Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1


Gantungan Kunci Bebek Kuning


Toronto, Kanada

Ai Pov

Rrr.. Rrr..

“Uhm.. Ai speaking..”

“Kamu ada dimana bocah nakal?”

“Ayah!?”

Aku yang sedang memeluk seseorang dan sedang tidur di atas ranjang yang lebar, segera terbangun sehingga selimut tebal tersingkap dari tubuhnya yang telanjang saat ini.

Yeah.. Saat ini setan abu-abu itu sedang berada di dalam seorang pria bernama Aiyaret yang merupakan satu-satunya putra kesayangan Sippakorn.

“Kamu ada dimana?”

“Di rumah, krub..”

“Ayah tanya kamu ada dimana?”

“Di kamar temanku, krub..”

“Pulang sekarang! Kita harus segera berbicara. Ayah akan menunggumu di rumah..”

“…”

Aku segera bangun dan memungut celana panjang yang jatuh di lantai sambil menghempit ponsel di antara wajah dan bahuku untuk tetap bisa berbicara dengan ayahku.

“Tidak perlu terburu-buru.. Di dalam perjalanan kamu harus mengingat apa saja yang sudah kamu lakukan..”

“Apakah Nan ikut bersama dengan ayah?”

“Tidak.. Jangan berharap Nan akan dapat melindungimu. Kita harus membicarakan masalah yang kamu buat satu persatu secara langsung..”

“Ayah! Tunggu sebentar!”

Mati.. aku mati!! 😣

Ayahku segera memutuskan sambungan teleponnya. Saat ini aku sedang kebingungan karena aku lupa dimana menaruh kunci mobilku tadi. Aku sering di sebut pelupa oleh Chao Nan.

Yeah.. aku memang pelupa sama seperti ayahku Sippakorn yang juga sering lupa. 😅

Akhirnya aku bisa menemukan kunci mobilku yang ternyata  terjatuh di belakang tempat tidur. Ketika aku sudah menemukannya, aku segera mengambilnya dan ingin segera pergi dari kamar ini.

Tetapi karena mungkin  aku membuat suara yang terlalu keras, sehingga pemilik kamar tidur yang sedang tertidur di atas tempat tidur ini membuka mata dan melihatku.

“Where are you going?”

“Home..”

“What’s going on? A moment ago you said that you didn’t want to be alone.. And Now? It’s not fun?”

“What fun?”

“Last night?” 

“Last night.. hey look.. Don’t be upset dear.. You are the best, but now I must go home because my dad just arrived in Toronto..”

“Are you serious?”

“Yeah..”

“See you..”

“See you again..”

Setelah itu aku segera keluar dan  pergi dari kamar itu.

---

Depan Apartemen

Ai Pov

Saat ini aku menganggukan kepalaku, mengedipkan satu mataku dan mencoba untuk merapihkan kembali pakaianku sebelum aku menemui ayah kandungku.

Aku perlahan-lahan mulai berjalan masuk ke dalam kamarku.

Aku mulai membuka pintu apartemenku ini. Aku berjalan masuk sambil memikirkan kembali saat aku baru pertama kali datang ke Kanada. Saat itu usiaku baru lima belas tahun sehingga ayahku harus sering bolak balik datang ke Toronto ini untuk menemuiku.

Aku juga memikirkan saat Toronto sedang memasuki musim dingin. Setiap musim dingin, udara disini sangat dingin sampai menusuk tulang dan setiap kali musim dingin pasti akan selalu ada hal yang menarik. 😊

Hal ini sama seperti saat ini ketika aku melihat ayahku sedang berdiri di depan pintu kamarku dan menatapku dengan tatapan tajam sehingga tulang punggungku terasa membeku sama saat seperti musim dingin di sini.

Mata ayahku yang berwarna terang yang khas menatap ke arahku dan nyaris tidak bisa membuat aku berani untuk bergerak, seolah-olah saat ini ayahku benar-benar marah padaku.

“Good Morning, Dad.. Ayah pasti masih merasa lelah karena melakukan perjalanan jauh hingga ke sini bukan? Apakah ayah sudah minum?”

“Kamu tidak perlu bersikap sopan seperti itu terhadap ayah..”

“Ayah.. Kenapa kamu sangat serius sekali? Bukankah masalahnya kita bisa bicarakan baik-baik?”

“Kali ini kamu sudah keterlaluan. Bisa-bisanya kamu di keluarkan dari Universitas karena berkelahi dengan temanmu..”

“Dia dulu yang mencari masalah denganku..”

“Ayah tidak pernah mengajarkan kamu untuk bertindak gegabah dalam kehidupanmu..”

“Maafkan aku..”

“Sekarang apa rencanamu?”

“Aku tidak tahu. Tetapi kenapa kali ini ayah membawa banyak koper?”

Aku tidak berpikir apa yang sudah aku lakukan ini akan menimbulkan masalah yang besar. Aku mungkin hanya perlu pindah Universitas saja.

“Itu buka koperku. Semua itu adalah koper milikmu..”

“What? Apa maksud ayah?”

“Maksud ayah adalah kamu harus pulang bersama dengan ayah ke Thailand..”

“Kapan?”

“Sekarang juga dan detik ini juga..”

“Hah?”

“Kamu menyebabkan terlalu banyak masalah dan ayah sudah tidak tahan lagi. Aiyaret! Kamu bisa langsung masuk di Universitas tempat ayah dulu pernah mengajar di pertengahan semester ini dan hal itu tidak akan menjadi masalah..”

Yeah.. ayahku adalah seorang Dosen di salah satu Universitas di Thailand.

“Tidak! Aku masih ingin tinggal disini..”

Jika aku tinggal di Thailand maka ayahku akan biasa memantau tingkah lakuku dan aku tidak akan bisa bebas pergi kemanapun yang aku suka.

Jika aku dan ayah terus membicarakan hal ini, aku yakin bahwa kami akan bertengkar dan kali ini aku hanya berharap Nan ada di sini untuk membantuku. 😞

“Ayah tidak mengizinkan kamu tinggal disini lagi. Segera kemasi barang-barangmu!”

“…”

“Hal ini karena semua tindakan dan perbuatanmu sungguh mengecewakan. Kali ini jangan mencoba-coba untuk meminta bantuan kepada Nan.”

“Bukankah seluruh koper itu sudah berisikan barang-barangku? Ayah masih ingin aku membereskan apa lagi? Bukankah ayah sudah siap membawa aku untuk pulang ke Thailand. Ayah benar-benar sangat mengerikan..”

“Kamu mau berkata-kata apapun dalam bahasa apapun, tidak akan mengubah pendirian ayah padamu..”

“Sial.. benar-benar sial..”

“Kalau kamu pulang bersama dengan ayah, mobil audi R8 yang di hadiahkan oleh kakekmu kepadamu akan ayah sita dan kamu harus memakai mobil yang lain. Tetapi kalau kamu tidak mau pulang bersama dengan ayah maka ayah akan menjual mobil itu…”

“Jangan ayah! Itu adalah mobil hadiah dari kakek untukku..”

“Selain itu ayah juga akan membekukan semua kartu kredit yang kamu miliki. Kamu bisa memilihnya sendiri. Apakah kamu mau ikut pulang bersama denganku atau kehilangan semuanya?”

Aku segera tersentak saat mendengar mobil Audi kesayanganku akan di jual oleh ayah. Aku bahkan belum bisa membeli salah satu rodanya, tetapi tiba-tiba ayahku berkata akan menjualnya. Hatiku terasa jauh lebih sakit. 😞

Aku mengangkat tanganku dan mulai merasa kesal meskipun saat ini aku mencoba untuk berpikir dengan tenang dan menatap ayahku.

Tetapi ayahku benar-benar sangat licik!

“Ayah.. benarkah kamu akan melakukan semua ini padaku? Maka kamu tinggal ikat aku dan memukuliku saja bukankah itu lebih mudah?”

“Kalau aku benar-benar memukulimu maka kamu tidak akan bisa bersuara lagi..”

“Chao Nan pasti tidak akan mengizinkan kamu melakukan hal itu. Karena jika ayah memukulku satu kali maka Nan akan memukulmu dua kali..”

“Aiyaret!”

“…”

“Kamu mau pergi kemana?”

“Aku mau memeriksa apakah semua barang-barangku sudah di bereskan? Bukankah kalau aku tetap tinggal disini maka aku akan mati kelaparan? Ayah juga tahu aku tidak tahan hidup menderita..”

“…”

“Kalau ayah meminta aku pulang maka aku akan pulang. Ayah sungguh kejam padaku..”

“Saat ayah seumuran denganmu, emosiku juga sama jeleknya sepertimu..”

“Tidak! Saat ayah seumuran denganku, seharusnya ayah sibuk menulis buku harian serta menghayal tentang Nan..”

“Aku akan mengurangi uang jajanmu setengah bukankah itu hal yang baik?”

“Itu bukanlah hal yang baik. Anggap saja aku tidak pernah mengatakan hal itu kepada ayah, ya? Aku akan segera mengemasi barang-barangku..”

Sampai Jumpa di Bangkok.. ☺️

---

Bangkok, Thailand..

Ai Pov

Panas terik yang merupakan khas dari negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara membuatku yang biasanya terbiasa dengan cuaca dingin di Toronto merasa kepanasan.

Saat ini aku sedang bersandar di depan mobil ayahku. Aku mengulurkan tanganku untuk membuka beberapa kancing di bagian atas kemejaku untuk mendinginkan diriku, meskipun aku baru saja keluar dari mobil yang ber AC sangat dingin. Aku bahkan belum terkena sinar matahari lebih dari sepuluh menit. 😅

“Kenapa disini panas sekali.. Omong-omong apakah ayah sudah selesai?”

“Ayah tidak ingat dimana ayah meletakkan barang yang akan kita berikan kepada Arm Na..” Gumam ayahku.

“…”

“Tunggu sebentar.. Bantu ayah mencarikan hadiah yang akan di berikan kepada Arm Na..”

“Memang seperti apa?” 

Aku sedikit mengernyit saat melihat sosok ayahku yang tinggi sedang membungkuk di belakang bagasi mobil.

Saat kalian melihat ayahku ini, pasti tidak akan ada orang yang percaya bahwa ayahku sudah berusia setengah abad. 😅

“Ayah sedang mencari kotak pulpen yang di bungkus kertas berwarna biru. Aku ingat meletakkannya disini..”

“Ayah, kamu sangat suka menggunakan mobil yang besar. Kamu juga selalu tidak bisa menemukan barang ayah sendiri..”

“…”

“Untungnya kali ini adalah sebuah kotak pena tidak seperti dulu ayah kehilangan kunci mobil..”

“Ayah sudah berumur dan daya ingatku sudah melemah. Itu adalah hal yang wajar..”

“Hal ini tidak ada hubungannya dengan umur. Selama aku mengingatnya, ayah memang orang yang pelupa..”

“Kamu ini hanya bisa mengeluh saja. Memang kamu tidak mirip dengan ayah apa ?”

“Omong-omong dulu ayah mengajar disini kan? Jadi dimana Fakultas Nan? Aku ingin melihatnya..”

“Aku akan membawamu untuk berkelan dengan Dosen di Fakultasmu dulu. Lalu ayah akan membawa kamu berkeliling Universitas ini dengan mobil..”

“Aku bisa pergi sendiri. Setelah semuanya selesai, ayah beristrahat saja dulu. Aku bisa menyetir sendiri pulang ke rumah untuk bertemu dengan Nan..”

“Ah.. ayo cepat bantu aku mencarinya..”

“Ayah benar-benar pria tua yang pelupa..”

“Aiyaret!”

“Baiklah.. Khun Sippakorn..”

“Ah.. Ayah sudah menemukannya. Ternyata kotak itu terjatuh di sebelah kursi pengemudi..” Kata ayahku.

Aku baru menyadari bahwa kami berdua hampir sama tingginya. Aku melihat ayahku mengulurkan tangannya untuk mengambil sebuah kotak persegi yang saat ini sudah ada di genggaman tangannya.

“Ayah.. berapa tinggimu sekarang?” Tanyaku.

Aku sengaja mengubah topik dan menanyakan tinggi badan ayahku yang terlihat aku lebih tinggi dari terakhir kali aku bertemu dengannya.

“185 cm..”

“Hmm? Berarti tinggiku hanya berbeda kira-kira 2 cm dari ayah saja..”

“Jika kamu ingin tinggi seperti ayah, maka kamu harus tidur dengan cepat..”

“Ayah! Umurku sudah sembilan belas tahun dan saat ayah seusiaku pastinya ayah juga tidak tidur jam sembilan malam. Tidak ada yang melakukan hal itu saat ini...” Kataku.

Aku melihat suasana yang ada di sekitarku saat ini.

Sekarang sudah siang dan matahari sekarang tetap berada di atas kepala dan bersinar dengan terik. Bahkan ada banyak pohon-pohon yang ada disini tidak bisa meredam suasana panasnya. 😞

Mataku melihat pada sebuah papan nama besar yang ada di depan Fakultas ini yang bertuliskan.

Fakultas Teknik Penerbangan

Aku memilih berkuliah di Fakultas ini seperti ayahku karena ayahku berkuliah di jurusan ini juga. Tetapi aku tidak ingin ayahku tahu bahwa aku mengidolakan dirinya. 😄

Saat ayahku tahu, dia pasti akan tersenyum dengan lebar dan akan menceritakannya kepada Dosenku saat mereka bertemu nanti.

Ini adalah Universitas Keluargaku belajar..😅

Saat aku melihat ayahku, aku merasa sedikit bersalah karena aku di keluarkan dari Universitasku dan memiliki masalah di Toronto sehingga ayah harus menjemput aku untuk kembali ke Thailand.

Ayah juga harus membelikan barang-barang yang aku perlukan saat aku tinggal di kondominium yang dekat dengan Universitas, membeli seragam mahasiswa untuk aku belajar disini dan menyelesaikan pembayaran di Fakultasku.

Chao Nan memerintahkan ayahku untuk membawa aku kembali ke rumah dulu sebelum besok pagi Nan pasti akan membangunkan aku sebelum jam tujuh pagi agar aku pergi kuliah seperti aku masih berusia enam tahun saja..😅

“Jadi mari kita cepat selesaikan masalah yang ada disini agar kita bisa cepat pulang..” Kata ayahku.

“…”
Aku terdiam.

“Kenapa?”

Ayahku berhenti berjalan karena aku menahan bahunya. Ayah segera berbalik untuk menatapku. Aku saat ini sedang berhenti berjalan saat melihat ada orang yang berhenti di depan Fakultas dengan menggunakan motor Harley Davidson hitam dan terlihat keren. 😃

“Ayah.. lihatlah orang itu..”

“Kamu mau motor seperti itu?”

“…”

“Di Bangkok memang lebih baik kamu menggunakan motor seperti itu, tetapi kamu akan kesulitan saat kamu ingin pergi jauhkan?” Tanya ayahku.

“Maksudku bukan motornya, ayah.. Ayah liahtlah orang itu, dia benar-benar mirip dengan Nan..”

“Di dunia ini mana ada orang seperti Nan-ku. Tidak akan ada..”

Tidak lama ayahku berbalik untuk menatap orang yang aku tunjukkan kepadanya.

“Hmm.. Orang itu benar-benar mirip juga dengan Nan..”

“…”

Aku lalu menatap ayahku.

“Ayah…”

“Hmm..”

“Jangan menggunakan sorot mata seperti itu untuk menatapnya. Berhati-hatilah atau aku akan melaporkannya kepada Nan..”

“…”

“Ayah sudah mempunyai Nan. Orang itu adalah milikku…”

“Tidak semua pria suka kepada pria juga, Ai..”

“Tetapi hatiku berkata seperti itu. Hatiku mengatakan bahwa orang itu pasti akan menjadi milikku..”

“Sudah cukup! Jangan asal berbicara..”

“Aku tidak asal berbicara. Ayah dulu pernah berkata kepadaku, kalau ayah terpesona dengan sorot mata Nan dan saat ini aku terpesona saat melihat kakinya yang indah itu..”

“…”

“Jadi sekarang aku ingin pergi dulu.. “

“Hei! Kamu mau pergi kemana? Ai! Aiyaret..”

Aku tidak mendengarkan teriakkan ayahku lagi dan segera pergi dari hadapannya. Aku setengah berjalan dan berlari ke arah pria yang sedang berlari menaiki gedung Fakultas.

Aku melihat dia menjatuhkan sesuatu. Aku segera membungkuk dan mengambil barang yang dia jatuhkan itu. Makanya aku buru-buru mengejarnya dan segera meraih lengannya.

Saat melihat kearahku, dia segera mengeryitkan keningnya dan terlihat tidak suka. Tetapi saat melihat wajahnya, jantungku segera berdetak dengan kencang.

Alisnya berwarna gelap sangat sesuai dengan wajahnya dan matanya yang sipit benar-benar merupakan ciri dari orang Asia asli. Dia sedikit merasa linglung dan mengerutkan keningnya sehingga alisnya itu hampir menyatu satu sama lain ketika akhinya dia melihat ke arah gantungan kunci bebek yang berwarna kuning yang ada di tanganku.

“Bebek kecil kuning..”

“Oh.. Khun Ped..”

“Barusan kamu menjatuhkannya di lantai..”

“Ow.. Terima kasih..”

“Siapa namamu?”

“Terima kasih banyak ya.. Jika Khun Ped hilang maka aku akan berakhir..”

“Ah.. iya tidak masalah..”

“Ayo Khun Ped.. Kita hampir terlambat masuk ke dalam kelas…”

“Tunggu sebentar..”

Huh.. aku bahkan belum tahu siapa namanya. 😞

Aku tidak bisa menahannya dan hanya bisa memperhatikannya pergi dari pandanganku. Orang itu yang berlari ke arah lain gedung ini.

“Apakah kamu akan pulang bersamaku untuk menemui Nan atau kamu lebih memilih mengerjarnya setelah dia pulang kuliah?”

Ayahku berhenti di sampingku dan menggodaku ketika aku masih memperhatikan orang itu.

“Ayah.. Bisakah kamu memberitahukan kepadaku sekali lagi bagaimana perasaanmu ketika kamu pertama kali bertemu dengan Nan? Bagaimana kamu tahu bahwa itu adalah cinta?”

Aku menanyakan cerita yang sudah lama kepada ayahku lagi. Sebenarnya aku mengingat kisah cinta ayahku dan Chao Nan karena aku sudah mendengarnya ratusan kali sehingga aku merasa bosan.

Tetapi entah bagaimana hari ini aku ingin mendengarkan cerita itu lagi.

“Aku bisa menceritakannya sekali lagi padamu. Tetapi aku tidak bisa memberitahukan kepadamu apa itu cinta. Kamu harus mencari jawabnnya sendiri. Kamu harus menggunakan perasaan hatimu sendiri untuk mengetahui apakah kamu mencintainya atau tidak..”

“Aku merasa kali ini aku merasakan jatuh cinta padanya..”

“Jadi kamu benar-benar menyukai dia? Apakah kamu sudah tahu dia siapa dan namanya?”

“Hm.. Namanya?”

“Hahaha.. bahkan kamu di acuhkan olehnya saat kamu menanyakan namanya. Kelihatannya kamu sudah merasakan patah hati dulu meskipun kamu belum memulainya..”

“Hei! Khun Sippakorn.. Mengapa kamu tidak mau menyemangatiku?”

“Sudahlah.. Ayo sekarang kita pergi karena Dosenmu sudah menunggu kita..”

---

Nhai Pov

Dalam Kelas..

“Kahabuli..”

“Hadir..”

“Walalab..”

“Hadir..”

Aku segera berlari masuk ke dalam kelasku dan berdiri di depan kelas sambil tersenyum manis dan berkata kepada dosenku.

“Chen Nhai hadir..”

“Kamu datang tepat waktu. Dari tahun pertama sampai tahun kedua selalu masuk ke dalam kelas di waktu yang tepat..”

“Yeah.. Karena aku adalah orang yang selalu tepat waktu, Pak..”

“Kamu belajarlah menyeterika pakaianmu sendiri, Chen Nhai..”

“Ini juga gaya berpakaianku, Pak..”

“Ya sudah.. sana duduk di tempatmu..”

“Baik Pak..”

---

“Hai..” Sapaku kepada teman-temanku.

“Baiklah, anak-anak. Ayo kita mulai pelajaran kita..”

“Kamu lagi-lagi datang terlambat..” Kata Tonhon. 

Aku mendengar perkataan itu ketika pelajaran sudah dimulai dan perkataan itu cukup keras untuk di dengar. Beberapa orang menoleh kearah kami, tetapi untung saja Dosen yang ada di depan kelas tidak mendengarnya. 😞

“Semua karena kalian yang mau menelepon untuk membangunkan aku. Aku bangun terlambat dan terburu-buru datang kesini. Aku juga hampir kehilangan Bebekku ini. Untung saja ada orang yang menemukannya. Dia sangat tampan..”

Saat ini gantungan kunci bebek kuning yang sangat suka bermasalah sudah aku gantungkan lagi di tasku. ☺️

“Hm.. Terima kasih atas pujianmu. Aku sudah tahu bahwa aku tampan dari kecil..” Balas Tonhon lagi.

“Aku tidak membicarakanmu. Tetapi aku sedang membicarakan orang yang tadi memungut bebekku..”

Aku hanya bisa memutar mataku dengan malas saat mendengar perkaatan Ton itu. Aku kemudian segera menatap ke sebelahku dan mengambil bulpen temanku.

“Hei Nhai! Itu adalah pulpen ku..” kata Intha.

“Aku pinjam dulu. Kemarin pulpenku hilang  dan aku belum membeli yang baru lagi atau kamu ingin memberikan pulpen ini padaku sehingga aku tidak perlu membeli yang baru anggap saja kamu sedang beramal..”

“Apa? Lalu aku menulis pakai apa?” Kata Intha.

“Kamu pinjam saja kepada Nine..” balasku.

“Sial! Kamu saja yang meminjam sendiri padanya..” Balas Intha.

“Nine…”

“Diamlah..”

“Nine murid yang paling pintar di kelas ini. Apakah kamu bisa meminjamkan aku sebuah pena?”

Nine menatapku sesaat lalu mulai mencari sesuatu di dalam tasnya selama beberapa saat. Tetapi tidak menemukan pena lagi. 😅

“Kamu bisa menggunakan milikku..” Kata Ton dan menyerahkan penanya kepada Nine.

“Aku akan meminjamkan penaku kepadamu..” Kata Nine.

“…”

“Ini..” Kata Nine kepadaku.

“Terima kasih..”

“Kamu hampir setiap hari meminjam pena orang lain dan sekarang kamu juga membiarkan seseorang memungut bebek mu itu..” Kata Nine.

“Yeah.. Bebek ini memang tidak boleh sampai hilang. Kalau hilang maka ayahku tidak akan memberikan aku uang saku lagi. Jadi kalian harus membantuku untuk menjaga Khun Ped ini..”

“Lalu apa hubungannya Khun Ped itu dengan kami?” Tanya Ton.

“Au.. Kalian tahu bahwa aku adalah orang yang pelupa. Jadi tolong bantu aku menjaga Khun Ped, ya?”

“Oh iya.. Siapa orang yang tadi memungut Khun Ped mu itu?”

“Aku tidak mengenalnya. Aku juga tidak pernah melihatnya. Tetapi dia sangat tampan seperti artis di drama romantis..”

“Kalau begitu kamu berpacaran dengan dia saja. Biar dia bisa menjaga kamu dan bebekmu itu..” Kata Intha.

“Tutup saja mulutmu itu..”

Aku melihat teman-temanku menertawakan aku. 😑

“Kamu jelas-jelas sudah tahu bahwa ada orang yang aku suka di dalam hatiku saat ini. Targetku adalah Karn Liu, dia anak baru  tahun pertama dari Fakultas Management..”

Saat aku menceritakan tentang Nong Karn Liw, membuat teman-temannya hanya tersenyum saja.

“Apakah kamu sudah mengatakan kepada ayahmu bahwa saat ini kamu sedang mengejar Nong Karn Liuw?” Tanya Nine.

“Yeah.. Sudah. Tetapi begitu aku selesai mengatakannya, ayahku memberikan bebek ini padaku..”

Terus teman-temanku kembali menertawakan aku.

“Mungkin saja ayahmu sedang memberikan isyarat padamu. Sebelum kamu ingin menjaga seseorang, kamu harus bisa menjaga bebek itu dengan baik-baik dulu..” Kata Nine.

“Jadi maksudmu, Nhai belum bisa menjaga dirinya sendiri, ya kan?” Tanya Ton.

“Uhm.. Kenapa kalian kejam sekali padaku..”

“Tetapi itu adalah kenyataannya, Khun Chen Nhai..” Kata Intha.

Kalian benar-benar brengsek! 😑

“Apakah kalian semua adalah teman-temanku?”

“Iya.. Tetapi sekarang aku harus kembali belajar lagi. Jangan harap aku akan meminjamkan catatanku kepadamu..” Kata Nine.

“Baiklah.. Khun Nine. Ayo tutup mulut kalian..”

“Kamu sendiri yang berbicara dengan kami..” Kata Intha.

Setelah itu teman-temanku mulai kembali serius lagi mendengarkan Dosen yang sedang mengajar di depan kelas dan menutup mulut mereka. Mereka kembali fokus belajar.

Aku kembali duduk dan bermain game di ponselku. Aku memerosotkan diriku ke bawah dan tiduran.

Aku hanya bisa menatap gantungan kunci bebek kuning yang diminta ayahku untuk menjaganya dengan baik.

Tbc

vote and comment na.. 🙏🥰

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro