Bab 14
Perbedaan Genetik
Ai Pov
Rrr… Rrr…Rrr..
“Ai.. ponselmu berbunyi..”
Aku mendengar Nhai berkata kepadaku yang saat ini sedang memeluknya. Jadi aku terbangun dan bergerak untuk berbaring telentang. Aku segera berusaha mencari ponselku yang biasanya aku taruh di samping tempat tidur.
Tetapi saat aku menggerakkan tanganku ke samping tempat tidur, aku merasakan rak yang biasanya aku meletakkan ponselku terlihat kosong dan hanya ada buku komik yang besar. 🤔
Aku kemudian berpikir dan mengingat bahwa semalam aku menginap di rumah Nhai karena aku pergi keluar untuk minum-minum dengan teman-temanku. Aku meminta Intha untuk mengantarkan aku ke rumah Nhai.
Aku keluar dari mobilku dengan susah payah untuk bisa ada di dalam kamar ini. Aku kemudian mandi, duduk dan makan mie instan kemudian tertidur. Aku juga lupa untuk menggosok gigiku semalam. 😅
“Apakah kamu tidak mau mengangkat ponselmu itu dulu,Ai? Suaranya benar-benar sangat memekakan telinga!” Kata Nhai.
Dia terlihat kesal dan kemudian bergerak untuk menyampirkan kakinya yang panjang untuk memeluk tubuhku yang dia pikir mungkin guling. 🤣
Namun tadi malam aku datang dan tidur di kamarnya sehingga guling Nhai yang terlihat sudah buluk itu terjatuh ke lantai sehingga dia harus memeluk tubuhku. 😏
“Aku tidak bisa menemukan ponselku. Tadi malam kamu meletakkan ponselku dimana?”
“Hm.. aku bisa mendengarkan getarannya disini..”
Aku melihat mata kecil Nhai mulai terbuka sedikit demi sedikit, lalu dia segera duduk di atas yang dia kira guling ketika dia terbangun. Tetapi sekarang yang menjadi gulingnya adalah tubuhku. 😅
Dia menduduki tubuhku di atas perut ke atas dan sampai sekarang dia belum membuka matanya dengan sempurna.
“Aku belum ingin bangun. Kenapa juniorku sudah terbangun?”
“Bukankah akan terlalu berisik jika kita melakukannya pagi-pagi seperti ini?”
“Kamu ini pemikirannya..”
“Aku masih merasa kesakitan, siapa yang kemarin tidak mau berhenti dan siapa yang selalu membuat aku memikirkan hal seperti itu..” Kata Nhai.
Setelah berkata seperti itu, dia segera turun dari tubuhku dan duduk di atas tempat tidurnya, tetapi kakinya masih terjepit di antara kakiku.
Mataku menatapnya dan melupakan suara ponselku yang terus berdering. Aku sangat senang menggoda orang yang tadi duduk di atas tubuhku. 😁
“Hm.. aku rasa aku tahu dimana ponselmu itu. Ayo lepaskan lenganmu dulu dari tubuhku. Aku akan mengambilkannya untukmu…”
“Tidak mau..”
“Ayo lepaskan lenganmu dulu.. Aku akan mengambil ponselmu itu..”
“Tidak perlu. Biarkan aku saja yang mengambilnya..”
Aku segera mengulurkan lenganku yang panjang dan melihat ponselku yang ada di bawah bantal tidak jauh dari tempatku saat ini. Tetapi sebelum aku bisa mengambilnya, Nhai kembali duduk di atas dadaku dan segera meraih ponselku lebih dulu.
“Jom? Siapa Jom?”
“Apa? Jom?”
Aku yang sedang berbaring di bawah tubuh Nhai segera melompat ketika mendengar siapa yang meneleponku pagi-pagi.
Aku tidak menyadari bahwa Nhai hampir saja terjatuh ke belakang ketika aku tersentak. Aku segera mengambil ponselku dari tangannya dan memutuskan sambungan telepon itu. 😑
“Kenapa kamu tidak mengangkatnya?”
“Aku tidak ingin berbicara dengannya..”
“Apakah dia adalah mantan pacarmu?”
“…”
Aku diam saat mendengar perkataan Nhai dan hanya memeluk pinggangnya serta menatap wajahnya dari samping.
“Mantan pacarmu perempuan kan? Dia yang meneleponmu saat kita berada di restoran BBQ waktu itu juga kan? Kamu mempunyai berapa mantan pacar? Biasanya kamu berpacaran dengan seseorang berapa lama? Ayo katakan padaku, Khun Aiyaret. Kamu sering bergonta-ganti pacarkan?”
Saat Nhai mengatakan dan mempertanyakan hal itu, aku hanya bisa menatap wajahnya yang manis.
“Dia bukan pacarku, tetapi adik perempuanku. Aku hanya pernah membantunya sekali..”
“Lalu kenapa kamu tidak mau mengangkat telepon darinya?”
“Aku tidak mengangkat telepon darinya saja kamu sudah cemburu seperti ini..”
“Aku cemburu?”
“Iya...”
“Aku hanya bertanya padamu karena aku ingin tahu. Begitu aku memutuskan untuk berpacaran dengan seseorang, aku tidak akan mempedulikan masa lalunya. Aku hanya ingin tahu apakah dia sering bergonta-ganti pacar atau tidak dan biasanya berpacaran berapa lama. Jadi aku bisa mempersiapkan mentalku seandainya suatu hari dia meninggalkan aku..”
Saat aku mendengarkan Nhai berkata dan di akhir kalimatnya, suaranya terdengar sangat rendah sehingga aku hampir saja tidak bisa mendengar apa yang dia katakan.
Nhai mengangkat tangannya untuk mengusap rambutnya yang saat ini berantakkan sebelum tersenyum kering kepadaku.
“Hm.. Tetapi seorang biksu pernah mengajarkan kepadaku bahwa memikirkan masa lalu adalah penderitaan, memikirkan masa depan juga penderitaan. Lebih baik hidup di masa sekarang saja. Benarkan?”
Nhai memang sangat pintar menghibur dirinya sendiri. 😅
“Hahah.. Kamu sangat lucu sekali…”
Aku segera tertawa terbahak-bahak saat mendengar perkaatannya itu.
“Apa yang kamu tertawai?”
“Aku mentertawakan kamu..”
Aku menatap wajah Nhai yang saat ini menatap wajahku dengan tajam dan aku masih tersenyum kepadanya.
“Aku memberikan kamu waktu sepuluh detik untuk berhenti tertawa kalau tidak aku akan marah..”
“Baiklah.. aku akan berhenti tertawa. Ayo kemarilah. Aku akan menjawab pertanyaanmu satu persatu. Jom adalah orang yang meneleponku waktu di restoran BBQ waktu itu. Mengenai pacaran, aku pernah berpacaran dengan dua orang. Pertama aku berpacaran saat aku masih di bangku TK, aku sudah tidak ingat lagi namanya. Aku hanya ingat pernah bergandengan tangan dengannya dan tidur siang bersama-sama dengannya. Sedangkan yang kedua adalah saat aku duduk di bangku SMP kelas 2. Aku paling sering mengajaknya nonton bioskop dan pergi makan saja. Saat aku berada di Kanada, aku tidak menjalin hubungan dengan siapapun..”
Aku mengatakan hal itu dengan duduk dengan tegak dan mengusap rambut Nhai yang saat ini dia sedang menatapku.
“…”
“Aku akan mengatakan kepadamu bahwa kamu adalah orang pertama yang aku ingin ajak berhubungan dengan serius dan akan menjadi yang terakhir dalam hidupku. Aku tidak bisa bersikap romantis dan saat kamu baru bangun tidur seperti ini, wajahmu benar-benar sangat imut dan jangan lebih dari ini..”
Aku sebenarnya benar-benar tidak ingin melepaskan Nhai pagi ini dan aku sangat ingin memakannya lagi. Aku benar-benar ingin mengajarkan kepadanya tugas dasar seorang istri. 😏
“Omong kosong apa yang kamu katakan barusan..” kata Nhai.
“Aku akan mengajarkan istriku di atas tempat tidur ini..”
“Ai.. lepaskan aku..”
Tetapi aku menolak untuk melepaskan tangannya. Jadi Nhai terus memukuli tubuhku. 🤣
---
Nhai Pov
Tok.. Tok.. Tok..
“Nhai.. Apakah kamu sudah bangun? Ayo buka pintunya. Mobil siapa itu yang terparkir di depan rumah kita?”
Aku mendengar suara ayahku memanggilku dari depan kamarku.
“Itu adalah ayahku..” Kataku.
Aku segera melepaskan diriku dari pelukkan Ai sebelum berjalan pelan-pelan untuk membuka pintu kamarku sedikit. Aku segera berbicara dengan nada yang lembut kepada Pa ku yang saat ini sudah berdiri di depan pintu kamarku.
Clek!
“Good morning Khun Sha. Mobil yang di parkir di depan rumah kita adalah mobil pacarku. Dia sekarang ada di dalam kamarku..”
“Hei! Kamu jangan berbicara begitu sopan seperti ini. Kamu hanya mengeluarkan kepalamu saja apakah sekarang kamu sedang telanjang?”
“Telanjang apa? Aku masih seperti biasa, selalu tidur tanpa mengenakan pakaianku saja, Pa..”
“Kalau seperti biasa, cepat buka pintunya.. Pa ingin melihat wajah pacarmu itu. Bila Pa terus melihat wajahmu maka hariku akan menjadi suram..” 😅
“Kalau seperti itu, biarkan kami mandi dan sikat gigi dulu..”
Setelah mengatakan hal itu kepada ayahku, aku segera menutup pintu kamarku lagi.
Bruk!
Tok.. Tok.. Tok..
Tok.. Tok.. Tok..
“Hei Nhai.. Buka pintunya.. Hei cepat buka pintunya!!”
Ayahku terus mengetok pintu kamarku karena aku masih menolak untuk membuka pintunya. Aku kemudian membuka kembali pintu kamarku sedikit lagi dan berkata kepada Pa.
“Tunggu sebentar Pa.. Izinkan aku bertanya kepada pacarku dulu apakah dia sudah siap bertemu dengan Pa atau belum..”
Setelah mengatakan hal itu, aku kembali menutup pintu kamarku lagi dan bersandar di pintu dan menatap Ai dan mengangkat alis mataku seolah-olah bertanya kepadanya apakah dia sudah siap bertemu dengan ayahku? 🤔
Ai hanya menganggukkan kepalanya dan tidak menunjukkan banyak perasaan kepadaku. 🙄
Tetapi aku merasa jauh di dalam pikiranku rasanya aku seperti mendengar ada suara sound track film horor saat aku membuka pintu kamarku kembali. 😅
Rasanya pembunuhan akan segera dimulai! 🤣🤣
Clek!
Pletak!
“Ouch!”
“Kamu sangat lambat membuka pintu kamarmu dan pantas untuk dipukul..” Kata Ayahku.
Ayahku memukul kepalaku dengan gulungan kertas sebelum dia berjalan masuk ke dalam kamarku untuk melihat sosok Ai yang tinggi sedang berada di atas tempat tidurku tanpa mengenakan pakaian.
Aku melihat wajah Ai sedikit pucat seperti sedang berhadapan dengan seorang pembunuh di depannya. Aku rasanya sangat ingin memberikan ciuman penghiburan untuknya.
Aku melihat mata coklat Ai melihat kertas koran yang dipegang oleh ayahku. Tetapi ketika dia melihat koran itu tidak digulung, maka dia melihat ke arah lain. Tetapi ayahku terus memperhatikannya dan mengejar matanya.
Apakah ayahku sedang ingin memanah atau bermain ketapel? 🤔
Tetapi aku bisa merasakan Ai pasti selamat karena aku melihat ayahku tidak terlihat ingin melukainya. Ayahku hanya menatap Ai dari ujung kepala sampai ujung kaki kemudian kembali lagi ke kepala selama beberapa kali. 😅
Setelah itu, ayahku hanya terlihat menghela napasnya dan membuka mulutnya untuk pertama kali. Ayahku berbicara kepada Ai.
“Hei pria tampan, apakah kamu yakin?”
“iya?”
“Apakah kamu yakin mau pacaran dengan orang gila seperti anakku ini?” Tanya ayahku sambil menunjuk kearahku.
Aku saat ini tidak tahu bagaimana penampilan wajahku saat ini karena Ai membuat wajah yang aneh. Tetapi tidak lama Ai menjawab.
“Iya..”
“Bagus kalau begitu..”
Ayahku hanya mengatakan hal itu, lalu menyuruh kami berdua mandi dan kemudian ayahku segera keluar dari kamar tidurku. 😊
---
Ai Pov
Aku melihat ayah Nhai berguman dan tersenyum dengan lebar saat duduk sambil menyeruput teh di pagi hari bersama-sama denganku di ruang keluarga. 😊
“Pa mengakui bahwa pada awal Nhai memberitahukan bahwa dia berpacaran dengan seorang pria, aku merasa cukup terkejut. Karena selama ini tidak ada tanda-tanda bahwa dia menyukai seorang pria sebelumnya. Selama ini Nhai masih terlihat sibuk menggoda Nong Karn Blue.. Karn apa ya?”
“Nong Karn Liuw..”
Aku segera memberitahukan nama itu karena merasa kasihan kepada Nong Karn Liuw karena namanya diubah menjadi gajah biru? 🙄
“Yeah.. Itu dia namanya..”
Aku melihat ayah Nhai mengalihkan pandangannya ke arah luar rumahnya selama beberapa menit. Khun Chen Sha meminta putranya untuk memindahkan mobilku agar di parkir di halaman rumah.
“Nhai sangat suka berpergian dan melakukan apapun yang dia sukai serta inginkan tanpa memikirkan banyak hal. Dia selalu bersikap terburu-buru hanya untuk menyenangkan dirinya sendiri. Tetapi hal itu akan sangat berbeda jika dia sedang memikirkan orang lain. Nhai akan lebih banyak berpikir, dia akan berpikir sambi duduk dan bahkan sambil tiduran juga. Terkadang dia memikirkan hal itu sampai satu bulan dan masih tidak menemukan jalan keluarnya..” 😅
“Tetapi aku merasa disitulah pesonan dari diri Nhai. Dia sangat mengemaskan saat sedang banyak berpikir dan alisnya akan berkerut..”
“Heheh.. Kelihatannya kamu sangat mencintai putraku. Kamu membicarakannya sambil tersenyum dengan senang..”
Saat Khun Chen Sha mengatakan hal itu, aku hanya bisa tersenyum dan melihat tanganku. 😊
Setelah terdiam beberapa saat, aku menungkan teh kedalam gelas Khun Chen Sha lagi yang terlihat sudah kosong agar terlihat baik di depan matanya. 😊
“Apakah Pa bisa melihatnya dengan begitu jelas?” Tanyaku.
Saat mendengar perkaatannya Khun Chen Sha, aku merasa tidak terlihat terlalu buruk di depan ayah Nhai.
“Setiap hari aku melihat banyak orang. Jadi tidak mungkin aku tidak bisa melihatnya dan menyadarinya..”
“Pa masih terlihat sangat muda, terutama sikap dan pemikirannya. Pa sama sekali tidak peduli dengan pemikiran orang lain dan tidak mempermasalahkan aku yang berpacaran dengan Nhai..”
Saat aku melihat Khun Chen Sha, aku berpikir dia tidak terlalu terlihat orang yang memikirkan masalah ini. Tetapi jika melihat dari sisi yang lain, Pa terlihat seperti memiliki tameng untuk menghadapi situasi seperti ini yang akan muncul di dalam keluarganya. Pa bisa di bilang terlihat sebagai ibu juga, tetapi dia tetap adalah ayah Nhai. 😊
“Oh ya.. Apakah kamu kenal Sing?”
Saat Khun Chen Sha bertanya seperti itu, aku segera menganggukkan kepalaku.
“Kejadian ini terjadi sekitar sepuluh tahun yang lalu dan terjadi di depan rumahnya, jadi Pa segera datang. Sing pada saat itu memutuskan untuk mengaku kepada ibunya bahwa dia adalah gay. Jadi dia membawa pacarnya pulang ke rumah untuk di kenali oleh ibunya. Tetapi ibunya tidak menyetujuinya. Setelah itu, Sing terus saja menangis dan menangis di depan Pa. Dia mengatakan mengapa ibunya tidak bisa menerima dia yang seorang gay. Dia berkata bahwa dia juga tidak ingin menjadi gay tetapi dia sudah seperti ini dan hanya ingin merasakan cinta saja. Sing duduk dan menceritakan semuanya kepada Pa dan Pa hanya bisa mendengarkannya saja selama dua minggu. Hal ini menyebabkan Sing tidak bisa berkonsentrasi kepada pekerjaannya. Saat melihat hal itu, aku memutuskan bila ada anakku yang gay maka aku akan merestui hubungan mereka..”
“…”
“Oh ya.. Kamu pasti belum pernah bertemu dengan Phi-nya Nhai kan? Phi nya memiliki tubuh yang kecil dan juga putih. Pa awalnya berpikir dia menyukai seorang pria karena hubungannya dengan Sing sangat baik. Tetapi enam tahun lalu, aku sangat terkejut. Phi-nya Nhai mendatangiku dan mengatakan bahwa dia menghamili seorang wanita. Sekarang dia sudah memiliki tiga anak..”
“Hah?!”
“Masalah kamu dan Nhai adalah masalah yang kecil bagiku. Seperti kata pepatah, semakin banyak pengalaman maka daya tahan tubuh ini akan semakin kuat…”
Khun Chen Sha hanya bisa tertawa setelah mengatakan hal itu dan melihat wajahku yang terkejut. Pa segera berdiri dan berjalan untuk mengambil bingkai foto yang ada di dekatnya dan menyerahkannya kepadaku.
Di dalam bingkai foto itu, aku bisa melihat ayah Nhai yang aku kenal bernama Khun Chen Sha, di tengah ada wanita yang terlihat kurus, rapuh dan berkulit putih dan itu adalah Mae dari Nhai.
“Hm.. Kemarin Nhai menunjukkan foto ibunya kepadaku. Aku merasa Nhai sangat mirip dengan Mae-nya. Sedangkan Phi-nya mirip dengan Pa..”
“Awalnya aku memiliki pemikiran yang sama denganmu dan merasa Nhai memang mirip dengan Mae-nya. Tetapi sifat Nhai dan Mae-nya sangat berbeda. Nhai sudah kehilangan Mae-nya saat dia masih kecil jadi Pa yang membesarkan dia seorang diri. Nhai sangat suka menghilang, pelupa, ceroboh, keras kepala dan sangat suka berteriak dengan keras. Tetapi tidak apa-apa bukan? Tolong jaga Nhai dengan baik. Jika dia menghilang atau nyasar, tolong kamu jemput dia seperti dulu. Jika dia melupakan sesuatu, tolong ingatkan dia. Tetapi jika dia makan dan tidak mau mencuci piringnya, maka kamu tidak perlu mencucikan piringnya. Biarkan dia mencucinya sendiri. Apakah kamu mengerti?”
“Baiklah Pa..”
---
Nhai Pov
Aku pulang kembali kerumahku dengan membawa minuman dan sekantong kentang goreng.
“Aku pulang.. Aku membeli banyak makanan. Ada green tea, kentang goreng dan susu kedelai untuk Pa..”
“Terima kasih, nak. Tadi Pa sedang bertaruh dengan Ai apakah kamu akan tersesat lagi atau tidak..”
“Ouh Pa.. Toko yang menjual makanan ini hanya ada di depan gang rumah kita. Kalau aku sampai tersesat pasti keterlaluan..”
Setelah aku mengatakan hal seperti itu, aku hanya mendengar ayahku tertawa saja.
Aku kemudian mengambil sekantong kentang goreng yang aku beli itu dan menawarkan kepada Ai.
“Apakah kamu mau makan ini?”
“Hm.. Dimanapun kamu terbangun jika kamu tidak makan, aku merasa kamu akan mati lemas!” Kata Ai.
Aku menatapnya dan membagi makananku dengannya. 🙄
“Oh ya Pa.. bagaimana pacarku? Lulus atau tidak?”
“Yeah.. kalian berdua harus saling menjaga satu sama lain..”
Setelah Pa mengatakan hal itu, aku tidak berkata apa-apa lagi. Aku melihat bahwa Ai dan Pa-ku terlihat sangat akrab. 😊
--
Apartemen Ai
Ai Pov
Saat ini mataku berkedip saat aku duduk dan melihat ada tulisan besar yang menempel di dinding di atas kaktusku di luar balkon. 🙄
Aku segera mengangkat tanganku ke rambutku yang terasa lembut dan mengacak-acaknya. Aku tidak mengerti mengapa aku harus duduk disini dengan tumpukkan buku daripada berbaring di atas tempat tidur sambil memeluk Nhai di saat hari hujan seperti ini. 😞
Aku segera mengeluarkan ponsel tipisku dari saku celanaku dan mengirimkan pesan kepada orang yang menyuruh aku berada di luar.
Aku menganggu orang yang sedang berada di dalam kamarku dengan mengirimkan pesan stiker di Line-nya. Aku bisa mendengar suara ponselnya yang terus berdering karena aku mengirimkannya puluhan stiker atau mungkin seratus stiker. 😅
Aku merasa yakin bahwa saat ini Nhai membuka dan membacanya. Tetapi aku menunggu sampai beberapa saat.. Stiker yang aku kirimkan di abaikan olehnya. 😞
Aiyaret
Bolehkah aku masuk ke dalam kamar sebentar saja?
Nhai
Tidak!
Aku kemudian segera berdiri dan berjalan beberapa langkah agar mencapai pintu kamarku yang sejak tadi telah tertutup selama dua jam. 😅
Tok.. Tok.. Tok..
“Nhai..” Aku memangilnya.
“Ehm..” Balas Nhai.
“Nhai.. Bolehkah aku sekarang masuk ke dalam kamar?”
“Kamu tidur di ruang tamu saja..”
“Aku berjanji hanya akan membaca buku pelajaran saja dan tidak akan menyentuhmu, tidak akan menciummu dan juga tidak akan menggigitmu. Malam ini kita hanya akan tidur dengan berpegangan tangan saja. Nhai.. Ayo bukakan pintunya untukku..”
“Kamu tidur di luar saja..”
Aku mendengar suara Nhai yang mengatakan dengan tegas seperti biasanya.
Ketika dia sudah mengatakan seperti itu, apa yang bisa aku lakukan selalin berjalan kembali dan membaringkan diriku di atas sofa? 🤣🤣
Aku mengakui bahwa aku yang sudah membuat Nhai marah seperti ini. 😞
---
Flash Back
Tadi ketika kami berdua sedang duduk dan membaca di atas meja Jepang kecil di dalam kamarku. Tetapi Nhai terlihat mengantuk sehingga dia berjalan dan melompat ke atas tempat tidur.
Nhai membaringkan dirinya di atas tempat tidur dan menghadap ke arah bantal. Dia terlihat sangat ingin tidur.
Tetapi.. Aku segera menghampirinya dan menindih tubuhnya. 😅
“Oui.. bangunlah. Kamu sangat berat Ai..”
Tetapi aku tidak mengindahkan perkaatannya.
Kiss 😘
Aku segera mencium pipi kiri dan pipi kanannya. Nhai membiarkan aku melakukan itu dan tidak terlihat melawan sama sekali. Aku kemudian lanjut menciumnya lagi.
Kiss 😘
Kali ini aku mencium keningnya, lalu turun ke matanya, hidungnya lalu ke arah lehernya. Tetapi.. aku tidak sengaja menggigit lehernya yang putih itu dengan sedikit keras.
“Ouch! Ai!”
Teriakkan Nhai terdengar sangat keras dan menggema di ruangan ini. 😅
Aku segera di dorong menjahui tubuhnya dan di dorong keluar dari kamarku sendiri beserta setumpuk buku. 😞
Tidak lama Nhai juga mengeluarkan bantal dan selimut yang aku pakai.
Flash back End.
---
“Hah!”
Saat ini aku hanya bisa menghela napas saja. 😩
Aku sedang berpikir dan akan menelepon ayahku untuk menanyakan kepadanya apakah dia memiliki kunci cadangan kamarku yang ayahku sembunyikan di suatu tempat. 🤔
Tetapi.. Sebelum aku menelepon ayahku untuk menanyakan hal itu. Ponsel yang ada di tanganku berbunyi.
Jom.
“Huf.. Sudah aku bilang tidak usah meneleponku lagi..” 😑
Aku bergumam dan duduk dengan wajah yang terlihat kesal saat melihat siapa yang meneleponku. Aku sudah tidak memiliki perkataan yang harus aku katakan padanya lagi dan aku tidak ingin mengangkat panggilannya.
Tetapi jika aku tidak mengangkat panggilannya, dia pasti akan pergi mendatangiku ke apartemenku ini dan jika aku tidak mengangkatnya maka dia pasti akan terus meneleponku. 😑
“Hallo.. ada apa?”
“Phi Ai. Aku sudah berada di lantai bawah apartemenmu. Phi tinggal di lantai 22 kan? Aku akan naik dan mencarimu..”
“Phi sedang bersama dengan pacar Phi dan tidak ada waktu untuk melayani tamu..”
“Aku ingin melihat pacar Phi Ai juga. Aku akan naik lift sekarang ya..”
“Tidak boleh..”
“Kalau seperti itu maka Phi Ai harus turun dan menemui Jom..”
“Aku tidak mau..”
“Liftnya sudah terbuka..”
“Kenapa sikapmu begitu buruk? Kamu tidak perlu naik dan tunggu saja di bawah. Nanti aku akan turun menemuimu..”
Setelah itu, aku segera memutuskan sambungan teleponku.
Tetapi sebelum aku berjalan ke luar apartemenku ini, aku berjalan dulu ke arah pintu kamarku dan mengetuk pintunya beberapa kali.
Tok.. Tok.. Tok..
Aku berusaha untuk memperhalus suaraku untuk berbicara dengan orang yang ada di dalam kamarku saat ini.
“Nhai.. aku akan turun membeli makanan untuk berjaga-jaga. Apakah kamu mau?”
“Hmm.. belikan untukku juga..”
“Baiklah..”
---
Lantai Dasar Apartemen Ai
Ai Pov
Di lantai dasar apartemenku ada beberapa restoran dan toko yang menjual makanan.
Aku kembali menelepon Jom dan menanyakan di restoran mana dia menungguku.
Saat aku sudah memasuki restoran yang tadi dia katakan, aku bisa melihat sosoknya yang kecil sedang duduk dan tersenyum lebar saat melihatku. 🙄
Dia memilih tempat duduk yang bermeja lebar di dekat kaca. Aku bisa melihat cahaya yang bersinar terang dari jalanan ketika hujan mulai turun.
Tetapi lampu yang terang dan suara musik yang ceria yang di pasang di restoran ini tidak menyurutkan suasana romantis.
Aku berpikir bahwa akan lebih baik lagi jika orang yang saat ini duduk di depanku adalah Chen Nhai dan bukan Jom Kwan. 😑
Jom Kwan adalah seorang gadis yang baru berusia empat belas tahun.
“Aku sudah hampir lima tahun tidak bertemu dengan Phi Ai. Phi menjadi semakin tampan saja. Bolehkah aku berfoto denganmu untuk di upload di IG ku?” Kata Jom.
Aku bisa mendengar suaranya yang manis dan terkesan antusias saat melihatku dan dia segera menyiapkan kameranya bersiap-siap untuk selfie. 😑
Yeah.. hampir lima tahun kami tidak bertemu dan aku tentu sudah banyak berubah begitu juga dengan dia.
“Phi tidak mau!”
“Ayolah Phi Ai.. Aku sengaja berdandan saat akan datang kesini..”
Aku meliat dia berdandan seperti orang dewasa sebelum waktunya. Wajahnya terlihat tirus dan rambutnya di kuncir kuda.
Sebenarnya Jom masih terlihat imut jika tidak berdandan. Yeah.. aku harus mengakuinya bahwa Jom memang sangat lucu dan imut sebenarnya. Tetapi saat ini dia terlihat lebih tua jika berdandan seperti ini. 🙄
Hidungnya terlihat mancung dan sangat pas dengan bibirnya saat dia berbicara dan matanya terlihat berkilau. Matanya berwarna coklat oak dan saat melihat ke dalam matanya terlihat menyilaukan seperti ada pusaran air ajaib.
Jom Kwan memiliki mata yang sama dengan ibuku dan juga aku. Hal itu membuat aku merasa jijik. Hanya Genetik itu saja yang di turunkan oleh ibuku ke anak-anaknya. 🙄
“Siapa yang mengantarkan kamu kesini?”
Aku bertanya setelah menatapnya beberapa saat dan melihat ada tanaman kaktus kecil di depannya.
“Supir Mae..” Katanya.
Tidak lama dia kembali melanjutkan perkaatannya lagi.
“Mae sudah tahu bahwa Phi sudah kembali dari Kanada dan sekarang tinggal di Bangkok. Mae sangat ingin bertemu denganmu. Mae membuat camilan ini khusus untuk Phi. Mae memintaku untuk memberikannya kepadamu..” Kata Jom.
Dia memberikan kantong coklat dan kaktus itu padaku dan aku kembali mendorong kantong coklat itu ke arah Jom Kwan. Aku hanya menerima kaktusnya saja.
Aku berpikir hal ini lebih baik daripada aku menerima bungkusan yang ada di dalam kantong coklat itu. Setelah aku mendengar siapa yang memberikan aku hal itu dan aku benar-benar merasa emosi. 😑
“Aku sama sekali tidak mengerti, kenapa P'Ai sangat membenci Mae? Bukankah dia adalah Mae Phi juga. Mae mencintai Phi, Mae selalu berusaha untuk berbuat dan melakukan yang terbaik untuk Phi. Ini adalah niat baik dari Mae, tetapi kenapa P'Ai tidak mau menerimanya?”
“Kalau kamu datang hanya untuk mengatakan hal ini padaku, sebaiknya kamu pulang saja Jom..”
Tetapi tangan kecil Jom Kwan segera terulur dan meraih pergelangan tanganku.
“Aku tidak meninta apa-apa. Ini hanyalah camilan, tidak bisakah P'Ai menerimanya? Jom dan Mae tidak meminta apapun darimu. Phi tidak perlu mencintai Jom dan Mae, tetapi bisakah kamu menerima jika kita adalah satu Keluarga?”
“Keluarga.. tidak pernah menuntut apapun? Sekarang izinkan Phi bertanya padamu. Bukankah kehidupanmu sudah lebih baik hanya bersama-sama dengan Mae mu saja?”
Mataku terlihat menyala karena menahan amarah yang hampir saja aku tidak bisa pertahankan lagi.
Aku sudah berusaha untuk melupakan kehidupan kelam yang aku lalui sehingga aku bisa menjadi setan abu-abu. Tetapi.. sekarang Jom kembali mengingatkan aku tentang kejadian di masa lalu.. 😑
TBC
Vote and comment 🙏☺️
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro