Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 15


Masa Kelam Part 1

Ai Pov

5 Tahun yang lalu.

Senyuman lebar terlihat jelas di wajahku. Aku saat itu masih berusia lima belas tahun dan ada di bangku SMP. Aku sedang melangkah keluar dari gerbang sekolahku. 😊

Aku tidak tahu siapa yang akan menjemputku hari ini. Mungkin ayahku atau mungkin Chao Nan yang pernah sesekali menjemput aku.

Aku menepuk pundak teman sekelasku yang berjalan berdampingan denganku dan mengucapkan selamat tinggal. Kami mengucapkan selamat tinggal dalam bahasa Inggris yang sedikit kasar ketika aku melihat orang tua temanku sudah menunggunya. Setelah temanku itu pergi, aku tetap berdiri sendiri dan menunggu di tempat yang seperti biasa aku di jemput. Sekolahku ini adalah sebenarnya dekat dengan rumahku.

Aku berjalan sedikit lebih jauh lagi untuk menghindari kemacetan yang ada di sekitar sekolahku.

Aku selalu belajar dengan baik.

Kehidupanku sebagai Aiyaret Dulyakorn selalu berada di lingkungan yang baik karena keluargaku adalah keluarga orang kaya akan harta dan uang. Meskipun saat itu aku merasa sedikit aneh karena ayahku lebih memilih tinggal di apartemen bersama dengan seorang pria juga.

Namun aku merasa dicintai oleh semua orang yang ada di rumahku ini.

Tetapi lupakan saja semua itu. 😕

Aku memiliki masalah yang lain lagi.. Chao Nan adalah orang yang ayahku cintai dan ayahku sangat mencintainya melebihi orang lain.

Saat ini aku sedang mendengarkan musik dengan tempo lambat dari ponsel yang aku taruh di dalam tas Pomerianku. Kepalaku bergoyang mengikuti irama musik itu.

Aku rasanya sangat ingin tertidur saat merasakan angin yang dingin bertiup di sekitarku dan menerbangkan debu yang ada di atas tanah. Udara disini sangat dingin sehingga aku harus membungkus tubuhku rapat-rapat.

Aku memasukkan jari-jariku ke dalam saku celanku untuk menghala rasa dingin dan mengangkat salah satu tanganku untuk mengucek mataku.

Sebelum aku merasakan angin sudah mereda di sekitarku.

“Uhm.. Kamu Aiyaret kan?”

Aku mendengar ada suara yang manis menyapaku di dekatku. Aku melihat wanita yang belum pernah aku lihat sebelumnya dan menyebabkan aku mengerutkan alisku.

Aku melihat wanita itu mengenakan sepatu hal tinggi berwarna putih dan mengenakan jas berleher turtle neck selutut yang warnanya sama dengan sepatunya. Di dalam jas itu, wanita itu mengenakan kemeja lengan panjang berwarna karamel dan terlihat di tangannya ada tas yang bermerek terkenal.

Aku berpikir harga tas itu pasti tidak mungkin di bawah enam digit. Ketika aku melihat semakin keatas, aku melihat wajah yang putih dan juga manis dan hal itu melekat kuat di dalam ingatanku bahwa orang itu adalah ibuku karena aku hanya pernah melihatnya sekali. 😑

Wanita itu terlihat sangat cantik dan ketika wanita itu mendekat ke depanku, aku menjadi sedikit bersemangat dan hal itu menyebabkan kakiku bergerak mundur.

“Jangan takut.. Apakah kamu sedang menunggu Sippakorn?”

“Apakah kamu mengenal ayahku?”

“Yeah.. aku mengenal ayahmu.. Aku juga mengenal Chao Nan..”  Kata wanita itu.

Wanita itu kemudian meletakkan tangan rampingnya yang terasa lembut di atas pergelangan tanganku. 🙄

Aku memperhatikan bahwa tangan wanita itu di hiasi oleh kuku-kuku yang sangat indah terlihat bergetar dan kemudian aku melihat air mata mengalir dari matanya. 🤔

“… Kenapa kamu menangis?”

“Bagaimana kalau kita berdua mencari tempat duduk dulu baru berbicara? Aku.. aku adalah ibu kandungmu..”

---

Rumah Ai

“Ayah.. kenapa ayah memberitahukan kepadaku bahwa ibuku sudah meninggal?”

Aku segera berteriak dengan nyaring saat aku sudah tiba di depan pintu rumahku kepada ayahku yang sepertinya sudah menungguku. 😑

“Ayah hari ini pergi untuk menjemputmu, tetapi kenapa ayah tidak bisa menemukanmu? Jika kamu ingin pergi dengan temanmu, mengapa kamu tidak menelepon kami dulu? Tunggu dulu.. Barusan kamu bilang apa, Ai?”

“Apa yang aku katakan? Ibuku sekarang ada di bawah. Ibu adalah orang yang ayah tinggalkan. Mengapa ayah berbohong padaku? Bagaimana bisa ayah meninggalkan keluarga ayah agar bisa tinggal bersama Chao Nan?”

“Aiyaret!”

Itu bukanlah suara ayah Sippakorn yang saat ini masih duduk diam saja. Itu adalah suara Chao Nan yang baru saja keluar dari kantornya setelah dia mendengar suara berisik dari dalam rumah.

“Kenapa kamu harus berbohong padaku?”

“Apa yang kamu merasa kami membohongimu? Apakah tentang cerita bahwa ibumu sudah meninggal atau cerita yang…”

“Kamu adalah orang yang memisahkan ayahku dan ibuku..” Kataku kepada Nan.

Setelah mengatakan hal itu, aku segera menatap wajah ayahku dan Nan secara bergantian. Sebelum melanjutkan perkataanku lagi.

“Kamu ingin mempunyai anak, tetapi kamu tidak bisa memilikinya makanya kamu memisahkan aku dari ibuku dan juga berbohong kepadaku bahwa ibuku sudah meninggal. Kamu benar-benar orang yang sangat jahat Chao Nan!!”

“Oh! Maafkan anakku ini, Nan..” Kata ayahku ketika dia tidak tahan lagi mendengar perkataanku.

Nan yang berbadan tinggi segera berdiri dan menarik lenganku dan mensejajarkan tubuhnya dengan tubuhku yang kecil aku segera memberontak, tetapi Nan segera mencengkaram pergelangan tanganku.

Aku tahu bahwa Chao Nan sangat mencintaiku dan menyukaiku. Meskipun aku sudah berdiri dan berteriak serta menuduhnya sebagai seorang bajingan. Tetapi dia tetap memperlakukan aku dengan begitu baik. 😑

“Apakah Rajin yang menyuruh Ai mengatakan hal seperti ini? Kami berdua sudah membesarkan Ai dan masih terlihat buruk di matamu?” Kata Nan.

Aku melihat sudut bibirnya sedikit berkedut dan matanya terlihat berkaca-kaca saat melihat ke bawah untuk melihat seorang wanita yang jahat bernama Rajin yang sedang bersandar di mobil mewahnya. 🙄

“Aku mendengar bahwa ibumu baru saja menikah dengan seorang duta besar dan selalu memanjakannya dengan tumpukkan harta yang berlimpah. Tetapi sifat Rajin tetap sangat menjijikan seperti biasa. Wanita itu sangat suka menipu dan berbohong. Wanita itu berpikir bahwa berbohong adalah hal yang normal atau dia memiliki gangguan kejiwaan sehingga dia berpikir bahwa kebohongan yang dia katakan itu benar. Jika dia sudah berani menginjakkan kakinya di tempat kita dan berani untuk menganggu orang-orang kita, maka jangan berharap dia akan bisa mati dengan baik..” 😑

“Tetapi kamu sudah menyakiti ibuku..”

“Hal itu sama saja seperti ibumu yang sudah menyakitimu saat dia mengandungmu sampai dia hampir mengalami keguguran. Aku akan bersikap baik kepadanya jika dia tidak pernah berpikir untuk mati..”

Aku hanya bisa menangis saat mendengar semua itu. Hatiku terasa sakit dari apa yanh baru saja aku ketahui dan pelajari. Aku memiliki seorang ibu dan ibuku ingin mati jika tidak di cegah oleh Nan.

Aku tahu bahwa ibuku mencintaiku, tetapi aku di bawa pergi karena Nan. Karena saat Nan bersama-sama dengan ayahku, mereka tidak akan bisa memiliki anak.

Aku sangat ingin tahu kebenarannya, tetapi Nan dan ayahku tidak bisa mengatakan apapun lagi. Aku hanya ingin penjelasan dari mereka bukan kata-kata jahat dari mulut ibuku yang membuat aku mempercayainya.

Sekarang aku yakin bahwa apa yang dikatakan Ibuku yang bernama Rajin adalah sebuah kebenaran. 😏

Aku memang masih memiliki sedikit pengalaman dalam hidupku, tetapi hal ini membuat aku berpikir dengan lebih berhati-hati saat mendengar cerita ini. 🙄

Aku berusaha untuk meringkas cerita yang aku dengar dengan cepat, bahkan meskipun hanya dari satu sisi cerita yang aku dengar. Oleh karena itu aku berpikir bahwa aku terlahir dengan kemarahan yang sangat sulit di kendalikan.

Aku mengingat semua itu, tetapi saat aku mendengar kata-kata kotor yang menyakiti hatiku, aku tidak ingin mengingatnya lagi. Aku sengaja memilih perkataan yang sepertinya paling menggambarkan perasaanku hari ini sejauh otakku bisa menangkapnya.

“Kamu benar-benar sangat menjijikan!”

Saat aku mengatakan hal seperti itu, aku merasakan telapak tangan ayahku yang tebal segera memukul tengah punggungku. 😑

Apakah ini yang harus aku terima sebagai balasan dari tatapan memohon dari mataku? 🙄

Aku bisa melihat ada air mata yang mengalir dari wajah Chao Nan yang tidak pernah tega untuk memukulku. Dia selalu mengasuhku di masa lalu dengan sikap yang rasional, tetapi hari ini kata-kata yang dia dengar mungkin terlalu berat untuk di tanggung.

Pukulan dari ayahku sendiri tidak akan bisa menundukkan aku. 😖

“Ayah.. Mengapa kamu memukulku?” Tanyaku dan aku mulai terisak lagi karena merasa terluka. 😥

Setelah aku menerima pukulan berat yang banyak, aku tidak mengerti dan merasa lebih tidak puas lagi saat melihat orang yang menghentikan ayahku adalah hanya Chao Nan saja seperti biasa.

“Apakah ayah sudah tidak mencintaiku lagi? Atau karena ayah sangat mencintai Nan sehingga ayah membuat semua seperti ini?”

“Hal ini tidak untuk di ceritakan kepada anak-anak sepertimu..”

“Lalu di umur berapa ayah akan menceritakan semua ini padaku! Atau memang dari awal ayah memang sudah membohongiku!”

“Jangan lanjutkan lagi Sippakorn! Sudah cukup! Ai tolong jangan menanyakan hal ini lagi..”

Aku mendengar suara Chao Nan yang sangat datar dan hal itu cukup mengejutkanku. 😯

Penampilan Chao Nan yang tadinya bersikap tenang sudah hilang dan seolah-olah hatinya tidak merasakan apapun, tetapi aku merasa bahwa ayahku mengetahui hal ini. Chao Nan yang sekarang tidak ada bedanya dengan lautan yang tenang dan siap meruntuhkan siapa saja dalam sekejap mata. 🤨

Chao Nan kemudian menatap mataku dan aku merasa lebih baik jika dia berkata-kata saja daripada di tatap seperti ini.

“Jika selama ini yang aku dan ayahmu berikan kepadamu tidak ada artinya, maka pergilah dari hadapan kami sekarang juga. Kamu bisa tidak lagi menggunakan nama 'Aiyaret' yang kami berikan kepadamu dan bisa menjadi 'Aiyasa' nama yang di berikan oleh ibumu itu. Ibumu pasti bisa memberikan kehidupan yang lebih baik daripada yang kami berikan selama ini..”

“Apakah artinya nama 'Aiyaret’ bukan namaku yang sebenarnya? Baiklah kalau seperti itu.. Aku tidak akan mau lagi menggunakan nama itu..”

“Namamu yang sebenarnya adalah Tithu Uat Keng..”

NB: Aku gk tau benar apa gk nama dia kaya gt. Karena di Gotrans begitu artinya 😅 Maaf kalau salah 🙏

Chao Nan mengatakan hal itu dan segera berdiri di belakangku. Hatiku sedikit tenang karena dia saat ini berhenti tepat di depanku.

Aku tahu bahwa Nan berusaha untuk menjelaskannya semua kepadaku, anak yang dia besarkan dengan tangannya sendiri.

Tetapi saat ini aku merasa sudah terlalu banyak bertahan sehingga aku saat ini lebih memilih untuk berjalan meninggalkan mereka.

Aku hanya mendengar Nan mengucapkan perkataan ini dan hal itu tidak ada bedanya seperti dia sedang menampar wajahku sampai aku merasa kehilangan kekuatan kakiku. 🤔

“Semoga sekarang kamu merasa bahagia dengan keputusan yang kamu ambil..”

“…”

“Kamu benar-benar anak yang tidak tahu berterima kasih dan jangan biarkan kami melihatmu kembali kesini!”

---

Mobil Rajin

Aku dulu sering datang ke Bangkok ketika Nan sedang tidak memiliki pekerjaan. Dia pasti akan mengajakku untuk melihat ayahku yang bekerja di Bangkok.

Ketika ayahku sedang libur, dia pasti akan mengajakku ke taman hiburan, kebun binatang atau department store. Aku sangat menyukai saat-saat seperti itu karena pada saat itu, aku merasa sangat dimanjakan. 😊

Saat ini aku mengangkat jari-jariku yang ramping untuk menghapus air mataku saat mobil ibuku sedang bergerak melawati department store di malam hari. Aku memandang baju sekolahku yang memiliki lambang sekolah Internasional di provisi Nan dan meyeka ingusku.

Aku tidak sengaja memikirkan bahwa aku rasanya ingin pulang saja bukan memandang kemacetan lalu lintas yang ada di kedua sisi jalan yang mengingatkan bahwa saat ini aku berada di Bangkok. 😞

Aku merasakan punggungku yang di pukul ayahku masih terasa sakit karena aku masih merasakan sakit hati. Aku bisa melihat Nan bersikap sangat angkuh dan sombong meminta aku pergi serta masuk ke dalam mobil orang yang terasa asing bagiku. Orang itu mengatakan bahwa dia adalah ibuku. 🤔

“Apakah kamu baik-baik saja?”

“Iya..”

“Aku tadi mendengar suaramu yang sedang marah dalam waktu yang lama. Apakah kamu memiliki tempramen yang panas? Aku merasa khawatir bahwa ayahmu dan Nan tidak menyukaimu dan mereka hanya membully atau menyakitimu saja selama ini..”

“Tidak.. Mereka tidak pernah melakukan hal itu kepadaku selama ini. Aku biasanya hanya dimarahi saja oleh ayahku..”

‘Nan yang selalu melarang ayahku melakukan hal itu..’

Aku hanya bisa menelan perkataan itu di dalam hatiku. Aku merasakan sudut mataku memanas, meskipun aku sudah menangis dari tadi sampai mataku terasa sakit. 😖

“Apakah kamu ingin makan sesuatu?”

“Aku tidak lapar. Jika anda merasa lapar, anda bisa membeli makanan apapun yang anda mau..” Balasku.

Aku berkata seperti itu dan mataku segera menatap bayanganku sendiri di cermin mobil ini.

“Kamu bisa memangilku ibu. Jika kamu memangilku dengan anda, aku merasa terasa jauh darimu..”

“Iya bu..”

Aku sama sekali tidak memiliki ingatan tentang ibuku sama sekali dan hanya bisa mengerutkan alisku saja. Saat aku mendengar perkataanku sendiri kata 'ibu' keluar dari mulutku.

Yeah.. mungkin wanita ini benar ibuku, tetapi terasa aneh saja karena selama ini dia tidak pernah menghubungiku dan ditambah kami tidak pernah bertemu sebelumnya, hal itu membuat perasaanku bagaimana gitu..

“Jika kamu tidak mau makan. Bagaimana kalau kita langsung pergi ke rumah sakit saja..”

“Mengapa kita harus pergi ke rumah sakit?”

Aku segera menoleh untuk melihat wanita yang saat ini sedang mengemudikan mobil ini dan melihat bahwa wanita itu juga melirikku. Ketika mata kami berdua bertemu, ibuku itu berbalik untuk menatapku. Meskipun saat ini dia masih mengemudiakan mobilnya.

“Aku memiliki seorang anak yang lain dan dia adalah seorang perempuan yang bernama Jom Kwan. Dia saat ini berusia sembilan tahun dan sedang sakit. Dia.. sakit leukemia..”

“…”

Saat mendengar perkataan ibuku, aku merasa sangat terkejut sekali. Karena aku tidak hanya mengetahui bahwa aku masih memiliki seorang ibu, tetapi beberapa jam kemudian aku juga tahu bahwa aku memiliki seorang adik perempuan.

“Ayo kita temui dia. Adikmu sangat imut.. dan bolehkah aku meminta sesuatu darimu?”

---

Rumah Sakit

Aku sudah lama tidak pernah merasakan hal seperti ini.. 🙄

Aku merasa seperti hampir tenggelam karena di serang oleh banyak tekanan di segala arah, tentu saja aku tidak benar-benar tenggelam sekarang.

Aku saat ini sedang berdiri di dalam sebuah ruangan berbentuk persegi yang tidak terlalu lebar dan tercium bau obat-obatan serta melihat cairan infus yang sedang menetes ke tangan seorang gadis kecil yang ada di depanku. Hal itu membuat aku merasa tertekan. 😞

Terlebih lagi, aku melihat tatapan tajam dari seorang pria yang berjas kulit yang menatapku dengan pandangan yang penuh kebencian. Pria itu tidak menutupinya sama sekali. Sampai aku berpikir bahwa apakah aku pernah memiliki masalah dengan pria itu? 🤔

Saat aku memikirkannya, aku merasa bahwa aku tidak pernah memiliki masalah dengan pria itu. 🙄

Lalu mengapa saat pria itu berjalan mendekatiku, dia memukul bahuku dengan penuh kemarahan lalu segera pergi keluar dari ruangan ini. 🤔

“Tidak apa-apa Ai. Dia hanya merasa tidak senang karena aku memiliki anak sebelum bersamanya..” Kata ibuku.

“Apakah dia yang tadi kamu ceritakan padaku?”

Aku membuka mulutku untuk bertanya pertama kalinya setelah aku hanya mengikuti dalam diam wanita yang berjalan di depanku.

Sejak kami berdua turun dari mobil, aku lebih memilih hanya melihat kakinya yang ramping saja yang memakai sepatu berhak tinggi yang mulai bergerak ke arah tempat tidur.

Aku melihat wanita itu memegang tangan gadis yang kurus dan terlihat pucat dan sorot matanya menampilkan perasaan penuh kasih sayang. 🙄

“Bu.. Apakah dia adalah Phi Ai yang ibu sering ceritakan kepada Jom?”

“Yeah.. Dia datang untuk membantu kita. Ibu sudah berbicara dengannya. Ai datang kesini karena ingin melihatmu..”

“Hm..”

“Ai mendekatlah.. Jom ingin melihatmu..”

Saat aku mendengarkan perkataan ibuku, hal itu seolah-olah merupakan perintahnya kepadaku yang dari tadi hanya berdiri diam untuk mendekatinya.

Ini adalah pertama kalinya aku melihat wajah adik perempuanku itu. Dia adalah saudara perempuanku yang sama ibunya denganku.

Aku melihat gadis itu tampak sangat kesakitan, tetapi gadis itu berusaha untuk tersenyum kepadaku sehingga aku juga tersenyum kepadanya. 😊

Sekarang aku mengerti apa yang sebenarnya ibuku butuhkan dariku sehingga dia ingin membawaku jauh-jauh dari Nan. Semua ini karena penyakit yang di derita oleh Jom Kwan. 😞

Tetapi sepertinya gadis itu masih akan tetap hidup. 🤔

Tidak lama, aku sedikit merasa sedikit tersentak saat merasakan ada tangan dingin yang terlihat tidak berdaya itu meraih tanganku.

Aku tidak terlalu mengerti penyakit yang dia derita, meskipun ibuku sudah mencoba untuk menjelaskan sepanjang perjalanan kami ke rumah sakit ini. Tetapi aku tahu bahwa gadis ini sedang berjuang untuk melawan penyakit itu sampai merasa kesakitan.

Aku hanya tahu ibuku sedang mengusahakan pengobatan untuknya. Jadi aku disini untuk di tusuk oleh jarum yang besar agar bisa mengeluarkan sum-sum tulang belakangku untuk di cocokan dengan milik Jom Kwan.

Jika sum-sum tulang belakang kami berdua cocok, maka dokter akan melakukan operasi transpalansi sum-sum tulang belakang untuk menyelematkan Jom. 🙄

Tetapi saat melakukan hal itu, ibuku hanya mengharapkan keajaiban bahwa sum-sum tulang belakang kami berdua cocok karena aku dan Jom hanya memiliki setengah darah dari ibu yang sama saja.

Selain itu, ibuku tidak pernah bertanya apakah aku mau melakukannya atau tidak. Ibu juga tidak mengatakan hal ini sebelum membawa aku pergi ke Bangkok. 😑

Apa-apaan ini semua!! 😡

“Kalian berdua adalah saudara dan lebih baik kalian berbicara dulu. Ibu akan keluar untuk berbicara dengan ayahmu sebentar..” Kata Ibuku.

Ibuku tersenyum dengan lembut kepada gadis yang saat ini sedang terbaring di atas tempat tidur. Tetapi senyuman ibu memudar saat matanya melihatku memiliki warna mata yang sama dengannya. Aku bisa melihat hal itu dengan jelas bahwa aku dan ibuku memiliki wajah yang mirip. 😯

Tidak lama aku mendengar suara pintu kamar di rumah sakit ini tertutup dan hanya terdengar suara samar-samar orang yang berbicara di dalam rumah sakit ini. Aku sama sekali tidak mengelurakan suara sama sekali dan hanya tetap berdiri di samping ranjang yang sama sampai aku merasakan tarikan di tanganku yang memaksa aku untuk duduk di ranjangnya.

“Apakah kamu sudah lama tidur di sini?”

Itu adalah pertanyaan pertama yang aku katakan kepada saudaraku setelah aku tahu aku memiliki saudara.

Apakah perkataan itu yang harus aku katakan saat pertama kali aku bertemu dengannya? 🤔

Aku tidak tahu karena saat ini otakku benar-benar sangat kosong dan tidak bisa memikirkan apapun dalam beberapa saat.

“Aku keluar masuk rumah sakit selama satu tahun belakangan ini. Aku benar-benar tidur disini selama hampir dua bulan belakangan ini..”

“Apakah kamu tidak pergi ke sekolah?”

“Bagaimana bisa aku bersekolah? Jika aku merasa kelelahan maka aku akan kesulitan bernapas. Tetapi aku sangat ingin pergi ke sekolah, ingin bermain bersama teman-temanku. Bisakah Phi Ai benar-benar membantu Jom?”

“Aku juga tidak tahu..”

Aku sangat tidak suka berbohong makanya aku mengatakan yang sebenarnya dengan jujur.

“Tidak apa-apa.. Ibu tidak akan pernah membohongi kita..” kata Jom.

Dia semakin mencengkram pergelangan tanganku, aku melihat dia menggigit bibirnya dengan erat-erat. Mencoba untuk menggerakkan tubuhnya yang sakit.

Jom meraih tanganku dan dengan gemeteran dia mengambil pot tanaman kecil dan memberikannya kepadaku. Jom tidak perlu mengatakan tanaman apa ini.

“Tanaman kaktus?”

“Iya.. Senang bertemu denganmu Phi Ai..”

Aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi setelah itu kepada Jom Kwan. Aku tidak tahu harus bernyanyi atau bercerita kepadanya.

Karena keadaan yang aku lihat berikutnya adalah terasa sangat jelas daripada apapun ingatan yang pernah aku lihat. 😥

Jika kebenaran tidak bisa aku temukan dari orang yang sudah anggap menipuku, maka aku akan memberanikan diri untuk bertanya kepada ibuku.

---

Lorong Rumah Sakit

Aku segera keluar dan berdiri di depan kamar rawat inap Jom. Aku berharap bisa melihat ibuku dan dia akan mau menjawab banyak pertanyaan yang ada di dalam kepalaku ini.

Aku mencarinya di luar ruangan ini, tetapi aku tidak bisa menemukannya. Aku juga tidak melihat orang yang aku kenal disini. 😖

Aku merasakan kesepian dan sepet orang yang tersesat di hatiku. Aku bermaksud akan pergi mencari telepon umum untuk menelepon ayahku dan menceritakan semuanya. Aku juga ingin bertanya padanya apa yang harus aku lakukan dalam situasi saat ini.

Aku berpikir pasti ayahku sudah tidak marah lagi padaku. Adapun untuk Chao Nan.. Aku tetap menganggapnya sebagai orang yang jahat. 😑

Aku sedang memikirkan ponselku yang baru saja di belikan oleh ayahnya yang dia tinggalkan di rumah. Saat ini aku hanya memiliki beberapa uang koin bath karena aku melepaskan tasku yang mahal ketika aku sedang marah tadi. 😞

Tetapi mengapa disini sangat sulit menemukan telepon umum? 😥

Aku saat ini sedang berjalan di sekitar rumah sakit ini dan masih juga belum menemukannya.

Aku benar-benar sangat ingin berbicara dengan ayahku..

Aku mulai merasa bersalah dan ketakutan saat ini. 😖

Aku benar-benar merasa takut dan khawatir bahwa ayahku tidak akan mau memaafkan diriku atau lebih parah lagi, ayahku akan meninggalkan rumah kami karena ayah lebih memilih untuk tinggal bersama-sama dengan Chao Nan.

Tetapi dia adalah ayahku. Bagaimana mungkin ayah melihat orang baik daripadaku? Yeah.. Chao Nan adalah orang lain.. Benarkan? 🙄

Tetapi Chao Nan yang sudah membesarkan aku sejak aku masih kecil. Aku tidak pernah dipukul olehnya dan tidak pernah dimarahi juga. Tetapi apa yang tadi ibuku katakan padaku tentang dirinya adalah hanya perkataan yang buruk saja. 😞

Tetapi kenapa tadi aku benar-benar menerima dan mempercayai apa yang ibuku katakan? 🤔

Sehingga aku menjadi membenci Chao Nan dan merasa kecewa padanya juga. Tetapi setelah aku memikirkan semuanya, Chao Nan selalu mencintaiku. 😞

Tetapi ketika aku mengetahui kebenarannya dan tahu bahwa selama ini aku hanya dibohongi olehnya. Sehingga pemikiran negatif itu muncul tanpa aku bisa hindari sehingga menuduh Chao Nan sudah merebut ayahku. 😞

Saat aku memikirkan semua itu dan berjalan, tetapi aku segera berhenti. Aku mendengar ada suara orang yang sedang berdebat dengan keras dari arah tangga darurat rumah sakit ini.

Aku ingat bahwa salah satu dari suara itu adalah suara milik ibuku dan suara laki-laki yang lain mungkin saja milik pria yang tadi aku temui di dalam kamar Jom Kwan tadi.

Aku segera tertergun saat mendengar perkataan mereka dan mataku yang sebelumnya berbinar sekarang sudah mengalirkan air mata saat mendengar semua perdebatan mereka meskipun aku masih berdiri dari kejauhan, tetapi aku masih bisa mendengarnya. 😥

“Wajamu terlihat sangat ceria saat kamu pergi menemui orang itu!”

“Kamu diam saja! Aku hanya merasa senang karena bisa membawa anak itu kesini untuk menyelamatkan Jom dan mendapatkan anak itu kembali. Kamu tidak tahu bahwa ketika aku mengandung Ai, aku rasanya ingin mati saja. Nan yang saat itu menyelamatkanku. Aku sangat membencinya karena dia mencintai orang yang aku cintai dan juga anakku seperti anaknya sendiri. Dia bahkan memberikan nama baru, yaitu Aiyaret. Dia memberikan segalanya dan dia mengatakan bahwa Ai memiliki kelebihan. Tetapi Chao Nan benar-benar tidak tahu berterima kasih! Dia tadi menangis bahwa dia sudah melakukan kesalah dengan mencintai Sippakorn juga!”

“Jangan hanya mengatakan bahwa anak itu bisa membantu kita. Kita masih belum tahu apakah sel sum-sum tulang belakangnya cocok atau tidak dengan Jom. Jika tidak cocok, apa yang akan kamu lakukan dengan anak itu? Dia adalah anakmu dan bukan anakku. Jangan pernah berpikir akan mengajaknya tinggal bersama-sama dengan kita di dalam rumahku..”

“Yeah.. dia adalah anakku. Aku bisa menjaganya sendiri..”

“Tetapi kamu tidak boleh menggunakan uangku!”

“Apakah menurutmu Phi Sippakorn akan mampu menahan semua ini? Dia pasti akan meneleponku suatu hari nanti dan mungkin juga akan mentransfer tunjangan hidup Ai kepadaku saat sudah waktunya. Sippakorn sangat menyukai Ai bahkan sebelum dia lahir. Dia sangat baik dan tidak seburuk kamu..”

“Gadis nakal sepertimu memang sangat cocok berpasangan dengan pria jahat sepertiku. Benarkan?”

“Yeah.. Tetapi jika Phi Sippakorn mau memberikan setengah saja hatinya padaku, aku mungkin tidak akan bersama denganmu!”

“Kebencianmu terhadap Nan mungkin bukan karena anak itu. Tetapi mungkin karena kamu menyukai Sippakorn, tetapi dia tidak mau memilihmu dan lebih memilih menghabiskan hidupnya dengan Nan..”

“Tutup mulutmu!”

Aku sama sekali tidak merasa peduli sama sekali dengan kedua orang yang ada di depanku. Saat ini tubuhku benar-benar bergetar saat mendengarkan perkataan mereka itu.

Aku saat ini sudah mengerti semuanya dengan jelas dan perasaan amarahku lebih besar daripada sebelumnya. 😡

Saat aku tahu bahwa aku masih memiliki ibu, aku merasa sangat senang. Aku merasa marah kepada ayahku karena sudah menyembunyikan hal ini dariku.

Tetapi..

Sekarang aku mengerti mengapa baik ayah maupun Chao Nan tidak pernah mau membicarakan hal ini denganku.

Saat aku tahu sifat wanita ini.. yang memiliki sifat yang sangat buruk! Lebih baik aku tidak usah memiliki ibu saja.

Kkyyyaaa! 

Aku bisa mendengar suara jeritan dari ibuku saat aku mendekatinya.

Kekuatan seorang anak berusia lima belas tahun sepertiku cukup untuk mengangkat tubuh ibuku yang lebih kecil dan menyayunkan tubuhnya dengan tanganku. 😡

Saat ini telapak tanganku sudah menempel erat di lehernya yang putih. Aku mencekik ibu yang sudah melahirkan diriku dan mendorong tubuhnya sampai kedinding dan mengangkat tubuhnya sampai kakinya melayang dari lantai.

Aku bisa melihat wajah tersiksa wanita yang saat ini sedang berusaha untuk melepaskan dirinya dari siksaanku. 😡

Aku tahu bahwa saat ini aku bisa saja membunuh orang itu.

Jika saja pria yang sedang berdiri dengan pelacur itu tidak melepaskan aku dengan meniju wajahku.

Pria itu menarik tanganku hingga melepaskan wanita itu dan akhirnya wanita itu terjatuh ke lantai.

TBC

Vote and comment ☺️🙏🥰

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro