Meluruh
Pagi itu, suasana rumah keluarga Beomgyu terasa berbeda. Biasanya hanya ada Beomgyu dan ibunya di meja makan, tetapi kali ini seluruh anggota keluarga berkumpul. Bahkan ayahnya, Zee Cho, yang jarang pulang karena pekerjaannya sebagai Jenderal besar di TSSI, ikut bergabung. Jessica, sepupu Beomgyu, dengan energinya yang tak pernah habis, sibuk menghidupkan suasana dengan cerita-cerita kecil yang membuat ibunya tertawa.
Beomgyu duduk di samping ayahnya, memperhatikan raut wajah lelah pria itu. Garis-garis di wajahnya tampak semakin dalam, dan kantung matanya terlihat jelas. Beomgyu tahu betul bahwa itu semua karena kasus keluarganya yang diangkat kembali—kasus yang menjadi bayangan kelam selama bertahun-tahun.
Di tengah sarapan, Zee Cho menyendok nasi terakhir ke piringnya dan menatap Beomgyu dengan tatapan penuh makna. "Hari ini jadwalmu check up, kan?" tanyanya tiba-tiba.
Beomgyu mengangguk sambil meminum teh hangatnya. "Iya. Jam 10 pagi nanti."
Zee Cho menaruh sumpitnya, kemudian melipat tangan di depan dada. "Kalau begitu, biar Ayah yang akan mengantar. Kebetulan ada urusan di TSSI setelah itu. Kita bisa sekalian pergi bersama."
Beomgyu terdiam sejenak. Ia tidak menyangka ayahnya akan menawarkan diri untuk mengantar, mengingat biasanya sang ayah terlalu sibuk untuk hal-hal seperti ini. Namun, ia tidak bisa menolak.
"Oke." jawabnya pendek.
Jessica, yang duduk di seberang meja, menyipitkan matanya dengan curiga. "Hmm, ini pertama kalinya aku lihat Paman Zee punya waktu untuk hal semacam itu. Ada apa ini?" godanya, yang segera diikuti dengan tawa kecil dari ibu Beomgyu.
Namun, Zee Cho hanya tersenyum kecil, tidak memberikan tanggapan lebih lanjut.
Mobil hitam milik keluarga melaju dengan tenang di jalanan pagi itu. Beomgyu duduk di kursi penumpang depan, sementara Zee Cho mengemudi dengan fokus pada jalan. Suasana di dalam mobil terasa hening, hanya diiringi suara samar dari radio yang diputar pelan.
Beomgyu memandang keluar jendela, pikirannya dipenuhi berbagai hal—kasus Ryujin, Eclipse, USB milik Asahi, dan fakta bahwa mereka kini sedang berjalan di atas garis tipis antara kebenaran dan bahaya.
"Aku dengar kasus Ryujin sudah selesai." suara Zee Cho tiba-tiba memecah keheningan.
Beomgyu menoleh cepat ke arah ayahnya, sedikit terkejut dengan pertanyaan itu. "Iya, selesai." jawabnya singkat, berusaha tetap tenang.
Zee Cho melirik ke arah putranya dengan sudut matanya. "Bagaimana prosesnya? Apa ada kendala?"
Beomgyu merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Ia tahu ayahnya adalah pria yang sangat tajam, dan setiap perubahan kecil dalam nada atau ekspresi bisa membuatnya curiga. "Tidak, semuanya berjalan sesuai prosedur. Sakura sudah divonis, dan bukti-bukti sudah cukup untuk menyelesaikan kasusnya."
Namun, nada gugup dalam suara Beomgyu tidak luput dari perhatian Zee Cho. Sang ayah mengerutkan kening. "Kamu yakin?"
Beomgyu mengangguk cepat, mencoba mengalihkan perhatian. "Iya, Ayah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Zee Cho terdiam sejenak, tetapi Beomgyu bisa merasakan tatapan ayahnya yang penuh analisis. Ia tahu bahwa Zee Cho ingin bertanya lebih banyak, tetapi tidak ingin mendesaknya terlalu jauh.
Sebelum percakapan itu berlanjut, mereka tiba di depan rumah sakit. Zee Cho memarkir mobil dengan rapi, lalu mematikan mesin. "Ayo masuk." katanya sambil keluar dari mobil.
Beomgyu duduk di atas ranjang pemeriksaan dengan tangan terlipat, wajahnya mencoba terlihat tenang meskipun pikirannya berputar. Di hadapannya, Dokter Kang—seorang dokter muda dengan kacamata bulat dan gaya bicara lugas—sedang memeriksa hasil tes terakhirnya di monitor. Zee Cho berdiri bersandar di dinding ruangan, diam tapi dengan tatapan tajam yang tak pernah lepas dari anaknya.
"Baik, Beomgyu." kata Dokter Kang, akhirnya berbalik ke arah mereka setelah memeriksa monitor. "Mari kita bahas hasilnya."
Beomgyu mengangguk pelan, bersiap untuk mendengar kabar yang mungkin tidak menyenangkan.
"Hasil tes darah menunjukkan kadar oksigenmu sedikit meningkat dibandingkan pemeriksaan terakhir. Sekarang berada di sekitar 93 persen. Itu lebih baik, tapi belum mencapai angka normal, yaitu 95 persen atau lebih." jelas Dokter Kang sambil membuka file lain di layar. "Ini artinya kondisimu perlahan membaik, tapi peningkatannya sangat lambat. Stres dan kelelahan tampaknya memperlambat progres pemulihanmu."
Zee Cho menatap Dokter Kang dengan kening berkerut. "Bagaimana itu bisa terjadi?"
Dokter Kang menoleh ke Zee Cho sejenak sebelum menjelaskan. "Sederhananya, Beomgyu butuh lebih banyak waktu untuk pulih karena paru-parunya tidak bekerja seoptimal orang biasa. Stres fisik dan mental yang berlebihan hanya akan memperburuk kondisi ini." Ia beralih ke Beomgyu. "Tubuhmu sebenarnya merespons perawatan dengan baik, tapi aktivitas berat dan kurangnya istirahat membuat progres itu tertahan."
"Jadi, ini masih menjadi masalah serius?" tanya Zee Cho dengan nada rendah tapi penuh ketegasan.
"Benar." jawab Dokter Kang tanpa ragu. "Karena anemia bawaanmu, tubuhmu tidak seefisien orang lain dalam mengangkut oksigen, terutama di tengah stres atau kelelahan fisik. Ini berarti kamu harus lebih disiplin dalam menjaga pola aktivitas dan menghindari stres berat."
Dokter Kang menatap langsung ke arah Beomgyu, dengan nada yang lebih tegas melanjutkan, "Jika kamu tidak mematuhi arahan ini dan terus memaksakan diri, kadar oksigenmu bisa turun drastis. Dan itu bukan hanya akan membuatmu kelelahan—itu bisa berbahaya. Dalam kasus terburuk, kamu bisa kehilangan kesadaran, mengalami komplikasi serius seperti gagal organ, atau bahkan kerusakan otak akibat kekurangan oksigen."
Beomgyu menghela napas panjang, menunduk sejenak. Ia sudah mendengar peringatan ini berkali-kali sebelumnya, tapi mendengarnya lagi, terutama di hadapan ayahnya—membuatnya semakin berat. Ia tahu betapa buruknya kondisi ini jika ia tidak berhati-hati, tetapi dalam pekerjaannya di AGEN5, berhati-hati bukanlah sesuatu yang selalu bisa ia lakukan.
"Saya mengerti, Dok." ujar Beomgyu akhirnya, berusaha terdengar tenang meskipun pikirannya penuh kekhawatiran.
Namun, Zee Cho yang berdiri di sudut ruangan, menatapnya dengan ekspresi tajam. "Memahami tidak cukup, Gyu. Kamu harus mematuhi semua arahan dokter. Apa kamu sudah melakukannya?"
Beomgyu mengangkat kepalanya, mencoba menjawab tanpa terlihat gugup. "Aku selalu mencoba melakukannya, Ayah."
"'Mencoba' tidak cukup jika menyangkut kesehatanmu." balas Zee Cho dengan nada yang lebih tegas.
Dokter Kang, yang menyadari ketegangan di antara keduanya, mencoba menengahi. "Tuan Zee, saya mengerti kekhawatiran Anda. Tapi saya yakin Beomgyu memahami pentingnya menjaga kesehatannya." Ia menatap Beomgyu lagi. "Namun, Gyu, kamu harus lebih serius soal ini. Kalau kondisi paru-parumu kembali memburuk, kita bisa berbicara tentang hipoksia kronis berat, seperti yang kamu alami setelah kecelakaan dulu. Dan kamu tahu betapa sulitnya memulihkan diri dari itu."
Beomgyu hanya mengangguk pelan, merasa semakin terpojok.
Dokter Kang melanjutkan, suaranya sedikit melunak. "Kamu masih muda. Tubuhmu masih punya kapasitas untuk pulih, tapi itu membutuhkan kerja sama darimu. Aku tahu pekerjaanmu di AGEN5 pasti berat, tapi kamu harus tahu batasanmu. Jangan sampai tubuhmu dipaksa melampaui kapasitasnya."
Setelah pemeriksaan selesai, Beomgyu mengganti pakaiannya di ruang kecil dan keluar menemui ayahnya di lorong rumah sakit. Suasana di antara mereka masih hening.
Saat mereka berjalan menuju mobil, Zee Cho akhirnya membuka suara. "Gyu, seberapa sering kamu merasa kelelahan saat bekerja di AGEN5?"
Beomgyu mengerutkan kening, tidak menyangka pertanyaan itu akan muncul. "Aku... aku baik-baik saja, Ayah. Aku bisa menangani pekerjaanku."
Zee Cho berhenti di tengah langkah, menatap Beomgyu dengan tajam. "Jangan berbohong. Ayah tahu kamu terlibat dalam kasus Ryujin, dan Ayah tahu tekanan dalam kasus itu bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng. Apa kamu yakin kondisimu tidak memengaruhimu?"
Beomgyu menelan ludah. Ia tahu bahwa ayahnya semakin curiga, terutama karena kegugupannya saat menjawab pertanyaan tentang kasus Ryujin di mobil sebelumnya. "Aku yakin, Ayah. Kasus itu sudah selesai."
Zee Cho memandangnya dengan ekspresi dingin. "Ayah tidak yakin kamu mengatakan semuanya. Dan kalau kamu menyembunyikan sesuatu yang membahayakan timmu atau dirimu sendiri, Ayah tidak akan tinggal diam."
Beomgyu merasa perutnya mengeras. Ia tahu bahwa ayahnya benar-benar mencurigai ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan, dan fakta bahwa Zee Cho menemaninya hari ini hanya memperkuat posisinya sebagai ancaman bagi kebebasannya di AGEN5.
Saat mereka duduk kembali di mobil, perjalanan menuju kantor TSSI berlangsung dalam keheningan yang mencekam. Beomgyu menatap keluar jendela, mencoba mengalihkan pikirannya dari pembicaraan tadi. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa situasi ini semakin sulit.
Zee Cho, di sisi lain, terus memikirkan semua yang ia lihat dan dengar hari itu. Ucapan dari jenderal Han malam tadi terus berputar dibenaknya.
Beomgyu mengepalkan tangannya di atas lutut, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu bahwa kondisi fisiknya adalah kelemahan yang dapat digunakan untuk menariknya keluar dari AGEN5. Dan jika ayahnya memutuskan dirinya keluar dari AGEN5, Beomgyu tahu bahwa itu akan menjadi akhir dari perannya di tim—dan mungkin juga akhir dari penyelidikan mereka terhadap Eclipse.
Sementara mobil terus melaju, ketegangan di antara keduanya tidak terucapkan, tetapi begitu jelas memenuhi udara.
AGEN5 ; {D124M4}
Beomgyu duduk diam di kursi penumpang mobil, melamun sambil memandang keluar jendela. Pikiran tentang hasil pemeriksaannya, kondisi kesehatannya, dan tatapan penuh kecurigaan Zee Cho terus berputar di benaknya. Di sampingnya, Zee Cho mengemudi dengan tenang, sesekali melirik ponselnya yang tergeletak di dashboard.
Ponsel itu tiba-tiba bergetar, dan Zee Cho melirik layarnya. Sebuah pesan masuk dari Jenderal Han:
"Jendral, semuanya sudah berkumpul di ruangan anda. Tolong bawa Beomgyu juga."
Zee Cho membaca pesan itu dengan tatapan serius. Ia menggenggam erat kemudi, tidak mengatakan apa-apa, tetapi keputusannya sudah bulat. Tanpa memberitahu Beomgyu, ia memutuskan untuk langsung membawa putranya ke ruangannya.
"Ayah, kita langsung ke ruang kerjamu, ya?" tanya Beomgyu akhirnya, merasa aneh karena mereka tidak berhenti di lobi seperti biasanya.
"Hanya sebentar." jawab Zee Cho singkat, nada suaranya sulit ditebak.
Begitu mereka sampai di lantai tempat ruang kerja Zee Cho berada, suasana terasa lebih tegang dari biasanya. Beomgyu merasa ada sesuatu yang aneh—para staf yang biasanya menyapa Zee Cho hanya menundukkan kepala dengan ekspresi serius, dan beberapa orang terlihat berbisik-bisik.
Ketika mereka mencapai ruangan Zee Cho, Beomgyu mulai merasakan firasat buruk. Ayahnya membuka pintu ruangan dan melangkah masuk tanpa berkata apa-apa, memberi isyarat agar Beomgyu mengikutinya.
Namun, begitu Beomgyu melangkah masuk, ia langsung berhenti. Di dalam ruangan, Jenderal Han duduk di kursi utama dengan ekspresi dingin, sementara beberapa pejabat tinggi TSSI dan anggota senior lainnya berdiri di belakangnya. Serta para anggota AGEN5 yang duduk ditengah ruangan sambil menundukkan kepala.
Di tengah meja, layar besar menampilkan dokumen-dokumen yang sangat dikenalnya—laporan tentang Eclipse, rekaman yang diambil dari USB milik Asahi, dan hasil penyelidikan tim AGEN5 selama beberapa hari terakhir.
Jantung Beomgyu langsung berdebar kencang.
"Selamat datang, Beomgyu." kata Jenderal Han dengan nada yang tajam namun terkendali. "Akhirnya kita bertemu untuk membicarakan... tindakan tim AGEN5 yang sangat 'berani' ini."
Beomgyu menoleh ke Zee Cho, yang menutup pintu di belakang mereka dengan tenang. Ia segera menyadari bahwa ini adalah jebakan. Ayahnya pasti sudah tahu segalanya dan sengaja membawanya ke sini untuk dihadapkan pada Jenderal Han.
"Ayah, apa ini?" tanya Beomgyu, mencoba menahan emosinya.
Zee Cho tidak langsung menjawab. Ia berjalan ke sisi meja dan berdiri di sebelah Jenderal Han. "Ini adalah konsekuensi dari semua tindakanmu, Gyu. Kamu dan timmu telah melanggar banyak protokol dalam penyelidikan kalian."
Jenderal Han menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan tangan terlipat. "Beomgyu, apakah kamu sadar bahwa apa yang telah kamu lakukan dengan AGEN5 bukan hanya tindakan tidak sah, tetapi juga berbahaya bagi seluruh organisasi ini?"
Beomgyu menggenggam kedua tangannya erat. "Kami hanya mencoba menyelesaikan kasus Ryujin. Kami menemukan sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang tidak bisa kami abaikan begitu saja!"
"Dan kamu pikir menyelidiki Eclipse di luar wewenangmu adalah keputusan yang bijak?" potong Jenderal Han dengan suara yang lebih keras. "Eclipse bukan organisasi biasa, Beomgyu. Apa pun yang kalian lakukan sudah membuat mereka sadar akan keberadaan kita. Apa yang kamu lakukan tidak hanya membahayakan dirimu sendiri, tetapi juga seluruh tim AGEN5 dan reputasi TSSI."
Beomgyu menatap ayahnya dengan tajam. "Jadi ini alasan Ayah membawaku ke sini? Untuk menyerahkanku ke Jenderal Han?!"
Zee Cho menatap putranya dengan tatapan dingin namun penuh tekanan. "Ayah tidak punya pilihan lain. Ayah sudah melihat laporan medismu pagi ini. Kondisimu tidak memungkinkan untuk terus terlibat dalam kasus yang sebesar ini. Ditambah lagi, kamu dan timmu telah menyembunyikan ini dari pimpinan. Apa kamu pikir itu adalah langkah yang bijak?"
Beomgyu terdiam, mencoba meredam emosinya yang memuncak.
Jenderal Han menatap Beomgyu dengan tajam. "Karena apa yang sudah terjadi, aku punya dua keputusan untuk kasus ini. Pertama, AGEN5 akan dihentikan sementara dari kasus apa pun yang berhubungan dengan Eclipse."
"Apa?!" seru Beomgyu, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Dan kedua." lanjut Jenderal Han tanpa menghiraukan reaksi Beomgyu, "tim AGEN5 akan berada dalam pengawasan penuh TSSI. Tidak ada penyelidikan independen lagi, tidak ada pergerakan di luar prosedur resmi. Jika kalian melanggar, kalian akan dipecat dari TSSI, tanpa pengecualian."
Ruangan Zee Cho dipenuhi ketegangan. Beomgyu berdiri di tengah ruangan, mencoba mati-matian mempertahankan posisinya di AGEN5 dan hak timnya untuk melanjutkan kasus Eclipse. Di sekelilingnya, anggota AGEN5—Yeonjun, Soobin, Taehyun, dan Hueningkai—duduk diam, wajah mereka mencerminkan rasa frustrasi dan ketidakberdayaan. Jenderal Han dan beberapa pejabat tinggi lainnya tetap tenang, memperhatikan dengan tatapan dingin.
"Jenderal Han, Anda tahu kami sudah mengumpulkan banyak bukti! Kami lebih dekat dengan Eclipse daripada siapa pun! Kalau Anda menghentikan kami sekarang, semua yang telah kami lakukan akan sia-sia!" Beomgyu memohon dengan suara yang mulai meninggi.
"Beomgyu, cukup." suara Zee Cho memotong, tajam dan tegas. "Kamu tidak berada dalam posisi untuk menuntut apa pun. Apa yang telah kalian lakukan sejauh ini melanggar protokol dan membahayakan tim."
"Ayah—"
"Jangan panggil saya Ayah di sini." potong Zee Cho lagi, tatapannya dingin. "Sebagai Jenderal besar, saya bertanggung jawab memastikan semua anggota AGEN5 bekerja sesuai aturan. Dan kamu sudah melampaui batas."
Zee Cho berdiri tegak, menatap langsung ke arah Beomgyu. "Beomgyu, saya sudah mendengar laporan medis dari Dokter Kang. Kondisimu tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Kadar oksigenmu masih di bawah normal, dan tingkat stresmu hanya memperburuk situasi. Sebagai hasilnya, saya memutuskan untuk memberhentikanmu sementara dari tugasmu di AGEN5."
Kata-kata itu menghantam Beomgyu seperti palu. Ia membeku, merasa seperti seluruh dunia runtuh di hadapannya.
"Apa?!" seru Yeonjun, berdiri dari kursinya. "Anda tidak bisa memberhentikan Beomgyu! Dia adalah pemimpin kami! Tanpa dia, tim ini tidak akan berjalan!"
"Kalau begitu, bicarakan siapa yang akan menjadi pemimpin selanjutnya." jawab Zee Cho dengan nada dingin.
"Apa?! Tidak mungkin!" seru Soobin, matanya melebar karena terkejut.
Hueningkai menggelengkan kepala, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Kak Beomgyu tidak bisa digantikan. Dia adalah inti dari tim ini!"
Namun, sebelum protes mereka bisa berlanjut, Zee Cho mengangkat tangannya. "Cukup!" suaranya memecah keheningan. "Keputusan ini sudah final. Ini bukan diskusi. Ini adalah perintah."
Melihat suasana yang semakin panas, Jenderal Han berdiri dan berbicara dengan nada tegas namun tenang. "Sudah cukup. Ini bukan tempat untuk perdebatan. Anggota AGEN5, kalian bisa mendiskusikan masalah internal kalian di luar ruangan ini. Untuk saat ini, keputusan sudah dibuat. Silakan keluar."
Para anggota AGEN5 saling memandang dengan raut wajah kecewa, tetapi mereka tidak punya pilihan selain mematuhi perintah. Mereka mulai berdiri satu per satu, bersiap meninggalkan ruangan.
Namun, saat Beomgyu hendak mengikuti mereka keluar, Zee Cho berbicara dengan suara tegas. "Beomgyu, kamu tetap di sini. Kamu bukan lagi bagian dari AGEN5."
Ucapan itu sukses membuat semua orang di ruangan membeku. Beomgyu menatap ayahnya dengan tatapan terluka dan tidak percaya. Yeonjun, yang baru saja membuka pintu, berhenti sejenak, matanya penuh dengan amarah dan frustrasi.
"Ini tidak benar..." gumam Yeonjun dengan nada rendah.
"Keluar." ulang Zee Cho dengan tegas.
Setelah beberapa saat ragu, anggota AGEN5 akhirnya meninggalkan ruangan dengan wajah penuh kecewa dan emosi yang tertahan. Saat pintu tertutup, Beomgyu mendapati dirinya sendirian bersama Zee Cho di ruangan itu.
AGEN5 ; {D124M4}
Beomgyu berdiri diam, kedua tangannya mengepal erat. Ia memandang ayahnya dengan mata yang penuh dengan rasa kecewa dan amarah. "Kenapa?" tanyanya dengan suara serak. "Kenapa Ayah melakukan ini?"
Zee Cho menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Karena Ayah tahu batasanmu, Gyu. Kamu tidak bisa terus memaksakan dirimu seperti ini. Tubuhmu tidak akan sanggup."
"Tapi Ayah tahu betapa pentingnya ini untukku! Untuk kita!" balas Beomgyu, suaranya mulai meninggi. "Eclipse adalah alasan kenapa aku ada di sini! Kalau Ayah menghentikanku sekarang, semuanya akan sia-sia!"
"Dan apa kamu pikir Ayah tidak tahu itu?!" balas Zee Cho dengan nada lebih keras. "Ayah tahu betapa pentingnya ini untukmu. Tapi Ayah tidak akan membiarkanmu menghancurkan dirimu sendiri demi sesuatu yang di luar kendalimu!"
Ruangan itu kembali sunyi, hanya suara napas mereka yang terdengar. Zee Cho melangkah mendekat, menatap putranya dengan tatapan penuh campuran emosi.
"Dengar, Gyu. Ini bukan tentang Ayah tidak mempercayaimu. Ini tentang melindungimu. Kalau kamu terus memaksakan diri seperti ini, kamu tidak akan bisa bertahan."
Beomgyu menatap ayahnya dengan mata yang mulai memerah, tetapi ia menahan diri untuk tidak menunjukkan kelemahannya. "Ayah pikir dengan menghentikanku, Ayah sedang melindungiku? Tidak. Ayah sedang menghalangiku."
Zee Cho menghela napas panjang, mencoba meredakan emosinya. "Ayah tahu kamu pasti membenci Ayah sekarang. Tapi suatu hari nanti, kamu akan mengerti bahwa ini adalah keputusan yang benar."
Beomgyu tidak menjawab. Ia hanya berdiri di sana, menatap ayahnya dengan tatapan yang sulit diartikan—campuran antara kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan.
Dengan langkah perlahan, Zee Cho berjalan menuju mejanya, meninggalkan Beomgyu sendirian dalam kebisuan yang menyakitkan.
AGEN5 ; {D124M4}
Gimana gayss chapter ini :))
Jangan lupa vote dan komen biar aku makin semangat updatenya >_<
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro