Bab 19
For Information Please Call Chen Nhai
Depan Ruang Ujian
Nhai Pov
“Yes!! Akhirnya ujian sudah selesai..”
Akhirnya ujian sudah selesai dan sekarang saatnya merayakannya. 😊
Yeah.. itu adalah pemikiranku sebelum aku keluar dari ruang ujianku. Aku akhirnya menyelesaikan ujianku juga dan segera berjalan ke luar ruang ujianku dan membuat pose kemenangan seakan-akan aku memenangkan sesuatu. 😄
Hari ini adalah hari Jumat dan sejak dua minggu terakhir ini kami harus menghadapi ujian yang sangat mengerikan di akhir tahun. 😣
Mataku segera melihat kearah meja di depan ruang ujian untuk mencari ranselku dari tumpukan puluhan tas yang ada di sana. Aku tidak sulit untuk menemukannya karena tasku ada gantungan kunci Khun Ped yang terlihat berwarna kuning dan kotor. 😅
Hmm.. Mengapa Khun Pedku terlihat sangat kotor. Khun Ped sangat hitam. Lalu mengapa punya Ai masih terlihat baru? 🙄
Aku melihat tas Ai yang letaknya bersebelahan dengan tas milikku. Dia juga memiliki gantungan kunci yang sama denganku. 😊
Ayahku bahkan mengatakan padaku bahwa aku tidak perlu menggantungkan lagi gantungan bebek ini di tasku. Tetapi Ai meminta agar dia saja yang menyimpannya dan dia juga membeli gantungan kunci yang sama dengan milikku untuk di gantungkan di tasnya.
Tetapi mengapa punya Ai masih terlihat baru dan juga bersih tidak seperti milikku. 🤔
Bisakah aku menukarnya?
Biarkan aku menukar gantungan kunci kita, Hubby.
Aku memutuskan akan menukar gantungan kunci kami saat Ai belum keluar dari dalam ruang ujian. 😊
Aku kemudian segera menyampirkan tasku diatas bahuku dan membawa tas Ai untuk mencari tempat yang cocok untuk menukar gantungan kunci kami.
Aku akhirnya memilih untuk duduk di atas bangku yang memiliki meja kayu yang lebar di dekat pintu salah satu ruang ujian. Aku melihat meja itu masih kosonh mungkin mereka melakukan ujian lebih awal dari kami.
Aku kemudian segera meletakan tas kami berdua secara berdampingan dan segera berusaha melepaskan gantungan kunci Ai yang terlihat masih baru itu dengan tanganku. 😊
Tetapi sebelum aku memasangnya di tasku, pemilik gantungan kunci ini keluar dari ruangan ujian dan segera menghampiriku lalu bertanya.
“Apa yang sedang kamu lakukan?”
“Hmm.. Bolehkah aku menukar gantungan kunciku dengan punyamu? Karena punyaku sudah terlihat kotor dan hitam..”
“…”
“Coba lihatlah.. Ayolah boleh na.. Na..”
“Tidak bisa. Meskipun kamu mengedipkan matamu seperti itu dan bertingkah imut seperti seekor kucing serta bersikap manja padaku, aku tidak akan pernah mau menukarnya. Aku sangat menyayanginya, karena Ped kecilku ini sudah menemaiku saat kamu mengabaikan aku..”
Ai berkata dengan kesal dan segera melingkarkan lengannya ke pinggangku. 🙄
“Hal itu aku lakukan karena aku harus belajar untuk menghadapi ujian. Sekarang ujian sudah selesai dan aku akan selalu bersamamu dan kembali menggangumu lagi. Pertama-tama aku ingin kamu membawaku pergi belibur. Karena biasanya sehabis ujian selesai maka aku akan pergi bermain bersama-sama dengan Ton dan teman-temanku yang lain. Kali ini aku berencana untuk pergi ke daerah Utara. Lalu setelah selesai aku berencana untuk mampir ke rumahmu di provinsi Nan..”
“Baiklah.. Ayo kita undang Ton dan teman-teman yang lain juga untuk datang kerumahku..”
Aku tahu bahwa sejak Ai datang dari Kanada sampai sekarang dia tidak pernah pergi kemana-mana.
“Tetapi sekarang bisakah kamu melepaskan dulu tanganmu yang sedang memeluk pinggangku? Disini ada banyak orang. Aku merasa malu..”
“Tidak mau. Aku adalah pacarmu dan aku ingin memberitahu semua orang bahwa kamu adalah milikku. Karena aku tidak ingin orang lain atau para gadis menggangumu lagi karena kamu apaah menjadi milikku..”
Ai berkata kepadaku sambil tertawa dan mengatakan bahwa aku adalah miliknya dan dia harus berhati-hati agar tidak ada orang lain yang bermain mata denganku. 😄
Aku melihat banyak gadis-gadis disini yang menatap kami berdua. Aku bertanya apa yang sedang mereka lihat? 😒
Apakah Ai tidak menyadari bahwa dia juga menarik bagi para gadis disini. 🙄
“Haruskah kamu mengatakan hal itu? Ayo ambillah cermin dan lihat dirimu sendiri, Khun Aiyaret..”
Setelah mengatakan hal itu, aku mengangkat tanganku dan mencubit ujung dagu Ai. Lalu aku membolak balikkan wajahnya dengan ringan ke kiri dan ke kanan, dia tetap terlihat tampan. Tidak peduli dari sudut manapun aku memandangnya, Ai tetap terlihat tampan. 😊
“Sebenarnya kamu tidak perlu bersikap seperti ini padaku karena seluruh Universitas ini sudah tahu bagaimana hubunganku denganmu sekarang. Untuk apa kamu merasa takut? Hmm.. Ini pasti karena perbuatan Jidda. Kamu tahu jika Jidda tahu maka seluruh dunia akan tahu..”
“Aku rasanya sangat ingin memberikan Jidda makanan ringan..”
“Terserah padamu saja..”
Setelah aku mengatakan hal itu, Ai hanya tersenyum saja.
“Lalu mengapa yang lain belum selesai ujian?”
“Intha sudah keluar bersama-sama denganku tadi, tetapi dia sekarang sedang pergi ke toilet. Sedangkan Nine dia masih duduk di dalam kelas karena masih merasa gugup dan Tonhon juga masih duduk serta melamun karena kertas ujiannya aku lihat masih kosong tidak ada isinya..” 😅
“Hmm.. Omong-omong pacar Ton si Aem cukup kejam juga. Mereka sudah berpacaran selama delapan tahun dan memutuskan Ton saat menjelang ujian seperti ini. Aku benar-benar sangat menghawatirkan Ton..”
Aku mengatakan hal itu kepada Ai sambil melihat ke dalam ruang ujian. Aku sangat menghawatirkan sahabatku itu. Tetapi sebelum aku berbicara lagi, aku melihat Intha berjalan ke arah kami dan menarik tanganku agar menjauh dari Ai. 😅
“Apakah mereka berdua benar-benar akan putus sekarang? Aku sudah melihat mereka berdua berkali-kali putus nyambung karena Ton terlalu cuwek dan karena itu Aem merasa marah. Jadi dia meminta putus untuk memanasi Ton saja..” Kata Intha.
Dia kemudian duduk di lantai dan bersila di antara aku dan Ai.
“Tetapi kali ini aku merasa hubungan mereka sudah benar-benar berakhir. Aku berteman dengan Aem dan aku melihat dia memposting foto di IGnya dengan pacar barunya. Kalau dia belum memutuskan Ton maka dia tidak akan berani melakukan hal ini. Jika saja aku tidak harus mengikuti ujian hari ini, mungkin aku sudah mendatangi pacar baru Aem dan meninju wajahnya..”
Aku sangat kesal karena ada orang ketiga yang merusak hubungan sahabatku. Aku mengakui saat aku melihat postingan foto IG wanita itu, aku cukup terkejut. 😒
Aku memang tidak mengikuti hubungan Ton dengan wanita itu. Tetapi awalnya aku melihat mereka baik-baik saja dan aku tidak mengerti mengapa sekarang mereka bisa seperti ini. 🙄
“Kalau seperti itu, lebih baik mereka berdua putus saja. Karena aku sudah benar-benar muak mendengarkan pertengkaran mereka berdua. Mereka berdua sama-sama orang yang panasan. Bagaimana Ton bisa bertahan dengannya selama delapan tahun ini? Jika itu adalah aku, maka aku sudah akan melambaikan tanganku dari delapan hari kami berpacaran..” Kata Intha. 😅
“Kamu harus mengatakan hal itu di depan Ton langsung..”
“Ton pasti akan langsung memukul wajahku sampai babak belur.. Hum.. Sudah jangan membahas Ton lagi. Omong-omong kali ini kita akan pergi bermain kemana?” Tanya Intha sambil menatapku dan Ai.
“Aku baru saja tadi mengatakan kepada Ai bahwa aku ingin pergi ke daerah Utara dan pas pulangnya kita akan sekalian pergi ke rumah Ai yang ada di provinsi Nan..”
“Itu ide bagus. Di provinsi Nan ada banyak kuil yang bagus dan hal itu bisa membuat Ton mengurangi nasib buruknya..”
“Hm.. Lalu kapan kita akan pergi? Agar aku bisa menelepon ke rumahku dulu. Ayahku pasti akan sangat senang saat tahu bahwa aku akan mengajak teman-temanku main ke rumahnya karena aku sering bercerita tentang kalian dan dia mengeluh ingin bertemu dengan kalian semua..”
“Bagaimana kalau besok saja? Aku tidak ingin membiarkan Ton mempunyai waktu luang untuk memikirkan Aem. Aku takut dia akan pergi dan membunuh Aem dan aku tidak ingin mempunyai sahabat seorang pembunuh..”
“Ouh.. Nhai, apakah kamu masih menganggap Ton sebagai temanmu?” Tanya Intha sambil memutar matanya malas. 😒
Yeah.. aku tahu bahwa Ton adalah orang yang mudah marah. Tetapi dia bukan orang yang suka membunuh orang lain seperti yang aku katakan. 😅
“Aku tahu Ton seperti apa. Jadi sekarang mendingan aku merencanakan perjalanan kita dulu. Ai.. Apakah kamu membawa Ipadmu? Aku memerlukannya sekarang untuk membuat rencana perjalan kita..”
“Iya.. aku membawanya. Aku menaruhnya di dalam tas.”
Setelah mendengar perkataan Ai, aku segera membuka tas nya dan mencari apa yang aku perlukan. Tetapi aku tidak bisa menemukannya. 😣
Aku kemudian menoleh kearah Ai dan bertanya padanya. Dia hanya tersenyum sedikit saat menatapku dan tangannya segera membuka resleting yang terlihat tersembunyi di dalam tasnya itu. Mungkin Ipad yang aku cari ada disana. 🤔
“Oh.. Kamu menyembunyikannya disana..” kataku.
---
Ai Pov
“Hei Ai ada yang ingin aku katakan padamu. Apakah kamu tahu? Pacarmu benar-benar sangat pintar dalam membuat suatu rencana perjalanan dan rencannya sangat baik..” Kata Intha.
“Benarkah?”
“Hmm.. Dia adalah orang yang sangat suka dengan barang-barang yang sedang promosi. Dia akan mencari barang yang dia inginkan, makanan yang sedang promosi, beli dimana yang lebih murah dan akan mengumpulkan poin untuk di tukar oleh apapun. Dia benar-benar tahu semuanya. Tetapi jangan biarkan dia pergi sendirian karena dia pasti akan pergi ke arah yang lain dan tersesat. Seperti saat kami ke Chiang Mai, Nhai malah pergi ke Udon Thani sebagai gantinya..” 😅
“Sudah cukup! Kamu benar-benar sangat berlebihan In. Aku bukan orang yang mudah tersesat. Aku hanya suka melakukan perjalanan, jadi aku selalu mencari tempat baru..”
Nhai membalas perkataan Intha tanpa mendongak dari layar Ipad milikku. Aku hanya bisa berpandangan dengan Intha dan mengangkat alis kami berdua sambil menatapnya. 🤨
“Benarkah? Apakah alasan kamu tersesat karena kamu ingin memiliki satu juta poin?” Tanya Intha lagi.
Entah sudah berapa kali aku mengangguk setuju dengan perkataan yang Intha katakan. Tetapi saat Nhai mendongak dan menatapku lalu Intha, kami berdua harus berpura-pura tidak menatapnya. 😅
Kami segera mengalihkan tatapan kami untuk melihat burung-burung dan pohon-pohon yang ada di sekitar kami.
Aku sebenarnya tidak takut kepada Nhai, hanya saja aku merasa sedikit gugup saat dia menatapku seperti itu. 😣
---
Nhai Pov
Setelah aku menyelesaikan membuat perencaan perjalanan kami, aku segera mengirimkan seluruh jadwalnya ke dalam group Line kami dan kami akan membicarakannya lagi nanti.
--
Restoran Dekat Universitas
Saat ini aku dan teman-temanku serta Ai sedang ada di restoran untuk membahas perencaan perjalan kami besok. Tujuannya adalah agar kami semua memiliki pemikiran yang sama. 😊
“Hmm.. Aku sudah mengirimkan rencana perjalan kita di group. Kalian bisa melihatnya sendiri..”
“Hmm.. aku akan melihatnya nanti..” Kata In.
Lalu aku dan yang lain menatap Ton dan kami merasa sangat khawatir padanya karena dia masih terlihat sangat tertekan. 😣
Tetapi aku berharap dia akan menjadi lebik baik saat kami mencoba untuk membuat sebuah lelucon untuknya. Aku memaksa Ai untuk melakukan hal itu.
“Hei Ai, bisakah kamu menceritakan sebuah lelucon? Aku akan membantumu untuk menghubungkan beberapa kata. Aku hanya ingin melihat Ton kembali tertawa saja. Aku benar-benar mencemaskan dia karena dia terlihat benar-benar sangat sedih..”
“Hmm.. Baiklah..”
“Hmm.. Ekhm.. Ayo kita memainkan permainan menyambungan kata huruf hidup bagaimana kalian mau kan?”
“Ayo lakukan..” Kata Nine.
“Itu sangat mudah..” Kata In.
“Kalau begitu bagaimana jika di mulai dari kamu duluan, Nine? Aku akan menyebutkan kata 'Chai Mia'..”
“Chiang Mai..” Kata Nine.
“Chiang Liang..” Balas Intha.
“Chiang Rai..” Kataku.
“Pemeran utama wanita Barn Sai Tong, Potjaman..” Balas Ai.
Setelah kami mendengar perkataan Ai, kami semua tertawa bersama-sama, tetapi.. Ton tetap saja tidak beraksi dan diam saja. 😞
“Hmm.. Ton masih belum mau tertawa..” gumamku.
“Sudah cukup semuanya. Aku baik-baik saja. Aku sedang putus cinta dan bagaimana aku bisa ikut bercanda dengan kalian semua?” kata Ton.
Setelah mengatakan hal itu, dia menatap kami semua yang ada di sekelilingnya. Tetapi Intha segera membalas perkataannya.
“Aku bisa memberikan kamu solusinya. Kamu harus belajar untuk bersikap lebih rileks dan mendengarkan ini..”
---
Tonhon Pov
Intha membuka vidoe klip yang sedang mendaraskan doa untuk Dharma agar aku mendengarkannya. 😅
Setelah mendengarkan beberapa saat, aku segera mengambil ponsel Intha dan mematikannya. 🤣
“Kamu benar-benar ingin aku pukul, In..”
“Ouh..” Keluh Intha.
“Apakah kamu benar-benar ingin aku menjadi seorang biksu?”
“Teman-temanmu hanya sedang menghawatirkanmu saja. Tetapi omong-omong kamu ingin menjadi biksu di kuil mana?” Kata Ai.
“Aizz.. mengapa kamu juga ikut-ikutan bermain-main bersama mereka, Ai? Aku hanya ingin mempunyai teman yang bersikap rasional saja..”
“Sudahlah tidak apa-apa. Semua ini pasti akan segera berlalu. Luka baru pasti masih sakit tetapi sebentar lagi pasti akan sembuh..” Balas Ai lagi.
Setelah mendengarkan perkataan Ai, aku mengangkat gelasku untuk minum lalu meletakkannya lagi dengan cara yang tidak bersemangat sebelum membalas perkataannya.
“Tetapi luka ini terlalu dalam dan sepertinya akan membutuhkan waktu yang lama untuk sembuh..”
“Kalau seperti itu maka kamu harus mencari gadis lain atau seseorang yang mau menurut denganmu..”
“Tidak sekarang. Karena saat ini aku masih belum bisa melupakannya. Aku juga masih belum ingin mencari kekasih yang baru. Aku masih ingin sendirian dulu..”
Setelah aku mengatakan hal itu, kami kembali membicarakan rencana kami yang akan pergi ke Chonburi, berbelanja dan tidur di Ban Suan. Pembicaraan ini membuat aku sedikit lebih tenang. 😊
“Jika kamu adalah aku, maka aku tidak mau terus sendirian. Karena kesendirian bisa saja membuatku berpikir sembarangan..” Kata Ai lagi.
“Aku tidak akan berpikir sembarangan karena aku masih memiliki Nong yang dulu adalah tetanggaku yang sekarang berkuliah di Universitas yang sama dengan kita. Jadi aku tidak akan merasa sendirian..” Kataku.
Aku sedikit mengerutkan keningku ketika aku memikirkan Nong Chonlate yang sudah aku anggap seperti adik laki-lakiku. Kami sudah lama tidak bertemu selama bertahun-tahun. Sekarang dia sudah dewasa. 😄
“Baguslah. Cobalah untuk mencari sesuatu yang bisa kamu lakukan. Jangan membiarkan dirimu kesepian karena kamu sudah tidak berpacaran dengan Aem lagi. Kamu bisa mendapatkan siapa saja yang lebih baik darinya karena kamu sangat tampan dan juga baik. Kamu pasti akan mendapatkan orang yang baik juga..” 😊 Kata Nhai.
“Yeah.. Kamu sangat bagus dalam berbicara. Tetapi kamu tidak perlu menggertakan gigimu seperti itu saat kamu memujiku, Nhai. Kamu dari tadi hanya diam dan memperhatikan aku dengan pandangan kamu yang mengantuk dan selalu menguap..”
Aku tahu bahwa saat ini Nhai hanya berpura-pura mengantuk saja. Dia hanya berpura-pura menguap untuk menghiburku. 😅
“Hoam.. Ayo sekarang kita segera pulang dan mengemasi barang-barang yang kita perlukan untuk besok. Besok kita harus sudah berkumpul dan berangkat bersama-sama jam 8 pagi. Siapa yang terlambat harus mentraktir makan, ok?” Kata Nhai.
“Baiklah.. Aku setuju. Siapa yang datang paling akhir harus mentraktir aku makan..” Balas Nine.
“Oh ya, teman-teman.. Bolehkah aku mengajak Nong yang dekat denganku kali ini?” Tanyaku
“Siapa?” Tanya Intha.
“Nong yang merupakan tetanggaku dari Provinsi Chonburi. Kami sudah saling mengenal sejak kami kecil. Kalian semua pergi berpasangan. Ai dengan Nhai, Nine denganmu In dan aku tidak ingin sendirian..”
“Iya baiklah.. Terserah kamu saja. Kamu bisa membawa dia juga, asalakan kamu cepet kembali merasa bahagia. Ok na?”
“Hmm.. Terima kasih. Tetapi tadi siapa yang berkata bahwa dia sangat menghawatirkan aku?” 🤔
Aku berkata dan menatap Nhai dan dia hanya mengangkat kepalanya lalu tersenyum padaku.😊
Setidaknya saat aku sedang menderita seperti ini, aku masih memiliki teman-temanku yang tidak akan pergi meninggalkanku sendirian.
“Tidak masalah. Jika hal itu bisa membuat kamu segera tersenyum dan bergembira lagi itu sudah cukup untukku..” Kata Nhai.
---
Mobil Ai
Nhai Pov
“Sekarang ayo kita kembali bersama-sama ke apartemen..”
“Hmm.. Ai, tetapi aku masih belum ingin pulang..”
“Bukankah kamu tadi mengatakan bahwa kamu mengantuk? Sekarang sudah jam 11 malam. Memang kamu mau pergi kemana lagi?” Kata Ai.
Dia mengatakan hal itu sambil mengerutkan keningnya lalu manatapku yang baru saja membuka pintu mobilnya dan duduk.
Yeah.. ketika aku berada di dalam restoran tadi, mataku benar-benar sangat mengantuk dan sekarang mataku sudah tidak mengantuk lagi. 😅
“Hmm.. Bagaimana kalau kita pergi ke atas gedung Universitas. Ayo antarkan aku kesana..”
“Apakah kita bisa pergi kesana malam-malam seperti ini?”
“Bisa saja. Kamu harus percaya padaku. Kita akan menyelinap masuk melalui tangga darurat. Aku sering melakukan hal itu. Kamu bisa memarikan mobilmu di belakang Universitas lalu kita pergi melalui tangga darurat..Ayo antarkan aku kesana ya, Hubby..”
Aku sedikit merendahkan suaraku di akhir kalimat yang aku ucapkan. 😊
Aku kemudian tersenyum dengan lebar dan meletakkan tanganku di tubuh Ai.
“Apakah aku pernah tidak menuruti keinginanmu? Meskipun sekarang aku sudah sangat mengantuk..”
“Ayo cepat bawa aku ke sana. Aku ingin berbicara denganmu disana. Pemandangan disana sangat indah. Kita bisa merasakan angin yang bertiup dengan sejuk dan juga bisa melihat lampu yang berkelap-kelip dari sana serta suasana kota pada malam hari..”
“Bukankah kita bisa melihatnya dari balkon apartemenku?”
“Aku tidak mau. Tugasmu sekarang adalah menyetir mobil ini dan tujuan perjalan kita kali ini adalah Gedung Universitas. Apakah kamu tahu apa yang aku katakan, Khun Supir?”
“Haha.. Kamu hanya membantah ucapanmu sekali dan kamu sudah memangil suamimu ini supir? Apa yang akan terjadi jika aku tidak mau menuruti keinginanmu? Apakah aku akan memangilku seperti hewan dengan nama hamster, ikan mas atau landak kecil, begitu?”
Ai mengatakan hal itu sambil menatapku yang sudah dengan berani menanggil dia supir. 😅
“Aku tidak mau memiliki hewan peliharaan karena aku malas memberikan mereka makan dan pastinya mereka juga tidak akan bertahan lama..”
“Hahaha…”
Aku mendengar suara tawa Ai setelah aku mengatakan hal itu. 🙄
“Apa yang sedang kamu tertawakan?”
“Tidak ada. Aku hanya sedang berpikir bahwa kepribadian kita berdua benar-benar sangat berbeda jauh. Kamu sangat tidak peduli dengan hal apapun, tetapi aku sangat peduli, terutama kepadamu..”
“Itu bukanlah alasan yang bisa membuat kamu menyukaiku. Percayalah padaku. Kamu menyukaiku karena aku adalah orang yang romantis..”
“Hah? Apa?”
“Kamu sama sekali tidak romantis. Tetapi tidak masalah karena kamu memiliki banyak kelebihan yang lain sehingga aku bisa menyukaimu..”
Aku mengatakan hal itu kepada Ai sambil mengembungkan pipiku sampai pipiku terlihat menggembung. Saat ini pipiku terasa panas saat aku membicarakan hal ini dengan Ai. ☺️
Tetapi tidak lama Ai segera menarik kepalaku untuk mendekatinya dan dia segera mencium pipiku.
Kiss 😘
“Mengapa kamu sangat suka mengambil keuntungan dariku?”
“Maaf.. Aku memang bukan orang yang romantis. Jadi bagaimana kamu bersikap romantis? Bisakah kamu mengajarkannya padaku?”
Ai menerima apa yang aku katakan padanya dan segera menjalankan mobilnya untuk berputar menuju tempat parkir yang ada di belakang Universitas. ☺️
“Hmm… Baiklah. Aku akan mengajarkan kepadamu saat kita sudah ada di atas atap gedung Universitas..”
“Baiklah..”
---
Atas atap Gedung Universitas
Ai Pov
Aku bisa merasakan angin yang bertiup dengan kencang setelah aku membuka pintu di atap gedung Universitas kami.
Aku segera menyipitkan mataku untuk menghindari debu yang berterbangan di sekitarku. Ketika aku membuka mataku lagi, Nhai yang tadinya berjalan bersama-sama denganku sudah berlari ke arah tepi atap ini.
Aku bisa melihat dia tersenyum dengan lebar dan tangannya melambai kepadaku agar aku mau mendekatinya. 😊
Meskipun sekarang sudah gelap, tetapi cahaya dari bangunan yang ada di sekitar Universitas kami membuat tempat ini tidak terlihat menakutkan.
Cahayanya memang terlihat redup, tetapi masih cukup untuk kami bisa melihat satu sama lain.
Aku kemudian mulai menggerakkan kakiku dengan ringan untuk bergerak mendekati Nhai yang sedang berdiri. Dia sedang berdiri dan menempelkan tangannya di dinding atap gedung ini yang hanya setinggi pinggangnya saja. Dia terlihat memiringkan kepalanya untuk melihat ke arah bawah gedung ini.
“Apa yang sedang kamu lihat?”
Aku bertanya sambil mendekati tubuh Nhai dan mengikuti arah pandangan matanya. Aku melihat dia menatap suatu tempat yang aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Tetapi aku bisa melihat bahwa Universitas kami sekarang benar-benar kosong.
“Dari sudut ini kamu bis melihat ke bawah dan kamu bisa melihat bagian depan gedung Fakultas kita. Itu adalah tempat pertama kali kita bertemu. Apakah kamu ingat?”
“Aku ingat.. Aku sudah memperhatikan kamu saat kamu sedang memarkirkan motormu. Aku berpikir siapa pria itu? Kenapa kakinya begitu indah..”
---
Nhai Pov
Saat mendengar perkataan Ai tetang kesan pertamanya saat bertemu denganku, aku yang berpikir bahwa aku tidak memiliki apa-apa yang bisa aku banggakan dalam diriku, mulai tersenyum.
Aku kemudian kembali membalik badanku lagi dan melihat ke bawah lagi. Kejadian itu semakin jelas terlintas di dalam kepalaku. ☺️
“Hari itu aku bangun terlambat, jadi aku sangat terburu-buru. Saat kamu menarik lenganku, aku hanya diam dan ingin mengutukmu dalam hatiku. Tetapi saat melihat kamu ingin mengembalikan gantungan Khun Ped kepadaku, aku mengubah kata-kata makian yang ingin aku lontarkan kepadamu menjadi perkataan terima kasih..”
“Aku saat itu menanyakan namamu, tetapi kamu sudah lari duluan..”
“Sebenarnya saat itu aku mendengar perkataanmu, tetapi aku benar-benar sedang terburu-buru. Aku harus mementingkan apa yang harus aku lakukan terlebih dulu. Tetapi ketika aku kembali lagi dan ingin menjawab pertanyaanmu itu, kamu sudah tidak ada. Aku sempat merindukan dirimu dan ingin tahu tentangmu juga saat itu. Aku benar-benar merasa terkejut saat hari itu aku masuk ke dalam kelasku dan tahu bahwa kamu adalah teman sekelasku..” 😊
“Aku menyebutnya ini sebagai takdir..”
“Yeah.. Ini adalah takdirku untuk bertemy denganmu. Aku juga di takdirkan merasakan patah hati karena Nong Karn Liuw. Aku di takdirkan untuk mabuk dan menciummu pada hari itu. Meskipun sampai saat ini ingatanku sedikit kabur tentang hal itu, tetapi ciuman hari itu benar-benar sangat menyentuh hatiku..”
“Ayo kita berciuman lagi..”
“Hei Ai.. Tunggu sebentar!”
Aku segera mengangkat kedua tanganku untuk menahan bahu Ai. Aku menahannya agar dia tidak menciumku saat ini. 😅
“Aku memiliki sesuatu untukmu. Ini bisa membuatku untuk selalu mengingat ciuman kita pada hari itu karena setiap kali aku melihatnya, aku selalu teringat kejadian di malam itu..”
“Kamu memiliki sesuatu untukku? Apakah aku harus memejamkan mataku?”
“Tidak perlu. Ini hanyalah barang kecil saja..”
“Ini adalah kacang rasa wasabi. Ini adalah merek yang sama dan kamu makan saat kamu sebelum menciumku hari itu..”
---
Ai Pov
Saat Nhai mengatakan hal itu, aku hanya bisa terdiam dan keheningan menyeliputi kami berdua selama beberapa saat. 🙄
Aku sedang menyesuaikan perasaan hatiku yang tadinya merasa senang dan sekarang benar-benar turun dengan cepat. 😅
Aku tadi merasa terlalu bersemangat saat Nhai mengatakan bahwa dia ingin memberikan aku sesuatu dan aku merasa senang. Tetapi saat aku melihat Nhai merogoh saku celananya, aku sedikit bingung.
Aku lalu melihat dia meletakkan di tanganku sebungkus kantong kacang berwarna hijau di atas telapak tanganku. 😅
“Aku membelikan ini khusus untukmu..”
“Aku mengira kamu akan memberikan aku hadiah yang besar. Ini sama sekali tidak memerlukan uang yang banyak..”
Aku kemudian mengangkat tanganku untuk sedikit menggosok ujung hidungku. Aku ternyata berpikir terlalu jauh karena tadinya aku berpikir Nhai akan memberikan aku cincin, tetapi aku hanya mendapatkan kacang. 😞
Tetapi aku sudah merasa cukup senang dia mau memberikan aku ini meskipun harganya tidak seberapa.
“Au.. Jika aku membawa hadiah yang besar maka akan sulit untuk di masukkan ke dalam kantong celanaku..”
“Tetapi sudahlah tidak masalah. Setidaknya aku merasa senang bahwa kamu masih ingat aroma ciuman kita malam itu. Terima kasih..”
Aku mengatakan hal itu dan akhirnya tersenyum. Aku kemudian ingin memasukkan bungkus kacang yang Nhai berikan padaku ke dalam kantong celanaku jika saja aku tidak mendengarkan apa yang Nhai katakan berikutnya.
“Ouh.. Kenapa kamu menyimpannya? Aku membelikan itu untuk kamu makan. Ayo bukalah, aku juga ingin memakannya..”
“Kamu bahkan masih mau merebut makanan yang sudah kamu berikan padaku..” Gumamku pelan.
“Hah? Apa? Kamu tadi mengatakan apa padaku? Aku tidak bisa mendengarnya..”
“Tidak bilang apa-apa. Lalu jam berapa kita akan pergi dari sini? Sekarang sudah hampir tengah malam..”
“Hmm.. Bagaimana kalau beberapa menit lagi? Berapa menit lagi sampai jam 12 malam?”
“Tujuh menit lagi..”
Aku berkata sambil membuka bungkus kacang itu dan segera meraih tangan Nhai lalu menunangkan kacang itu di atas tangannya.
“Kalau begitu kita makan kacang ini dulu baru kita pulang..”
“Bukankah kamu tidak suka kacang rasa wabisabi?”
“Yeah.. Aku memakannya karena kamu suka memakannya. Aku selalu berusaha mempelajari apa saja yang kamu sukai..”
Setelah aku mendengar Nhai mengatakan hal itu padahal dia tidak suka dengan rasa pedas dari Wabisabi dan membuat wajah yang aneh saat dia menguyah kacang ini. 😅
Dia berusaha untuk menahan rasa pedas yang mungkin saja dia rasakan di lidahnya saat ini. Tetapi dia benar-benar tidak bisa memakannya karena setelah dia memakan dua atau tiga kacang maka hidungnya segera berwarna merah dan air matanya mulai mengalir. 🤣
“Hmm.. yang aku sukai? Aku suka padamu.. Eui.. Tidak! Aku mencintaimu..”
“Kapan kamu akan berhenti berpromosi dan mengucapkan kata-kata manis seperti itu padaku?”
“Aku tidak akan pernah berhenti mengucapkan kata-kata itu. Kamu tidak perlu merasa khawatir..” Kataku sambil tertawa.
“Aku tidak percaya.. Apakah kamu tahu? Kenapa hari ini aku membawamu kesini?”
“Kamu membawaku kesini untuk memberikan aku kacang dan menunjukkan sikap romantismu.”
“Sial! Bukan seperti itu.. Aku membawamu kesini untuk menawarkan sebuah promosi padamu. Ini adalah barang asli dan ada di dalam kantong bajuku. Jika kamu sudah memenuhi semua persyaratannya maka kamu akan mendapatkan hadiah yang besar. Tetapi kali ini kamu harus memejamkan matamu terlebih dulu..”
“Promosi apa?”
“Sudahlah.. Tutup saja matamu dulu..”
“Baiklah..”
---
Nhai Pov
Saat aku melihat Ai sudah melakukan apa yang aku perintahkan padanya, aku mulai pelan-pelan mengeluarkan apa yang ada di dalam saku bajuku.
Aku kemudian memegang benda itu dengan kedua tanganku, lalu mulai bergerak sedikit lebih mendekat ke arah Ai.
Aku kemudian menukar barang yang ada di tangannya yang saat ini sedang memegang kantong kacang dengan benda yang akan aku berikan padanya.
Setelah meletakkan benda itu, aku segera mendekatkan pipiku dengan pipi Ai lalu menghirup aroma lembut dirinya dalam-dalam sebelum aku mencium pipinya dengan lembut.
Kiss 😘
“Selamat hari jadi ke satu bulan. Aku akan turun dan menunggumu di dalam mobil. Kamu bisa membaca dulu syarat penggunaannya, lalu cepatlah turun dan mencari aku..”
“Hmm.. Baiklah..”
---
Ai Pov
Aku merasakan setuhan bibir Nhai yang mencium pipiku dengan lembut dan tidak lama aku mendengar suara sepatunya yang menjauhuiku.
Aku perlahan membuka kedua mataku dan menemukan bahwa saat ini aku sedang berdiri disini sendirian di area yang terasa luas ini. Tetapi entah mengapa aku tidak merasa kesepian, namun sebaliknya. Saat ini jantungku yang ada di dada sebelah kiriku berdetak dengan kencang.
Aku sempat merasakan tadi tubuhku terasa lelah, tetapi sekarang aku merasa senang sampai rasanya aku ingin menghentikan waktu saat ini. 😅
Aku kemudian melihat benda yang ada di tanganku saat ini. Aku segera tersenyum dengan lebih merasa bahagia sampai aku merasa senyumanku benar-benar sangat lebar lebih dari sebelumnya. 😄
Aku menggunakan bantuan dari cahaya ponselku untuk membaca kertas yang ada di tanganku saat ini.
Kertas ini sama saja dengan kartu yang seperti biasa. Tetapi ada tulisan di dalamnya yang perlu aku baca.
Bagian depan kartu ini seperti kartu promosi pada umumnya dan terdapat dua belas lingkaran untuk di isi dengan stiker.
Aku melihat ada satu stiker yang sudah di tempelkan disana sebagai awalnya dan sisanya masih kosong sampai ada kotak hadiah di akhirnya. 🤣
Tanganku kemudian membalik kartu itu dan melihat bagian belakangnya dan terlihat ada teks yang cukup besar untuk menjelaskan cara penggunaannya.
Meskipun aku tidak bisa terlalu membaca tulisan bahasa Thailand dengan baik, tetapi aku mencoba untuk membacanya dan mengerti maksudnya dengan pikiranku. ☺️
Syarat dan Kententuan dalam menggunakan kartu ini:
1. Kartu ini adalah kartu loyalitas yang dapat digunakan setiap satu bulan sekali. Saat menggunakan akan mendapatkan 1 poin.
2. Kumpulkan 12 poin dan tukarkan dengan 1 hadiah utama.
3. Kartu ini tidak bisa di ambil alih oleh orang lain atau berpindah kepemilikkan.
4. Penerbit kartu ini berhak untuk membatalkan atau mengubah syarat dan ketentuan sewaktu-waktu tanpa memberitahukan hal itu terlebih dulu.
Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, silakan hubungi Chen Nhai.
Department Cinta dan Perawatan untuk Khun Aiyaret. 😊
Setelah aku membaca kartu itu, aku bergumam.
'Dia benar-benar sangat romantis..’
Setelah mengatakan hal itu, aku segera memasukkan kartu itu ke dalam kantong bajuku di sebelah kiri dadaku dan mengusapnya.
Aku mengusap dadaku bolak balik agar meminta jantungku berdetak dengan tenang lagi, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa jantungku akan segera berdetak normal kembali. 😅
Aku merasa ragu bahwa jantungku tidak akan bisa berdetak dengan normal lagi jika aku membiarkan Chen Nhai untuk menjaga jantungku ini.
Yeah.. Nhai harus bertanggung jawab dan membatuku untuk merawat jantungku ini selamanya. 😄
TBC
Vote and comment.. 🙏😊
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro