Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 18


Mom Aiyaret

Nhai Pov

Siapa yang membersihkan kamar Ai ini? Kemana perginya mesin cucinya? 🤔

Mataku yang sipit sedikit merasa linglung saat aku melihat sekeliling kamar Ai yang terasa semakin luas sekarang. Kini kondisi kamar Ai sudah kembali bersih lagi.

Aku merasa sedikit aneh saat melihat tempat dimana biasanya ada mesin cuci sekarang sudah kosong. Aku segera berbalik dan bertanya kepada Ai yang saat ini sedang berjalan untuk duduk di sofa.

“Siapa yang membersihkan kamar ini? Hmm.. lalu bagaimana dengan mesin cucinya!”

“Aku meminta seseorang untuk membersihkannya karena aku terlalu malas untuk melakukannya sendiri dan untuk mesin cucinya rusak. Makanya aku mengirimnya untuk di perbaiki..”

Jelas Ai dan seperti tidak ada masalah. Perasaan kebenciannya yang kemarin aku rasakan sudah menghilang. Selain itu, saat ini Ai menepuk sofa di sebelahnya dan memanggilku untuk segera berjalan dan duduk disebelahnya. ☺

“Mesin cucinya rusak?” Tanyaku.

“Hmm..”

Aku segera berjalan dan duduk di sampingnya seperti yang dia inginkan. Aku menggaruk tengkukku dan membuat wajah bersalah saat menatapnya. 🥺

“Maafkan aku. Aku akan membayar biaya perbaikannya..”

“Iya.. Kamu sudah membayarnya tadi malam atau kamu mau membayarnya lagi?” Tanya Ai sambil tertawa pelan. 😄

Dia kemudian menggerakkan tangannya di atas pahaku dan mulai naik ke atas dan tangannya menuju kemeja yang aku pakai untuk menyentuh kulitku di balik kemeja yang aku pakai saat ini.

“Sudah cukup! Aku tidak ingin melakukannya lagi. Badan dan pinggangku masih terasa sakit..”

Setelah mengatakan hal itu, aku segera menyandarkan kepalaku di atas bahu Aiyaret dan membiarkan Ai mengusap kepalaku dengan lembut. Sementara aku mengambil tangannya untuk aku mainkan. ☺

“Grauk!”

“Kamu mendekat padaku dan menggigitku. Apakah kamu lapar?”

“Siapa suruh kamu sangat suka menggigitku? Aku hanya ingin tahu bagaimana rasanya jika aku menggigitmu..”

“Jadi bagaimana rasanya? Gigimu sangat tajam..”

“Rasanya asin. Tetapi enak..”

“…”

“Ai, mengapa pintu itu terbuka? Aku biasanya tidak pernah melihat pintu itu terbuka..”

Aku tidak bisa duduk diam saja saat melihat pintu yang biasanya selalu tertutup sekarang sedikit terbuka sedikit.

“Oh.. Aku membuka pintunya agar pengurus rumah bisa masuk dan membersihkan tempat ini juga. Itu dulunya adalah kamar milik Nan. Kamar itu hanya berisi rak penuh buku dan juga alat musik milik ayahku. Tetapi sebelumnya ruangan itu tidak memiliki pintu. Tetapi Chao Nan meminta di buatkan pintu oleh teknisinya. Karena dia merasa kesal saat akan masuk ke dalam kamar itu maka dia harus berjalan keluar dulu dan harus menggunakan card key untuk membukanya juga…”

“Kamar itu hanya berisi rak buku dan alat musik saja? Oh! Seberapa kaya dirimu sehingga kamu bisa melakukan hal ini? Membeli kondominium hanya untuk tempat penyimpan saja. Mengapa tidak disewakan atau di jual saja?”

“Ayahku tidak mengizinkan aku melakukan hal itu. Dia berkata padaku bahwa dia memiliki banyak kenangan dengan kamar itu dengan Nan..”

“Tunggu sebentar.. Apakah mereka berdua sebenarnya bersaudara? Kenapa nenekmu dan ayah Nan menikah lagi?”

“Hm.. Jika di lihat dari kerabat hal itu memang benar. Tetapi mana ada saudara yang menato nama yang lain di punggungnya? Ayahku menato kata 'Nanklaw' di atas punggungnya…”

“Hah? Apakah hubungan Chao Nan dan ayahmu seperti hubungan kamu dan aku?”

“Seperti apa?” Tanya Ai sambil mengerutkan keningnya sampai berkerut dan dia menggerakan kepalanya untuk bersandar di atas rambutku yang lembut.

“Yea.. Cinta..”

“Cinta seperti apa?”

“Mereka saling mencintai seperti sepasang kekasih benarkan?”

“Maksudku bukan ayahku dan Chao Nan. Tetapi maksudku adalah cinta seperti apa yang kamu punya untukku? Seberapa besar kamu mencintaiku?”

“Hm.. Ai, aku rasa saat ini aku benar-benar ingin melihat ruangan itu..”

“Baiklah.. Aku akan mengizinkan kamu melihatnya..” Kata Ai sambil tertawa.

Dia sepertinya tahu bahwa aku sedang berusaha untuk mengubah topik pembicaraan kami. Aku segera memalingkan wajahku darinya dan lalu segera berdiri kemudian berjalan kearah pintu yang terbuka itu.

Saat ini wajahku terasa panas dan pastinya memerah karena pertanyaan yang Ai tanyakan padaku. Tetapi aku tidak mau ambil pusing dengan memikirkan semua itu. ☺️

Karena jika aku memikirkannya maka aku akan merasa pusing 😅

Aku melihat Ai tersenyum dari sudut bibirnya.  Aku hanya bisa mengikutinya dan melihat ruangan itu.

Kami memasuki ruangan itu bersama-sama.

Saat melihatnya, mataku segera melebar terbuka. 😮

Setiap ruangan di dalam kamar ini di tata dengan rapih dan salah satu sisi ruangan ini ada rak buku yang berisikan ratusan atau mungkin ribuan buku serta ada sofa beludru yang berwarna hitam di depan rak buku itu bisa untuk tidur atau membaca buku. ☺️

Sedangkan di tengah ruangan ini terdapat banyak alat musik. Kebayakan alat musik yang ada di dalam ruangan ini adalah alat musik Internasional yang selalu di bersihkan dan di poles sehingga terlihat bersinar. Mereka di letakkan dengan sangat rapih di sekeliling rak buku ini.

Aku melihat di dekat rak buku ada satu-satunya alat musik Thailand di dalam ruangan ini.

Ai yang mengikutiku kemudian segera mengatupkan kedua tangannya untuk memberi hormat kepada biola erhu yang terletak di sudut rak itu sebelum mengambilnya dengan tangannya.

“Chao Nan mengatakan padaku bahwa aku mencintai seseorang, maka aku harus memainkan alat musik ini dan membiarkan orang yang aku cintai mendengarkannya. Aku akan memainkan sebuah lagu untukmu agar kamu mendengarkannya..”

“Kamu memainkan biola erhu hanya untuk aku mendengarkannya? Apakah itu tidak aneh?” Aku mengangkat alisku untuk bertanya kepada Ai.

Aku melihat Ai berjalan untuk duduk di sofa dan aku segera mencari tempat duduk yang lain dan menemukan bahwa kursi yang ada di depan piano besar masih kosong.

Aku kemudian berjalan dan segera duduk disana. Pada saat yang bersamaan, aku mendengar suara khas biola erhu itu mulai terdengar memainkan sebuah lagu.

Mataku mulai mengikuti jari ramping Ai yang saat ini sedang menekan senar di biola itu sambil menggerakkan busur biola sehingga mengeluarkan suara. Selama beberapa saat Ai terus memainkan biola itu sampai dia puas dan musiknya bertambah keras. 😄

Aku bisa merasakan mata Ai yang berwarna coklat ek tua itu menatapku dan sudut bibirnya terangkat tersenyum dengan lembut seolah-olah dia sedang berpose.

Ketika aku melihat Ai bermain musik, mataku hampir tidak berkedip. Aku melihat Jari-jarinya yang menekan senar biola itu dan tangannya yang kadang menarik busur biola ke kiri dan ke kanan.

Ketika Ai mengangkat matanya, mata kami berdua langsung bertemu. Dia memberikan aku senyuman yang terasa aneh dan aku hanya bisa kembali menatap piano yang ada di depanku. 😅

“Bagaimana? Apakah aku terlihat keren?” Tanya Ai.

Dia saat ini sudah menghentikan tangannya untuk bermain biola itu dan kembali meletakkan alat musik yang cantik itu di bantalan empuk di atas sofa. Dia segera berdiri dan berjalan untuk duduk di dekat kursi yang sama dengan aku duduki saat ini.

“Hmm.. Iya..”

Setelah aku mengatakan hal itu, Ai segera berjalan ke belakangku dan memeluk leherku.

“Kalau seperti itu, kamu harus memberikan aku hadiah..” Kata Ai.

Tidak lama dia menyodorkan pipinya yang lembut itu di depan wajahku. Tetapi aku tidak mau menciumnya. 🤣

Aku hanya mengangkat tanganku dan memukul pipi Ai dengan lembut.

“Apakah kamu bisa memainkan semua alat musik ini?”

“Aku tidak bisa memainkan semua alat musik. Tetapi yang ada di dalam ruangan ini aku bisa semuanya..” Kata Ai sambil mendudukan dirinya di belakangku.

Ketika aku ingin bangun dan melarikan diri darinya, dia segera melingkarkan tangannya di pinggangku. Lalu dia memegang tanganku meletakkannya di atas keyboard piano.

“Aku bisa bermain piano dengan sangat baik. Apakah kamu ingin mendengarkannya?”

Dia memengang tanganku seperti ini, Apakah dia bisa bermain piano? 🙄

“Bagaimana bisa kamu melakukannya jika kamu memegang tanganku seperti ini?” Tanyaku.

Ai mengambil tanganku dan meletakkan tanganku di atas tangannya lalu menggerakkannya. 

“Sekarang kamu juga sudah bisa memainkannya..”

“Ketika aku masih kecil, aku sering meminta kepada ayahku untuk agar aku bisa belajar bermain musik juga. Tetapi ayahku melarangku. Dia malah meminta aku untuk belajar berenang, menunggang kuda, taekwondo dan tinju..” 😅

“Yeah.. kamu memang lebih cocok dengan olahraga yang membutuhkan banyak tenaga seperti itu..”

“Apakah kamu sedang memarahiku dengan cara yang berbeda?”

“Aku sedang memujimu. Aku bisa mengajarimu. Tetapi kamu harus memangil aku dengan sebutan Guru Ai dulu..”

“Hwek! Guru Ai, aku benar-benar merinding saat mendengarnya..”

Mataku menatap wajah Ai dan aku segera mengerutkan wajahku seperti aku sedang meminum pil yang pahit. 😣

“Ayo panggil aku sekali lagi seperti itu..”

“Kamu benar-benar sangat menakutkan. Ayo sekarang mainkan piano ini, Khun Aiyaret. Aku yang akan menentukan lagunya..”

“Yeah.. kamu bisa meminta aku memainkan lagu apapun..” Kata Ai sambil menggelengkan kepalanya.

Aku lalu mengalihkan perhatianku kembali ke pada jari tangan Ai yang terasa kuat yang masih memegang tanganku di atas keyboard untuk menghindari tatapan yang menyilaukan darinya. 😅

Keadaan pikiranku saat ini benar-benar sama sekali tidak baik sama sekali. Aku adalah orang yang sangat mudah tertipu olehnya dan selalu memberikan apapun yang Hubbyku apapun yang dia inginkan. 😣

Badanku bisa remuk lagi, tetapi sekarang kondisi pinggangku masih belum terlalu baik karena kegiatan kami semalam. Hatiku saat ini harus kuat jika tidak, maka punggung dan pinggangku akan semakin sakit dari ini.

“Aku sangat suka lagu Faded dari Alan Walker. Musik itu terdengar sangat enak, aku akan meminta kamu memainkan lagu itu untuk penampilan permainan pianomu yang akan aku dengarkan..”

“Yeah.. Aku tahu lagu itu..” Kata Ai.

Dia menganggukkan kepalanya sambil menjawab. Aku melihat ujung-ujung jari tangan Aiyaret yang mulai bergerak dan piano yang terlihat mahal yang ada di depanku mulai mengeluarkan suara.

“Ketika aku ada di Kanada. Aku sering memainkan lagu itu..”

“Kamu memainkan untuk siapa?”

“Aku hanya memainkan untuk diriku sendiri karena aku merasa kesepian..”

Ai berkata sambil menaruh dagunya ke atas bahuku. Aku melihat ujung jarinya masih memainkan lagu itu. Ai juga siap untuk menyanyikan lagu itu sebagai latar belakangnya dengan lembut.

You were the shadow to my light.

Do you feel us?

Another star.. You fade away.

Afraid our aim is out of sight
Wanna see us alive..

Where are you now?

Where are you now?

Where are you now?

Was it all in my fantasy?

Where are you now?

Where you only imaginary?

Where are you now?

Atlantis.. Under the sea.. Under the sea..
Where are you now?

Another dream

The monster’s running wild inside of me..
I'm faded

So lost, I'm faded

These shallow waters, never meet

What I needed

I'm letting go - a deeper dive

Eternal silance of the sea - I'm breathing alive

Where are you now.

“Ouh.. Hubby.. I'm here if you need me..”

“Sangat menjijikan..” Kata Ai dan kemudian berhenti bermain piano lalu ikut tertawa bersamaku. 😄

Setelah itu, dia berbalik dan menatapku dengan pandangan yang serius.

Sial! Bagaimana aku tidak terpesona olehnya kalau dia seperti ini? 😣

“Ouh.. Ai! Kamu benar-benar sangat suka mengataiku..”

Aku berkata sambil mengangkat tangaku untuk memukul dahi Ai karena dia baru saja membenturkan dahinya dengan keras ke kepalaku.

Tetapi sebelum aku kembali membuka mulutku untuk berkata-kata, aku merasakan bibir Ai yang terasa hangat menempel di bibirku dan tangannya mengelus rambutku.

Kiss 😘

Ai kembali berusaha menggodaku lagi dengan memasukkan lidahnya ke dalam mulutku. Kami berciuman untuk sementara waktu.

---

Ai Pov

Aku bersumpah, awalnya aku hanya berniat untuk meminta satu ciuman saja dari Nhai. Tetapi ketika tangan Nhai bergerak ke daerah selangkanganku dan dia mengeluarkan suara erangan kepuasan.

Tanganku yang tadinya masih ada di atas keyboard piano mulai ikut bergerak dan akhirnya sampai di kemeja Nhai yang terlihat sudah berantakan yang terangkat sampai ke dadanya. 😅

Aku juga melihat air liur sudah menetes di mulut Nhai. Hal itu terlihat jelas karena sudah mengalir sampai ke dagunya ketika aku berhenti menciumnya.

Rasanya saat ini aku sangat ingin mengajak Nhai untuk berpindah ke sofa. Jika kami berdua tidak mendengar bunyi bel dari ruangan kami yang lain.

Ting Tong..

“Siapa yang datang?”

“Aku disini bersama-sama dengamu. Aku tidak tahu..”

Aku melihat Nhai mulai mengangkat tangannya untuk menyeka mulutnya dan membenarkan kembali pakaiannya dengan wajahnya yang masih memerah. ☺️

Ketika aku melirik ke arah celanaku, juniorku terlihat menonjol dan wajahku juga sama memerah dengannya. 😅

Kiss 😘

Aku kemudian memberikan Nhai ciuman cepat di dahinya yang lebar. Aku hanya bisa menghela napas kesal sebelum berjalan kembali ruangan yang ada di depan untuk melihat siapa yang datang.

Aku melihat dari layar monitor yang bisa menampilkan area di depan ruangan apartemenku.

Saat melihat siapa yang datang, sudut bibirku sedikit berkedut ketika aku melihat ada seorang gadis kecil yang masih muda, yang sangat aku kenal sedang mengenakan rok berwarna pink. 🙄

Yeah.. Kalau seperti ini, Jom terlihat seperti boneka. 😅

“Adik perempuanmu jika di lihat-lihat sangat mirip wajahnya denganmu..”

Aku mendengar Nhai mengatakan hal itu saat dia sudah berdiri di belakangku. Saat ini Nhai sedang mengangkat sebuah botol air untuk dia minum agar rasa haus yang dia rasakan menghilang.

Sedangkan tangannya yang lain menunjuk ke arah layar dan kakinya mendekat kearahku. Nhai sedang membicarakan gadis yang kemarin dia lihat sedang memelukku kemarin.

---

Nhai Pov

Aku kembali melihat gadis yang aku lihat memeluk Aiyaret kemarin ada di depan pintu apartment Ai hari ini. Saat ini aku dapat melihat wajahnya dengan jelas dan aku tahu bahwa mereka berdua benar-benar bersaudara karena wajah mereka terlihat sangat mirip.

“Dia memakai pakaian seperti itu terlihat seperti boneka peri..”

“Apakah Kamu tidak pernah melihat boneka barbie? Kenapa kamu menyebut dia seperti boneka peri dia seperti barbie? Dia hanya penganggu saja..” Kata Ai.

“Aku tidak suka boneka barbie, tetapi P'Sing sangat suka, jadi aku tahu. Lalu kenapa sekarang kamu tidak membuka pintunya?” 🤔

“Aku sudah mengatakan padanya untuk tidak datang kesini..” 😑

“Memang kenapa?”

Aku berkata sambil membuka pintu apartment Aiyaret.

“Nhai! Jangan buka pintunya!” Teriak Ai.

Aku mendengar suara Ai terdengar bergetar, sebelum aku membuka pintu apartemennya lebar-lebar.

Aku segera memberikan senyuman yang terlihat ramah kepada Jom Kwan yang saat ini terlihat kebingungan saat dia melihat orang yang membuka pintu apartemen Ai adalah orang asing yang dia tidak pernah lihat sebelumnya. 😅

“Kamu Jom kan? Aku adalah Phi Nhai..”

“Nhai…”

Aku mendengar Ai memanggil namaku saat aku sedang memperkenalkan diriku kepada adik perempuan dari ayah tiri Ai. Jika saat ini Ai tidak berdiri di dekatku dan membuat wajah yang galak, aku mungkin akan mengajak Jom Kwan duduk di dalam apartemen ini untuk mengobrol, menyajikan air minum dan mengambilkan dia makanan ringan. 😊

---

Ai Pov

Aku rasanya saat ini benar-benar ingin menyeret dan memukul Nhai saja karena dia benar-benar tidak tahu apa-apa tentang hubunganku dengan Jom Kwan. 😑

Tetapi bagaimana dia bisa tahu? 🙄

Karena selama ini aku tidak pernah memberitahukan Nhai tentang hubungan kami yang sebenarnya. Ok, kali ini aku yang salah! 😞

“Ada apa, Ai?” Tanya Nhai dengan wajah yang terlihat bingung.

Aku hanya menatap kearahnya sebentar dan tidak menjawabnya. Aku kemudian memandang ke arah Jom Kwan.

“Tidak apa-apa..” Balasku.

“Lalu biarkan dia masuk ke dalam apartemen ini, ok?”

“Tidak!”

“Ouch!”

“Jom Kwan mengapa kamu datang ke sini?”

“Aku mempunyai sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan Phi Ai..”

“Hubby.. Tenanglah dulu..”

Nhai berkata kepadaku dan meletakkan tangannya di atas dada lebar milikku. Aku tahu bahwa Jom tidak terbiasa melihat hal ini, tetapi dia hanya diam saja dan tidak mengatakan apapun.

“Kamu pulang saja. Ibumu pasti menghawatirkan dirimu..”

“Aku tidak akan pulang jika Phi Ai tidak mau berbicara denganku..”

“Jom Kwan! Pulang!”

Aku berusaha untuk tetap bersikap tenang, tetapi Jom benar-benar tidak mau mendengarkannya sehingga suaraku mulai terdengar keras sesuai dengan suasana hatiku.

“Hmm.. Phi rasa lebih baik Jom turun dulu saja dan menunggu di restoran yang sama seperti kemarin. Kamu tunggu saja di sana karena Aku dan Phi Ai akan turun sebentar lagi..” Kata Nhai.

Dia tersenyum dengan lebar kepada Jom agar menghentikan pertengkaran kami dan segera menutup pintu apartmentku.

---

Nhai Pov

Saat aku mengatakan agar Jom menunggu kami di bawah, aku segera menyeret Ai yang terlihat marah saat ini untuk kembali masuk ke dalam apartemen.

Aku segera menutup pintunya dan bermaksud untuk menanyakan penyebab dia melakukan hal itu kepada saudara tirinya itu. 🙄

“Kamu kemari dulu.. Kenapa kamu bersikap seperti itu padanya, Ai?”

“Keluargaku dan keluarganya sangat tidak cocok. Aku juga sudah berjanji kepada Nan bahwa aku tidak akan berhubungan dengan keluarganya lagi…”

“Masih ada berapa banyak hal lagi yang belum aku ketahui tentang dirimu?”

Aku bertanya dengan suara pelan, tetapi mataku menatap mata Ai dan menyampaikan bahwa aku merasa tidak puas dengan sikapnya itu. Aku kemudian melipat tanganku di depan dada dan menatap wajah Ai agar dia tahu bahwa aku meminta dia untuk menjelaskan semuanya tentang masalahnya ini. 🤨

“Empat atau lima tahun yang lalu.. Aku baru tahu bahwa aku masih memiliki seorang ibu. Tetapi ibuku membuat aku bertengkar dengan keluargaku. Ibu mencariku karena Jom saat itu menderita leukemia dan dia ingin aku membantunya dengan mendonorkan sum-sum tulang belakangku padanya. Tetapi  ibu menipuku agar aku mau ikut dengannya dan pergi ke Bangkok. Setelah aku tahu kebenarannya dan urusannya denganku selesai, aku memutuskan untuk memutuskan hubunganku dengannya. Tetapi Jom datang dan memaksaku untuk berbaikan dengan ibu, dia berpikir bahwa aku marah kepada ibuku karena ibu sudah meninggalkan aku ketika aku masih kecil. Tetapi menurutku hal itu sungguh tidak masuk akal..”

“…”

“Apakah aku salah? Kenapa aku harus peduli kepada orang yang tidak mencintaiku? Mengapa aku harus bersikap baik padanya? Apakah karena perkataan bahwa dia adalah ibuku?”

“Sudah cukup Ai.. Aku sudah mengerti apa yang kamu rasakan. Kamu tidak perlu menceritakan hal ini lebih banyak lagi. Aku benar-benar muak mendengar cerita yang sangat tidak masuk akal seperti ini..”

“…”

“Tetapi.. Apapun yang terjadi, aku akan selalu ada disisimu…”

Setelah mengatakan hal itu, aku kemudian menarik Ai kedalam pelukkanku dan mendorong lehernya untuk bersandar di pundakku. Aku mengusap rambutnya berkali-kali sebelum melepaskannya. Tetapi Ai tidak mengatakan apa-apa saat aku melihat Ai masih memelukku dengan erat.

“Terima kasih..”

“Tidak masalah. Aku akan turun dan memberitahukan hal ini kepada adikmu agar dia tidak perlu menunggumu lagi karena kamu tidak suka bertemu dengannya. Tetapi omong-omong apakah kamu mau kita bermain dengan posisi yang sulit?” 🙄

“Jika kita bermain posisi yang sulit sekarang, kita tidak akan bisa makan malam lagi..” 😏

“Aku seharusnya tidak membicarakan hal ini denganmu, Ai..”

---

Restoran di Bawah apartemen Ai

Nhai Pov

Saat aku baru saja berjalan masuk ke dalam restoran itu dan melihat ke sekeliling restoran, aku menghentikan pandanganku saat aku melihat satu meja dimana Jom Kwan sedang duduk.

Tadinya aku berpikir bahwa dia sedang duduk sendirian ada aku tidak tahu bahwa saat ini disamping dia terlihat ada wanita lain yang duduk bersamanya.

Aku melihat Jom Kwan saat ini terlihat sedang membungkuk dan membisikkan sesuatu kepada wanita itu sebelum dia tersenyum dan mantap wanita itu. Tetapi wanita itu hanya meliriknya saja. 🙄

Aku memperhatikan wanita yang memiliki kaki yang panjang dan matanya yang terlihat dingin. Matanya telihat besar dan juga bulat serta didandani dengan sangat cantik. Warna matanya sama dengan mata Ai yang baru saja aku peluk tadi.

Orang itu pasti adalah ibunya Aiyaret. Aku pasti tidak salah. 🤔

Aku kemudian mulai merenungkan apa yang akan aku lakukan selanjutnya kepada wanita itu. Tetapi, aku kemudian mendengar suara kursi yang bergeser dan mengembalikan kesadaranku lagi.

Aku melihat Jom Kwan sudah berdiri dan berjalan kearahku lalu meraih lenganku. Aku hanya menatapnya sambil tetap berdiri diam untuk beberapa waktu.

“Dimana Phi Ai? Mengapa dia tidak ikut turun dengan Phi?”

Aku mendengar suara kecil dan imut dari Jom Kwan saat kami sedang berjalan mendekati mejanya. Dia menggoyangkan lenganku sedikit dan mendesak aku menjawabnya.

“Hmm.. Ai berkata dia tidak memiliki waktu..”

“Ayo duduk dulu..”

Aku segera mengangkat kedua tanganku untuk memberikan rasa hormat kepada wanita yang sedang duduk dan mempersilakkan aku duduk. Aku merasa tubuhku sedikit kaku saat menatap matanya daripada sebelumnya. Aku mulai merasa gugup juga saat berbicara.

“Hello..”

“Kenalkan aku adalah Rajin. Aku adalah ibu Aiyaret. Jika Ai tidak mau turun bukan? Kalau seperti itu, bisakah kamu memberikan pangsit untuknya..”

“Baiklah..”

Ibu Ai memperkenalkan dirinya padaku dan segera menyerahkan sekantong plastik ke depanku. Aku melihat di dalamnya ada sekotak pangsit yang besar dari toko yang terkenal. 😊

Untuk membeli makanan di toko itu perlu mengantri panjang karena makanannya enak. Aku segera menerimanya tanpa mau berpikir terlalu banyak. 😄

Jika tadi Aiyaret tidak menceritakan hubungannya dengan ibunya agar aku tahu. Maka aku tidak akan mau turun dan berbicara dengan Jom Kwan seperti ini. 😞

Mengapa sekarang aku berada di dalam situasi yang terasa tidak nyaman seperti ini? 🙄

Aku tidak suka situasi seperti ini juga! Ai mengapa begitu bodoh membiarkan aku bermain-main seperti ini! 😑

“Siapa namamu? Jom mengatakan namamu Rai atau Nhai..”

“Namaku adalah Nhai. Chen Nhai…”

Setelah mengatakan hal itu, aku diam-diam menghela napasku dan kakiku sambil bergerak di bawah meja maju dan mundur. Aku berusaha untuk bersikap santai.

---

Rajin Pov

“Kamu terlihat mirip dengan Chao Nan ketika kamu datang. Saat aku melihatmu, aku mengakui bahwa aku sedikit merasa terkejut. Tetapi saat aku sudah melihat wajahmu dengan jelas, aku menyadari bahwa kalian berdua bukan orang yang sama..” Kataku sambil menatap wajah Nhai.

Chao Nan yang ada di dalam memoriku adalah orang yang sangat sombong dan tidak mudah dipengaruhi. Tetapi sepertinya bocah yang ada di depanku tidak terlalu sombong seperti dia. 🙄

Aku merasa jika aku berbicara dengannya maka dia akan mudah dipengaruhi.

“Iya.. Ai juga mengatakan hal itu padaku..”

“Apa hubunganmu dengan Ai?Kalian tinggal di apartemen yang sama, tidak mungkin kalian hanya teman biasa..”

Nhai tidak menjawab pertanyaanku dan dia hanya menganggukkan kepalanya saja ke atas dan ke bawah secara perlahan sebagai jawabnnya. Dia lalu meraih kantong plastik yang ada di depannya dengan kedua tangannya.

“Apakah kamu hanya ingin mengatakan hal ini saja? Jika iya, maka aku akan naik lagi keatas. Belakangan ini aku banyak ujian dan aku harus belajar..”

“Jangan berani-beraninya kamu mendekati Aiyaret! Aku juga memerintahkan kamu berpisah dengan Aiyaret!”

Nhai yang terlihat ingin bangun dan berdiri terdiam di tempat yang sama. Dia terus saja tersenyum sepanjang waktu dan matanya terlihat sipit. Aku tahu bahwa dia sedikit terkejut saat mendengar perkataanku ini.

Aku tidak tahu apakah dia mengerti dengan apa yang aku katakan ini karena aku mengatakannya dengan sangat jelas.

Brak!

“Aku tidak mau berpisah atau putus dengan Ai!”

“Aku sudah tahu bahwa kamu akan menjawabnya seperti itu. Aku seharusnya tidak membiarkan Ai di besarkan oleh Phi Sip. Dia tinggal bersama dengan orang yang memiliki gangguan jenis kelamin seperti itu atau homosexual..”

---

Nhai Pov

“… Aku merasa aku tidak bisa menerima makanan ini dan izinkan aku mengembalikannya ke tempatnya semula..”

Aku berkata seperti itu dan kembali meletakkan kantong itu di atas meja. Aku ingin segera pergi dari sini.

Aku saat ini tetap tersenyum untuk menjaga sopan santunku saja. Tetapi sebenarnya kalau boleh aku sangat ingin meninju wajah Ibunya Aiyaret ini. 😒

Tetapi aku diajarkan oleh ayahku untuk tidak melakukan kekerasan kepada anak-anak, wanita hamil dan juga orang tua. 😞

Bahkan jika aku di katakan sebagai homosexual sekalipun. Ibu Aiyaret benar-benar sangat menyebalkan!! 😒

Saat dia melihat aku akan berdiri, ibunya segera mencengkaram tanganku dan menarik aku kembali agar duduk lagi. Kukunya yang panjang ke dalam tanganku. 🥺

“Oui.. Lepaskan aku! Sakit..”

“Meskipun kamu menolak untuk berpisah dengan Ai, tetapi kamu harus putus dengannya. Aku sangat ingin merebut kembali putraku. Aku ingin Ai menikah dengan wanita yang cocok dengannya. Apakah kamu tahu kenapa?”

“…”

Ibu Ai terus saja menancapkan kukunya yang panjang ke tanganku dengan lebih dalam lagi. Hal ini agar aku tidak bisa pergi dan terus mendengarkan perkataannya.

“Karena Aiyaret bukanlah putra kandung dari Phi Sip. Dia adalah anak haram. Coba kamu pikirkan! Jika keluarga itu tidak menginginkan Ai lagi, Ai masih memiliki siapa?”

“…”

“Sedangkan wanita yang sudah aku pilihkan untuknya dan aku sudah membiarkan dia berkenalan dengan wanita itu saat dia masih berada di Kanada. Mereka berdua terlihat sangat cocok. Sebagai seorang ibu, tentu saja aku harus memberikan yang terbaik bagi anakku sendiri..”

Aku melihat Ibu Ai menatapku dengan matanya yang menyeramkan dan melotot. 🙄

---

Rajin Pov

Sebenarnya kisah yang benar adalah saat Ibunya pergi ke Kanada untuk menemui Aiyaret dan memperkenalkan dia dengan seorang wanita yang cantik serta dari keluarga baik-baik. Hal itu tidak berjalan dengan mulus karena Aiyaret mengamuk dan semuanya hancur berantakkan. 😒

Tetapi yang lebih buruk adalah saat Sippakorn mengetahui hal itu, dia segera membawa Aiyaret untuk kembali ke Thailand secepatnya.

Bagaimana aku bisa berharap agar bisa menggunakan Aiyaret untuk menjadi pengikat hubunganku dengan keluarga yang memiliki bisnis yang baik!! Semua gagal total meskipun aku sudah melakukan investasi dengan sangat banyak. 😑

---

Nhai Pov

Aku masih mendengar Ibu Ai terus berbicara karena dia tidak mau melepaskan tanganku.

“Masalah bahwa Ai bukan anak kandung Paman Sip. Ai tidak tahu akan hal ini kan?”

Oh Tidak!!

Aku kemudian melihat ke arah tanganku yang ada di bawah dan ada tanda bulan sabit di tanganku seperti bentuk kuku ibunya Ai. Sangat sakit dan rasanya sampai mati rasa. Aku memikirkan saat ibunya mengatakan bahwa Aiyaret bukan anak kandung Sippakorn dan tidak tahu siapa ayah Ai yang sebenarnya.

“Yeah.. Dia belum tahu hal itu dan aku juga tidak berencana untuk memberitahukan hal ini padanya..”

“Yeah.. Itu baru benar. Karena jika kamu memberitahuan orang lain hal seperti ini, kamu hanya akan menunjukkan kehidupan pribadimu yang sangat berantakkan. Apakah kamu berpikir Paman Sip akan membiarkan kamu bersama-sama dengan Ai?  Hubungan Ai dengan Ayahnya bahkan lebih dekat daripada hubunganmu dengannya. Kamu adalah orang yang meninggalkannya..”

“Dasar Brengsek! Beraninya anak kecil sepertimu mengatakan hal itu padaku?!!”

Saat mengatakan hal itu, Ibu Ai semakin menekankan kukunya ke tanganku sambil matanya menatapku dengan menyeramkan.

“Oui.. Aizz.. Berbicaralah dengan baik-baik. Jangan membuat aku berpikir bahwa kamu adalah orang tua yang tidak bisa menghargai dirimu sendiri..”

Aku melihat Ibu Ai terlihat menahan amarahnya dan gemeteran saat mendengar perkataanku yang sangat sederhana seperti ini.

Aku tahu bahwa dia tidak mau mengakui apa yang aku katakan itu karena kukunya yang masih menempel di lenganku kini sedikit merobek dagingku.

Aku sedikit meringis saat melihat ada setetes darah yang keluar dari lukaku ini dan mulai merembes keluar. Hal yang paling penting adalah ada tanda yang sangat jelas di tanganku dan tidak mungkin bisa cepat hilang. 😒

“Ibu..”

Jom tiba-tiba memangil ibunya saat melihat apa yang ibunya lakukan padaku.

“Selain itu.. Tolong didik anak perempuanmu ini untuk menjadi seorang wanita yang baik. Jangan pernah sembarangan mengetuk pintu kamar seorang pria..”

Aku terdiam sebentar dan segera memaksa melepaskan cengkraman tangan Ibunya Ai dengan paksa sebelum kembali melanjukan bicaraku.

“Biasanya aku tidak pernah mencari masalah duluan dengan orang lain. Tetapi saat ini kamu sendiri yang memulainya duluan..”

“…”

“Jika kamu masih mengangguku, kamu pasti akan merasa lebih di permalukan dari sekarang. Hahah..”

“Kenapa? Kamu mau melakukan apa? Kamu mau melakukan apa padaku? Ayo coba saja! Jika kamu berani melakukan sesuatu kepadaku dan juga putriku, aku akan berteriak dan mengatakan bahwa kamu yang menindasku dan juga anakku…”

Setelah mengatakan hal itu, Ibu Ai melihat ke sekeliling restoran ini. Dia segera mengepalkan tangannya yang terlihat bergetar karena mencoba untuk menahan amarahnya saat dia menyadari banyak orang yang sudah memandangi kami dan ada beberapa orang yang sedang memegang ponsel mereka untuk merekam kami.

“Hmm… Saat ini aku sudah berusia sembilan belas tahun dan aku tentunya tahu lebih banyak bagaimana melakukan kekerasan di dalam sosial media daripada kamu. Aku tidak suka membuat diriku terlibat dalam sebuah masalah. Selain itu, maafkan aku na.. Menantumu adalah seorang pria juga..”

Setelah mengatakan hal itu, aku segera berdiri dan membawa kantong yang berisi pangsit lalu pergi. Aku tersenyum licik kepadanya juga.

“Arrgg!!”

Aku mendengar Ibu Ai berteriak dengan kencang.

---

Rajan Pov

Untuk sesaat saat Nhai mengatakan hal itu, aku merasa sangat yakin bisa melihat bayangan Chao Nan ada di dalam dirinya.

Tetapi Chao Nan adalah tipe orang yang tegas dan tidak merasa takut dengan apapun yang ada di depannya. Tetapi anak ini terlihat sangat suka dengan barang mahal terutama makanan. 😒

Tetapi mata keduanya menunjukkan dengan jelas bahwa mereka tidak suka dan siap melakukan apapun untuk bisa membuat aku malu.

Tetapi metode yang mereka gunakan sangat berbeda. Tetapi hasilnya akan tetap sama.

Dasar anak bangsat!!

---

Ai Pov

Aku berjalan mondar mandir di dalam apartemenku sambil menunggu Nhai kembali dari bawah setelah dia mengatakan ingin berbicara dengan Jom tadi.

“Mengapa Nhai lama sekali?”

Setelah mengumamkan perkataan itu, aku segera meraih ponselku untuk melihat jam dan menimbang-nimbang apakah aku perlu menyusulnya turun ke bawah? 🤔

Akhirnya aku memutuskan untuk turun ke bawah untuk mencari Nhai.

---

Nhai Pov

Saat ini aku sudah memegang kantong plastik yang berisi pangsit. Aku kemudian mengangkat kantong itu untuk menutupi wajahku dan hanya menampilkan hidung dan mulutku saja sebelum aku berteriak di dalam restoran ini dan membuat wajah Ibunya Ai terlihat memerah.

“Tolong.. Tolong aku! Bibiku sedang mengidap penyakit hypervane dan hand flirtation. Tolong aku.. Aku akan pergi keluar untuk memangil ambulance!”

Setelah aku mengatakan hal itu, restoran ini sedikit kacau setelah aku selesai. 😅

Aku sudah tidak peduli lagi siapa yang datang untuk mendekati Ibunya Ai itu. Aku hanya mengangkat alisku saat Jom Kwan menatapku dan berpura-pura tidak melihatnya. Aku segera keluar dari restoran itu sambil membawa plastik yang berisi kotak pangsit itu. 🤣🤣

--

Taman dekat Apartemen Ai

Nhai Pov

Aku tidak pergi untuk memangil ambulance seperti yang aku katakan kepada mereka. 😅

Aku hanya keluar untuk mencari tempat yang tenang untuk aku duduk dan meredakan suasana hatiku.

Aku sebenarnya tidak ingin berkata kasar atau membual kepada Ibunya Ai, tetapi dia sangat menyebalkan seperti guru SMA ku yang mengajar pelajaran administrasi pas aku sekolah. 😑

---

Ai Pov

Sesampainya aku di bawah apartemenku, aku segera menuju ke restoran yang kemarin aku dan Jom bertemu.

Tetapi..

Aku sama sekali tidak melihat Nhai ada di dalam restoran itu. 🙄

Aku segera mengambil ponselku dan menghubungi Nhai.

---

Nhai Pov

Rrrr.. Rrr…

“Siapa yang meneleponku?”

Aku mendengar suara ponselku berdering beberapa saat dan setelah aku melihat siapa yang meneleponku saat ini, aku segera memgangkat ponselku dan mendekatkannya ke telingaku.

Aku melakukannya sambil mengambil pangsit terakhirnyang siap aku masukkan ke dalam mulutku. 😄

Yeah.. Aiyaret yang meneleponku dan aku mendengar suaranya yang terdengar sedikit kesal.

‘Hallo.. Ada apa Ai?'

‘Kamu dimana!?’

‘Aku ada di taman yang ada di dekat Apartemenmu dan akan segera kembali..’

'Kamu tunggu saja disana. Aku akan pergi menemuimu disana?’

‘Hmm.. Tolong bawakan juga obat untuk mengobati lukaku..’

‘Hah? Bagaimana kamu bisa terluka?’

'Oui.. sudahlah Ai…'

‘Apakah kamu sudah bertemu dengan ibuku?’

'Iya sudah.. makanya cepetlah kesini. Jangan terlalu banyak berbicara..’

'Baiklah.. Aku akan segera pergi kesana sekarang..’

Aku segera memotong pekataan Ai sebelum dia selesai berbicara denganku. Jika tidak seperti itu, maka dia akan terus bertanya padaku. 🙄

Beberapa saat yang lalu aku tidak sengaja mengambil pangsit ini terlalu keras sehingga kotaknya menjadi bolong dan airnya tumpah sampai mengenai sepatu yang aku gunakan saat ini.

Sepatu ini, apakah juga ibu Ai mengutuknya? 🤔

Aku segera membungkuk dan membersihkan sepatuku agar tidak terlalu terlihat kotor dengan menggosokkannta di rerumputan.

Setelah itu, aku segera berdiri dari ayunan yang sedang aku duduki untuk mencari tempat sampah. Aku akan membuang bungkus pangsit yang sudah aku makan semuanya.

Tetapi..

Ternyata tempat sampah yang aku cari tempatnya cukup jauh dari tempat ayunan yang aku duduki saat ini. 😅

Aku terus berjalan sambil memikirkan semua cerita yang aku dengar tentang keluarga Ai.

Lalu kenapa aku harus memikirkannya? 🙄

Apapun yang terjadi, Hubby ku tetap hanya Aiyaret seorang saja untuk selama-lamanya.

Jika aku terlalu banyak berpikir maka aku merasa lelah dan tidak akan merasa bahagia. Jika aku terus tenggelam dalam pemikiranku ini, maka aku akan menderita dan semua itu bukan gayaku sama sekali.

Saat aku membuang sampah itu, sama saja seperti aku sedang membuang pikiran jahat yang ada di dalam diriku. Setelah aku selesai membuangnya, aku merasa diriku lebih segar dan sedikit meregangkan tubuhku. 😄

Sebelum aku kembali berjalan sambil bersenandung lagi kembali ke taman itu seperti tadi.

---

Ai Pov

Setelah memutuskan sambungan telepon dengan Nhai. Aku segera pergi ke toserba untuk membelikan Nhai obat yang dia minta.

Aku mengambil kapas, alkohol dan juga plester lalu segera membayarnya. 😊

Aku sedikit merasa khawatir saat Nhai berkata dia terluka setelah bertemu dengan ibuku.

Setelah membeli semuanya, aku segera berjalan ke arah taman yang tadi dia katakan padaku.

Tetapi aku tidak menemukannya saat aku sampai disana.

Kemana Nhai pergi? 🤔

---

Nhai Pov

Aku melihat dari jauh sosok pria tinggi yang sudah aku kenal sedang berdiri melihat ke kiri dan ke kanan. Dia terlihat seperti mencariku. 😄

Yeah.. Dia adalah Aiyaret yang sedang berdiri membelakangi aku, jadi dia tidak tahu bahwa aku ada disana.

“Hei.. Bukankah itu Ai?”

Aku berkata pada diriku sendiri. Jadi aku segera berjalan cepat dan menerjang tubuhnya.

“Oui..”

Aku memegang kepalaku karena kepalaku tidak sengaja menabrak bahu Ai dengan kencang. 😅

“Oui.. Nhai.. Sakit..”

“Menubrukkan kepalaku dengan sengaja di bahumu, apakah benar-benar menyakitkan?”

“Apakah kamu masih bisa bercanda seperti itu sekarang?”

“…”

Aku masih memegangi kepalaku karena lumayan sakit dan Ai segera menarik tanganku lalu bertanya padaku.

“Apa yang sudah ibuku katakan padamu?”

“Aku di marahi habis-habisan olehnya. Ibumu benar-benar sangat menakutkan dan sangat jahat..”

“…”

“Apakah kamu tahu? Dia benar-benar terlihat sangat tidak menyukaiku. Yang lebih buruk lagi, aku juga tidak menyukainya..” 😄

“Hei Nhai..”

Aku segera menghentikan perkatan Ai saat aku melihat matanya seperti penuh dengan penyesalan dan mengenggam tangannya sebelum berbicara padanya.

“Ayo kita cari tempat duduk lebih dulu baru berbicara lagi..”

“Hmm..”

Ai hanya mengikuti aku tanpa banyak berbicara sampai kami berjalan ke arah ayunan yang ada di dalam taman ini.

---

Ai Pov

Saat aku melihat Nhai aku merasa sedikit lega karena dia masih bisa bermain-main dan bercanda denganku seperti ini. 😊

Aku mendengarkan Nhai yang sedang protes padaku. Nhai menarikku untuk berjalan dan duduk di ayunan yang sama dengannya. Setelah kami duduk, Nhai segera berbicara padaku.

“Hmm.. Tunggu sebentar. Bagaimana kamu bisa tahu bahwa aku bertemu dengan ibumu?”

“Aku memperhatikan kamu turun ke bawah sangat lama. Jadi aku turun untuk mencarimu. Saat aku sampai ke bawah, aku melihat ibuku dan Jom naik ke mobil dan bersiap pergi dari apartemenku, tetapi aku tidak melihatmu. Jadi aku segera meneleponmu..”

“Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan hal ini padamu. Tetapi lihatlah ini adalah perbuatan ibumu yang jahat itu…”

Nhai berkata sambil menunjukkan tangannya yang terluka kepadaku dan kembali melanjutkan perkataannya lagi.

“… Aku sangat yakin bahwa dia pasti sangat membenciku..”

Saat Nhai sedang berbicara, aku melihat tangannya yang berwarna putih yang sekarang sudah memerah serta ada bekas kuku yang telihat masih mengeluarkan darah dengan jelas.

Nhai terlihat lebih pucat dari biasanya dan aku menjadi merasa bersalah sehingga aku tidak bisa membalas perkataannya. Aku hanya bisa segera meraih lengannya lalu menatap wajahnya.

“Apakah rasanya sangat menyakitkan?”

“Tidak sakit kok.. Kemampuanku untuk menahan rasa sakit sangat kuat…”

“….”

“Tetapi masalah tentang mertua dan menantu yang tidak bisa saling cocok adalah sebuah masalah besar dalam menjalani suatu hubungan berpasangan..”

“…”

“Hmm.. Selain itu dia juga mengatakan padaku untuk berpisah dan putus denganmu..”

“Lalu apa jawabanmu?”

“Aku berkata padanya bahwa aku tidak mau putus atau berpisah denganmu. Lalu dia marah dan mengatai tentang ayahmu dan juga Chao Nan. Aku sudah memikirkannya, saat nanti aku pergi ke provinsi Nan, aku akan berusaha untuk mengambil hati ayahmu jadi aku mempunyai dua ayah. Jika tiga lawan satu pastinya aku akan menang..”

“Haha.. Empat lawan satu. Kamu masih memiliki aku. Aku akan menyuruhnya meminta maaf kepadamu…”

“Kamu ingin ibumu meminta maaf padaku?”

“Hmm..”

“Tidak perlu! Dia sudah mengatakan bahwa aku yang menindas dia tadi..”

Setelah mengatakan hal itu, Nhai terlihat terdiam sebentar sebelum melanjutkan perkataannya lagi.

“Aku hanya mengatakan hal ini padamu saja. Dia yang menindas aku duluan..”

Aku lalu mulai mengobati lukanya itu dengan alkohol lalu setelah selesai aku segera menempelkan plester di atas lukanya itu.

“Sekarang sudah selesai..”

Aku berkata lembut kepada Nhai dan menatapnya. 😊

“Sebenarnya tadi dia membelikan kamu pangsit. Tetapi.. aku sudah menghabiskannya.. Hehe. 😄”

“…”

“Pangsit dari restoran itu memang sangat enak. Tetapi aku tahu restoran mana yang menjual pangsit lebih enak lagi dari restoran itu. Lain kali aku akan membelikannya untukmu..”

“Orang pelit sepertimu, ingin membelikan aku pangsit? Huh?”

“Aku sudah bertengkar dengan ibu mertuaku tentu saja aku harus lebih berusaha lagi…”

“Apakah itu artinya kamu mengakui bahwa kamu adalah istriku?”

“Hmm.. Aku adalah istrimu. Apakah kamu sudah merasa puas, suamiku?”

“Haha.. Mengapa aku bisa menyukai orang sepertimu, Nhai? Huh?”

“Sudah sangat terlambat untuk mengubah pemikiranmu sekarang..”

“Aku tidak akan mengubah pemikiranku. Aku juga tidak pernah berpikir kita akan berpisah. Aku hanya memikirkan saat kita sudah tua, kamu akan terlihat seperti apa?”

“Pria tampan sepertiku, sampai kapanpun akan selalu terlihat tampan..”

“Hmm…”

“Ai.. Kamu bukannya pernah bersumpah kepada Nan, bukan? Bahwa kamu tidak akan pernah berhubungan dengan ibumu lagi kan?”

“Hmm.. Iya..”

“Kamu harus menepati janjimu itu. Biarkan aku yang mengurus masalah ibumu itu. Aku akan berdiri di pihak Nan. Karena ketika aku mendengar perkataanmu, Chao Nan harusnya orang yang paling kalian hormati dan takuti bukan?”

“Hmm.. Tebakkanmu memang benar..”

Aku menatap Nhai dan segera memeluk pinggang Nhai yang sedang duduk di atas ayunan ini dengan longgar.

“Yeah.. Itu karena aku hebat..”

“Hmm..”

“Tetapi bisakah kamu melepaskan pelukkanmu sekarang? Aku merasa haus. Mungkin karena aku terlalu banyak memakan pangsit..” 😄

Hal ini membuat aku merasa nyaman saat dekat dengannya.

“Apakah kamu mau membeli air minum di toserba yang ada di bawah apartemenku?”

“Aku ingin membeli air di toko bibi..”

“Ouh.. Di toko bibi?”

“Iya..”

“Mengapa harus jauh sekali? Kita harus pergi ke depan Universitas dulu dan juga disana tidak ada banyak tempat parkir untuk memarkirkan mobilku..”

Aku menggerutu saat aku memikirkan toko smoothie yang Nhai katakan itu. 🙄

“Tidak apa-apa. Aku bisa pergi dengan menggunakan motorku sendiri. Karena saat ini aku ingin minum yougurt jeli dan juga susu kocok berenergi..”

“Kalau begitu aku akan mengantarkan kamu membelinya. Kamu harus memeluk aku dengan erat-erat saat kamu duduk di belakang motor. Tetapi saat kamu ingin minum susu kocok berenergi saat ini, apakah nanti malam kamu ingin mencoba pose yang sulit lagi?”

“Dasar gila! Malam ini aku harus belajar karena besok ada ujian..”

“Oh.. Iya. Kamu benar. Kalau begitu ayo kita beli dua gelas karena aku belum belajar satu pelajaranpun..”

Saat aku mengatakan hal itu dan mengikuti Nhai yang berjalan di depanku, aku sedikit menggodanya dan menepuk pundaknya. 😊

Aku juga menggelitik pinggangnya saat dia tidak tahu. Tetapi Nhai hanya tertawa dan tidak merasa terganggu.

Jadi pada akhirnya kami memutuskan untuk berhenti saling menggoda dan berjalan berdampingan.

---

Tempat Parkir Apartemen

Ai Pov

“Ayo berikan kunci motornya padaku..”

“Apakah kamu yakin bahwa kamu bisa mengendari motorku?”

“Hmm.. Aku bisa mengendarinya. Kenapa kamu tidak yakin padaku?”

“Baiklah.. Ini kuncinya..”

Tidak lama aku segera memasang kunci motor Nhai dan menghidupkan motornya.

“Apakah kamu sudah siap?”

Aku bertanya kepada Nhai yang saat ini sudah duduk di belakangku di atas motor ini. 😊

“Peluk aku dengan erat-erat atau kamu akan terjatuh dari motor ini..”

Setelah aku mengatakan hal itu, Nhai segera memelukku dengan sangat erat.

TBc

Vote and comment 🙏☺️

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro