Bab 16
Masa Kelam Part 2
Ai Pov
Setelah kejadian hari itu, aku sama sekali tidak mengatakan apapun kepada ibuku. Setiap kali dia datang mendekatiku, aku merasa dia sangat ingin membalas yang aku lakukan padanya. Aku bisa melihat perasaan muak dan kebencian dari matanya yang menusuk sampai hatiku. 😞
Aku ingat bagaimana wanita itu menangis?
Apakah wanita itu akan meminta maaf padaku?
Apakah wanita itu akan mengatakan bahwa dia mencintaiku?
Itu semua pasti hanya kebohongannya saja.. 😑
Saat ini aku sedang meluruskan kakiku yang panjang dan bersandar pada tempat tidur yang terbuat dari besi di sampingku.
Ini adalah kamar rawat inap Jom Kwan. Dari beberapa hari yang lalu, aku kembali ke dalam kamar ini untuk tinggal disini untuk menghabiskan sebagaian waktuku.
Hal ini aku lakukan karena ini mungkin adalah satu-satunya tempat yang dimana ibuku masuk dan tidak akan menangis dan ini juga merupakan satu-satunya tempat dimana pria yang merupakan ayah Jom Kwan tidak akan mau masuk untuk melakukan kerasan pada tubuhku dan menghancurkan tubuhku. 😞
“Phi Ai.. ibu tadi mengatakan bahwa sel sum-sum tulang belakang kita cocok..”
“Hmm…”
Aku hanya menjawab seperti itu sambil menyentuh duri kaktus yang menonjol. Aku mencoba untuk tidak merasa muak terhadap Jom Kwan. Perkatannya merupakan bukti terbesar bahwa aku dan wanita itu masih memiliki hubungan darah. 😑
“Apakah Phi merasa takut?”
“Takut apa?”
“Dokter akan menyuntik punggungmu..”
“Tidak.. Kenapa apakah kamu takut?”
“Aku takut dan merasa khawatir karena hal itu sangat menyakitkan..”
“Kamu harus memilih ingin tetap hidup atau mati..”
“Kalau aku sudah sembuh.. Ayo kita menanam katus ini di rumah..”
“Hmm..”
Aku hanya duduk diam saat Jom yang tadinya berbicara denganku mulai terdiam. Yeah.. dia memang seperti itu, jika dia merasa lelah berbicara maka akan tertidur.
Saat ini hanya aku yang sedang duduk dan menunggu disini sampai waktu bagiku untuk mengikuti wanita itu lagi.
Kalimat yang aku ucapkan kepada wanita itu mungkin merupakan kalimat yang terakhir yang aku ucapkan kepada orang yang mengaku sebagai ibuku.
“Kamu waktu itu sudah memberikan kehidupan padaku dan kali ini aku akan memberikan kehidupan padanya. Kita sudah impas sekarang dan sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi. Jadi kita tidak perlu berdekatan lagi..”
---
Saat ini aku bangun terlambat dan sudah tidak tahu dan tidak ingat tanggal lagi karena tidak ada kalender di dalam ruangan ini. 😥
Aku berhenti untuk menghitung hari untuk sementara waktu karena aku merasakan rasa sakit yang sangat menyiksa kepalaku.
Apa yang ingin kalian ketahui?
Aku masih merasakan sakit di area punggungku karena tusukan jarum suntik itu. Aku melihat ada jarum suntik yang sangat besar masuk ke dalam tubuhku dan menyedot sum-sum tulang belakangku sampai keluar. 😖
Sekarang kondisiku sudah tidak terlalu buruk lagi, tetapi tidak ada seorang pun yang ada di sekeliling tempat tidurku saat ini. 😞
Aku kemudian perlahan terduduk dan berpikir bahwa aku terlihat lebih kurus karena aku melihat pergelangan tanganku sampai terlihat tulangnya. Tetapi hal itu tidak menghentikan aku untuk segera bergerak.
Aku memang saat ini masih merasa tidak baik-baik saja, tetapi hal ini tidak menghalangi niatku untuk melarikan diri dari tempat ini. 😥
Aku melihat ruangan ini tidak di kuci sama sekali, mungkin mereka berpikir hal itu tidak perlu karena aku sama sekali tidak membawa apapun dan datang kesini dengan tangan yang kosong tanpa ada persiapan sama sekali. 🙄
Meskipun aku sedikit merasa penasaran dimana wanita dan pria itu berada saat ini. Mungkin mereka sekarang sedang menjaga Jom Kwan atau mungkin sedang pergi ke tempat yang lain.
Tetapi hal itu tidak penting untukku. Aku bertanya pada diriku sendiri saat ini, apakah aku harus pergi sekarang? Tetapi harus pergi kemana? 🤔
Tetapi aku akhirnya memaksa tubuhku yang masih merasa kelelahan untuk berjalan terhuyung-huyung seperti seorang anak yang hilang. Aku sedang berjalan di jalanan besar saat ini dan mencium bau asap mobil yang berjalan lalu lalang di sekitarku. Aku sama sekali tidak suka polusi udara, selain itu badanku juga masih terasa panas karena aku sedang demam. 😞
Aku akhirnya menghentikan kedua kakiku di depan sebuah gang. Mataku yang berwarna coklat tua seperti pohon ek menatap ke langit dan aku membiarkan tetesan air hujan yang turun membasahi mataku yang sedang menangis saat ini. 😭
Mungkin ini adalah akibat dari aku yang sudah menuduh Chao Nan yang sangat baik padaku dan aku sedang mengadapi hukuman yang berat.
Entah sudah berapa kali aku menggenggam kepingan uang logam yang ada di saku celanaku dengan erat-erat. Aku segera berjalan menuju ke telepon umum dan mengingat ayahku. Aku bermaksud untuk menelepon ayahku, tetapi aku tidak berani. 😔
Aku berpikir mungkin aku sudah meninggalkan rumah Nan lebih dari seminggu. Tetapi kenapa ayahku tidak mencariku? 🤔
Apa lagi aku mengingat perkataan dari Chao Nan yang mengatakan bahwa aku tidak boleh kembali lagi kerumahnya. Tetapi.. aku tidak mungkin bisa pulang sendirian dari Bangkok ke provinsi Nan sendirian. 😞
Aku pasti akan merasa kelaparan dan kedinginan yang menyebabkan aku bisa mati dalam perjalanan kembali kesana.
Saat ini, aku terlihat lusuh dan sedang berdiri di dalam bilik telepon umum untuk melindungi diriku dari hujan. Aku mengangkat wajahku untuk melihat telepon umum ini sebelum menunduk lagi.
Jika Chao Nan tidak mengizinkan aku untuk pulang, apa yang akan aku lakukan? 🙄
Aku benar-benar ingin pulang ke rumahku. 😖
Saat aku memikirkan ayahku dan memikirkan Chao Nan.. Aku hanya ingin meminta maaf kepada mereka.
Aku menggunakan punggung tanganku untuk menghapus air mataku. Karena saat ini di luar sedang hujan deras maka tidak ada seorangpun yang lewat.
Jadi aku memutuskan berteriak tanpa merasa malu.
Aaaarrrgghhhh!!
Aku sangat takut saat ini. Bahkan hanya dengan mendengar gemuruh guntur yang kecil sudah membuat tubuhku merasa sangat terkejut sampai tidak terkendalikan. 😖
Hujan sudah turun dari beberapa jam yang lalu, tetapi aku masih berlindung dari hujan di sini. Badanku saat ini sudah basah. Aku masih berdiri dan menatap telepon umum di depanku.
Aku mengangkat kepalaku lagi dan bersumpah kepada diriku sendiri bahwa ini adalah yang terakhir kalinya. Tentu saja ini adalah keberanianku yang terakhir kalinya saat aku memasukkan koin ke dalam telepon umum ini dan tidak akan menelepon untuk kedua kalinya.
Aku mengangkat jari-jariku yang gemeteran untuk menekan nomor telepon yang sudah aku ingat di dalam kepalaku. Setiap kali aku menekan angka itu, aku mendengar suara tut sampai akhirnya aku selesai menekan semua nomornya.
Aku hanya bisa menahan napasku sambil menunggu teleponku diangkat dan aku mendengar suara ayahku Sippakorn yang mengangkatnya.
“Hallo..”
“…”
“Jika tidak ada keperluan maka aku akan menutupnya..”
“Jangan! Ayah.. Aku tersesat, bisakah ayah menjemput dan membawaku pulang. Aku sangat ingin pulang ke rumah..”
Aku merasa yakin bahwa aku sudah berusaha keras untuk menahan suara isakan tangisku. Tetapi tetap saja pada akhirnya aku tetap menangis sampai aku hampir tidak bisa mendengar suara ayahku. 😭
“Sekarang kamu ada dimana?”
“Aku ada di depan Soi xxx disana ada pilar berwarna merah yang besar. Ayah benar-benar akan datang untuk menjemputku kan?”
“Iya.. Jangan kemana-mana dan tetap berdiri disana dan tunggu ayah..”
Aku mendengar suara peringatan dari ayahku dan aku menggunakan mataku yang terasa buram untuk melihat kedepan tanpa berkedip dan mendengarkan suara peringatan ayahku yang terakhir kalinya tanpa berargumen atau membantahnya.
“Kamu tunggu ayah saja disana dan jangan kemana-mana, Aiyaret!”
Tubuhku basah karena berdiri terkena hujan selama hampir setengah jam.
Aku sangat ingin duduk, tetapi ayah tadi berkata bahwa aku harus tetap berdiri dan menunggunya. Mungkin saat aku melakukan apa yang di perintahkan ayahku dengan tegas tadi, ayah mungkin akan kembali bersikap baik padaku seperti sebelumnya. 😊
Tetapi berapa waktu yang ayah butuhkan untuk menyetir dari provinsi Nan agar bisa tiba di Bangkok? 🤔
Meskipun Chao Nan sangat menyukai ayahku dan sering mengatakan bahwa ayahku seperti hantu, tetapi tetap saja membutuhkan waktu untuk tiba di sini beberapa jam.
Huk.. Huk..
Aku batuk karena merasa kedinginan. Aku kemudian meringkuk dan bergerak menuju cahaya yang ada di tiang listrik untuk sedikit menghangatkan tubuhku.
Saat ini sudah gelap dan aku merasa khawatir bahwa ayahku datang ke sini dan tidak bisa menemukanku. 😞
Aku mengangkat tanganku untuk menutupi mulutku yang sedang batuk. Sampai aku melihat ada cahaya lampu dari mobil mewah yang terasa familiar terlihat menyorot ke mataku sampai mataku sakit.
Aku tidak bisa melihat apa-apa meskipun aku berusaha untuk membuka mataku untuk melawan cahaya itu. Aku hanya bisa mendengar suara pintu mobil itu terbuka dan di banting tertutup. Tidak lama aku merasa tubuhku segera ditarik ke dalam pelukkan sampai perasaan yang dingin tadi aku rasakan digantikan oleh kehangatan. 😊
Aku bisa merasakan kehangatan aroma tubuh ayahku yang memberikan aku perasaan aman.
Aku adalah anak yang hanya tahu pamer dan tidak berani keluar dari pelukkan ayahku. Aku sangat suka menang darinya tetapi aku tidak bisa melakukan apapun tanpanya. 😭
“Ayah.. Maafkan aku.. maafkan aku.. Maafkan aku..”
“Aku sudah memaafkan kamu..” Kata ayahku dan dengan lembut memeluk tubuhku.
Sebelum menggunakan tangannya untuk menepuk punggungku dengan lembut dan menghapus air matanya sendiri.
“Mengapa ayah mengemudi sangat cepat? Ini bahkan belum ada satu jam dari provinsi Nan..”
“Aku segera pergi ke Bangkok di hari yang sama saat kamu datang ke sini. Aku mengikutimu dan sangat ingin menyeretmu pulang lagi. Tetapi Chao Nan menghentikanku. Jadi aku hanya menunggu waktu yang tepat saja..”
“Yeah.. ayah dan Nan bisa marah padaku karena ini adalah kesalahanku..”
“Aku sudah berhenti ini adalah kesalahanmu saat aku tidak bisa bertemu denganmu Ai. Aku segera menelepon Rajin, tetapi dia menolak untuk memberitahukan kepadaku dimana dia menyembunyikanmu. Chao Nan bahkan pergi menemuinya di rumahnya. Dia menyelidiki setiap sudut rumahnya dan masih tidak bisa menemukanmu disana. Aku merasa marah padanya saat Rajin mengaku sebagai ibumu dan bahwa kamu lebih memilih untuk tinggal bersama-sama dengannya daripada kami. Aku sebenarnya sangat ingin berbicara denganmu lagi, tetapi kamu terus membantahnya dan mengajak untuk perang saraf saat itu. Ayah pasti akan merasa gila jika saja tadi kamu tidak meneleponku satu jam yang lalu..”
“Apakah Chao Nan ikut kesini denganmu?”
Aku segera menarik diriku dari pelukkan ayahku dan menatap matanya berwarna terang yang saat ini sudah memerah karena menangis.
Saat ayah perlahan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaanku itu. Hatiku yang tadinya terasa tenang kembali bergemuruh ketika aku melihat ke belakang ayahku dan melihat sosok Chao Nan yang tinggi sedang berdiri di belakang ayahku.
Aku bisa melihat matanya yang berwarna hitam pekat terlihat sombong seperti seorang bangsawan. Menatap mataku tanpa ada ekspersi yang terlihat. Tetapi percayalah bahwa tatapan mata Chao Nan saat ini benar-benar membakar hatiku sampai aku tidak tahu seberapa dinginnya angin yang saat ini bertiup di sekelilingku dan aku merasa lupa bahwa tubuhku basah karena tetesan air hujan.
Aku segera membungkukkan badanku dan menyentuh kaki Nan. Aku mengucapkan ratusan bahkan ribuan permintaan maaf kepadanya serta menundukkan kepalaku dan menangis seperti ini sambil terus menyembah kaki Nan sampai wajahku hampir saja menyentuh tanah. 😭
“Jika kamu membenci kami, kamu tidak perlu memberi hormat kepada kami seperti ini. Kamu bisa tetap bersama dan menghormati ibumu saja. Aku memang sangat mencintaimu, Ai. Tetapi kita tidak bisa memperbaiki apa yang sudah terjadi di masa lalu. Kami dulu memang pernah ingin agar Ai mati. Tetapi aku tidak ingin menyimpan semua itu karena akan menusuk hati kita seperti saat ini..”
Aku melihat Chao Nan memandang ke arah yang lain dan bibirnya terlihat kering karena angin kencang yang bertiup sebelum melanjutkan.
“Tetapi bukankah aku yang membesarkan kamu, Ai? Aku mencoba untuk menebus perasaan bersalahku padamu. Tetapi mengapa Ai berani meneriaki kami seperti itu? Bukankah kami selalu memperlakukan Ai dengan baik? Kamu melarikan diri seperti ini dan apakah kami meminta balasannya? Tetapi apa yang Ai lakukan itu disebut dengan tidak tahu berterima kasih..”
“Maafkan aku.. Kemarin aku yang salah.. Aku lebih memilih untuk mendengar perkataannya dan aku mempercayainya lebih dari aku mempercayaimu. Aku tahu aku salah. Nan.. tolong jangan menangis. Maafkan aku..”
Sejak aku lahir, ini adalah pertama kalinya aku melihat air mata Chao Nan. Seberapa burukkah kelakuanku ini sampai bisa membuat air mata Nan mengalir di matanya yang indah ini?
“Wanita itu hanya membutuhkan sum-sum tulang belakangku untuk menyelamatkan putrinya itu. Dia mengatakan hal seperti itu agar aku mau menurutinya. Aku tidak mencintainya sama sekali. Aku mencintaimu Nan.. Aku mencintaimu dan ayahku..”
“Memang penyakit apa yang di derita anak itu?”
"Leukemia.. Wanita itu hanya menginginkan sumsum tulangku saja.."
“Apakah kamu membiarkan mereka mengambilnya?”
“Yeah.. aku sudah memberikannya..”
“Sialan! Kami pasti akan membuat perhitungan padanya dan akan menuntutnya jika dia hanya memanfaatkan kamu saja. Beraninya dia datang dan mengunjungi serta menganggumu sampai kamu seperti ini!”
Aku merasa sedikit terkejut saat Chao Nan menarik lenganku untuk berdiri. Sekarang giliran Chao Nan yang berbicara dengan ayahku.
“Sippakorn.. Ayo kita pergi ke rumah sakit. Rajin harus mati dan aku benar-benar ingin melihat kehancuran mereka. Lalu ayo kita pulang, Aiyaret..”
Setelah mengatakan hal itu, mata tajam Nan segera menatap mataku yang saat ini masih penuh dengan air mata.
Aku mendengar perkataannya yang halus dan percayalah bahwa aku ingin terus mendengarnya sampai hari kematianku. 😊
---
Back To Realty
“Phi Ai.. Ibu hanya ingin bertemu denganmu saja..”
Suara Jom dan suara musik yang terdengar di restoran ini membuat aku sadar kembali saat Jom meraih lenganku dan memeluk pinggangku.
Aku segera membalik badanku dan menghadapnya. Aku mendorongnya dengan lembut karena aku mendengar suara ponselku berbunyi.
Tring!
Aku mengulurkan tanganku untuk mengambil ponselku yang ada di atas meja untuk melihatnya. 😥
Aku sudah tidak tahu apa lagi yang terjadi setelah hari itu. Tetapi ibuku sudah tidak menggangguku lagi. 😊
Selain itu, selama perjalanan pulang ke Provinsi Nan, Chao Nan dalam keadaan suasana hati yang baik karena menyenandungkan sebuah lagu dan aku hanya bisa tertidur di pangkuannya karena aku terkena flu. 😅
Tetapi ketika aku meminta Nan menceritakan apa yang dia katakan pada ibuku, dia hanya diam saja.
Sejak saat itu, kami selalu mengobrol dan saling menyayangi satu sama lain lebih lagi sampai ayahku mengirim aku untuk pergi belajar di Kanada.
Hal itu membuat Chao Nan mengeluh panjang lebar kepada ayahku, tetapi pada akhirnya dia memperbolehkan aku untuk pergi juga. 😊
Pada bulan pertama, Chao Nan dan ayahku ikut pergi ke Kanada untuk tinggal bersama-sama denganku. Tetapi ketika Nan melihat bahwa aku tinggal bersama-sama dengan temanku, dia menyetujui aku tetap tinggal disana dan membiarkan aku hidup bebas.
Saat aku marah dengan Chao Nan hal itu sungguh tidak menyenangkan.
Jika Chao Nan tahu aku masih berhubungan dengan Jom Kwan, aku bisa menjamin bahwa warisan untukku pasti tidak akan dia berikan. 😅
---
Saat aku melihat ponselku, hal ini benar-benar sangat tidak lucu karena Nhai mengirimkan beberapa kata dan juga melampirkan foto saat aku sedang berdiri dan Jom memelukku. 😑
Chen Nhai
Jika kamu lebih memilih memeluk wanita maka kamu tidak usah memelukku lagi.
Pergilah ke neraka!
Apa maksudnya! 🙄
“Shiya! Jom pulanglah sekarang!”
“Tetapi Phi Ai..”
“Tidak ada kata tapi-tapian lagi. Sebenarnya Phi tidak ingin mengatakan hal ini padamu. Tetapi kedatangan Jom benar-benar sudah membuat aku terkena masalah dan menderita. Satu hal lagi.. Jangan pernah memberikan Phi kaktus lagi. Hal itu tidak akan ada gunanya. Tolong kamu beritahukan kepada ibumu juga, agar jangan pernah menganggu kehidupan Phi lagi dan bermain-main dengan Phi lagi..”
“Aku hanya merasa kesepian dan aku ingin memiliki saudara..”
“Maafkan Phi na.. Tetapi Phi hanya ingat bahwa Phi adalah anak tunggal..”
Setelah mengatakan hal itu, aku segera berjalan pergi dan meninggalkan Jom di restoran itu sendirian.
Yeah.. memang seperti itu kenyataannya. Aku sudah merasa kebal karena pengalaman yang sudah aku lalui dan sekarang aku sudah tidak merasa terluka lagi saat mengingat masa lalu.
Meskipun aku masih merasa sedih dan frustasi saat mengingatnya, tetapi hal itu sudah tidak menyakiti hatiku lagi seperti sebelumnya. 😊
Aku bisa menghindari Jom Kwan dengan perkataan yang aku katakan untuk melukai hatinya. Aku membiarkan dia untuk menyembuhkan luka hatinya sendiri.
---
Apartemen Ai
Aku hanya bisa membuka mulutku saat aku sampai di depan pintu apartmentku dan melihat bahwa pintunya terbuka dengan lebar. 😯
Kondisi di dalam kamarku benar-benar sangat berantakan seperti terjadi peperangan. 😅
Rak sepatuku seolah-olah ada yang menendangnya dan telur-telur yang tadinya tertata rapih sudah pecah dan terjatuh di lantai. 🙄
Tetapi yang paling parah ada mesin cuci di kamarku menjadi rusak dan terdengar menderu-deru karena penutupnya terbuka dan ada pot-pot kaktus yang terletak di dekatnya.
Aku kemudian segara mematikan mesin cuciku dan mengambil pakaian yang ada di dalam mesin cuci itu untuk melihatnya. 😞
Kebayakan pakaianku ini adalah kemeja berwarna putih, seragam kuliahku, pakaian dalamku dan pakaianku yang bermerek.
Aku bukan orang laundry tetapi aku tidak pernah mencuci pakaian dalamku bersama dengan baju-bajuku.
Semua ini terjadi tidak lebih dari satu jam. 😑
Aku tahu bahwa pasti Nhai yang sudah melakukan hal ini semua sampai mesin cuciku rusak karena dia melemparkan kaktus untuk di cuci bersama-sama dengan baju-bajuku ini. 🙄
Sekarang dia sudah membawa tasnya dan melarikan diri dengan terburu-buru setelah membuat semuanya berantakan seperti ini.
“Ya Tuhan..” 🙈
TBc
Vote and comment 🥰🙏
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro