Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 20


Berjuang

Nhai Pov

Aku mengerutkan keningku saat aku melihat mereka turun dari mobil mereka dan menyapaku. 🤨

“Pose berdirinya sudah seperti seorang pria yang ada di dalam MV musik saja..” Kata Intha.

“Hei Nhai.. Dimana Ai?” Tanya Nine.

“…”

“Oh ya, Nhai.. Ini adalah Nong yang aku ceritakan kemarin. Namanya adalah Chonlatte dan Chonlatte kenalkan dia adalah P'Nhai..” Kata Ton mengenalkan aku pada Nongnya.

“Hello, Phi Nhai..” Kata Chonlatte menyapaku.

“Hello..”

“Hei Nhai.. Ada apa? Kamu terlihat kesal..” Kata Nine lagi.

“…”

Aku saat ini sedang cemberut dan bersandar di depan mobil Ai menunggu teman-temanku datang. Aku tidak marah kepada mereka karena mereka telat datang tidak seperti yang sudah kami janjikan.

Aku kembali merasa kesal saat melihat Ai berjalan mendekatiku dan memegang lenganku.

“Ouih..”

Aku mengindari sentuhan tangannya Ai.

“Apakah kalian berdua bertengkar?” Tanya Nine.

“Hmm.. Dia sedang marah padaku. Bagaimana ini? Dia tidak mau naik ke dalam mobilku.. ” Kata Ai.

Ai masih memegang lenganku dengan lembut dan berusaha untuk meminta bantuan teman-temanku dengan memandangi mereka satu persatu.

“Kenapa kamu marah padanya, Nhai?” Tanya Nine lagi.

“Semalam Ai benar-benar sangat berisik sekali sampai aku benar-benar tidak bisa tidur. Sekarang aku benar-benar sangat mengantuk..”

Aku mengatakannya sambil sedikit berteriak dan kemudian aku berbalik untuk mengambil bantal leher untuk di letakkan di leherku.

Aku kemudian mengangkat kepalaku dan mengeluh kepada teman-temanku. Tetapi aku melihat Ton sedang memegang babi panggang di tangannya.

“Hei.. Kenapa ekspersi wajahmu seperti itu, Ton? Kamu membuat aku semakin kesal saja..”

“Memang kalian melakukan apa sampai kalian berdua tidak bisa tidur? Aku  jadi tidak bisa berpikir dengan baik saat mendengar perkataanmu..” Kata Ton.

Dia kemudian menjulurkan ujung telunjuknya sambil menunjuk kami berdua. Aku menolak untuk melihat wajahnya dan hanya melihat jarinya yang sedang menunjuk diriku.

“Bukan hal seperti itu yang aku maksud, hei! Ai memaksaku untuk terus menemai dia mengobrol dan ketika aku hampir tertidur, dia terus menusuk lenganku lagi, dan terus saja berbicara..”

Aku berusaha untuk membuat alasan, tetapi tampaknya semakin aku mencari alasan, aku semakin akan digoda oleh Ton. 😑

“Terus apakah Ai hanya menusuk lenganmu saja? Hei, Ai! Kenapa kamu sangat jahat sekali kepadanya?” Tanya Ton.

“Tutup mulutmu! Ai ayo kita masuk kedalam mobil! Aku sekarang marah dengan Ton dan tidak ingin naik mobilnya lagi..”

“Kamu mau naik mobil Ton karena tadi kamu sedang marah kepada Ai dan sekarang kamu marah kepada Ton, lalu kamu mau kembali naik mobil Ai. Kamu itu benar-benar mudah berubah pikiran dan sangat suka mencari masalah dengan orang lain. Lebih baik kalau seperti itu kamu pergi saja sendiri dengan Harleymu itu jadi tidak perlu merepotkan orang lain.” Kata Nine.

“Kamu jangan mulai memporvokasiku, Nine. Kita akan pergi ke provinsi Nan bukan ke distrik Langsi. Aku tidak akan sebodoh itu dengan naik motor sendirian…”

Ketika aku hanya melihat Nine mengangkat alisnya saja saat mendengar perkataanku dan sama sekali tidak terpengaruh sama sekali. 

Aku kemudian melangkah mendekatinya dan segera mengambil sekantong daging babi panggang dan nasi ketan yang ada di tangan Ton. Setelah itu, aku segera berbalik dan membuka pintu mobil Ai dan duduk di dalamnya.

Aku membiarkan teman-temanku berdiri dan mentertawakan aku karena sikapku seperti anak-anak.

---

Di luar Mobil Ai

Ton Pov

“Ai, jika kamu tidak bisa membantahnya maka kamu harus lari saja. Aku tadi memang sengaja membuat Nhai kesal padaku sehingga dia tidak marah lagi padamu..”

Aku mengatakannya sambil menepuk bahu lebar Ai setelah aku melihat pintu mobil Ai di tutup dengan keras di depan wajahku.

“Hm.. Baiklah. Terima kasih sudah mau membantuku. Sekarang dia malah semakin marah padamu..” Kata Ai.

“Yeah.. aku tahu bahwa dia pasti sekarang lebih marah padaku daripada sebelumnya..”

“Hmm..”

“Dasar bodoh.. Nhai hanya merasa mengantuk dan lapar saja saat ini makanya dia marah. Bagaimana kamu tidak tahu itu?” Tanyaku sambil mengangkat alisku.

“Aku tahu dan aku akan membiarkan dia seperti itu. Aku tahu dia tidak akan pernah tahan marah lama-lama padaku dan tidak akan tahan marah lewat dari malam ini..” Balas Ai.

Saat aku mendengar jawaban Ai, aku hanya bisa melongo. 😅

“Sepertinya aku sudah tahu jawabnnya kenapa Nhai bisa seperti itu. Ayo kita segera pergi..”

Aku kemudian mengatupkan kedua tanganku dan segera berjalan ke arah mobilku sendiri. Aku membiarkan Ai tertawa.

---

Di Dalam Mobil Ai

Ai Pov

Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku saat aku masuk ke dalam mobilku sendiri.

“Aku benar-benar sangat mengantuk..” Kata Nhai.

Dia mengatakan hal itu saat kami sedang dalam perjalanan. Dia sekarang sudah kembali dalam suasana hati yang terlihat jauh lebih baik daripada sebelumnya.
Aku tahu bahwa babi panggang yang tadi di beli oleh Ton di restoran Chao Racha rasanya sangat enak sehingga bisa mengubah suasana hati Nhai menjadi lebih baik.

“Apakah kamu ingin tidur atau aku harus menciummu dulu sebelum kamu tidur?”

Aku berpura-pura bertanya padanya. 😏

Aku bersiap-siap untuk mendekatinya dan aku tersenyum lebar saat Nhai menghadapku. Dia lalu menggunakan jari telunjuknya untuk menujuk keningku dan menujuk posisi kami saat ini.

“Jangan cium aku disini, Hub. Kita tidak bisa berciuman disini..”

“Apakah kamu masih marah padaku sehingga tidak membiarkan aku menciummu?”

“Jika aku masih marah padamu maka aku tidak mau berbicara padamu. Kita tidak harus berciuman sekarang karena sekarang kita sedang di jalan dan jangan coba-coba untuk melakukan hal itu disini, dasar Brengsek!”

Nhai mengatakan hal itu dan memutar matanya dengan malas sambil menatapku. Setelah itu, dia segera berbalik dan membaringkan dirinya di kursi mobil ini lagi.

Aku melihat Nhai berusaha untuk mengedipkan matanya beberapa kali untuk menghilang rasa kantuk yang dia rasakan saat ini. 😅

Tadi malam Nhai benar-benar tidak tertidur karena mendengarkan ceritaku, tetapi alasan lain aku banyak berbicara padanya adalah karena aku melihat dia merasa gelisa.

“Apakah kamu masih merasa khawatir? Tidak akan terjadi apa-apa di rumahku..”

“Yeah.. Aku merasa khawatir dan juga tengang karena aku akan bertemu dengan ayahmu dan Nan. Apakah kamu tidak bersemangat?”

“Aku merasa sedikit bersemangat karena mereka sangat menyayangi aku sebagai anaknya. Tetapi aku tetap harus bertanya pendapat ayahku dulu tentangmu..”

“Tetapi aku merasa khawatir bahwa nanti ayahmu dan juga Nan tidak menyukaiku saat melihatku nanti. Aku merasa khawatir bahwa mereka akan meminta kamu untuk putus denganmu..” Kata Nhai sambil menatap tangannya sendiri.

Saat ini aku melihat dia menggunakan tangannya untuk bermain-main di kulitnya sendiri karena saat ini dia sedang memakai celana jeans yang robek-robek yang saat ini sedang trend. Dia merasakan cemas dan juga emosional saat ini sehingga tidak terlihat seperti biasa.

“Di rumah, aku di bersarkan dengan sangat baik dan ayahku berharap jika dia meninggal nanti akan ada yang menjadi penerusnya. Jika aku sudah mencintai seseorang karena mereka mencintaiku maka mereka pasti akan menerimanya. Percayalah padaku. Jika kamu merasa tengang maka kamu bisa menggenggam tanganku. Jika kamu tidak merasa nyaman, maka kamu bisa mengenggam tanganku seperti ini. Jadi mari kita lalui semua ini bersama-sama. Kamu bisa terus menggenggam tanganku sampai kamu merasa tanganmu basah oleh keringat..”

“…”

“Aku tidak akan membiarkan kamu merasa di permalukan lagi seperti saat kamu bersama dengan ibuku. Percayalah bahwa ayah dan Nan pasti akan menyukaimu..”

“Hal itu yang aku takutkan, aku merasa takut bertemu dengan mereka karena aku bukan tipe orang yang seperti selama ini kamu ceritakan kepada mereka. Bagaimana ini?”

“Bagaimana bisa tidak sama seperti dengan apa yang sudah aku ceritakan? Aku selalu mengatakan kepada mereka apa adanya dirimu yang sebenarnya..”

“Memang kamu mengatakan apa saja kepada mereka?”

“Yeah.. Aku mengatakan bahwa kamu adalah orang yang sangat lucu. Jika kamu tersenyum bisa membuat aku tergila-gila dan juga beberapa keanehanmu yang lain, tetapi aku juga menceritakan pesona dirimu. Oh ya.. aku juga mengatakan bahwa kamu adalah orang yang sangat romantis..”

Aku mengatakan semua itu sambil tersenyum dan mengalihkan pandanganku sejenak dari jalan raya untuk melihat Nhai sebentar.

“Tampaknya ceritamu tentang diriku cukup baik. Tetapi hal itu tidak baik juga, entahlah aku tidak tahu..” Kata Nhai.

Kemudian dia menggaruk belakang lehernya saat mendengarkan perkataanku. Aku tahu karena dia merasa mengantuk sekarang maka otaknya menjadi lebih lambat. 😅

Tetapi aku tahu dia merasa senang aku memujinya.

“Kamu hanya perlu percaya pada dirimu sendiri dan semuanya akan berjalan baik-baik saja..”

“Aku juga berharap akan seperti itu..”

Setelah itu mobil ini menjadi kembali sunyi karena mata Nhai benar-benar sudah tertutup sekarang. ☺️

Aku bisa mendengar suara napasnya yang lembut dan konstan. Aku merasa dia sudah berada di dalam mimpinya sekarang.

Aku sudah berniat akan melakukan semuanya dengan baik malam ini, tetapi Nhai masih saja mengalami kecemasan selama perjalanan kami.

Bahkan saat teman-temannya mencoba untuk membuat lelucon saat kami sedang berhenti untuk makan siang atau saat dia sedang membuka jendela mobil untuk memotret pemandangan di perjalaan, tetap saja tidak bisa mengurangi kecemasan yang Nhai rasakan.

Nhai nampaknya semakin merasa cemas saat matahari mulai terbenam dan perjalan kami sudah mulai melihat rumah yang bergaya Thailand.

Nhai seperti sedikit merasa terpana saat melihat rumahku. 😅

---

Provinsi Nan

Depan Rumah Ai

Nhai Pov

“Kita sudah sampai di rumahku. Ayahku dan Nan juga sudah menunggu kita di luar rumah..” Kata Ai

“Ai.. tiba-tiba perutku terasa sakit..”

Setelah mengatakan hal itu, aku segera membungkuk dan memegangi perutnya. Saat ini bagian dalam perutku terasa semakin melilit dan benar-benar terasa tidak enak. 😣

“Jangan katakan padaku bahwa kamu sakit perut  sekarang.”

“Yeah.. aku sakit perut sekarang. Bagaimana bisa aku tahu akan sakit sekarang?”

“Kalau begitu ayo kita turun sekarang dan segera cari makan agar kamu bisa minum obat..”

“Bisakah aku tidak perlu keluar dari mobil ini?”

“Tidak! Ayo cepat keluar. Mereka semua sudah keluar dan menunggu kita berdua. Aku juga sudah merasa lapar. Di dalam rumahku Nan pasti sudah menyiapkan banyak makanan..”

Setelah mengatakan hal itu, aku melihat Ai meliat ke arah luar mobil dan melihat teman-temanku sudah turun dan memberikan hormat kepada ayahnya dan juga Chao Nan.

Mereka terlihat bingung mengapa aku dan Ai masih belum juga keluar dan turun dari mobil saat ini.

“Ai.. Biarkan aku menarik napas dulu sebelum turun..”

“Kamu memilih untuk keluar sendiri dari mobil ini atau aku gendong seperti seorang pengantin wanita?”

“Baiklah.. Baiklah.. Aku akan turun sekarang. Aku benar-benar sangat gugup seperti merasa akan turun ke medan perang. Apakah kamu tahu bahwa aku sama sekali belum siap?”

“Hmm.. Ayolah..”

---

Depan Rumah Ai

Ai Pov

Akhirnya kami berdua segera turun dari mobil.

“Hello Ayah dan Nan..”

“Hello Ai..” Sapa ayah dan Nan secara bersama-sama.

“Hello Paman.. Hello Nan.. Aku Chen Nhai. Paman Sipp terlihat masih sangat tampan dan Chao Nan juga jauh lebih tampan daripada yang diceritakan oleh Ai..”

Aku sedikit tersentak saat tadi Nhai mengeluh kepadaku dan aku tidak menyangka bahwa Nhai akan memanggil ayahku dan juga Nan serta memberi hormat kepada mereka berdua dengan sikap begitu rendah hati. Nhai juga memperkenalkan dirinya dengan suara yang rendah dan dengan nada yang terdengar sangat menyenangkan.

“Ai mengatakan bahwa Paman Sipp lebih tinggi darinya dan Nan.. terlihat sangat baik. Ai sudah menceritakan tentang kalian sangat banyak padaku..” Kata Nhai sambil tersenyum.

Aku melihat wajah Nhai sedikit membeku saat dia menatap mata Nan secara langsung. Wajah Nhai yang cantik dan matanya yang berwarna hitam berkedip secara perlahan. Ketika aku menatapnya, aku tidak bisa tahu persis bagaimana perasaannya sekarang.

“Kami juga sudah banyak mendengar tentangmu dari Ai..” kata Chao Nan.

Lalu Nan berbalik untuk berbicara padaku.

“Jika dia dilihat dari jauh, dia terlihat sungguh mirip denganku..” Kata Nan.

“Sudah aku bilang bahwa kalian berdua mirip. Bagaimana? Apakah dia ok?”

“Aku tidak akan mengatakan apapun lagi jika kamu sudah menyukainya. Omong-omong apakah kalian sudah lapar? Aku sudah menyiapkan makanan laut karena aku mendengar kalian menyukainya. Jika besok pagi kalian ingin pergi ketempat lain maka kalian harus cepat makan dan pergi tidur..” Kata Nan.

Setelah mengatakan hal itu, Nan yang saat ini sedang memakai pakaian adat segera melangkahkan kakinya untuk menuju tangga jati rumah kami.

Kalimatnya tidak terkesan memerintah, tetapi semua orang yang mendengarkannya akan patuh dan mengikutinya.

“Ai…”

Aku mendengar Nhai memanggilku dan dia terlihat masih berdiri dengan tegang dan tidak melangkah sama sekali, tetapi dia menarik bajuku sementara teman-teman kami sudah mulai berjalan ke dalam rumah.

“Hm..”

“Nan, apakah dia baik-baik saja denganku?”

Tetapi orang yang menjawab pertanyaan Nhai bukan aku, tetapi ayah Sippakorn.

“Kamu tidak perlu merasa khawatir dan jangan berpikir terlalu banyak.  Ayo kita masuk ke dalam..” Kata Ayahku sambil menepuk bahu Nhai.

“Ah.. Baiklah..”

---

Ruang Makan Rumah Ai

Ai Pov

“Semua makanan ini disiapkan khusus oleh Nan untuk kalian semua. Jika kalian suka maka makanlah yang banyak. Jadi tidak menyakiti orang yang sudah susah-susah menyiapkan ini semua dengan sepenuh hatinya dan jangan sampai pengorbanan makhluk di Teluk Thailand sia-sia dan bersiaplah untuk kekeyangan..” Kataku.

“Tidak masalah. Aku akan memakan semua makanan ini sampai habis. Makanan ini dari Teluk Thailand dan Laut Andaman..” Kata Nhai.

Nhai mengatakan hal itu dengan suara yang keras dan menggerakan kakinya ke depan seperti orang yang tidak mempunyai pikiran. 😅

Moment seperti ini benar-benar tidak bisa aku lupakan karena hal ini benar-benar sangat jarang terjadi. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus aku lakukan selaku tuan rumah disini. ☺️

---

Setelah Makan.

Nhai Pov

Aku benar-benar merasa kekeyangan saat ini dan sedang bersandar di kursi yang warnanya sama dengan meja jati.

Kami semua benar-benar berusaha untuk menyenangkan hati tuan rumah yang sudah menyiapkan semua hidangan ini dengan memakan semuanya sampai habis.
Sepertinya saat kami makan semua dengan lahap, aku melihat Nan tersenyum sebentar.

Saat melihatnya tersenyum, perutku yang tadinya masih rata sekarang sudah membuncit karena terlalu banyak makan. 😅

Beberapa menit kemudian,
Aku benar-benar bisa melihat senyuman Chao Nan dengan jelas ketika Paman Sipp memberikan Nan sepiring nasi dengan taburan pasta kari yang sudah di campur dengan daging udang. ☺️

---

Setelah Makan

Nhai Pov

“Sippakorn, apakah kita akan memberi makan ayam sekarang?”

Aku mendengar suara Chao Nan berbicara dengan Paman Sipp dengan lembut. Meskipun Nan masih memiliki aksen Provinsi ini, tetapi sangat enak untuk di dengarkan.

“Uhm.. Biarkan ayam-ayam itu makan sekarang supaya semakin gemuk..”

Suara Paman Sipp menjawab dengan lembut.

Mengapa saat aku melihat mereka berdua berbicara seakan-akan warna dunia ini menjadi merah muda? 🤔

“Biarkan Nhai yang akan menjadi temanmu malam ini untuk memberi makan ayam-ayam kita. Sekalian kamu mengajaknya berjalan-jalan..” Kata Paman Sipp.

“Tunggu sebentar.. Ayah! Bagaimana denganku?” Tanya Ai.

“Maukah kamu turun denganku, Nhai? Untuk memberi makan ayam dan menemaniku?” Tanya Chao Nan.

“Huh.. Tentu saja bisa..”

Tetapi sebelum aku pergi, aku meminta izin kepada Ai agar membantu mengelap keringatku sebentar.

---

Luar Rumah Ai

Saat aku berjalan di belakang Chao Nan, aku diam-diam mengamati jalan setapak yang ada di dekat rumah ini.

Lampu di sepanjang jalan yang kami lalui menyala dengan terang dan saat ini aku tahu bahwa Chao Nan sedang membawaku ke taman belakang rumah ini.

Sampai kami berhentu di depan kandang ayam. Saat Nan membuka pintu kandang ayam itu, aku bisa mendengar bunyi 'Krek' dan suara kepakan sayap ayam di tengah-tengah kesunyian malam ini.

Aku segera menjulurkan leherku untuk melihat ayam itu karena merasa penasaran. Saat aku melihat ayam-ayam itu, aku tahu bahwa Chao Nan merawatnya dengan baik dan tidak membiarkan mereka makan di luar kandang mereka.

“Ayamnya benar-benar sangat gemuk..” Kataku.

“Iya benar. Sippakorn yang membuatnya sangat gemuk dan ayam ini sudah tidak bisa mengikuti lomba adu ayam lagi. Jadi aku memeliharanya untuk dilihat dan diajak bermain saja..” Jawab Chao Nan dengan nada yang terkesan datar.

Dia menatap ayam itu dan menggunakan sendok menyendokkan nasi ke dalam mangkuk dan menuangkannya di dalam kandang ayam.

“Bolehkah aku menyentuhnya?”

Aku bertanya kepada Nan dan bersiap untuk berjongok. Aku menatap Nan dan dia mengangguk, memberikan aku izin.
Aku lalu mendekat ke arah ayam yang saat ini sedang mematuk nasi dan berniat untuk menyentuh kepala dan bulunya.

“Hm.. tetapi hati-hati ayam itu akan mematukmu. Tetapi benar-benar sangat aneh sekali, biasanya ayam ini tidak suka  mematuk manusia..”

Saat mengatakan hal itu, Chao Nan mengerutkan keningnya. Aku menggunakan kakiku untuk mendorong ayam itu kembali makan sebelum aku di patuk olehnya.

“Mungkin karena keluargaku adalah penjual nasi ayam. Mungkin ayam ini merasa bahwa dia harus membalas dendam atas nama teman-temannya padaku..”

Tetapi saat aku sadar sudah mengatakan hal itu kepada Nan, aku buru-buru mengangkat tanganku untuk menutupi mulutku. 😅

Aku baru sadar bahwa tadi aku baru saja tidak sengaja berbicara omong kosong di depan Chao Nan.

Bukankah aku harus mempertahankan citraku yang baik di depannya.

“Benarkah? Keluargamu menjual ayam, berarti kamu pintar memasak donx?”

“Tidak sama sekali. Aku hanya bisa memotong timun dan menyajikan makanan untuk pelanggan. Tetapi aku tidak akan mati kelaparan karena aku masih bisa menggoreng telur dan juga memasak mie instan..”

Aku berpikir saat ini aku terlalu banyak berbicara. 😣

Aku diam-diam menghembuskan napas setelah selesai berbicara. Aku dan Nan sudah berada di sini dalam waktu yang lama.

Apakah Chao Nan memiliki banyak kriteria yang dia pikir cocok untuk menjadi kekasih putranya? Tetapi apakah dia sudah menilai diriku negatif? 🤔

Aku benar-benar merasa tidak nyaman saat ini dan merasa tertekan juga sampai aku rasanya ingin ayam itu mematukku sampai aku mati saja. 🤣

“Hahah.. Aku juga tidak bisa memasak. Hmm.. aku mungkin lebih buruk darimu karena jika aku memasak telur akan gosong dan aku juga tidak suka makan mie instan..”

“Benarkah?”

“Saat aku masih remaja, aku benar-benar sangat keras kepala dan pemarah, tetapi sekarang aku sudah tua. Saat aku melihat remaja sepertimu yang sangat pintar dan penuh energik sepertimu. Membuat aku merasa bahwa masa remajaku sangat tidak ada apa-apanya dan kamu membuat aku merasa cemburu padamu..”

Chao Nan mengatakan hal itu dan tersenyum dengan penuh kasih sayang saat melihatku hanya berdiri saja dan menggerakkan wajahku.

“Kamu tidak perlu merasa iri padaku karena tidak ada yang bisa di kagumi dariku. Dari dulu aku selalu di tindas oleh teman-temanku karena aku sama sekali tidak suka berdebat dan berkelahi dengan mereka..”

“Tetapi kamu bisa melawan Rajin, ibunya Ai dan membuat dia merasa malu seperti itu..”

“Ehm. Bagaimana Nan bisa tahu akan hal itu?”

“Kamu tidak perlu merasa terkejut seperti itu. Aku sudah mengutus seseorang untuk mengawasi wanita itu dan aku benar-benar sangat ingin mengambil tindakkan yang tegas kepadanya. Aku benar-benar ingin mengungkapkan hal-hal keji yang sudah di lakukan hal itu, tetapi aku tidak bisa melakukannya. Jika aku melakukan hal itu, mungkin akan melukai hati Ai juga..”

Setelah mengatakan hal itu, Chao Nan terdiam beberapa saat dan kami bisa mendengar suara angin yang terdengar menderu-deru di udara sebelum kembali melanjukan perkataannya.

“Rajin dulu pernah menemui Ai di Kanada sehari sebelum Ai di keluarkan oleh Fakultasnya. Ai bukanlah orang yang pemarah biasanya atau bukan orang yang tidak bisa mengendalikan emosinya seperti itu. Rajin pasti sudah melakukan hal yang sangat keterlaluan kepadanya. Tetapi Ai tidak pernah bercerita bahwa ibunya sering menemui dia dan Ai juga suka berbohong kepada kami agar dia bisa melakukan apa yang ibunya katakan padanya. Aku benar-benar sangat ingin tahu apa yang mereka bicarakan pada hari itu. Tetapi aku tidak berani bertanya padanya, aku hanya bisa merasa khawatir dan juga cemas kepadanya. Kapan Ai akan mengatakan rahasianya kepada aku dan ayahnya?”

Chao Nan mengatakan hal itu dengan suara yang terdengar datar dan juga terlihat tegang.

Aku tahu bahwa itu adalah rahasia yang sudah lama dia sembunyikan di atas pundaknya sehingga dia merasa berat saat mengatakan hal ini. Tetapi sekarang aku merasa dia sudah merasa lebih lega ketika aku tersenyum padanya.

Aku membalas perkaatannya dan seolah-olah aku ingin menghiburnya serta meredakan rasa khawatirnya.

“Ai tidak mengatakannya padamu karena dia takut kamu merasa marah. Dia sangat menghormati dan juga menghawatirkan perasaanmu. Setiap kali Ai menceritakan tentang rumahnya aku bisa merasakan perasaan yang Ai rasakan. Aku merasa bahwa Ai berusaha untuk melindungi apa yang dia anggap sebagai keluarganya. Sedangkan mengenai ibunya, dia menemui Ai di Kanada karena ingin menikahkan Ai. Sedangkan rahasia ibunya sendiri, aku merasa dia tidak akan berani membicarakannya dan aku juga tidak ingin menanyakannya..”

“Benarkah? Kamu tidak tahu rahasia Ai?”

Chao Nan bertanya sambil menatapku. Aku sekarang mulai mengerti mengapa Aiyaret sangat mencintai orang yang ada di depanku saat ini. ☺️

“Yeah.. Aku tahu sedikit. Tetapi kalau Chao Nan mengatakan itu rahasia, maka aku bisa menjamin bahwa Ai tidak akan pernah mendengar apapun dari mulutku..”

“Tidakkah menurutmu, aku sangat kejam saat bermaksud untuk memisahkan ibu dan anak?”

“Jika kamu kejam, maka aku lebih buruk lagi darimu. Ibunya Ai meminta aku berpisah dengan Ai. Tetapi aku menjawab bahwa aku tidak ingin berpisah dengannya. Aku berpikir bahwa aku sangat ingin memisahkan Ai dan ibunya juga..”

“Hal ini membuktikan bahwa kita berada di pihak yang sama..”

“Aku sudah berada di pihak Chao Nan sejak awal..”

Aku mengatakan hal itu dan membuat wajah yang serius saat berbicara. Tetapi sepertinya Chao Nan sama sekali tidak mengerti maksudku. 😅

“Kami sebagai orang tua selalu berusaha untuk membesarkan anak-anak kami tanpa membeda-bedakan usianya. Tetapi terkadang perkataan anak-anak kami suka susah untuk kami pahami dengan baik..”

“Yeah.. aku tahu akan hal itu..”

“Kamu adalah anak yang pintar. Kamu benar-benar tahu bagaimana membuat orang lain merasa nyaman saat bersama denganmu..”

“Ai juga tadi baru saja menggodaku bahwa aku selalu tahu bagaimana caranya bertahan hidup. Jadi tadi kami sempat berdebat sedikit tentang hal itu saat makan..”

“Kalian berdua terlihat sangat cocok saat bersama-sama. Aku merasa tenang saat bisa melihat Ai tertawa seperti ini. Aku akan menyerahkan Ai kepadamu, Nhai..”

“Kalau seperti itu, maka aku akan menyerahkan diriku padamu juga, Chao Nan..”

Aku memutuskan untuk mengatakan kalimat itu saat aku melihat punggung Nan yang terlihat lebar saat dia ingin berjalan kembali ke dalam rumah dengan cara berjalan yang sama seperti tadi. 

Aku menunggu jawabannya dengan tegang dan sangat ingin tahu apa yang akan Chao Nan katakan padaku sebagai balasannya. 😣

“Hmmm.. Kamu tidak perlu merasa khawatir tentang Rajin yang ingin menikahkan Ai. Kamu akan menikah dengannya nanti..”

“…”

“Setelah Ai lulus kuliah, aku akan menemui ayahmu. Sementara ini, kamu harus menanyakan dulu kepada ayahmu berapa banyak mahar yang dia inginkan. Terserah mau berapa banyak, maka aku akan memberikannya..”

TBC

Vote and comment.. 😊🙏

Smpe jumpa minggu dpn 🤣🤣

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro