Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 12


Demam

Ai Pov

Saat ini aku melihat orang yang badannya masih sedikit demam dan orang yang aku suka berjalan di depanku. Kami berdua saat ini sedang menuju Kafetaria Universitas kami.

Aku mengikutinya dari belakang yang saat ini melihat Nhai sedikit berjalan dengan pincang sepanjang kami berjalan. Wajahnya yang terlihat manis dan baik selalu terlihat tersenyum.

Nhai selalu tersenyum dan sangat peduli dengan keadaan di sekitarnya. Selama kami berjalan, aku melihat banyak orang yang menyapanya.

Siapa yang tidak menyukainya? 🤔

Saat kami memasuki kafetaria Universitas, ada saja orang yang menyapanya dan menanyakan keadaannya. Hal itu membuat aku merasa cemburu. 😑

Aku ingin sekali menggantungkan tanda di badannya yang bertuliskan dia sudah memiliki suami atau suaminya sangat pencemburu. 🤣

Tetapi karena kami sudah melakukan kesempatan, maka aku tidak bisa mengungkapkan status kami berdua. Tetapi selama ini tidak ada yang bertanya kepada kami mengenai status kami ini.

Jika ada yang bertanya, maka aku akan memberitahukan mereka dengan senang hati.

Saat ini, aku hanya berjalan mengikutinya dan tersenyum. Aku bertekad bahwa jika aku mencintai seseorang, maka aku tidak akan mengubah kehidupan sehari-hari orang yang aku suka. Kami harus bersikap jujur satu sama lain, saling menjaga satu sama lain setiap hari dan hal itu sudah cukup bagiku.

Tetapi saat ini ketika aku melihat Nhai begitu dekat dan baik dengan banyak orang, aku rasanya sangat ingin memberitahukan dunia bahwa dia adalah istriku.

“Ai.. Apa yang ingin kamu makan?” Tanya Nhai.

Pertanyaan Nhai membuat aku keluar dari lamunanku sendiri.

“Aku masih belum tahu ingin makan apa. Bagaimana kalau kita mencari tempat duduk saja dan baru membeli makan. Kamu ingin makan apa?”

“Aku bisa pergi dan membeli makananku sendiri..”

“Nhai.. Saat ini kamu sedang tidak bisa berjalan dengan baik. Kamu duduk dan tunggu saja, aku yang akan membelikannya untukmu. Apa yang ingin kamu makan? Kamu katakan saja padaku..”

“Aku ingin memakan nasi kaki babi di tempat itu dan beritahukan kepada paman penjualnya bahwa itu adalah pesanan dari Chen Nhai tahun ke dua dari Fakultas Teknik Penerbangan. Minta tambahkan telur, hanya memakai kulitnya saja dan juga minta setengah sendok pangsit rebus yang di buat bibi itu yang dimasak dengan cabai rawit, tambahkan satu sendok gula, dua sendok cuka. Tetapi kuahnya jangan di berikan acar cabai dan kecap ikan, kuahnya tidak boleh asin. Juga pangsitnya harus terasa kenyal dan harus dimasak sedikit lebih lama lagi. Hmm.. sedangkan untuk camilannya enaknya makan apa ya? 🤔 Ah.. Lebih baik pesan teh susu rasa talas dengan mutiara, terus di tambah dengan es loli yang di siram santan di atasnya di berikan 25 gram ceri. Yeah.. aku rasa itu saja sudah cukup untuk aku makan hari ini..”

“Kamu ingin makan sampai keyang? Kalau seperti itu aku tidak bisa membelikan untukmu.. Sekarang berikan aku uangnya sini..”

Aku segera menyodorkan tanganku di depan Nhai.

“Pakai uangmu saja dulu. Aku hutang dulu...” Nhai berkata sambil tersenyum. 😁

Saat mendengar perkataan Nhai, aku hanya bisa tersenyum dengan lemah dan perlahan mulai mengulangi daftar panjang makanan yang ingin Nhai makan di dalam kepalaku. Aku berpura-pura mengernyitkan keningku seolah-olah kepalaku sakit. 🙄

“Tetapi sebenarnya aku tidak ingin uangmu.. Aku hanya ingin dirimu saja..”

“Shiya Ai! Kamu suka sekali mengucapkan omong kosong. Ayo cepat beli makanan! Ayo cepatlah atau aku akan marah padamu...” 

“Kamu sangat suka marah saat kamu merasa malu dan lapar yah?” Kataku lagi sambil menggodanya.

“Aku tidak malu..”

Setelah mendengarkan perkataan Nhai, aku segera meletakkan tanganku di atas rambutnya yang lembut dan mengacak-acaknya sampai berantakkan, sebelum Nhai pergi berjalan mencari tempat duduk.

---

Nhai Pov

Setelah Ai mengacak-acak rambutku, aku mencoba untuk menata kembali rambutku seperti semula. Tetapi saat ini tidak ada kaca sehingga aku tidak tahu bagaimana keadaan rambutku saat ini. 😞

Akhirnya aku berhenti untuk menatap rambutku dan segera berjalan lagi. Aku berusaha untuk menyeret kakiku untuk mencari tempat duduk.

Aku merasa kakiku terasa kaku sehingga sangat sulit untuk berjalan. Setelah duduk, aku berusaha untuk meregangkan kakiku yang terasa sakit dengan menggoyangkan ke banyak posisi.

Selain itu, tubuhku juga masih terasa sakit dan berwarna hijau karena terkena lemparan bola kemarin. 😞

Jadi tadi pagi harus meminum obat penghilang rasa sakit untuk menghilangkan perasaan sakit itu. Aku rasanya benar-benar tidak ingin bangun dari tidurku, tetapi aku tetap harus pergi kuliah.

Sambil menunggu Ai, aku memainkan jari-jariku yang ramping di atas meja mengikuti irama musik yang di pasang di Kafetaria ini dan melihat kesekelilingku, aku melihat burung-burung yang berterbangan, melihat pohon dan tersenyum kepada orang yang aku kenal saat mereka melewatiku, sampai mataku berhenti saat melihat kaki putih wanita paling seksi dari Fakultas Sains yang mendekatiku. Yeah.. orang itu adalah Jidda. 😑

“Bolehkah aku dan teman-temanku duduk disini?” Tanya Jidda.

“Oh.. Silakan. Duduk saja..” Balasku.

“Kamu sudah masuk kuliah hari ini, apakah kamu baik-baik saja?” Tanya Jidda.

“Aku merasa baik-baik saja..”

“Mana Ai?”

“Dia sedang membelikan aku makanan..”

“Apakah badanmu sudah lebih baik setelah kena bola kemarin?”

“Belum terlalu baik karena masih memar dan terasa sakit..”

“Semoga cepat sembuh na..” 

“Uhm.. Jidda ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu..”

“Apakah kamu mau menanyakan hubunganku dengan Ai?”

“Apakah Jidda masih menyukai Ai?”

“Aku masih menyukainya, tetapi Ai tidak menyukaiku dan sudah menolakku dengan jelas. Ai berkata bahwa dia sudah memiliki orang yang dia sukai..”

“Benarkah?”

“Yeah.. meskipun aku merasa cukup buruk. Tetapi aku ingin tahu siapa yang Ai sukai. Apakah kamu tahu?”

“Hm.. Aku.. aku tidak tahu..”

“Tetapi aku merasa bahwa aku bisa menembak siapa yang Ai suka..”

“…”

“Kalau seperti itu, aku langsung saja ke intinya. Aku ingin mengingatkan kamu..”

“Mengingatkan apa?”

“…”

“Jidda jangan mempermainkan dia..”

Aku mendengar teman Jidda memperingatkan Jidda. 🙁

“Aku hanya ingin memperingatkan kamu bahwa kamu harus mengancingkan bajumu dengan benar. Aku bisa melihat dengan jelas banyak bekas kiss mark di tubuhmu itu..”

“Au.. Ini adalah bekas gigitan nyamuk..”

Aku berkata sambil tersenyum malu dan segera mengancingkan kemejaku untuk menutupi rasa maluku.

“Hmm.. Aku merasa nyamuknya sangat besar..” 😅

“…”

Aku berpikir sampai usiaku sekarang dua puluh tahun, aku tidak pernah merasa di permalukan oleh siapapun karena ulah Ai kepadaku. Tetapi saat ini, belum ada sepuluh menit aku berada di kafetaria ini, aku tampak merasa diintimidasi oleh seorang wanita yang jauh lebih kecil dariku. 😞

Aku sudah tidak bisa terlihat gentelmen lagi karena bekas kiss mark yang Ai tinggalkan di leherku.

“Kamu benar-benar terlihat sangat manis ketika kamu sedang malu. Melihatmu seperti ini, aku sangat suka menggodamu, tetapi aku merasa ada nyamuk yang akan merasa cemburu di sekitar sini..”

“Kamu terlalu banyak berbicara sehingga nyamuk itu segera terbang kesini. Menurutku sebaiknya kita segera pergi dari sini saja dan jangan lupa untuk mengancingkan kerah kemejamu itu..” Kata teman Jidda lagi.

“Aku pasti tidak akan lupa..”

Aku berkata seperti itu dengan wajah memerah dan segera mengancingkan kemejaku sampai ke leher. Aku merasa pasti penampilanku sangat aneh di hari yang terasa panas saat ini. 🙄

Sampai aku melihat Ai sedang meletakkan sepiring nasi di atas meja dan segera bertanya padaku.

“Apakah kamu tidak merasa kepanasan?” Tanya Ai.

“Panas..”

“Kalau merasa panas maka lepaskan kancing kemejamu agar merasa lebih dingin. Melihatmu seperti itu membuat aku merasa tidak nyaman..”

“Jika kamu tidak merasa nyaman, maka kamu jangan memberikan kiss mark lagi di leherku..”

“Hm.. Tadi aku melihat Jidda duduk disini dan berbicara denganmu. Apakah dia yang memberitahukan hal itu padamu? Aku memang sengaja tidak memberitahukan hal itu padamu..”

“Hei Aiyaret!”

Aku benar-benar merasa sangat marah padanya dan segera menggertakan gigiku setelah mendengarkan perkataan dari Ai.

“Aku juga tidak menahannya karena aku hanya ingin orang lain tahu kalau kamu.. adalah milikku..”

---

Di Kelas

Setelah kami sarapan di kafetaria, kami berdua segera masuk kedalam kelas untuk belajar.

Tetapi aku tidak tahu sejak kapan aku tertidur di dalam kelas ini. 😴

Hal ini mungkin karena efek obat pereda sakit yang aku minum di pagi hari. Aku baru terbangun ketika aku di bangunkan oleh Ai karena kelas sudah selesai dan kami akan makan siang.

---

Di Kantin

Aku tidak bisa makan dengan banyak karena masih merasa mengantuk. Aku hanya bisa duduk dan memperhatikan teman-temanku makan.

“Hei Nhai.. Kamu lebih baik pulang dan tidur saja di apartemenmu. Kamu terlihat sangat lelah..” Kata Nine.

“Aku tidak ingin membolos kelas..”

Aku membalas perkataan Nine sambil menatap kearah bawah menatap kedua tanganku. Saat itu, aku melihat Ai sedang berjalan kearah kami dan duduk di sebelahku. Dia sedang mengesap kopi panasnya.

“Tetapi kamu dari tadi pagi hanya tidur saja. Bukankah lebih baik kamu kembali ke apartemenmu agar bisa tidur dengan nyaman?” Kata Ton.

“Tidak mau. Sebentar lagi kita akan ujian dan setelah ujian aku tidak akan bisa belajar lagi bersama dengan teman-temanku. Aku hanya ingin kita lulus bersama-sama..”

“Kamu tertidur seperti orang yang sedang koma, apakah kamu masih bisa belajar bersama-sama dengan kami hari ini?” Tanya Ton lagi.

“…”

“Hm.. begini saja Nhai, untuk masalah materi pelajaran aku bisa membantumu dan kamu bisa melihat punyaku. Aku juga akan membantumu belajar sebelum ujian.” Kata Nine.

Aku menatap Nine yang sedang membuka sekotak Glico Pocky rasa coklat dan mengeluarkan sebatang. Dia ingin memakannya, tetapi dia menyadari aku memandanginya sehingga dia segera menyodorkan pocky yang ingin dia makan ke depan mulutku.

“Aku ingin makan pocky..” Kataku.

Aku menatap Ai dengan pandangan mata memohon karena dia selalu memberikan apa yang aku inginkan. 😏

“Au Nhai.. Bukankah aku sudah membaginya denganmu?” Tanya Nine.

Tetapi aku mengabaikan perkataan Nine. Nine pasti dapat melihat situasi yang tidak biasa diantara kami berdua. 🙄

“Aku akan membelikan kamu pocky nanti. Tetapi sekarang kamu lebih baik pulang dan istirahat dulu. Wajahmu terlihat sangat merah seperti kamu sedang merasa kepanasan.”

“Tadi pagi aku padahal sudah meminum obat sebelum berangkat dan merasa baik-baik saja. Aku berpikir bahwa aku bisa belajar seperti biasa. Apakah tubuhku terasa panas?” Tanyaku pada Ai.

“Hm.. Panas..” Kata Ai setelah dia meletakkan tangannya di keningku sebelum berkata lagi.

“Lalu bagaimana perasaanmu sekarang?”

“Aku merasa seluruh tubuhku terasa sakit dan pegal. Aku juga merasa mengantuk..”

“Kalau begitu kamu pulang dan tidur saja. Jangan menjadi anak yang keras kepala. Apakah kamu mengerti?” Kata Ai.

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku dan segera berbalik. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal kepada ketiga teman-temanku, tetapi aku melihat mereka seperti memakan makanan yang pahit. 😅

“Kenapa ekspersi kalian seperti itu saat menatapku?”

“Hm.. tidak ada apa-apa. Ai, lebih baik kamu bawa saja Nhai pulang untuk beristrahat sekarang..” Balas Nine.

“Hm.. Kalau begitu aku pergi dulu..”

“Bye.. Bye Ai dan Nhai..” Kata Nine.

---

Tonhon Pov

“Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dari sikap Ai dan Nhai hari ini?” Tanyaku.

“Hm.. awalnya aku berpikir sikap mereka normal, tetapi setelah aku memperhatikannya sikap Ai sangat berbeda saat bersama dengan Nhai..” Kata Intha.

Dia mengatakan hal itu dengan suara yang pelan sambil menatap kepergian Ai dan Nhai yang saat ini sedang berjalan beriringan keluar dari kantin Fakultas.

Aku memikirkan hal ini dengan begitu keras karena pembicaraan Jidda kemarin. Kami bertiga setuju untuk memperhatikan dan mengamati perilaku Ai dan Nhai. 🙄

Semakin aku mengamati mereka berdua, aku merasa semakin yakin bahwa hubungan mereka berdua bukanlah hubungan yang normal antara sahabat saja.

Hal ini mulai dengan gantungan kunci bebek yang sekarang sudah tergantung di tas Ai dan saat mendengarkan percakapan mereka berdua tadi. Aku memperhatikan mereka meskipun aku tidak ingin banyak berpikir tentang hubungan mereka berdua, tetapi lama-lama aku tidak tahan. 🙄

“Apakah kalian memiliki pemikiran yang sama denganku?” Tanya Intha.

“Apa yang kamu pikirkan, In?”

“Apakah kamu tidak melihat mereka berdua, Ton? Mereka pasti memiliki sesuatu hubungan lebih dari teman..”

“Aku sepemikiran denganmu..” Kata Nine.

“…”

Aku baru saja akan membuka mulutku, tetapi Nine segera memasukkan pocky ke dalam mulutku sebelum aku bisa berkata-kata.

“Hei Ton, kamu tidak perlu membantahku. Aku tahu bahwa kamu juga pasti merasakan aneh saat melihat mereka berdua. Karena selama ini kamu sangat dekat dengan Nhai tetapi kamu tidak tahu bahwa sahabatmu adalah gay. Mungkin saat ini kamu masih merasa sulit untuk menerimanya..”

“Aku tidak ingin membantahmu. Aku akan menarik Ai dan bertanya langsung padanya. Apa hubungan mereka berdua..”

---

Apartemen Aiyaret

Nhai Pov

“Ouch..”

“Pelan-pelan..”

Saat ini aku sudah berada di sofa apartemen Ai yang sangat luas. Aku menyalakan TV untuk memecahkan kesunyian di dalam apartemennya ini.

Aku segera bergerak pelan-pelan untuk mencari makanan ringan yang ada di dalam tas coklat yang tadi Ai letakkan di atas meja di depan sofa ini. Aku melihat ada sekotak Pocky dan juga Pepsi di dalamnya. 😊

Tetapi sebelum sempat aku memakan Pocky yang ada di tanganku, Ai segera mengambilnya dan memasukkannya lagi. 😞

Aku melihat Ai segera menaruh handuk yang sudah di basahi oleh air ke atas keningku.

“Bersihkan tubuhmu dulu baru makan..”

“Tidak perlu di bersihkan. Aku akan merasa lebih baik setelah tidur..”

“Bersihkan saja dulu. Agar demammu cepat turun..”

Setelah mengatakan hal itu, Ai segera melepaskan kancing kemejaku satu persatu dan aku membiarkan Ai untuk menyeka badanku dengan handuk basah itu. Tetapi saat Ai ingin membuka kancing celanaku, aku segera mencegahnya.

“Ai.. Sudah cukup..”

“Tetapi.. “

“Aku bilang cukup ya cukup..”

“Hmm.. Baiklah..”

Setelah Ai mengatakan hal itu, dia segera berdiri dan membawa baskom yang berisi air dan handuk yang dia gunakan untuk menyeka tubuhku ke kamar mandi. Saat Ai pergi, aku segera mengambil Pocky itu lagi. 😊

“Baiklah.. Aku akan memakannya sekarang..”

“Kamu benar-benar sangat suka memakan Pocky ya..”

“Apakah kamu mau makan juga?”

“Jika kamu mau berbagi denganku, aku akan memakannya juga..”

“Ini di beli dengan uangmu..”

“Kalau begitu suapi aku..”

“Tidak mau.. Tanganku sedang sibuk..”

“Kalau begitu aku akan makan yang ada di mulutmu..”

“Ah!”

Aku segera berteriak karena kaget  saat aku merasakan tangan Ai yang tebal itu terlulur dan memutar badanku serta menahannya agar kami saling berhadapan.

Aku tidak bisa menghindar dan hanya memperhatikan bibir Ai yang mulai memakan Pocky itu perlahan dan saat ini jarak kami hanya kurang dari satu senti saja.

Deg.. Deg.. Deg..

Aku bisa mendengar bunyi jantungku yang berdegup dengan kencang di dadaku dan aku tidak menyangka bahwa Ai akan melakukan hal ini, sehingga aku lupa berkedip. 😅

Tetapi aku hanya melihat bibir Ai yang terus memakan Pocky sebelum aku menyadari bahwa saat ini, bibir Ai semakin mendekat sehingga bibir kami berdua bertabrakkan.

Kiss. 😘

Bagaimana rasa Pocky? 🤔

Semua itu benar-benar sudah terlupakan olehku. 😅

Aku sekarang hanya bisa merasakan napas panas dari ujung hidung mancung Ai yang ada di dekat pipiku dan membuat pipiku semakin memerah serta kembali demam karena saat ini aku merasakan darahku memanas. 😅

Sedangkan tangan Ai saat ini memegang tengkukku. Dia memberikan aku ciuman yang manis. Ciuman kami benar-benar terasa manis sehingga aku tidak menyadari bahwa tubuhku sudah di dorong untuk berbaring di sofa dan kedua kakiku terentang terbuka. 😏

“Kenapa kamu sangat mudah sekali tertipu hanya dengan sebuah ciuman?”

Aku mendengar perkataan Ai dan tidak lama mendengar suara tawanya yang saat ini sedang mengangkangi tubuhku di atas sofa. Tetapi akhirnya Ai melepaskan kakiku yang tadi sedang melingkari pinggangnya.

“Aku akan berhenti sampai disini saja karena aku tidak ingin menindasmu saat kamu sedang sakit..”

“Aku mau tidur..”

Aku segera membalik tubuhku menghadap bagian belakang sofa. Aku menyembunyikan wajahku ke atas bantal sofa untuk menyembunyikan rasa maluku. Sebelum aku menyadari bahwa hal ini tidak ada artinya ketika Ai menarik tubuhku agar lebih mendekat ke tubuhnya dan memeluk tubuhku dengan ringan.

“Semoga mimpi indah.. Semoga kamu memimpin aku di mimpimu.. Seperti aku memimpikan kamu di dalam mimpiku…”

---

Malam Hari

Aku terbagun saat hari sudah menjelang malam dan merasa jauh lebih baik. Sakit kepala dan demam yang aku rasakan tadi sudah menghilang. Tetapi tubuhku masih terasa pegal dan linu, aku segera membalik tubuhku karena tidak merasakan dada hangat Ai lagi yang tadi memelukku dan aku hanya merasakan selimut yang lembut. 🙄

Aku tidak tahu kapan dia melepaskan pelukkannya di tubuhku dan pergi. Aku segera duduk dan berdiri dengan rambutku yang masih berantakkan dan melihat kesekelilingku untuk mencari Ai.
Aku melihat punggungnya yang lebar sedang ada di balkon. Aku yang baru saja terbangun, dengan ragu-ragu berjalan menuju ke arah balkon.

“Ai..”

“Oh! Kamu sudah bangun. Apakah kamu merasa lebih baik?”

“Hm.. Jauh lebih baik. Apa yang sedang kamu lakukan?”

“Aku sedang berbicara dengan kaktus ini..”

“Hah?!”

“Hahah.. Aku hanya bercanda. Aku sedang menyiramnya..”

“Sejak kapan kamu memiliki kaktus? Aku tidak ingat dan belum pernah melihatnya sebelum ini..”

“Seseorang yang memberikan ini padaku dan memintaku untuk memeliharanya dan membawanya pulang.”

“Siapa?”

Aku mengusapkan jariku pada salah satu kaktus yang ada di nampan itu. Ketika aku semakin mendekati Ai, aku melihat ada sekitar sepuluh kaktus di pot-pot kecil. Ada yang berbentuk panjang dan gemuk, keliatannya sangat lucu. 😊

“Dia adalah kenalanku. Kamu tidak boleh memainkan durinya seperti itu atau duri-durinya akan patah semua..”

Plak!

“Oui.. Kamu memukulku sampai merah seperti ini, apakah kamu lihat?”

“…”

“Aku selalu merasa penasaran, apa yang sangat Khun Aiyaret hargai di dalam hidupmu. Hari ini aku tahu bahwa kamu sangat menghargai kaktus. Bebek kecil tidak boleh bermain-main dengannya, Apakah kamu mengerti? Jika tidak maka kamu akan dipukul seperti ini..”

“Hm.. Apakah kamu merasa cemburu?” Kata Ai.

Setelah mengatakan hal itu, dia segera tertawa terbahak-bahak saat melihat kelakuanku.

“Lalu diantara kaktus dan bebek kecil, mana yang lebih kamu sukai?”
o
“Tentu saja bebek kecil..”

“Tetapi tadi bebek kecil dipukul dan benar-benar sangat sakit. Selain itu, bebek kecil merasa sangat marah..”

“Selain manja, kamu benar-benar bisa berakting dengan sangat baik. Kamu seperti ini pasti karena kamu merasa laparkan?”

“Hm.. Iya, aku lapar. Ayo ajak aku makan makanan yang enak. Oh ya, Shampooku juga habis dan bawa aku untuk membelinya. Aku sudah dua hari tidak keramas. Coba kamu cium..”

“Hmm.. Kenapa kamu begitu jorok? Ada shampooku, kenapa kamu tidak memakainya?”

“Aku tidak suka baunya karena terlalu kuat. Aku lebih suka memakai shampoo anak-anak..”

Kiss 😘

Ai mencium pipiku setelah aku mengatakan hal itu.

“Apakah kamu juga memakainya untuk mandi juga?” Tanya Ai.

“Hm… Aku menggunakan untuk seluruh tubuhku. 😅”

“Jadi selama dua hari selain kamu tidak keramas, kamu juga belum mandi selama dua hari. Kenapa istriku bau sekali? Sepertinya sebelum makan, aku harus membawamu mandi dulu. Aku harus mengusapkan sabun ke seluruh tubuhmu ini..”

“Hei Ai.. Aku geli…”

Aku segera tertawa dan bergerak menghindari tangan Ai yang sedang menggelitik pinggangku. Tetapi aku tidak bisa karena aku segera dipeluk olehnya dengan erat. 😊

“Aku benar-benar sangat ingin mengigitmu, apakah kamu tahu? Ayo sana cepat mandi lalu kita akan makan..”

“Aku ingin makan BBQ boleh na?”

“Apakah pernah aku tidak menuruti permintaanmu?”

“Tidak.. Kamu benar-benar sangat imut. Sini aku berikan hadiah dulu..”

Kiss. 😘

Aku segera mencium pipi Ai sebagai hadiah karena dia selalu menuruti keinginanku.

“Kamu benar-benar sangat curang, kenapa kamu selalu menggemaskan. Membuat hatiku terus berdebar-debar dengan kuat saat bersama denganmu..” Kata Ai.

Dia kemudian menyentuh pipinya yang aku cium tadi. Aku segera pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap.

TBC

Vote and comment seperti biasa na.. 🥰🥰

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro