Week II: Accismus
Disclaimer by Kouhei Horikoshi
"Tidak mencari keuntungan komersil apapun dari fanfiksi ini. Semata-mata hanya untuk kesenangan belaka."
Todoroki Shouto x Reader
"Hei, sepertinya Todoroki-kun menaruh minat padamu, [name]-chan," celetuk Uraraka ketika kami bertujuh-perempuan 1-A-makan bersama di kantin sekolah.
Aku mendelik. "Tentu saja karena aku ini rivalnya," timpalku seraya menaruh sesuap kare di mulut.
Sambil mengunyah, Uraraka berujar, "Tapi dari tatapannya itu mungkin ia suka padamu, [name]-chan."
Dahiku berlipat mendengarnya. "Tidak mungkin. Mana mungkin ia suka, yang ada ia ingin mengalahkanku."
"Bisa saja lho, [name]-san, aku sering memergoki Todoroki-san menatap [name]-san yang berada di barisan paling kiri. Mungkin karena telah sekelompok denganmu beberapa kali ia akhirnya menyimpan rasa dan aku lihat saat latihan kemarin ia memberimu handuknya, 'kan? Dari tindakannya itu sudah ketahuan." Yaoyorozu turut menimpal dan menambah kerutan di kedua alisku.
"Paling-paling juga [name]-chan sebenarnya tertarik." Tiba-tiba Ashido memberi tatapan menggoda padaku dan aku jadi jenuh.
"Amit-amit," ucapku.
"Tidak boleh begitu lho, [name]-san. Bisa saja Todoroki-san adalah jodohmu nanti," sahut Yaoyorozu, aku enggan memberi balasan.
"[Name]-chan sendiri juga kadang diam-diam memerhatikan Todoroki-kun," ungkap Hagakure yang langsung kuberi delikan tajam. "Setiap latihan kau selalu memerhatikannya, 'kan? Meski kau akan berkata karena memerhatikan rival itu penting, tapi aku tahu dalam hati ada maksud sendiri."
"Tidak. Tidak. Tidak. Tidak akan!" balasku kesal sembari memakan cepat kare di depanku.
Namun, ucapan Hagakure buatku berpikir ulang. Masa iya, sih? Kalau soal memerhatikan Todoroki memang bukan dari pelatihan saja. Di kelas pun aku sering memerhatikannya, bahkan kita sering berjumpa tatap secara tak sengaja.
T-tunggu, jangan-jangan-tidak-tidak! Enggak mungkin!
Aku hanya menatapnya sebagai rival. Sebagai rival. Sebagai-rival!
Akan tetapi, semisal itu terjadi ... bagaimana? Dan aku menyadari sesuatu bahwa belakangan ini aku sudah tidak memanggilnya "si Congkak Es", kira-kira semenjak kejadian ia memberi handuk padaku.
Kalau itu terjadi mungkin yang suka itu adalah ia, bukan aku. Lebih baik aku disukainya ketimbang aku menyukainya.
Eh-mengapa aku berharap begitu?
Tidak mungkin 'kan, aku suka padanya? Dia rivalku! Oh, no. Mengapa aku jadi bingung sendiri? Apa sebenarnya aku tertarik padanya?
Tidak mungkin, 'kan?[]
Abulia - Abyssopelagic - Accimus — END
[A/N]
Sepertinya yang aku bilang waktu itu enggak terjadi. Aku malah menjadikannya seperti cerita bersambung di setiap week lololol. Tapi, bukan berarti di prompt selanjutnya cerita bersambung kek gini. Yasud, tunggulah lagi di week 3.
29 Des 17
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro