Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 2


Provinsi Nan


Distrik Nan

Ai Pov

Sebuah mobil station wagon yang tinggi melaju menuju halaman sebuah rumah yang tidak jauh dari pembangkit tenaga listrik di Thailand.

Saat ini aku dapat melihat mobil milikku Audi R8 yang di parkir di dalam garasi rumah ku dan mobil BMW X5 milik ayahku yang terlihat tidak begitu jelek juga. 😅

Aku memperhatikan rumahku ini dengan mataku yang berwarna coklat oak tua dan menyesuaikan dengan kegelapan yang ada di depan mataku karena lampu di depan mobil yang saat ini aku naikki sudah di matikan dan hanya mengandalkan cahaya dari lampu depan rumahku yang bergaya Thailand ini.

Aku melihat rumahku sedikit berubah. Yeah.. sedikit berbeda dari ingatanku 4 tahun yang lalu. Tetapi satu hal yang tidak pernah berubah dan hilang dari rumah ini adalah pohon kamboja raksasa yang menebarkan aroma lembut dari bunga-bunga yang bermekaran karena tertiup oleh angin.

Aku memetik satu bunga kamboja itu dan menghirup aromanya dalam-dalam.

“Apa ayah berpikir Nan akan menyukainya?”

“…”
Ayahku hanya tersenyum menatapku.

“Aku ingat saat aku masih kecil dan ketika aku melakukan kesalahan, aku akan memetik bunga ini dan memberikannya kepada Nan. Maka dia akan tersenyum padaku..”

“Yeah.. dia melakukannya untuk menghiburmu..”

“Kenapa ayah mengatakan hal itu padaku? Apakah ayah cemburu pada putramu sendiri?”

“Bukankah sudah seharusnya begitu? Kamu sangat suka memberikan bunga kepada Nan dan bukan berarti kesalahanmu akan di lupakan begitu saja..”

Saat mendengar perkataan ayahku itu, aku hanya bisa tersenyum dan menghirup aroma bunga kamboja itu lagi.

“Bukankah itu bagus?”

Setelah aku berkata seperti itu, ayahku segera berjalan mendahuluiku untuk masuk ke dalam rumah.

“Nan pasti akan menyukainya..”

Aku tahu bahwa ayahku sangat menyayangi Chao Nan dan aku. Kami berjalan masuk dan dalam diam.

Aku mengikuti ayahku yang segera membuka pintu rumah. Aku melihat Nan sedang duduk membaca majalah di ruang tamu.

“Nan..” Panggilku.

“Kamu akhirnya pulang ke rumah. Dasar anak nakal..” Kata Nan.

Nan segera menghampiriku dan aku memberikan bunga yang aku petik tadi kepadanya. Nan menerimanya dan tersenyum senang. Aku segera memeluk Nan.

“Aku sangat merindukanmu.” Kataku.

“Uh.. Kamu berkata seperti itu memang kita sudah lama tidak bertemu? Kita baru bertemu satu bulan yang lalu saat aku ke Toronto..”

“Nan.. Ayah mau menyita mobilku..” Kataku.

Nan hanya tersenyum saat mendengar perkataanku dan menatap ayahku sebelum menjawab.

“Apakah ayahmu belum memberitahukan kepadamu? Bahwa aku yang memintanya untuk melakukan hal itu..”

Aku kemudian membalikkan badanku saat mendengar perkaatan Nan dan menatap ayahku.

“Aku memang tidak memberitahukan hal itu kepada Ai dan aku menunggu dia mengatakannya kepadamu..” Balas ayahku kepada Nan.

Nan dan ayah hanya saling tersenyum, aku hanya bisa menatap bingung ke arah mereka berdua sampai Nan menyuruh aku duduk.

“Memang aku yang meminta ayahmu menyita mobilmu itu sebagai hukuman untukmu dan aku juga yang meminta ayahmu membawa kamu pulang ke Thailand..” Kata Nan.

“Hah?”

“Aku tidak akan mengungkit kesalahanmu lagi. Tetapi kamu harus mau menerima hukuman dan kamu juga tidak boleh membuat masalah lagi..” Balas Nan lagi.

“Maafkan aku, Nan. Apakah kamu marah kepadaku?” Balasku.

Kedua tanganku meremas kaki Nan dengan lembut, memberikan senyuman kepada Nan yang seperti seorang bangsawan. Nan bersikap begitu tenang sehingga aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan.

“Hm.. aku tidak marah kepadamu. Aku bisa memahamimu, anak muda zaman sekarang memang mudah sekali emosi serta bertindak gegabah. Tetapi aku tetap akan menghukummu, karena bila ayahmu yang menghukummu maka dia pasti akan memberikan kamu hukuman yang lebih berat lagi. Kamu harusnya tahu akan hal itu..” Kata Nan.

Chao Nan berdiri, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya, wajahnya terangkat seperti gaya seorang pria bermartabat. Setiap kali aku mendengar perkatannya, dia sangat bersikap berwibawa dan sangat menawan.

Yeah..  aku berpikir lebih baik mobilku di sita untuk sementara waktu daripada di jual oleh ayahku. 😞

Aku segera menatap ayahku dan ayahku hanya tersenyum.

“…”

Aku lalu hanya bisa mengangguk sebagai balasannya.

“Kamu harus bersikap lebih baik lagi dan menaati aturan karena aku tidak selalu baik kepadamu..”

“Hmm.. Baiklah..”

Aku melihat ayahku mengangkat pergelangan tangannya dan melihat kearah jam tangannya.

“Ayo kita pergi makan sekarang, Nan. Aku sudah sangat lapar..”

Ayahku dan Nan segera berdiri, mengabaikan aku. Mereka berdua segera berjalan menuju ruang makan dan ayahku menggandeng lengan Nan. Aku segera mengejar mereka dan memeluk pundak mereka berdua.

“Hei Ai! Kamu sangat berat..” Protes ayahku.

“Hm.. jika harus membandingkan siapa orang yang aku cintai di dunia ini, aku lebih mencintai Nan daripada ayah..” Kataku.

“Ow.. Yeah, terserah padamu..” Balas ayahku lagi.

“…” Aku hanya bisa tersenyum.

“Hmm.. Apakah aku belakangan ini terlalu banyak memberikan kamu uang jajan?” Canda ayahku.

Saat mendengar perkataan ayahku, Nan hanya bisa tertawa.

“Oh..Ayah, aku mencintai kamu dan Nan sama besarnya..” Balasku.

“Hum.. Kamu pembohong..” Kata ayahku.

“Bukankah sama sepertimu..” Balas Nan.

Chao Nan segera tertawa dan menyikirkan tangan ayahku dari lengannya, lalu tanganku dari atas pundaknya sebelum berjalan pergi ke arah ruang makan.

“Au..” Kata ayahku sambil menatap Nan yang jalan terlebih dulu ke arah ruang makan.

“Ayah dikatai lagi oleh Nan. Haha..” Kataku.

“Yeah.. Ini semua karena kamu..”

Balas ayahku dan ingin memukulku, tetapi aku segera pergi dan menyusul Nan. 😅

Kami berdua tidak terkejut akan sikap Nan itu. Kami segera mengikuti Nan. Aku sangat suka keluargaku yang hangat ini. Melihat kelakuan ayah dan Nan sangat menghangatkan hatiku.☺️

---

Keesokan paginya

Aku memainkan alat musik sambil melamun di dekat jendela kamar di rumahku, sampai Nan menyapaku sambil membawa cangkir air jahe.

“Kamu baru bangun atau belum tidur? Kenapa kamu disini memainkan biola eru? Tetapi nadanya sangat tidak enak di dengar..” Kata Nan.

“…”

Aku hanya menatap Nan, segera menghentikan permainanku dan bergeser agar Nan bisa duduk di sebelahku.

“Aku tidak bisa tidur. Nadanya tidak enak di dengar karena pikiranku saat ini sedang tidak ada disini..” Balasku.

“Lalu pikiranmu ada dimana?” Tanya Nan.

“Hm.. Bangkok..”

“Huh? Aku tidak pernah melihat kamu bersikap begitu tenang saat kamu dipindahkan sekolah seperti ini sebelumnya..”

“Aku memang bukan orang yang tenang, tetapi aku sedang merindukan seseorang. Apakah ayahku masih belum bangun?”

“Belum. Dia belum bangun sekarang. Dia pasti merasa kelelahan karena sudah pergi selama beberapa hari ini untuk mengurusi keperluanmu. Kamu juga seharusnya beristrahat..”

Aku hanya tersenyum saat mendengar perkataan Nan.

“Tetapi apa yang sebenarnya sudah terjadi padamu? Kenapa kamu bisa bertengkar dengan teman kuliahmu?”
“…”

Saat melihat aku terdiam, Chao Nan segera mengubah topik pembicaraan kami dan kembali bertanya padaku saat melihat aku mengalihkan pandanganku. Aku bukannya tidak mau menjawab hal yang sebenarnya terjadi padaku, tetapi hal ini sangat sulit untuk di jawab. 😞

“Kehidupanku di sana terlalu baik..”

Nan menatapku bingung saat aku mengatakan hal itu.

“Karena kehidupanku terlalu baik, maka mereka iri padaku. Jadi mereka mulai mencari masalah denganku…”

Nan hanya bisa menggelengkan kepalanya saat mendengar perkataanku.

“Huh.. Oh ya, aku tidak pernah bertanya tentang hal ini padamu. Apakah selama di sana kamu memiliki teman?”

“Aku tidak punya teman disana. Aku lebih suka menyendiri dan melakukan semuanya sendiri..”

“Bukankah akan lebih baik jika kamu mempunyai teman, Ai. Jika kamu memiliki teman mereka akan bisa membantumu menghilangkan suasana hatimu yang buruk..”

“…”

“Yeah.. meskipun saat aku seumuran denganmu, aku juga tidak terlalu memiliki banyak teman karena aku tidak terlalu suka banyak berbicara karena menurutku mereka sangat berisik dan menganggu..”

Saat mendengar perkataan Nan, aku hanya bisa menganggukkan kepalaku.

“Omong-omong saat ini kamu sedang merindukan siapa?”

“Bebek kuning..”

“Apa? Kamu sebenarnya merindukan orang atau bebek?”

“Aku merindukan seseorang dan dia mempunyai gantungan kunci bebek berwarna kuning. Bentuk wajahnya lonjong, rambutnya pendek, matanya sipit, hidungnya sedikit pesek…”

Aku berkata sambil menggambarkan di udara sedikit tentang orang yang aku temui kepada Nan, tetapi saat aku belum selesai berbicara, Nan menghentikan aku.

Saat ini aku sedang tidak berhayal. Aku tahu bahwa Chao Nan paling mengerti akan diriku, makanya setiap aku memiliki masalah aku akan berkonsultasi dengannya.

“Sudah.. Sudah cukup! Jika kamu menggambarkan seperti itu, kamu lebih baik mengambil sebuah kertas dan pena agar aku bisa tahu dengan lebih jelas orang yang tidak bisa membuat kamu tidur saat ini seperti apa..”

“Ah.. begini saja. Jika dia di lihat dari jauh, dia sangat mirip denganmu. Tetapi jika di lihat dari dekat dia tidak mirip denganmu. Kemarin malam aku memimpikan dia, tetapi saat aku terbangun aku tidak bisa melupakan wajahnya. Aku ingin melanjukan tidurku lagi, tetapi tidak bisa. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana..”

“Hahah.. Apakah kamu sudah jatuh cinta kepadanya?”

Aku hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepalaku saat mendengar pertanyaan dari Nan itu sebelum menjawabnya.

“Aku rasa aku mencintainya..”

“Kalau seperti itu, maka kamu harus mengejarnya..”

“Tetapi.. bagaimana jika dia tidak suka padaku?”

“Kalau seperti itu maka kamu bisa memainkan biola eru di depannya..”

Aku hanya bisa tersenyum saat mendengar perkataan Nan.

“Dia pasti berpikir aku adalah orang yang tidak tahu diri.. hahah..”

“Hmm.. kalau begitu kamu harus memaksanya agar dia bisa menyukaimu..”

“Benarkah boleh seperti itu?”

“Hahaha.. aku hanya bercanda. Kamu jangan berbuat seperti itu. Kalau kamu menyukainya maka kamu harus memberitahukan hal itu padanya dan kamu harus mengerjar dia. Tetapi jika dia tidak suka padamu, kamu tidak boleh memaksakan kehendakmu dan mempersulitnya…”

“Yeah.. Baiklah, aku sudah tahu akan hal itu. Selain itu, aku juga berkuliah di Fakultas yang sama dengan dia. Jadi aku bisa mulai mengejarnya pelan-pelan..”

“Yeah.. kamu harus semangat untuk mendapatkannya, Ai..”

“…” Aku hanya bisa tersenyum.

“Hm.. besok kamu harus kembali ke Bangkok lagi kan?”

Nan meneguk air jahenya dan bertanya tentang perjalananku dan mengubah topik pembicaraan.

“Iya.. Karena Paman Arm Na khawatir bahwa aku tidak akan bisa mengikuti pelajaran bila aku tidak segera masuk ke dalam kelasku. Jadi dia meminta aku segera masuk ke dalam kelasku. Aku baru tahu bahwa dia adalah seorang Dosen dan Dekan di Universitas. Saat aku bertemu dengannya di Kanada, dia terlihat seperti seorang pilot pemula.. 😅 Aku juga tidak tahu mengapa dia bisa akrab dengan ayahku yang sangat kaku itu..”

“Ayahmu tidak kaku, tetapi dia sangat lucu. Untung saja dia setia dalam urusan cinta..”

“Ow.. Jika ayahku mendengar perkataanmu ini, maka dia pasti akan senang sekali..”

Kami berdua lalu tertawa bersama-sama.

---

Beberapa hari kemudian..

Setelah aku membicarakan tentang Paman Arm Na beberapa hari yang lalu dengan Nan, saat ini aku duduk di dalam ruangan kantornya.

Saat aku memperhatikan dia, dia membukan kedua kancing bajunya dan menyingsingkan lengan bajunya, tetapi aku tidak memikirkan tentang semua itu. Namun saat melihatnya, jadi mengingatkan aku pada patung  Kentucky Colonel yang selalu berjaga di depan pintu KFC. 😅

“Aku sudah tahu nilai-nilaimu saat kamu berkuliah di Kanada. Nilai-nilaimu benar-benar sangat bagus sekali. Hal ini karena Sippakorn yang mengajarkan semua itu padamu kan?”

“Terakhir kali ayahku mengajari aku saat aku masih berusia delapan belas tahun. Tetapi setelah itu, aku hanya mengandalkan diriku sendiri..”

“Yeah.. aku tahu bahwa kamu pintar. Kamu bisa memangil aku Paman Arm Na seperti dulu saat tidak ada orang lain. Tetapi saat di dalam kelas kamu harus memangilku dengan sebutan Bapak. Apakah kamu mengerti?”

“Baiklah Paman..”

“Aku tidak mengira bahwa aku akan menjadi dosenmu seperti sekarang ini. Aku masih ingat ketika aku menemui ayahmu Sippakorn beberapa tahun yang lalu, kamu masih kecil dan sangat suka telanjang. Waktu itu kamu sangat suka bermain air dan kamu lucu sekali..”

“…”

Aku hanya bisa tersenyum saat mendengar perkaatan Paman Arm Na.

“Tetapi kamu tidak boleh membuat masalah disini. Ayahmu yang meminta aku memasukkan dirimu disini..”

“Aku tidak akan membuat masalah. Yeah asalkan tidak ada orang yang mencari masalah duluan saja denganku..” Kataku dan mengucapkan dengan pelan kalimat terakhirku.

“Huh? Apa yang tadi kamu katakan?”

“Oh.. Aku tidak akan membuat masalah..”

“Hmm..” Paman Arm Na mengangguk sambil tersenyum.

“Bukankah kita harus masuk ke dalam kelas Paman? Ayo kita pergi ke dalam kelas sekarang..”

---

Di dalam kelas

“Hei kamu lihatlah kukuku yang pakai kuteks baru ini, bagus tidak?”

“Bagus.. Aku sangat suka warnanya..”

“Huh.. sungguh menyebalkan..”

Plak..

“Apa yang kamu katakan tadi?”

“Oui! Sakit..”


Dalam beberapa menit aku dan Paman Arm sudah berdiri di depan kelas. Tetapi aku merasakan sedikit tidak nyaman seperti ini karena semua mata di dalam kelas ini tertuju padaku.

Aku melihat ada mata-mata yang berbinar saat melihatku, ada juga beberapa yang terlihat terkejut dam ada beberapa yang terlihat penasaran saat menatapku.

Aku tahu bahwa diriku tinggi dan juga tampan. Tubuhku lebih terlihat menonjol daripada orang Asia. Aku memiliki otot dada yang bidang, perut yang six pack dan paha yang raping karena aku adalah orang Asia keturunan Eropa. ☺️

“Selamat siang anak-anak. Apakah semua sudah datang? Tidak ada anak yang boleh tidak masuk di dalam kelasku ini..”

Aku mendengar Paman Arm Na berbicara dengan nada yang mengancam. Tetapi aku mengatakan bahwa dia sama sekali tidak terlihat menakutkan saat berbicara seperti itu, aku bahkan ingin tertawa. 😄

“Pak.. Chen Nhai belum datang. Dia pasti akan datang satu menit lagi..”

Perkataan dari bangku barisan belakang membuat mataku menatap orang itu.
Apakah masih ada bangku untuk aku duduk disana? Aku juga sangat suka duduk di bangku barisan belakang. 🙄

“Oh.. Chen Nhai aku sangat suka kepada temanmu itu, Intha. Dia selalu datang ke kelas tepat pada waktunya setiap kelas..”

Aku melihat Paman Arm Na terdiam sebentar dan menatap para mahasiswa yang ada di ruangan ini dan aku rasa Paman menyadari bahwa anak-anak disini lebih tertarik kepadaku daripada dirinya.

“Baiklah anak-anak kalian pasti penasaran siapa pria tampan yang sedang berdiri di sampingku saat ini. Namanya adalah Aiyaret dan dia akan belajar bersama-sama dengan kalian semua mulai saat ini. Dia mahasiswa pindahan dari Kanada, jadi dia baru masuk di pertengahan semester ini..”

Setelah Paman Arm mengatakan seperti itu, aku mendengar suara sorakan kecil, ada juga suara siulan samar dari para gadis di sini. Aku menatap mereka semua dan segera mengalihkan pandanganku ke arah jam dinding yang tergantung di belakang ruangan kelas ini. Saat ini jam sudah menunjukkan jam dua belas lebih lima pulih sembilan menit dan satu menit lagi tepat jam satu siang.

“Chen Nhai hadir..”

Saat mendengar suara orang itu, aku segera berbalik dan menatapnya. Aku segera tersenyum dengan lebar dan ini pertama kalinya aku tersenyum sejak aku memasuki ruangan ini. Aku mendengar suara teriakan anak-anak di dalam ruangan ini dan Paman Arm mengatakan agar mereka tidak terlalu ribut.

“Au.. Bukankah kamu orang yang memungut Khun Pedku?”

“Bebek kuning kecil..” kataku.

“Kamu benar-benar sangat tepat waktu, Chen Nhai. Tetapi kali ini aku belum mulai mengabsen..” Kata Paman Arm Na.

“Oh.. Kalau seperti itu, berarti aku belum terlambat kan Pak? Atau bapak hanya sedang bercanda denganku?” Kata Nhai.

“Tolong kecilkan suaramu itu karena kelas di sebelah sudah mulai belajar..”

Aku melihat Nhai hanya tersenyum dan kemudian berjalan ke tempat duduknya. Aku melihat gantungan kunci bebek kecil yang waktu itu aku ambil dan saat ini gantungan itu masih baik-baik saja dan tergantung di ranselnya.

“Baiklah, kalau seperti itu maka aku akan duduk di belakang sekarang, Pak..” Kataku kepada Paman.

“Yeah.. jangan lupa belajar dengan giat..” Kata Paman Arm.

Aku kemudian diizinkan untuk berjalan ke arah belakang kelas itu dan beberapa langkah lagi aku akan sampai di samping Chen Nhai yang sudah duduk duluan di belakang ruangan ini.

“Kamu bisa duduk disini, di sampingku kosong..” Kata Nhai kepadaku.

Saat aku sudah duduk, Nhai memandangi aku dari dekat dan mulai mengajakku berbicara.

“Bukankah dunia ini sangat sempit? Omong-omong, siapa namamu?”

“Pak dosen sudah mengenalkan dia pada kami semua tadi. Kamu datang terlambat jadi tidak tahu apa-apa. Namamu Aiyaret kan? Namaku adalah Tonhon. Orang yang duduk di depanmu adalah Nine..”

“Hello, namaku Intha..” Kata orang yang duduk di sebelah Nine.

Aku hanya tersenyum saat mendengar mereka mengenalkan diri mereka kepadaku.

“Baiklah.. Namaku adalah Chen Nhai. Senang bertemu denganmu, Aiyaret..”

“Kamu bisa memangil nama kecilku saja, yaitu Ai..” Balasku.

“Tetapi namamu kan tidak terlalu panjang..” Kata Nhai lalu dia mulai bergumam.

“Nama kecilmu adalah Ai..”

“Bukankah namamu hanya ada lima suku kata?” Kata Nhai lagi. 😅

“Apakah kamu bisa langsung menyapa dia dengan sebutan kata 'kamu' dan 'aku' begitu saja dengannya saat kamu baru kenal dengannya, Nhai? Kamu memangil namanya begitu saja terdengar begitu akrab dengannya..” Tanya Ton.

“Kalian boleh memangilku seperti itu dan tidak masalah untukku..” Balasku.

“…” Ton lalu mengangguk.

“Lalu kenapa kamu baru masuk di pertengahan semester ini? Awalnya aku mengira kamu adalah mahasiswa baru dari Fakultas lain..” Tanya Nhai.

“Aku baru saja pulang dari Kanada..” Balasku.

Yeah.. aku memang suka menjawab dengan singkat dan itu adalah sikapku saat di depan orang yang baru aku kenal. Tetapi aku tersenyum dengan lembut saat menatap Chen Nhai sehingga hal itu membuat diriku tidak terlihat sombong.

“Kemarin Nhai bilang bahwa kamu yang menemukan bebeknya itu?” Tanya Intha.

“Hm.. Iya benar..”

“Dia berkata bahwa orang yang menemukan bebeknya itu sangat tampan..” Kata Nine.

Lalu Nhai segera menepuk bahu Nine sebelum berkata.

“Hei Nine! Kenapa kamu sangat cerewet sekali?”

“Jadi apakah kalian tidak berpikir bahwa Ai sangat tampan? Kalian bisa melihatnya kan?” Kata Nhai sambil memegang wajahku.

“Hm.. dia memang tampan dan tidak diragukan lagi..” Kata Nine.

Plak!

“Kenapa kamu memegang wajahnya? Kamu sudah mengotori wajahnya yang tampan..” Kata Ton.

“Hei Ton!”

“Ehm.. ayo makan bersama kita setelah kelas ini selesai. Biarkan Nhai yang mentraktirmu..” Kata Intha.

“Auw.. Kenapa harus aku?”

“Yeah.. untuk berterima kasih kepada Ai karena dia sudah menemukan bebek kuning kecilmu itu..” Kata Intha.

“Yeah.. benar, jika bukan karena Ai yang menemukan bebekmu itu hari itu, maka ayahmu pasti sudah memotong habis uang jajanmu. Kamu mentraktir kami juga tidak akan menghabiskan terlalu banyak uangmu juga kan?” Kata Ton.

“Hmm.. Kalian sungguh pintar..” Kata Nhai.

“Kalau begitu bagaimana kalau kita berdua mentraktir mereka dan membayar setengah-setengah? Aku akan mentraktir kamu karena kamu sudah menemukan bebek kecilku itu dan kamu mentraktir aku karena kamu sudah menjadi temanku. Sedangkan untuk mereka bertiga anggap saja kita sedang berbuat kebaikan..” 😅

“Baiklah..” Balasku.

Aku menatapnya dengan pandangan mata yang manis seolah-olah ada perasaan yang mengalir saat aku memandangnya. Aku melihat Nhai dan tersenyum lembut.

“Apakah kamu pernah bertanya kepada Ai? Apakah dia ingin menjadi temanmu?” Tanya Intha.

“Hei! Intha. Aku akan memutuskan pertemanku denganmu karena aku sudah memiliki teman baru..” Balas Nhai.

Tidak lama dia mengalungkan tangannya di lenganku dan kembali berkata.

“Benarkan? Teman baruku Aiyaret?”

“…” Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.

“Omong-omong kamu ingin makan apa? Kamu tidak boleh mengatakan terserah..”

Aku sedikit mengernyitkan alisku saat mendengar perkaatannya itu. Aku melihat ke arah depan kelas ini dan memperhatikan pelajaran dari Paman Arm Na sebentar. Saat ini ada beberapa restoran yang terlintas di dalam kepalaku.

“Aku ingin makan ayam goreng. Selain itu, aku ingin naik motor Harley Davidson mu juga..”

“Baiklah.. Tidak masalah, Khun Aiyaret. Motorku bisa mengantar kamu pergi kemanapun, jauh dan dekat juga bisa. Asalkan kamu mau membayarnya sesuai dengan jaraknya atau berdasarkan kilometernya..”

“Kamu bisa memilih salah satunya atau memilih keduanya dan aku akan membayarnya..” Balasku.

Aku hanya bersandar di sandaran kursi dan diam-diam mendengarkan percakapan Nhai dengan temannya.

“Kenapa? Bukankah kamu sudah memiliki teman baru?” Tanya Ton.

“Ouw.. Kenapa kamu berkata seperti itu?”

Aku hanya bisa tersenyum saat melihat Nhai menjadi salah tingkah saat mendengar perkaatanku itu. Bukankah aku sedang mengutarakan keinginanku itu.

Saat aku sekarang sudah tahu namanya, aku merasa sedikit lebih lega. ☺️

TBC

Vote and comment 🙏☺️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro