku benar-benar kehabisan oksigen sampai dadaku bergetar dengan hebat naik turun.
“Aku benar-benar sangat ingin memakanmu, Nhai..”
“Apakah kamu masih belum puas? Aku tadi berpikir aku akan mati karena kehabisan oksigen dan menjadi hantu disini..”
Aku mengeluh kepada Ai, lalu aku segera memiringkan leherku agar bisa memeluk tubuh Ai. Lenganku saat ini masih melingkar di leher Ai, meskipun sekarang tubuh bagian bawah kami sudah terpisah. 😊
“Kita tidak akan berhubungan seks di sini kan?” Tanya Ai.
“Yeah.. aku tidak mau melakukannya karena akan sangat merepotkan. Kamar mandi sangat jauh dari sini..”
“Baiklah..”
Ai menjawab dan mengangguk setuju dengan perkataanku itu. Lalu dia mencondongkan tubuhnya untuk mencium keningku.
Kiss 😘
Lalu dia mulai bergerak dan mengatur pakiannya serta pakaianku juga. Aku segera mengangkat punggung tanganku untuk mengelap bibirku yang terasa lembab dan basah karena ciuman kami tadi.
“Sebenarnya kita berdua tidak harus selalu melakukannya karena aku sudah merasa cukup puas saat aku bisa tidur dan memelukmu..” kata Ai.
“Benarkah?”
Aku bertanya kepada Ai dan mengangkat alisku tetapi tidak mau menatap wajahnya, aku hanya meliriknya saja.
Aku antara setengah percaya dan juga tidak saat mendengar perkataan Ai itu, tetapi aku memutuskan untuk tidak mempercayainya. 😅
Saat ini aku berpikir bahwa aku harus segera keluar dari tenda ini secepatnya.
Sebenarnya aku tadi hanya berbohong kepada Ai dengan mengatakan bahwa kamar mandinya jauh dari sini. Sebenarnya itu bukan masalah untukku, lagian sedangkan yang lain juga masih tertidur. Aku hanya sedang tidak ingin melakukannya dengan Ai disini saja karena ini adalah tempat umum. 😊
“Jika aku ingin berpikir jahat saat melihat juniorku yang sudah tegang ini, maka aku tidak akan mengizinkan kamu untuk merapihkan pakaianmu sekarang dan menemui teman-temanmu..”
“Aku ingin menemui teman-temanku..”
Aku segera berlutut di depan pintu tenda kami dan memegang kasa logam dan hanya dengan satu tangan segera mengangkatnya. Aku bisa melihat Ai yang tersenyum jahat di sudut bibirnya.
Kejadian tadi benar-benar sangat cepat sehingga aku harus segera melarikan diri darinya sekarang. 😣
Yeah.. agar Aiyaret tidak bisa menangkapku dan kembali mengurungku di dalam tenda lagi tentunya.
---
Di luar tenda
Saat ini aku sedang berjalan-jalan melihat alam sekitar tenda tempat kami akan bermalam. Aku mulai menghitung bintang-bintang yang ada di langit dan memikirkan apa nama bintang-bintang itu?
Kami hanyalah anak-anak yang masih berusia sembilan belas tahun yang sedang berkemah.
Langit di Provinsi ini memang sangat indah. Aku kemudian mulai mengambil napas dalam-dalam untuk mengisi paru-paruku dengan udara yang terasa segar. Hal ini sangat berbeda dengan udara yang di dalam tenda tadi yang terasa menyesakkan dadaku.
Lalu Ai mengajak aku untuk memilih camilan yang akan kami makan besok dan aku menemukan camilan yang enak. Tentu saja orang yang harus membayar camilan itu adalah suamiku, Aiyaret. 🤣
Aku kemudian berhenti untuk bermain dengan teman-temanku dan berhenti mengotak atik angka. Saat ini waktu sudah sangat larut dan Ton juga baru saja meminta izin untuk tidur terlebih dulu.
Tidak lama aku dan Ai juga berjalan masuk ke dalam tenda kami yang sekarang terlihat sedikit sesak.
Aku masuk duluan ke dalam tenda dan merapihkan tenda itu sebentar sebelum menidurkan tubuhku setelah aku memikirkan sarapan apa yang akan kami makan besok. 😊
Aku berbaring di satu sisi yang lain dan menyisakan ruang untuk Ai berbaring di sisiku.
“Apakah kamu benar-benar bisa tidur disini, Nhai?”
Ai bertanya dan membentangkan selimut yang kami bawa dari kamarnya. Selimut itu benar-benar sangat bermanfaat karena saat ini aku yang tidak tahan dengan udara dingin sudah bergelung di dalamnya. 😅
Aku sudah terlihat seperti gumpalan kain sehingga Ai mencoba untuk menjauh dariku dan memperhatikan aku.
“Tetapi apakah sekarang kamu masih merasa kedinginan, Nhai?”
“Yeah.. Tidur di matras seperti ini benar-benar sangat dingin sekali..”
“Apakah kamu ingin memakai baju double?”
Ai bertanya sambil melepaskan kaos luar yang dia kenakan dan menyerahkannya kepadaku untuk aku pakai. Aku yang melihatnya hanya mengangkat alisku dan segera memakainya lalu kembali berbaring lagi. 😊
“Kamu pastinya pernah menjadi beruang kutub di kehidupan sebelum ini, Ai. Udara sedingin ini dan kamu malah melepaskan bajumu saat akan tidur..”
“Haha.. Jika kamu masih merasa kedinginan maka kamu bisa datang kepadaku dan mencium aku. Maka kamu akan tahu bahwa saat ini aku sedang kepanasan dan berkeringat..”
“Tidurlah dan jangan biarkan aku menyentuhmu atau kamu hanya mementingkan keuntungan dirimu sendiri saja..”
“Aku tidak mencintai diriku sendiri saja, tetapi aku mencintaimu, Nhai. Aku sedang tidak bercanda karena aku memang merasakan hal seperti itu padamu. Apakah kamu mau menerima cintaku ini?”
Ai mengatakan nya dengan nada suara yang rendah.
“Hwek.. Aku benar-benar mau muntah mendengarnya..”
Setelah itu aku mendengar Ai tertawa pelan. Aku melirik dengan sudut mataku untuk melihat Ai dan dia segera menurunkan hidungnya ke atas bahuku.
Aku tidak tahu apakah karena saat ini kami hanya mengenakan satu bantal berdua sehingga terasa tidak terlalu nyaman untuk tidur. Jadi aku menggunakan bahu Ai untuk menjadi bantalku sekarang. 😅
“Dalam situasi saat ini, bisakah aku menjawabnya lain kali? Ayo sekarang kita tidur karena besok kita harus bangun pagi-pagi untuk melihat lautan yang berkabut dan matahari terbit..”
Aku mengatakan hal itu kepada Ai sambil memejamkan mataku.
Kiss 😘
Lalu tidak lama aku merasa ada tekanan di atas dahiku.
Ai mencium keningku sebelum kami berdua tidur dan hal ini adalah sudah menjadi kebiasaan kami berdua dan Ai akan mengatakan kepadaku semoga mimpi indah. 😊
---
Nhai Pov
Aku terbangun dari tidurku saat merasakan di sampingku tidak ada sosok Ai. Aku kemudian terbangun dan membuka mataku lalu duduk untuk mencari Ai.
Mungkin Ai sedang pergi ke toilet kali ya? 🤔
Huh.. aku juga ingin ke toilet. 😅
Tetapi aku terlalu malas untuk bergerak sebenarnya, tetapi sepertinya kandung kemihku tidak mau berkompromi lagi dan harus segera di keluarkan. Aku akhirnya memaksa diriku untuk bangun dan berjalan ke luar tenda.
Saat aku keluar dari tenda, udara dingin dan angin yang kencang langsung menerpa wajahku. Tetapi aku tetap menolak dan mengakui bahwa saat ini aku sudah terbangun sepenuhnya. 😅
Aku kemudian berjalan lagi ke dalam tenda untuk mengambil selimut dan menutupi diriku sebelum berjalan keluar tenda lagi.
Begitu aku sudah ada di luar tenda, aku bisa melihat Ai sedang duduk di sisi luar tenda dan aku hanya menatapnya dengan pandangan bingung. 🙄
“Kamu mau kemana, Nhai?”
“Mengapa kamu duduk di luar tenda seperti ini? Apakah kamu ingin membuat aku terkejut?”
“…”
“Kamu tadi bertanya aku ingin kemana? Aku ingin pergi ke toilet untuk pipis..”
“Kalau seperti itu, ayo kita pergi bersama-sama..”
“Hmm.. Jadi apa yang kamu lakukan di luar tenda?”
“Aku kepanasan dan tidak bisa tidur, makanya aku keluar tenda untuk duduk sambil memikirkan sesuatu..”
Ai berkata ketika kami berdua sedang berjalan berdampingan dan sepatu kami menginjak rumput serta daun kering sepanjang perjalanan ke toilet. Kami tidak berpegangan tangan, hanya berjalan dan tidak berpelukan juga. Tetapi kami tetap memperhatikan satu sama lain melalui tatapan mata kami. 😊
“Apakah kamu merasa tidak nyaman disini?”
“Tidak.. Aku selalu merasa nyaman saat aku bersama-sama denganmu sepanjang waktuku..”
Ai mengatakan hal itu sambil tersenyum dan kami mulai melihat cahaya redup dari lampu kamar mandi yang semakin dekat.
“Kamu lagi-lagi mengatakan hal yang tidak masuk akal..”
“Apa yang tidak masuk akal? Itu semua yang aku pikirkan..”
“Benarkah?”
“Hmm..”
“Sudahlah aku benar-benar ingin pipis sekarang..”
“Berikan selimut itu padaku..”
Aku segera memberikan selimut yang aku kenakan kepada Ai sebelum masuk ke dalam toilet.
---
Ai Pov
Aku segera menerima selimut yang di serahkan Nhai kepadaku. Selimut itu terasa hangat dan ada aroma tubuh Nhai yang menempel di sana. 😊
Aku berdiri di depan toilet dan menunggu Nhai menyelesaikan urusannya beberapa saat, tidak lama aku melihat Nhai keluar dari toilet dan berjalan mendekatiku sambil mengusapkan tangannya yang basah ke bajunya. 😅
“Mengapa kamu mengelap tanganmu yang basah ke bajumu? Hal itu tidak baik untuk mengeringkan tanganmu, kamu tidak bisa menyeka di bajumu sendiri karena akan basah dan kamu juga memakai pakaian itu untuk tidur. Jangan jorok!”
“Hm.. terima kasih sudah menceramahi aku malam-malam seperti ini…”
“…”
“Lalu apa yang kamu pikirkan tadi? Ayo ceritakan padaku dan aku akan membantumu mencari jawabannya..” Nhai bertanya padaku.
Ketika kami berdua mulai berjalan lagi meninggalkan toilet untuk kembali ke tenda.
“Saat aku melihat langit, aku berpikir kenapa di dalam drama Khun Kam, Koburi ingin menunggu Angsumalin di galaksi?”
“Mungkin hal itu agar bisa membuat Koburi nyaman..”
Saat Nhai mengatakan hal itu, kakiku yang sedang berjalan segera berhenti dan tidak melihat ke arah langit lagi. Aku melihat mata Nhai yang sedang berkedip-kedip seperti cahaya bintang sedang menatapku.
Saat ini bintang di atas langit tempat kami berada sangat banyak dan jarang bisa melihat hal seperti ini. Momen ini sangat bagus untuk berfoto.
“Hmm.. Kamu benar-benar minta dipukul, Nhai. Untung kamu tida mengatakan bahwa karena Koburi adalah pasangan Angsumalin maka memang harus berada di galaksi bima sakiti ini…”
“Huk.. Huk.... Aku akan berhenti bercanda sekarang..”
Nhai mengatakan hal itu, tetapi tidak tersenyum dengan begitu lebar, dia hanya berdiri dengan diam karena batuk sambil menutupi kepalanya dengan selimut. Dia menutupi badannya sampai hanya wajahnya saja yang terlihat. 😅
“Apakah kamu tahu festival Tanbatha di Jepang? Hal itu ada legendanya dan masih ada hubungannya dengan galaksi Koburi..”
“Hmm..”
“Yeah.. dahulu kala ada seorang gadis cantik yang pekerjaannya adalah menenun. Suatu hari, gadis itu merasakan jatuh cinta kepada seorang pengembala sapi. Mereka saling menggoda lalu tidak lama menikah. Mereka berdua sangat mencintai satu sama lain sehingga pekerjaan gadis itu tidak selesai makanya gadis itu di hukum oleh ayahnya. Mereka berdua harus berpisah dan tinggal di tempat yang berlawanan di Bima Sakti ini. Mereka harus bekerja keras agar mereka bisa bertemu setahun sekali pada hari Tanbatha yaitu ketika Bima Sakti akan terlihat..”
“Siapa yang memberitahukan cerita ini padamu?”
Aku bertanya kepada Nhai karena merasa sedikit terkejut dia mengetahui hal itu sambil mendongak menatap langit yang Nhai pandang.
“Ayahku yang menceritakan hal ini padaku ketika kami pergi ke Jepang. Keinginan Koburi sangat besar saat dia ingin menemui Angsumalin karena hanya setahun sekali..”
“Koburi mungkin ingin Angsumalin bisa hidup dengan baik saat dia tidak ada seperti yang di ceritakan di legenda. Mereka harus bekerja keras dulu baru bisa bertemu satu tahun sekali..”
“Mengapa rumit sekali? Aku jadi malas memikirkannya..”
“Ouh.. Itu memang kebiasaanmu..”
“Hm.. sekarang sudah jam berapa?”
Nhai bertanya dan tidak mau mengankat lengannya sendiri seperti biasa untuk melihat jam. Meskipun Nhai juga memakai jam sama sepertiku, dia memang memiliki kebiasaan yang aneh, aku juga punya. 😊
Kebiasaan anehku adalah aku sangat suka saat sudah jam waktunya tidur. Sebelum tidur, aku pasti harus menggoyangkan tangan dan kakiku sebanyak lima kali dulu sebelum aku bisa tertidur. 😄
Bukankah hal ini lebih aneh dari kebiasaan Nhai! 🙄
“Sekarang sudah jam 5.50..”
“Kalau seperti itu, kita tidak usah tidur lagi. Mari kita mencari tempat duduk dan menunggu matahari terbit bersama-sama..”
Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya. Lalu aku segera meraih pergelangan tangan Nhai yang terasa dingin dan kaku, lalu menggoyangkan tangannya selama kami berdua berjalan bersama-sama.
Ketika aku sudah menemukan tempat yang terasa sunyi, aku segera duduk dan menarik lengannya agar duduk di sebelahku. 😊
Aku segera menarik selimut tebal yang dari tadi menutupi tubuh Nhai. Aku berhasil membuka selimut itu lebar-lebar, menyampirkannya di tubuh kami berdua agar terbungkus dengan sempurna.
“Ini baru terasa hangat..”
“Bukankah suasanya sangat romantis?”
“Maksudmu aku?”
“Hm.. Kamu salah satunya dan suasana disini juga..”
Nhai mengatakan sambil tersenyum dengan lebar sambil mendekatkan tubuhnya ke arahku, lalu aku melingkarkan lenganku di tubuhnya.
“Aku mencintaimu Nhai..”
Aku mengatakan perkataan manis itu sambil menempelkan pipiku ke pipi Nhai yang bulat dan di dekat sudut bibirnya.
“Kamu mengatakannya dengan tidak romantis lagi.”
Nhai mengatakan hal itu dan wajahnya memerah, di tambah aku bisa merasakan suara detak jantung di dada kirinya terdengar berdetak dengan kencang. 🤣
“Lalu apa yang harus aku lakukan biar terlihat lebih romantis lagi? Coba kamu tunjukkan padaku..”
“Tentu saja… kita harus berciuman dulu baru mengatakannya..”
Aku merasakan wajah Nhai menoleh ke arahku dan segera sedikit bergerak ke belakang. Aku berpikir targetnya adalah bibirku. 😅
Kiss 😘
Aku memang sudah menunggu Nhai menciumku dan segera menurunkan wajahku untuk menerima ciuman darinya. Kami berdua berciuman sambil tangan kami saling membelai.
“Aku mencintaimu..”
Nhai menggerakkan bibirnya dan mengucapkannya dengan suara yang lembut. 😊
Saat ini kami berdua sedang menyatukan dahi kami dan ujung hidung kami masih berdekatan. Aku bisa merasakan napas panas yang berhembus dari hidungnya.
“Bagaimana kalau aku ingin mendengarnya lagi?”
“Ya kita berciuman lagi..”
“Lalu bagaimana kalau aku ingin mendengarnya setiap hari? Apakah aku harus menciummu setiap hari juga?”
“Kenapa kamu ingin mendengarnya setiap hari? Katakan saja di hari-hari tertentu seperti hari Buddha. Jika mengatakannya setiap hari, menjadi tidak akan spesial lagi..”
“Hmmm.. Dalam sebulan hanya ada 4 hari Buddha, bukankah itu terlalu sedikit?”
Aku segera memprotes saat Nhai mengatakan hal itu. 😄
“Saat ini aku sedang berusaha untuk memperbaiki suasana, Ai. Tetapi kamu selalu saja merusaknya lagi. Apakah kamu sangat ingin mencari masalah dan bertengkar denganku?”
“Siapa yang ingin mencari masalah? Kamu yang membuat aku ingin bertengkar denganmu. Cinta bukanlah benda yang suci..”
“Hancur.. Semua sudah hancur.. Suasana romantis yang aku rasakan sudah hancur..”
Nhai mengatakan hal itu sambil mengangkat alisnya lalu melihat ke langit malas berdebat denganku. Biasanya kami memang seperti ini, sebentar berbicara dengan baik lalu berdebat. Terkadang Nhai yang memulainya duluan dan terkadang aku tidak tahu siapa yang memulainya duluan. 😅
Kami akan berdebat sampai kami merasa lelah dan akhirnya kami akan tetap kembali duduk bersama-sama seperti seperti sebelumnya.
Yeah.. aku sangat suka seperti ini.
“Tetapi cintaku padamu tidak akan mudah berakhir, Nhai..”
Aku senang saat bersama-sama dengannya.. 😊
“…”
“Jadi sekarang ayo berikan aku satu ciuman lagi dan aku akan selalu menuruti apapun yang kamu inginkan...”
Aku berpikir saat aku mengatakan hal ini maka Nhai akan merasa senang.
“…”
Aku menunggu Nhai memikirkan perkataanku ini.
Tetapi tidak lama aku melihat wajahnya yang tadinya terlihat cemberut sekarang sudah berubah menjadi tersenyum lebar sampai matanya menyipit. Lalu dia segera berbalik menatapku dan mencium bibirku lagi.
Kiss 😘
Bukit ini menjadi saksi ciuman panjang kami berdua karena kami tidak hanya memberikan satu ciuman saja.
The End
Yeah.. Akhirnya ampe bab akhir juga.. 🥰🥰
Bentar lagi benar-benar kita harus mengucapkan say bye2 kepada Ai dan Nhai ya..
Gimana cerita mereka bagus kah?
Vote and comment na 🙏😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro