Mereka Tahu?
Markas AGEN5 dipenuhi keheningan yang mencekam saat Taehyun menyampaikan hasil temuannya. Setelah ia selesai menjelaskan tentang Kang Dojin yang sebenarnya menghilang dan fakta bahwa Eclipse memiliki keterkaitan langsung dengan insiden keluarga Beomgyu 9 tahun lalu, suasana berubah tegang.
"Jadi, Kang Dojin menghilang? Mereka cuma bilang dia meninggal untuk menutup kasus ini?" tanya Yeonjun dengan nada tidak percaya.
Taehyun mengangguk. "Benar. Laporan resmi itu hanya untuk publik. Data internal TSSI jelas menyebutkan bahwa dia menghilang beberapa hari setelah memberikan kesaksian. Dan menurut data itu, nama Eclipse muncul pertama kali dari mulut Kang Dojin."
Beomgyu memandang layar laptop Taehyun dengan tatapan tajam. "Kalau dia menghilang, berarti ada kemungkinan dia masih hidup. Atau, dia dihabisi karena sudah ketahuan?."
Yeonjun berdiri dari kursinya, berjalan mondar-mandir sambil mengusap dagunya. "Ini gila. Jadi, Eclipse tidak cuma ada hubungannya dengan insiden keluarga Beomgyu, tapi mereka juga berhasil memalsukan kematian seseorang dan menghapus jejaknya sepenuhnya. Ini lebih besar dari yang kita kira."
Hueningkai yang biasanya tenang terlihat gelisah. "Kalau mereka tahu kita menyelidiki ini, kita juga bisa jadi target, kan? Mereka tidak akan segan-segan menghilangkan kita, sama seperti Kang Dojin."
Soobin mengangguk setuju. "Dan kita tidak bisa melupakan fakta bahwa mereka punya koneksi ke pihak militer dan pemerintah. Ini bukan organisasi kecil yang bisa kita hadapi sendirian."
Beomgyu terdiam, memikirkan segala kemungkinan. Kepala dan hatinya berkecamuk. Di satu sisi, ia ingin terus menyelidiki Eclipse untuk mendapatkan jawaban tentang apa yang terjadi pada keluarganya 9 tahun lalu. Tapi di sisi lain, ia tahu bahwa melibatkan timnya lebih jauh akan membahayakan mereka semua.
Setelah beberapa saat, Beomgyu mengangkat kepalanya dan berbicara dengan suara tegas. "Kita berhenti di sini. Kita tidak akan menyelidiki Eclipse lebih jauh."
Semua menoleh ke arahnya dengan ekspresi terkejut.
"Berhenti?" tanya Yeonjun. "Gyu, kamu serius? Ini mungkin satu-satunya kesempatan kita untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi."
Beomgyu mengangguk dengan wajah penuh ketegasan. "Iya. Tapi gua tidak bisa membahayakan kalian semua. Kita tahu Eclipse itu organisasi besar, dan kalau kita terus menggali, kita tidak cuma akan jadi target mereka, tapi kita bisa kehilangan semuanya. Termasuk nyawa kita."
Taehyun menatap Beomgyu dengan serius. "Jadi, kita cuma berhenti di sini?"
Beomgyu menghela napas panjang. "Kita fokus pada hubungan Sakura dengan Eclipse. Itu prioritas kita. Kasus Ryujin adalah tanggung jawab kita, dan hubungan Asahi dengan Eclipse mungkin bisa memberikan kita petunjuk yang cukup untuk menyelesaikan kasus ini."
Yeonjun mengepalkan tangannya, tampak tidak puas, tetapi ia memahami logika di balik keputusan Beomgyu. "Kalau itu keputusan lu, gua akan ikut. Tapi ini tidak berarti gua setuju sepenuhnya."
Beomgyu menoleh ke Taehyun. "Hyun, gua mau lu hapus semua data dan akun yang dipakai untuk meretas dokumen malam ini. Kita tidak boleh meninggalkan jejak apa pun. Kalau Eclipse tahu kita mengakses dokumen itu, mereka akan datang ke kita."
Taehyun mengangguk tanpa ragu. "Dimengerti."
Ia langsung kembali ke laptopnya, memulai proses penghapusan jejak. Taehyun dengan hati-hati menelusuri semua akun yang digunakan untuk meretas, menghapus riwayat aktivitas, dan mengenkripsi ulang server yang sempat ia akses. Setelah beberapa menit, ia berbicara tanpa menoleh.
"Semua data sudah gua hapus. Jejak kita di server TSSI juga sudah bersih. Kalau mereka mencoba melacak, mereka tidak akan menemukan apa-apa." kata Taehyun dengan nada yakin.
Soobin menghela napas lega, meskipun ketegangan masih terasa di ruangan itu.
Setelah memastikan keamanan mereka, Beomgyu memimpin diskusi tentang langkah selanjutnya. "Oke, sekarang kita fokus ke Sakura. Kita tahu bahwa Asahi punya hubungan dengan Eclipse, dan Ryujin membunuh Asahi karena sesuatu yang besar. Kalau Sakura tahu rahasia mereka, kita harus cari tahu apa itu."
Yeonjun mengangguk. "Kita masih punya beberapa orang yang bisa kita ajak bicara, termasuk teman dekat Sakura atau orang-orang yang pernah terlibat dengan keluarganya."
Soobin menambahkan, "Dan kalau Sakura tahu sesuatu, dia mungkin menyimpannya dalam catatan pribadi atau sesuatu yang dekat dengannya. Kita harus cari cara untuk mengakses itu."
Beomgyu berpikir sejenak, lalu berkata, "kak Yeonjun dan Kak Soobin, kalian terus pantau aktivitas keluarga Sakura. Coba cari tahu apa pun yang bisa menghubungkan mereka ke Asahi atau Ryujin. Taehyun, kalau bisa, coba lacak data digital Sakura, mulai dari email, pesan, atau catatan lain yang mungkin dia simpan."
Hueningkai mengangkat tangan pelan. "Dan aku?"
Beomgyu tersenyum kecil. "Kai, gua butuh lu untuk tetap jadi penyeimbang kita semua. Jangan sampai kita kehabisan energi dan kewarasan."
Semua tertawa kecil, meskipun ketegangan masih menggantung di udara.
Setelah diskusi selesai, markas AGEN5 perlahan sunyi. Taehyun masih mengetik di laptopnya, sementara yang lain mulai bersiap untuk pulang. Namun, Beomgyu tetap duduk di kursinya, menatap layar tablet yang menampilkan dokumen lama tentang Eclipse dan insiden keluarganya.
Di dalam hati, ia tahu bahwa keputusan untuk berhenti menyelidiki Eclipse adalah hal yang benar untuk melindungi timnya. Tetapi, ada bagian dari dirinya yang merasa belum selesai. Eclipse bukan hanya tentang Sakura atau Ryujin—mereka adalah bagian dari luka lama yang belum sembuh dalam hidupnya.
Sambil mengepalkan tangannya, Beomgyu berbisik pelan pada dirinya sendiri, "Gua tidak akan berhenti sampai tahu kebenarannya. Tapi untuk sekarang, keselamatan tim adalah prioritas."
Dengan itu, ia menutup tablet dan meninggalkan markas, membawa beban yang hanya bisa ia tanggung sendiri.
AGEN5 ; {D124M4}
Keesokan harinya, Yeonjun dan Soobin memulai misi mereka untuk mencari tahu lebih banyak tentang Sakura dan keluarganya. Mereka memutuskan untuk kembali ke lingkungan tempat tinggal Sakura sebelum insiden Ryujin terjadi. Dengan berpura-pura sebagai mahasiswa yang sedang melakukan penelitian, mereka mencoba berbicara dengan tetangga, kenalan lama, hingga orang-orang yang mungkin tahu tentang keluarga Miyawaki.
Di salah satu rumah yang terletak di ujung jalan, mereka bertemu dengan seorang pria tua bernama Tuan Choi, yang mengaku mengenal keluarga Sakura sejak mereka pindah dari Jepang beberapa tahun lalu.
"Keluarga Miyawaki? Ya, saya mengenal mereka. Ayah mereka dulu sering bepergian. Katanya urusan bisnis, tapi saya tidak pernah tahu pasti apa yang dia lakukan. Orangnya ramah, tapi... ada sesuatu yang aneh." ujar Tuan Choi dengan nada rendah.
"Aneh bagaimana, Pak?" tanya Soobin, mencoba menyelidiki lebih jauh.
Pria tua itu mengernyit, seolah ragu-ragu untuk melanjutkan. "Beberapa bulan sebelum Asahi meninggal, saya pernah melihat dia bertengkar hebat dengan seseorang di depan rumahnya. Orang itu mengenakan setelan hitam, seperti agen pemerintah, tapi ada sesuatu yang membuat saya merasa... dia tidak berasal dari sini."
"Apa Anda tahu siapa orang itu?" Yeonjun bertanya, mencoba menyembunyikan rasa tegangnya.
Tuan Choi menggeleng. "Tidak. Tapi saya ingat, Asahi terlihat sangat ketakutan. Saya pikir itu hanya masalah keluarga biasa, sampai suatu malam..."
"Malam apa?" desak Soobin.
Pria itu menelan ludah sebelum melanjutkan. "Saya melihat van hitam berhenti di depan rumah mereka. Orang-orang keluar, semuanya berpakaian hitam, dan mereka membawa sesuatu seperti koper besar. Setelah itu, saya tidak pernah melihat ayah mereka lagi. Saya dengar dia pergi ke Jepang, tapi saya tidak percaya. Rasanya seperti dia... menghilang."
Yeonjun dan Soobin saling pandang, merasakan hawa dingin menjalari punggung mereka.
Setelah berbicara dengan Tuan Choi, Yeonjun dan Soobin memutuskan untuk pergi ke rumah keluarga Miyawaki yang sudah lama kosong sejak insiden Ryujin. Saat Yeonjun dan Soobin tiba di depan rumah lama keluarga Miyawaki, mereka langsung dihadapkan pada tantangan besar. Rumah itu dikelilingi garis polisi, dengan beberapa penjaga berpakaian preman yang berjaga di luar. Rumah tersebut tampak usang, dengan pintu dan jendela yang tertutup rapat, tetapi tanda aktivitas baru-baru ini jelas terlihat dari jejak kaki di tanah dan peralatan polisi yang tertinggal di sekitar halaman.
Soobin mengamati situasi sambil bersandar di pagar kecil yang mengelilingi properti itu. "Sepertinya kita tidak bisa langsung masuk. Penjaganya terlalu banyak." ujarnya pelan.
Yeonjun mengangguk, matanya fokus pada dua pria yang tampak berbicara di depan pintu utama. "Mereka pasti petugas yang ditempatkan untuk menjaga lokasi ini. Kalau kita nekat, mereka pasti curiga."
"Apa rencana lu, Kak?" tanya Soobin.
Yeonjun tersenyum tipis. "Kita perlu sedikit tipu muslihat. Kau masih punya akses ke identitas penyelidik yang pernah kita gunakan waktu kasus sebelumnya?"
Soobin mengangguk, lalu mengambil ponselnya. "Iya, gua bisa mengaktifkan kembali identitas itu. Tapi kalau mereka memeriksa terlalu jauh, kita bisa ketahuan."
"Itu risiko yang harus kita ambil." balas Yeonjun. "Kita cuma butuh waktu sebentar di dalam."
Soobin dengan cepat mengakses sistem TSSI untuk mengaktifkan kembali identitas palsu mereka sebagai penyelidik dari tim investigasi khusus. Dengan memalsukan surat tugas elektronik yang tampak resmi, ia mencetak dokumen itu menggunakan printer portabel kecil yang selalu mereka bawa.
Setelah memastikan semuanya terlihat meyakinkan, mereka mendekati penjaga di depan pintu utama.
"Permisi." Yeonjun berkata dengan percaya diri, menunjukkan surat tugas kepada salah satu penjaga. "Kami dari tim investigasi khusus. Kami ditugaskan untuk memeriksa ulang properti ini terkait temuan baru."
Penjaga itu memeriksa surat tugas tersebut dengan cermat, sementara rekannya memandang mereka dengan curiga.
"Investigasi khusus? Saya tidak diberitahu tentang ini." kata penjaga itu dengan nada skeptis.
"Itu karena ini adalah misi sensitif." jawab Soobin dengan nada tegas, menambahkan otoritas dalam suaranya. "Informasi ini hanya diberikan kepada tim tertentu. Kalau Anda mau memastikan, Anda bisa menghubungi kantor pusat, tapi saya tidak yakin mereka akan senang jika kita ditunda."
Penjaga itu saling pandang dengan rekannya, lalu mengangkat bahu. "Baiklah, tapi cepat. Kami akan tetap di sini."
Yeonjun dan Soobin mengangguk, lalu masuk ke dalam rumah.
Begitu masuk, mereka langsung disambut pemandangan yang kacau. Rumah itu sudah sangat berantakan, lemari-lemari terbuka, barang-barang berserakan di lantai, dan jejak kaki terlihat jelas di debu yang menutupi lantai kayu.
"Polisi jelas sudah mengobrak-abrik tempat ini." gumam Soobin sambil memeriksa ruangan. "Tapi mungkin mereka tidak mencari hal yang sama dengan kita."
Yeonjun mengangguk. "Kita cari tempat-tempat yang biasanya tidak diperiksa secara detail. Tempat yang lebih personal."
Mereka memulai pencarian di ruang tamu dan kamar tidur utama, tetapi tidak menemukan apa pun selain barang-barang yang sudah hancur atau rusak. Kemudian, mereka sampai di kamar Asahi.
Di kamar Asahi, meskipun kondisinya tidak kalah berantakan, Yeonjun memperhatikan bahwa ada beberapa bagian yang tampak kurang tersentuh dibandingkan bagian lain. Sebuah meja kayu kecil di sudut ruangan menarik perhatiannya.
"Meja ini kelihatan berbeda." kata Yeonjun sambil memeriksa bagian bawahnya. "Ada sesuatu di sini."
Soobin mendekat dan membantu memeriksa meja itu. Mereka menemukan sebuah laci tersembunyi yang hampir tidak terlihat, terkunci rapat. Dengan alat kecil yang selalu ia bawa, Soobin berhasil membuka laci itu.
Di dalamnya, mereka menemukan beberapa dokumen yang tampaknya sangat pribadi, termasuk catatan kecil yang ditulis tangan oleh Asahi, serta sebuah drive USB yang tersembunyi di bawah lapisan kertas.
Yeonjun mengambil dokumen itu, sementara Soobin mengambil USB tersebut dan memasukkannya ke dalam kantongnya.
"Kita dapat sesuatu." kata Soobin dengan nada lega.
"Tapi kita harus cepat. Kita tidak bisa terlalu lama di sini." jawab Yeonjun.
Saat mereka berjalan kembali menuju pintu utama, salah satu penjaga menghentikan mereka. "Sudah selesai?" tanyanya dengan nada curiga.
Yeonjun tersenyum kecil. "Sudah. Kami tidak menemukan sesuatu yang signifikan, tapi laporan kami akan segera dikirimkan ke kantor pusat."
Penjaga itu memandang mereka sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, hati-hati di luar."
Yeonjun dan Soobin keluar dari area properti dengan langkah tenang, meskipun jantung mereka berdegup kencang.
Yeonjun dan Soobin duduk di dalam mobil dengan napas yang masih terengah setelah berhasil keluar dari rumah keluarga Miyawaki. Keduanya memutuskan untuk memutar rekaman dari USB yang mereka temukan, berharap menemukan jawaban atas misteri hubungan keluarga Sakura dengan Eclipse.
Soobin menghubungkan USB tersebut ke laptopnya, dan sebuah video mulai diputar. Wajah Asahi muncul di layar, terlihat lelah dan dipenuhi kecemasan. Ia berbicara dengan suara yang gemetar, seolah-olah sadar bahwa hidupnya sedang dalam bahaya.
"Jika kamu menonton ini, berarti aku sudah tidak ada lagi. Eclipse tidak akan membiarkan siapa pun yang tahu rahasia mereka hidup. Mereka lebih dari sekadar organisasi kriminal biasa, mereka memiliki koneksi di semua tingkatan, dari militer hingga pemerintahan. Bahkan beberapa orang yang kamu anggap bisa dipercaya sebenarnya bekerja untuk mereka."
"Aku terlibat dengan mereka, dan aku tidak bisa keluar begitu saja. Mereka membunuh temanku untuk mengirimkan pesan. Dan sekarang, aku tahu waktuku tidak banyak lagi. Jika kamu menemukan ini, tolong... lindungi Sakura. Jangan biarkan dia menjadi bagian dari ini."
Video berakhir dengan gambar Asahi yang menatap kamera, air mata mengalir di wajahnya. Ruang dalam mobil terasa sunyi. Hanya suara napas Yeonjun dan Soobin yang terdengar, keduanya masih mencoba mencerna apa yang baru saja mereka lihat.
"Dengar, kita harus segera memberitahu Beomgyu." kata Yeonjun dengan nada tegas, sambil meraih ponselnya.
Ia menekan nomor Beomgyu dan berbicara dengan cepat. "Gyu, ini penting. Kita butuh semua orang berkumpul di markas sekarang. Kita menemukan sesuatu yang besar—"
Namun, sebelum ia sempat menyelesaikan kalimatnya, suara ledakan keras menggema dari arah persimpangan tidak jauh dari mobil mereka. Ledakan itu begitu kuat hingga membuat kaca jendela mobil mereka bergetar.
"Apa itu?" tanya Soobin, panik.
Yeonjun menoleh ke arah ledakan, matanya melebar melihat mobil lain yang sudah terbakar hebat. "Itu... itu ledakan!"
Belum sempat mereka pulih dari keterkejutan, Soobin melirik ke kaca spion mobil mereka dan matanya membelalak. "Kak, cepat keluar!" teriaknya sambil menarik tangan Yeonjun.
Dari arah belakang, sebuah truk tronton melaju dengan kecepatan tinggi, langsung mengarah ke mobil mereka. Tanpa berpikir panjang, Soobin dan Yeonjun membuka pintu mobil dan melompat keluar. Keduanya terjatuh di aspal keras, hanya beberapa detik sebelum truk tersebut menghantam mobil mereka dengan kekuatan dahsyat.
BRAK!
Ledakan kecil terjadi saat mobil mereka tergencet oleh truk, menimbulkan suara logam yang meringkuk dan serpihan kaca beterbangan di udara. Yeonjun dan Soobin yang tergeletak di trotoar menatap dengan mata penuh keterkejutan. Mobil yang baru saja mereka naiki kini hancur remuk, tidak meninggalkan apa pun kecuali puing-puing.
Soobin menggenggam USB yang ada di tangannya, napasnya masih terengah-engah. Ia menatap Yeonjun, yang sedang berusaha bangkit dari tanah. "Kak... ini bukan kecelakaan. Ini pasti ulah mereka." ucapnya dengan suara serak.
Yeonjun mengangguk, wajahnya penuh dengan kemarahan dan kecemasan. "Mereka sudah tahu keberadaan kita."
Soobin memandang truk yang perlahan berhenti di ujung jalan, pengemudinya melompat keluar dan melarikan diri sebelum mereka bisa melihat wajahnya. "Mereka bahkan tidak peduli kalau ini terjadi di tempat umum. Mereka benar-benar mau membungkam siapapun yang mengetahui mereka."
Dengan cepat, Yeonjun menarik Soobin dari lokasi kejadian. "Kita harus pergi dari sini sekarang. Mereka mungkin masih mengawasi kita."
Soobin mengangguk sambil menggenggam USB erat-erat di tangannya. Mereka berlari menuju gang kecil di dekat persimpangan, berusaha menjauh sejauh mungkin dari lokasi kecelakaan.
"Apa kita sudah aman?" tanya Soobin saat mereka berhenti di sebuah lorong sempit, mencoba mengatur napas.
"Tidak ada yang aman sekarang." jawab Yeonjun dengan nada dingin. Ia mengeluarkan ponselnya dan kembali menghubungi Beomgyu.
Begitu panggilan tersambung, Yeonjun langsung berbicara tanpa menunggu jawaban. "Gyu, kita diserang. Mobil kita dihancurkan, dan mereka mencoba membunuh kita. Kita sedang dalam perjalanan ke markas, tapi pastikan semua orang bersiap. Ini sudah tidak bisa dianggap enteng lagi."
Di ujung telepon, Beomgyu terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan suara rendah tapi tegas, "Cepat kembali ke markas. Aku akan menyiapkan semuanya."
AGEN5 ; {D124M4}
Yeonjun dan Soobin akhirnya tiba di markas AGEN5 dengan wajah penuh kelelahan dan kekhawatiran. Mobil yang mereka tumpangi sebelumnya sudah hancur, tubuh mereka masih terasa sakit akibat jatuh di aspal, namun keduanya berhasil membawa USB milik Asahi dengan aman.
Begitu mereka masuk ke dalam markas, Beomgyu langsung berdiri dari kursinya dan menghampiri mereka dengan raut wajah khawatir. Taehyun dan Hueningkai yang sedang berada di meja operasi utama juga menoleh dengan penuh perhatian.
"Kak! Apa yang terjadi?" tanya Beomgyu dengan nada tegas, namun tidak bisa menyembunyikan kecemasan di baliknya.
Yeonjun menarik napas panjang sambil melepas jaketnya yang kotor. "Kami diserang, Gyu. Di persimpangan jalan, tepat setelah kami menemukan USB ini."
"Apa?!" seru Taehyun, terkejut.
Soobin mengangkat USB yang masih digenggam erat di tangannya, menunjukkan bahwa barang tersebut berhasil mereka selamatkan. "Kami berhasil keluar dari rumah Miyawaki dan memutar video di USB ini di mobil. Tapi tidak lama setelah itu, muncul ledakan dari sebuah mobil dipersimpangan jalan dan tiba-tiba dari arah belakang muncul truk yang berhasil menghantam mobil kami. Mereka mencoba membunuh kami."
Hueningkai menelan ludah, tampak pucat. "Mereka? Maksud kalian Eclipse?"
Yeonjun mengangguk dengan ekspresi dingin. "Mereka tahu kita menemukan USB ini. Pertanyaannya, bagaimana mereka bisa tahu secepat itu? Tidak mungkin mereka hanya kebetulan berada di sana."
Tim AGEN5 duduk melingkar di ruang utama markas, dengan suasana penuh ketegangan. Beomgyu memijat pelipisnya, berusaha memproses semua informasi yang baru saja didengar.
"Kalau Eclipse tahu kalian menemukan USB itu, berarti mereka sudah memantau kita." kata Beomgyu, suaranya rendah namun tegas.
Soobin mengangguk. "Tapi itu yang tidak masuk akal, Gyu. Jika mereka tahu tentang USB ini, kenapa mereka tidak mencarinya langsung di rumah Miyawaki? Kenapa mereka menunggu kita menemukannya?"
Pertanyaan itu membuat semua orang terdiam sejenak.
"Atau." ujar Taehyun sambil memandang USB tersebut dengan penuh rasa penasaran, "Mungkin mereka memang sengaja membiarkannya di sana. Mungkin mereka ingin seseorang menemukannya."
Hueningkai mengerutkan kening. "Tapi kenapa? Kalau USB ini berisi rahasia besar tentang mereka, kenapa mereka tidak menghancurkannya? Kenapa mereka mengambil risiko?"
Beomgyu mengepalkan tangannya. "Mungkin USB ini bukan sekadar rahasia. Mungkin ini jebakan."
Semua menoleh ke arah Beomgyu, terkejut mendengar kemungkinan itu.
Taehyun segera mengambil USB dari Soobin dan berjalan menuju meja kerjanya. "Gua harus memeriksa isinya lebih dalam. Kalau USB ini memang jebakan, kita harus tahu apa yang sebenarnya ada di dalamnya sebelum kita memutuskan langkah berikutnya."
"Berhati-hatilah." kata Yeonjun. "Apa pun yang kita lakukan, pastikan mereka tidak bisa melacak kita."
Taehyun mengangguk dan mulai bekerja. Ia memindahkan file dari USB ke komputer yang telah diisolasi dari jaringan utama untuk menghindari potensi pelacakan. Sambil menunggu proses transfer selesai, mereka kembali berdiskusi.
"Apa mungkin ini memang cara mereka untuk memancing kita keluar?" tanya Soobin.
Beomgyu menatap meja dengan tatapan tajam. "Kalau itu benar, berarti mereka tahu kita sedang menyelidiki mereka. Dan itu artinya mereka lebih dekat dengan kita daripada yang kita kira."
"Tapi kenapa menunggu kita yang menemukan USB ini?" tanya Hueningkai. "Kalau mereka punya koneksi ke polisi atau pemerintah, mereka bisa saja menggeledah rumah Miyawaki kapan saja. Kenapa membiarkan USB itu tetap di sana?"
Yeonjun menghela napas, mencoba merangkai logika. "Mungkin mereka tidak tahu pasti keberadaan USB ini sebelumnya. Atau mungkin... mereka memang sengaja membiarkan USB itu di sana sebagai pemancing, menunggu seseorang yang cukup nekat untuk mencari tahu tentang Eclipse."
Proses pemeriksaan USB oleh Taehyun selesai. Ia menatap layar dengan raut wajah serius. "Isinya sama seperti yang kalian lihat di mobil tadi. Pengakuan Asahi tentang Eclipse. Tapi ada sesuatu yang aneh..."
"Aneh bagaimana?" tanya Beomgyu.
Taehyun menunjuk salah satu file di dalam USB. "Ada data yang terenkripsi di sini. Sangat sulit untuk dipecahkan, bahkan dengan alat yang kita miliki. Sepertinya data ini adalah inti dari rahasia USB ini, tapi sengaja dikunci dengan enkripsi tingkat tinggi."
"Dan itu berarti?" tanya Soobin, masih bingung.
"Itu berarti USB ini memang didesain untuk menarik perhatian orang." jawab Taehyun. "Mereka tahu bahwa siapa pun yang menemukan USB ini pasti akan mencoba memecahkan enkripsinya. Dan begitu kita mencoba membukanya, kemungkinan besar mereka akan tahu siapa dan di mana kita."
Hueningkai menatap Taehyun dengan cemas. "Jadi, kita sedang diawasi sekarang?"
Taehyun menggeleng. "Belum. Gua menggunakan komputer yang sepenuhnya terisolasi dari jaringan. Mereka tidak bisa melacak kita melalui ini. Tapi kalau kita mencoba membobol enkripsi ini dengan jaringan terbuka, itu akan langsung memberi mereka sinyal."
Hening menyelimuti, semuanya fokus pada kegiatannya masing-masing.
Beomgyu berdiri di tengah ruang utama markas AGEN5, menatap teman-temannya yang masih terlihat lelah setelah kejadian berbahaya di persimpangan jalan. Yeonjun dan Soobin duduk di sofa, dengan luka-luka kecil di tubuh mereka, sementara Taehyun masih berkutat di depan laptop dengan tatapan penuh kekhawatiran. Hueningkai, yang duduk di sudut ruangan, tampak pucat dan gugup.
Beomgyu menarik napas dalam, mencoba menenangkan pikirannya sebelum berbicara. "Kita sudah terlalu jauh masuk ke dalam ini. Eclipse jelas tidak main-main. Mereka sudah menunjukkan bahwa mereka bersedia melukai kita, bahkan membunuh, untuk menghentikan kita. Kita tidak bisa terus seperti ini."
Semua menoleh ke arahnya dengan ekspresi bingung.
"Apa maksud lu, Gyu?" tanya Yeonjun dengan nada serius.
Beomgyu menatap mereka dengan penuh tekad. "Gua pikir kita harus menyerahkan semua data ini ke TSSI atau langsung ke Jenderal Han. Ini sudah melampaui kemampuan kita sebagai tim kecil. Eclipse terlalu besar, dan gua nggak bisa terus mempertaruhkan nyawa kalian semua."
Ruangan itu langsung dipenuhi protes.
"Lu bercanda, kan?!" seru Soobin sambil berdiri. "Kalau kita melapor ke Jenderal Han, apa yang akan terjadi? Mereka pasti langsung mengambil alih kasus ini, dan kita semua akan diberhentikan!"
"Dan lebih buruknya lagi, Gyu, mereka akan menarik lu dari AGEN5." tambah Yeonjun dengan nada tajam.
Hueningkai berdiri dari kursinya, wajahnya dipenuhi kekhawatiran. "Kak, kakak tahu kita tidak bisa membiarkan itu terjadi. AGEN5 adalah hidup kita. Kalau mereka menarik Kakak, tim ini tidak akan berjalan lagi."
Beomgyu menghela napas panjang, mencoba tetap tenang di tengah protes dari teman-temannya. "Dengar, gua tahu apa yang kalian pikirkan. gua tahu ini berat, tapi gua harus melindungi kalian. Kita tidak bisa membiarkan Eclipse terus memburu kita. Kalau mereka tahu kita terlalu dekat dengan rahasia mereka, kita semua dalam bahaya."
"Justru karena itu, kita tidak boleh menyerahkannya ke TSSI." potong Taehyun, yang akhirnya bersuara. "Kakak tahu bagaimana sistem ini bekerja, kan. Begitu Jenderal Han tahu, kasus ini akan hilang begitu saja. Mereka mungkin punya alasan untuk menyembunyikan hubungan Eclipse dengan pemerintah, dan kita tidak akan pernah tahu kebenarannya."
Yeonjun mendekati Beomgyu, menatapnya dengan tajam. "Gyu, ini bukan hanya tentang kita. Ini juga tentang lu. Lu tahu kalau kita menyerahkan ini ditengah kasus keluargamu yang sedang diangkat kembali. Dan apa yang akan mereka lakukan? Kau masih ingat dengan ucapan Jenderal besar kala itu kan? Apa itu yang lu inginkan?"
Beomgyu terdiam, wajahnya terlihat lelah.
Soobin melangkah maju, berdiri di samping Yeonjun. " Kita sudah melewati banyak hal bersama. Eclipse mungkin besar, tapi kita adalah tim. Kita tidak akan menyerah hanya karena mereka mencoba mengintimidasi kita."
Beomgyu duduk perlahan di kursinya, memijat pelipisnya. Ia tahu bahwa mereka semua benar. Menyerahkan data ini ke TSSI atau Jenderal Han berarti menyerahkan kendali kasus, dan itu juga berarti akhir dari AGEN5 seperti yang mereka kenal. Namun, ia tidak bisa mengabaikan bahaya yang nyata dari Eclipse.
"Gua ngerti." kata Beomgyu akhirnya. "Kita tidak bisa menyerahkannya. Tapi kita juga tidak bisa terus seperti ini. Kita harus menemukan cara untuk menyelesaikan ini tanpa membuat diri kita jadi target lebih besar."
"Semua keputusan ada ditanganmu kapten." ucap Soobin
Taehyun mengangguk seteju. "Jadi, apa rencanamu?"
"Untuk sekarang, pulanglah dan hentikan penyelidikan untuk malam ini. Taehyun, matikan seluruh jejaring yang kau gunakan sebelumnya. Akan ku pikirkan rencana kita kedepannya."
Beomgyu menghela nafasnya, "Besok aku ada jadwal check up, kita bertemu lagi disini besok, kemungkinan aku akan datang agak siangan."
Semua mengangguk paham, mereka mulai membereskan berkas-berkas yang digunakan. Taehyun mengikuti perintah Beomgyu untuk mematikan semua data yang digunakannya, dan mereka pun pulang menuju rumah masing-masing.
AGEN5 ; {D124M4}
Gila ini rekor sih!
Chapter terpanjang yang sampai tembus 3000+ kata
Saking serunya ngetik nih cerita sampe kebablasan woy :))
Jangan lupa vote dan komen biar aku makin semangat lanjutinnya yaa >_<
Maafkan jika ada typo, boleh kasih tau aja ya bisi kelewat sama aku
Oh ya, kemungkinan aku bakalan update AGEN5 itu seminggu antara 1/2 kali ya, kalau lagi semangat mungkin bisa sampai 3 kali hehe
Kalo gitu, sampai jumpa di Chapter berikutnya >_<
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro