Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

26,5. Pasukan Khusus Perang

Topik: Pasukan Khusus Perang

Pemateri: Ginanjar Ginangale

Waktu: Jumat, 27 Maret 2020

1. Persia War Elephant

Siapa yang enggak kenal pasukan bergajah? Banyak pasukan besar dan agung menggunakan gajah sebagai kekuatan utamanya, mulai dari Sultan Beyezid Ottoman sampai si jenderal gila Hannibal Barca dari Cartago yang meneror kekaisaran Romawi dengan pasukan gajahnya.

Tak ayal Persia sebagai kekaisaran terbesar pada zamannya memiliki gajah perang sebagai pasukan utama. Pasukan ini terdiri dari gajah dewasa yang dilengkapi dengan baju pelindung dan pelana tinggi yang dibentuk seperti panggung di punggung gajah untuk menempatkan 4 sampai 5 prajurit panah, kombinasi yang tentu sangat mematikan di medan perang. Para pemanah bisa terus menembakkan panah tanpa khawatir diserang, karena dilindungi oleh gajah yang bisa memorakporandakan barisan musuh.

Gajah perang adalah manifestasi sesungguhnya tank zaman kuno, dengan pertahanan tinggi dan kemampuan penetrasi yang mematikan dari hewan mamalia itu. Gajah perang ini pula yang berhasil mengantarkan Persia sebagai pasukan terkuat di zamannya dengan ratusan peperangan yang berhasil dimenangkan secara gemilang, di hadapan pasukan ini perisai musuh cuma mainan anak-anak, tombak serta pedang sama enggak bergunanya kayak tusuk gigi.

Memang pasukan mana yang masih stabil dihadapkan dengan makhluk besar yang siap menginjak-injak kamu jadi bubur. Saking luar biasanya bahkan pasukan ini sempat menghambat kampanye militer raja Alexander Agung ke Persia.

Lalu apakah pasukan ini tidak punya kelemahan? Belum tentu.

Seperti kebanyakan hewan yang dijadikan alat perang walau tampak sempurna, pasti selalu ada kelemahan, dan salah satu kelemahanya adalah rasa lelah si gajah itu sendiri. Pada dasarnya gajah adalah binatang besar yang membutuhkan energi besar saat bergerak, dan mereka enggak bisa bergerak cepat dan segesit kuda kavaleri.

Hal ini dimanfaatkan pasukan Alexander Agung untuk mengecoh dan melelahkan pasukan gajah perang, hingga tidak bisa bertempur lagi pada pertempuran Gaugamela (311 SM). Walau kalah dan berhasil ditaklukkan, ternyata pasukan gajah perang ini membuat teŕkesan Alexander Agung hingga ia menjadikan pasukan gajah perang sebagai kekuatan pasukannya. Sampai akhirnya pasukan ini tidak digunakan lagi saat invasi Alexander ke India.

Dan, mulai saat itu kegemilangan pasukan Gajah Persia mulai meredup.

2. Rome War Chariot

Bisa dibilang ini adalah versi upgrade jenis yang di atas. Pasukan Rome War Chariot adalah mimpi buruk semua prajurit infanteri. Bila pasukan ini melintas, tanah pasti dibasuh dengan darah. Hampir semua keunggulan kereta perang berhasil disempurnakan oleh pasukan ini.

Segala macam perubahan dan penguatan dilakukan dalam segala aspek demi menciptakan pasukan Rome War Chariot yang sangat efisien dalam membantai musuh. Terdiri dari kereta paduan kayu dan besi, membuat hal ini sangat kokoh, bahkan kereta masih bisa digunakan selama rodanya tidak hancur.

Dan, sebagai tenaga penggerak, digunakan empat kuda sekaligus untuk menarik kereta. Kuda yang digunakan juga bukan kuda sembarangan, tapi Kuda Sapi. Bukan kuda yang lahir dari sapi, lo, ya. Tapi, sejenis kuda peranakan tertentu yang memiliki tenaga seperti sapi, tapi tetap lincah dan gesit, biasa disebut Borguni.

Ditambah dengan dua pedang tajam yang menghiasi kedua rodanya yang berguna untuk memotong musuh yang berada di sekitar area serangan, alhasil hal ini sukses menorehkan teror di hadapan setiap musuh yang berhadapan dengan pasukan Rome War Chariot.

Setiap aspek pasukan ini adalah sempurna. Bila musuh menyerang dari depan, musuh akan langsung diinjak mati oleh empat kuda penarik kereta. Serangan dari samping akan langsung ditebas oleh pedang yang ada di sekitar roda kereta. Serangan dari belakang hasilnya akan mengantarkan kematian lebih cepat, karna terdapat dua sampai tiga prajurit yang siap menghantamkan gada atau pedang mereka kepada musuh yang mendekat. Setiap titik serangan adalah titik mati.

Lalu, apakah benar pasukan Rome War Chariot tidak memiliki kelemahan? Apabila kelemahan ini tidak datang dari musuh, maka berarti area sekitar bisa menjadi kelemahanya. Dalam hal ini kondisi medan sangat berpengaruh.

Walau memiliki daya rusak tinggi, tapi itu semua akan tidak berguna bila medan perang terdapat di perbukitan atau hutan dan bukan di daerah yang rata. Hal ini terbukti dengam semakin banyaknya musuh Romawi yang melancarkan perang gerilya di daerah hutan dan perbukitan daripada melancarkan serangan terbuka, hingga menyulitkan manuver pasukan Rome War Chariot. Pasukan ini tidak bisa digunakan di medan sulit, dan akhirnya pasukan ini hanya jadi pasukan patroli kota dari pada invasi cepat.

3. Der RitterBruder (Knight Brethren)

Ini adalah pasukan khusus Ordo Teutonic, salah satu pasukan besar dalam masa perang salib yang dibentuk pada abad ke-12 di Acre Brazil. Tugas ordo ini dibentuk untuk membantu peziarah Kristen di Tanah Suci, kemudian mereka mendirikan rumah sakit untuk mengurus penderita sakit. Lambat laun, mereka akhirnya jadi ordo militer.

Knight Brethren memiliki ciri khas memakai jubah putih dengan lambang salib hitam di dada, chainmail dan zirah pelindung menyelimuti tubuh prajurit dari leher hingga kaki, dan helm perang yang mereka pakai selalu dihiasi dengan tanduk runcing dari logam maupun tanduk hewan.

Para prajurit yang terpilih untuk bergabung dengan Knight Brethren adalah prajurit paling tangguh, paling buas, dan memiliki kemampuan bertarung yang mumpuni, berbeda dengan Knight Templar yang menggunakan strategi tubrukan kavaleri berat.
Knight Brethren lebih suka menggunakan strategi mengelilingi musuh dan mendesak musuh dalam lingkaran. Hal ini tentu membuat musuh lebih banyak kesempatan untuk melakukan manuver serangan dan meloloskan diri. Tapi, bukan tanpa alasan bila Knight Brethren disebut pasukan buas, para prajurit sudah dilatih dengan mengunakan berbagai macam hal sebagai senjata mereka.

Dan, dengan kemampuan bertarung yang tinggi tentu itu tidak sulit bagi pasukan Knight Brethren. Bila pedang mereka patah mereka akan gunakan tangan kosong untuk melumpuhkan musuh. Jika tangan mereka juga terluka maka kepala dan kaki mereka akan digunakan sebagai alat pembunuh. Setidaknya bila mereka mati mereka akan membawa tiga atau empat musuh bersama mereka.

Hal ini sukses menumbuhkan teror di hati lawan dan kawan mereka, hingga mengantarkan nama Knight Brethern sebagai pasukan yang berpengaruh di Outremer. Namun, pasukan ini mulai meredup saat pasukan Templar mengalami kekalahan mengerikan di Lembah Hattin.

Tidak lagi memiliki sekutu yang kuat, sedikit demi sedikit kekuatan pasukan ini mulai dilucuti oleh konflik internal dan pasukan Sallahudin. Kegemilangan pasukan ini mulai menghilang setelah Yerussalem berhasil direbut oleh Sallahudin dan pasukannya, dan membuat mereka terusir Yerussalem.


4. Janissary

Dibentuk Sultan Murad I, Janissary ini merupakan pasukan elite di kekaisaran Ottoman Turki yang bertugas sebagai penjaga (bodyguard) keluarga raja. Seragam Janissary berbahan wol, dibuat oleh pengrajin Yahudi di Thessaloniki. Pada awalnya, Janissary itu infantri archer bersenjatakan busur dan crossbow (canra). Tapi, dalam perkembangannya, mereka juga memakai banyak senjata seperti pedang, gada, kapak, sampai senjata api.

Hal ini tentu membuat kemampuan pasukan Janissary semakin meningkat dan efisien. Pasukan Janissary adalah orang pilihan, mereka akan disumpah dan dilatih untuk setia dan hanya menerima perintah Sultan. Pada awalnya Janissary direkrut dari anak-anak yatim piatu, yang berada di penjuru Kerajaan Ottoman. Mereka disumpah dan dilatih sangat keras untuk menjadi elite dan meningkatkan kemampuan ilmu bermain pedang, tombak, serta senjata seperti panah dan senjata api kuno.

Dan, terciptalah sosok pasukan tangguh berjuluk Janissary yang siap melindungi Sultan Ottoman dengan harga apa pun. Banyak kejadian keterlibatan pasukan Janissary dalam perang seperti Pertempuran Kosovo, Pertempuran Nicopolis, Pertempuran Ankara, Pertempuran Varna, Pertempuran Chaldiran, Pertempuran Vienna dan lain-lain.

Prestasi paling gemilang adalah saat Sultan Muhammad Al Fatih naik tahta. Ia memimpin ribuan pasukan Janisary serta ribuan tentara Ottoman untuk menaklukan Konstantinopel. Kesuksesan pasukan Janissary dalam menaklukan Kota Konstantinopel menandai berakhirnya pemerintahan terakhir Romawi Timur, bahkan perang ini menjadi perang yang mengakhiri abad pertengahan karna berakhir pula Kekaisaran Byzantium akibat meninggalnya sang Raja Constantine XI.

Ditaklukkannya Konstantinopel tidak lepas dari satu peristiwa unik, suatu keajaiban yang diciptakan Pasukan Ottoman dan Janissary dalam waktu satu malam. Strategi menarik kapal di atas bukit. Setelah berbulan-bulan pengepungan dinding Konstantinopel masih kokoh, pasukan Ottoman dan bahkan sultan sendiri sempat berputus asa dan hampir menyerah. Hingga suatu malam, Sultan membuat perintah yang absurd yaitu menarik 72 kapal Ottoman yang terjebak di Selat Bosphorus melintasi Bukit Galgata menuju Selat Golden Horn.

Ini artinya mereka harus menarik kapal dari air lalu menyeretnya sepanjang 16 km dan melayarkan kembali kapal itu. Perintah ini tentu menimbulkan pertentangan di dalam pasukan Ottoman yang mengangap Sultan sudah putus asa dalam pengepungan ini hingga memberikan perintah yang mustahil.

Namun, hanya pasukan Janissary yang tidak berkonflik dengan perintah Sultan. Semustahil apa pun perintah itu, mereka akan melaksanakanya, mereka tidak butuh alasan. Selama itu perintah dari mulut Sultan, mereka akan mengeksekusinya. Awalnya mereka menebang kayu-kayu gelondongan dari Bukit Galata, lalu kayu itu dilumuri dengan lemak hewan. Kayu ini berguna sebagai landasan kapal saat ditarik melintasi daratan.

Awalnya hal ini masih menimbulkan pesimisme di pasukan Ottoman, tapi setelah melihat pasukan Janissary berhasil menarik kapal-kapal itu puluhan kilometer, rasa pesimisme itu hilang, digantikan dengan semangat yang membakar. Akhirnya seluruh pasukan Ottoman ikut beraksi menarik 72 kapal itu melintasi Bukit Galata.

Keesokan harinya, pasukan Byzantine yang memusatkan perhatiannya ke Selat Bosporus dengan benteng-bentengnya yang sangat kokoh menghadang setiap musuh yang datang dari selat tersebut, terkejut bukan kepalang karena  armada berjumlah tujuh puluhan kapal pasukan Muhammad Al-Fatih sudah berada di Selat Golden Horn mereka dengan titik pertahanan yang relatif lebih lemah. Sejak saat itulah pasukan Constantine terpecah konsentrasinya, menjadi kurang percaya diri karena dikepung oleh di kedua sisi dan tembok pertahanan mereka mudah dihancurkan.

Namun semua hal tidak akan berjalan sesuai kesempurnaan setiap waktu, termasuk pasukan ini. Pada abad ke-17, karena peningkatan kebutuhan akan pasukan Utsmaniyah secara drastis, maka kebijakan rekrutmen korps Janissary yang awalnya ketat menjadi longgar. Warga sipil membeli jalan untuk menjadi Janissary demi mendapatkan manfaat peningkatan status sosial dan ekonomi. Akibatnya, korps Janissary secara bertahap kehilangan karakter militernya, menjalani proses yang digambarkan sebagai sipilisasi.

Pada akhirnya, pasukan Janissary dihapuskan oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1826, setelah 135 ribu Janissary memberontak terhadap Sultan. Setelah pemberontakan berhasil dipadamkan, ada enam ribu Jannisary lebih yang dieksekusi. Tragis memang, tapi ini fakta. Pasukan yang dulunya sangat setia pada raja, berakhir di tangan rajanya sendiri.




5. Laskar Suci Thebes (Bond of Thebes)

Laskar Suci Thebes atau biasa juga disebut dengan Bond of Thebes ini sampai sekarang dianggap sebagai prajurit terhebat di dunia sepanjang sejarah Yunani kuno. Saking hebatnya, mereka bisa ngalahin pasukan Sparta yang tersohor itu. Pasukan ini dibentuk dengan 150 orang pria berpasang-pasangan, ada yang memiliki hubungan darah atau punya ikatan kuat seperti pasangan sejenis. Ekhem, dengan kata lain gay. Otomatis mereka akan bertarung lebih keras untuk melindungi pasangannya yang merupakan bagian dari pasukan itu juga.

Awal pembentukan pasukan saat Pelopidas merebut benteng Kota Thebes pada tahun 379 M, ia berperan penting dalam pembentukan pasukan yang awalnya terdiri dari infateri bertombak. Pasukan ini tidak bertarung secara terpisah, tapi bertarung secara satu-kesatuan dan melindungi yang lain, tak ayal pertahanan mereka sulit ditembus dan penetrasi pasukan sangat luar biasa.

Kemenangan paling gemilang berhasil ditorehkan saat pasukan ini berhasil memukul mundur pasukan Sparta di Tegyra, yang jumlah pasukannya tiga kali lipat lebih besar, serta perang penentuan di Leuctra yang membuat Thebes terlepas dari kekuatan Sparta.

Kekuatan pasukan ini mulai menurun setelah kemenangan Raja Philip II dan puteranya Alexander dari Macedonia dalam Pertempuran Chaeronea yang memadamkan hegemoni Thebes. Pasukan infantri bukanlah tandingan bagi pasukan kavaleri dan tombak macedonia. Tentara Thebes dan sekutunya melarikan diri, tetapi Laskar Suci Thebes menolak untuk melarikan diri.

Di bawah pimpinan jenderal Theagenes yang berani, Laskar Suci Thebes tetap berperang dan hampir semua tiga ratus pasukan tewas, dan hanya menyisakan beberapa orang saja. Walau berhasil memenangkan perang, Raja Philip II sangat mengagumi Laskar Suci Thebes, bahkan ia sempat mengeksekusi prajuritnya yang melecehkan mayat prajurit Thebes. Walau mereka musnah, kekuatan mereka tak dapat disangkal.

6. Knight Hospitaller (Ordo Hospitaller)

Mereka ini sekelompok laki-laki yang punya tugas untuk menjaga rumah sakit di Yerusalem yang didirikan oleh Gerard Yang Terberkati sekitar tahun 1023. Setelah tentara salib menguasai Kota Suci Yerusalem, organisasi ini bangkit menjadi organisasi militer dan diberi tugas untuk mempertahankan Tanah Suci. Setelah Jean Parisot de Valette mengambil alih komando, pasukan ini berkembang hingga menjadi hegemoni yang setara dengan Ordo Templar dan Knight Teutonic, banyak jasa Ordo Hospitaller dalam melindungi Kota Yerusalem.

Setiap pertempuran, Ordo Hospitaller selalu menorehkan prestasi gemilang, berbeda dengan taktik tempur pasukan Templar dan Ordo Teutonic, Ordo Hospitaller banyak memanfaatkan taktik-taktik konvensional sehingga mereka disebut kesatria buku teks.

Bahkan saat kematian King Baldwin, Ordo Hospitaller adalah satu-satunya pihak yang tidak setuju dengan pasukan Templar yang akan menyerang pasukan Sallahudin di Lembah Hattin, dan memilih bertahan di Benteng Yerussalem, tapi kesatria Templar menyebut mereka pengecut dan budak Baldwin.

Hasilnya pasukan Templar dibantai habis-habisan di Lembah Hattin, menyisakan hanya Ordo Hospitaller yang mempertahankan Yerusalem secara heroik dari gempuran Sallahudin. Jadi, enggak terlalu buruk ‘kan jadi kesatria buku teks? Setidaknya menghindarkan kita dari kekalahan memalukan.

Para kesatria Hospitaller dipilih dengan seleksi militer standar, tetapi diselingi dengan tes fisik yang berat, setelah terpilih mereka akan mengikuti upacara pemberkatan dan penyebutan sumpah, lalu diberi pedang panjang, baju zirah, dan seragam standar Hospitaller berupa jubah hitam dengan corak salib putih di tengahnya. Prajurit yang baru bergabung dilarang mengunakan kuda. Mereka akan memulai sebagai pasukan infanteri hingga kelak menjadi pasukan kavaleri.

Setelah tentara muslim merebut Yerusalem dalam perang salib kesembilan, Ordo Hospitaller terusir dari Tanah Suci dan mulai terpecah belah. Di sinilah tumbuh kembang dari dua ordo kesatria besar yaitu Ordo Santo Yohanes dan Ordo Santo Lazarus. Bisa dikatakan, pasukan ini adalah satu-satunya dari tiga kekuatan tentara salib yang masih tersisa warisannya.

7. Dharmaputra (The Seven Protector)

Hari ini saya akan menjelaskan tentang pasukan yang lebih elite dari Bhayangkara, yaitu Dharmaputra. Saking elitenya, Dharmaputra hanya terdiri dari tujuh orang saja, mereka adalah Ra Kuti, Ra Semi, Ra Tanca, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Banyak, dan Ra Pangsa.

Mereka mendapat julukan "pengalasan wineh suka" atau pegawai istimewa yang disayangi raja. Dharmaputra dibentuk dan dikomando langsung oleh Raden Wijaya (The Founder of Majapahit Kingdom), berkat bantuan mereka juga Raden Wijaya dapat membangun kerajaan Majapahit yang mentereng hingga sekarang.

Lalu apa sih kemampuan mereka sampai bisa jadi bawahan langsung Raden Wijaya?

Sebagai orang yang bertugas melindungi raja dan sekaligus orang kepercayaannya, tentu para Darmaputra memiliki banyak kemampuan, dari mulai bela diri, telik sandi, kanuragan, ketangkasan, sampai pengatur siasat dan strategi, bahkan dikatakan bila para Darmaputra tidak musnah, Gajah Mada dan Bhayangkara hanya jadi pasukan kelas dua di Majapahit.

Dalam Pararathon, disebutkan bahwa Dharmaputra adalah pihak yang sangat berjasa saat pembangunan dan pembentukan Majapahit, tulisan "Berjasa" memiliki arti besar dalam Pararathon, ini menjelaskan bahwa Para Dharmaputra memiliki andil besar dalam pembentukan dan perlindungan Majapahit.

Lalu apa ujian masuk untuk menjadi Dharmaputra? Apa benar tes masuknya sesulit itu kalau hanya tujuh orang yang terpilih?

Memang tidak ada catatan jelas bagaimana proses seleksi untuk menjadi Dharmaputra, maka saya akan menilik dari latar belakang orang yang memilih mereka untuk jadi pelindungnya yaitu sang Founder Majapahit itu sendiri, Raden Wijaya.

Seperti kita tahu bahwa Raden Wijaya termasuk pewaris sah Kerajaan Singasari dan  penyusun strategi cerdas yang berhasil mencegah invasi mongol ke tanah Jawa. Dengan orang sekaliber ini, tentu Raden Wijaya bukan termasuk para korban PHP yang suka salah pilih.

Aduh jadi curhat.

Intinya ia bukan seseorang yang membuat keputusan tanpa pertimbangan matang. Setiap orang yang ia percayai pasti memiliki keunggulan dan kelebihan dari yang lainnya, apalagi untuk orang yang ia beri tugas sebagai penjaga pribadinya.

Prestasi paling gemilang adalah saat para Dharmaputra berhasil mengawal Raden Wijaya dengan selamat dari kejaran si gila Jayakatwang yang menyerbu Singasari pada masa kekuasaan Raja Kertanegara.

Lalu bagaimana para Dharmaputra yang punya kemampuan sekaliber itu musnah?
Untuk menjawab ini, izinkan saya menyampaikan sebuah quote:
"Lebih baik memiliki musuh seekor harimau, daripada memiliki teman seekor domba".

Saat Raden Wijaya meninggal, putranya, Jayanegara naik tahta. Jayanegara yang tidak berpengalaman dan sombong, banyak dipengaruhi oleh seorang penghasut nan licik bernama Dyah Halayudha. Hal ini menimbulkan ketidaksukaan pada para Dharmaputra.

Puncaknya saat Patih Nambi melayat ke acara pemakaman ayahnya di Lamajang dengan kawalan Ra Semi, salah satu dari tujuh Dharmaputra. Dyah Halayudha yang licik malah melaporkan kepada Raja Jayanegara bahwa Patih Nambi menyusun pemberontakan di sana, Jayanegara yang marah mengirim pasukan ke Lamajang untuk menyerang Patih Nambi, alhasil pertempuran sengit terjadi di Lamajang.

Ra Semi yang ikut mengawal Patih Nambi pun ikut tewas di sana. Untuk bagian ini, ada juga versi lain yang menyebutkan bahwa Ra Semi tewas karena mencoba menyusun pemberontakan untuk menggulingkan Jayanegara, karena merasa tidak puas dengan raja yang ia anggap bodoh dan cabul. Apa pun alasannya, intinya kematian Ra Semi menimbulkan kemarahan di pihak Dharmaputra .

Ra Kuti dan para Dharmaputra sangat marah mendengar kematian Ra Semi. Rasa dongkol mereka yang sudah di ubun-ubun meledak seketika, hingga menimbulkan pemberontakan yang  sangat fenomenal di ibu kota Majapahit pada tahun 1319. Pemberontakan ini dipimpin oleh Ra Kuti dan keempat Dharmaputra lain, hanya Ra Tanca yang tidak ikut dalam pemberontakan karna saat itu ia menjabat sebagai dokter istana dan memiliki sumpah untuk tidak melukai raja.

Saking luar biasanya pemberontakan ini, Majapahit dikatakan sampai luluh lantak, dan istana berhasil dikuasai Ra Kuti, karena para Dharmaputra menggalang kekuatan yang sangat besar, bahkan Jayanegara harus lari tungang-langgang di bawah pengawalan Gajah Mada dan Pasukan Bhayangkara untuk keluar dari ibu kota Majapahit, entah berapa banyak nyawa pasukan Bhayangkara yang dikorbankan agar raja bisa lolos dari Ra Kuti yang buas.

Pada akhirnya, Majapahit dikuasai oleh Ra Kuti. Raja Jayanegara dan keluarga istana harus mengungsi di Desa Badander, Gajah Mada pun mulai menyusun siasat untuk menumpas Ra Kuti dan kelompoknya, akhirnya setelah berbulan-bulan menyusun rencana dan strategi, Gajah Mada berhasil mengumpulkan dukungan kekuatan dari para pejabat yang masih setia kepada Jayanegara.

Gajah Mada pun menyerang para Dharmaputra secara terpisah, sampai akhirnya Ra Kuti berhasil dikalahkan. Catatan tentang penyerangan Gajah Mada kepada Ra Kuti masih kurang lengkap dan tidak dijabarkan jelas. Namun, beberapa catatan Pararathon mengatakan bahwa pertempuran itu sangat sengit bahkan Gajah Mada hampir kehilangan nyawanya beberapa kali jika bukan karena kawalan pasukan Bhayangkara.

Keadaan berhasil dipulihkan dan takhta Majapahit kembali ke tangan Jayanegara. Dyah Halayudha sang penghasut pun dihukum mati dengan metode cineleng-celeng (dicincang-cincang seperti babi hutan). Namun, Jayanegara tetaplah Jayanegara, mungkin bila ada nominasi raja Majapahit paling tidak disukai ia akan menjadi nomor satu. Bukannya memperbaiki diri dan mempererat hubungan dengan bawahannya, ia malah semakin paranoid takhtanya akan direbut kembali oleh orang lain, termasuk Ra Tanca Dharmaputra terakhir yang tersisa.

Puncaknya saat Ra Tanca mendengar bahwa Raja Jayanegara melarang kedua adik tirinya Dyah Wiyat dan Dyah Gitarja untuk menikah dengan orang lain karena takut takhtanya terancam oleh adik menantunya sendiri. Mendengar ini, rasa jijik dan dongkol Ra Tanca pada Jayanegara semakin memuncak, Dyah Gitarja dan Dyah Wiyat adalah keturunan langsung Raden Wijaya dari permaisuri Gayatri istri sah Raden Wijaya berbeda dengan Jayanegara yang hanya keturunan selir yang beruntung menjadi raja, tentu Ra Tanca sebagai abdi setia Raden wijaya merasa terhina dengan keputusan ini.

Ra Tanca berusaha melaporkan hal ini pada Gajah Mada, tetapi Gajah Mada lambat bereaksi. Hingga pada suatu hari, dalam sesi pengobatan Jayanegara, Ra Tanca yang kalap menusuk Jayanegara hingga tewas, Ra Tanca pun berhasil dibunuh oleh Gajah Mada yang saat itu mengawal Raja.
Habisnya kekuatan Dharmaputra membuat Bhayangkara menjadi satu-satunya pasukan elite saat itu. Gajah Mada, sebagai pemimpin pasukan itu pun akhirnya memiliki jalur karier tanpa penghalang. Namanya semakin berkibar hingga akhirnya dia diangkat menjadi Mahapatih di era Tribuwana Tunggadewi yang naik tahta mengantikan Jayanegara.

Tragis. Sang pelindung berubah, menjadi sang pengkhianat. Tapi, itulah intrik kerajaan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro