Kesempatan
*
*
*
*
*
AGEN5 ; {D124M4}
*
*
*
*
*
Malam ini Beomgyu mendapat panggilan dari Jenderal Han menyuruhnya datang ke TSSI untuk membicarakan perihal dirinya yang akan diberhentikan dari misi.
Pintu ruangan dibuka, dilihatnya semua sudah berkumpul mulai dari teman-temannya, Jenderal Han dan juga salah satu orang yang sangat penting yaitu ayahnya. Beomgyu melirik ayahnya, entah apa keputusannya nanti, ia benar-benar tak bisa menebak hasilnya. Suasana dalam ruangan nampak sangat tegang, Beomgyu dapat merasakannya, teman-temannya bahkan tak ada yang berani bertatapan dan hanya setia menunduk.
"Keputusanku tidak berubah, aku ingin Beomgyu diberhentikan dalam misi apapun sampai kerjasama dengan Jepang selesai." Ucap Zee Cho
Beomgyu menghela nafasnya dengan berat, ia tau keputusan ayahnya akan sangat susah untuk diganggu gugat. Yeonjun yang duduk disampingnya mengeratkan kepalan tangannya, menatap pada Jendral Han seakan meminta bantuannya untuk berbicara pada Zee Cho.
"Jenderal, saat ini mereka tengah menyelesaikan kasus bunuh diri siswi Rosa High School. Dan seperti yang kita semua tau, kasus ini sudah berjalan dengan cukup baik, dengan kerja keras mereka dan tentunya dengan bantuan arahan dari Beomgyu sebagai ketua. Jika pemberhentian Beomgyu dalam misi tidak dapat diganggu gugat, bagaimana nasib Agen5 kedepannya, jenderal."
"Aku hanya memberhentikan Beomgyu dalam misi untuk sementara waktu, bukan selamanya." Ucapan Jenderal Han dipotong begitu saja dengan Zee Cho
"Beberapa kasus Agen5 dapat berjalan sukses karena kerja keras dan kekompakkan mereka yang sangat luar biasa, Jenderal pasti tau bagaimana mereka menjadi perbincangan hangat atas penyelesaian kasus yang sangat cerdik itu." Jenderal Han memperhatikan reaksi Zee Cho yang diam saja
"Sejujurnya, saat ini pengajuan kasus banyak sekali yang di ajukan pada Agen5, aku menyaringnya dan memberikan pada mereka yang sekiranya memang tepat untuk ditangani oleh mereka. Kau bisa melihatnya sendiri, disetiap kinerja mereka, bagaimana Beomgyu memiliki peran penting sebagai ketua. Bukan hanya dia, namun mereka semua memiliki peran penting tersendiri. Jika pemberhentian Beomgyu yang tiba-tiba ini dilakukan, kemungkinan besar Agen5 akan mengalami hiatus."
Zee Cho menatap tak suka pada Jenderal Han, "Ada banyak sekali orang berbakat di TSSI, peran Beomgyu bisa digantikan oleh orang profesional-"
"Tidak bisa."
Semua pandang mata tertuju pada Yeonjun yang memotong ucapan Zee Cho.
"Berani sekali kau-"
"Mohon maaf, Jenderal. Tapi kami tidak bisa jika ketua kami digantikan, kekompakan kami sudah sangat baik, kami memiliki kekurangan namun Beomgyu dengan pintar memanfaatkan kekurangan dan kelebihan kami dalam tim."
Yeonjun menatap dalam pada Zee Cho
"Jenderal, aku- tidak, kami semua mengakui kecerdasan dan bakat anakmu. Dia sangat berbakat, kau tak bisa membiarkan anak seberbakat Beomgyu harus ditahan hanya karena masalah kesehatan kan?" Zee Cho menatap tak suka pada Yeonjun saat mengeluarkan kata 'kesehatan'
"Kami tau bagaimana Beomgyu berjuang untuk tetap berada di Agen5. Jadi kami tidak bisa, jika harus diam saja melihat apa yang sudah Beomgyu perjuangkan berakhir sia-sia."
Semua terdiam, Yeonjun mengakhiri kalimatnya dengan sangat luar biasa. Dalam hati Beomgyu bertepuk tangan atas perkataan Yeonjun yang luar biasa itu, ia saja sampai terharu apalagi ayahnya.
Beomgyu lagi-lagi menatap ayahnya dalam, hingga tak lama ayahnya pun menatapnya. Ia teringat akan percakapannya dengan ayahnya sebelum pertemuan ini terjadi.
*
*
AGEN5 ; {D124M4}
*
*
Beomgyu melihat ayahnya keluar dari ruangannya setelah ia lama menunggunya. Zee Cho yang melihat hanya membuang muka dan pergi meninggalkan Beomgyu. Kesempatan itu tak akan Beomgyu buang sia-sia, ia langsung saja mengejar ayahnya berharap ayahnya mau berbicara dengannya barang sebentar saja, karena ada hal yang harus Beomgyu katakan.
"Ayah." Panggil Beomgyu,
Zee Cho berhenti, ia berbalik menatap Beomgyu. Beomgyu sengaja untuk memanggil 'ayah' dari pada 'Jenderal' ia tau jika ayahnya tidak akan berbalik jika ia panggil 'Jenderal'. Beomgyu sudah hafal sekali tabiat ayahnya ini jika sedang ngambek.
"Ayah, Gyu ingin berbicara sebentar dengan ayah. Hanya berdua, aku dan ayah."
Sampailah mereka berdua di taman luar gedung TSSI. Beomgyu berdiri di depan ayahnya yang duduk di kursi taman.
"Aku akan ikut apapun kemauan ayah, asal ayah tetap izinin aku buat berada di Agen5."
Zee Cho menghela nafas kasar, ia berniat bangkit dan pergi namun lagi-lagi Beomgyu menghentikannya.
"Termasuk kemauan ayah yang mau aku ga ikut campur dalam misi ayah."
Zee Cho menoleh dengan raut wajah kesal, "Kamu nyari mati ya?"
"Aku tau aku penyakitan, aku cuma bisa buat ayah sama mamah khawatir, aku cuma mau berguna buat ayah sama mamah."
"Kalau kamu mau berguna, diam dan istirahatlah dirumah, ikutin perihan ayah sama mamah."
"Dengan diam saja melihat ayah mati-matian mencarinya dan aku hanya diam melihat?"
"Ya, kau hanya perlu seperti itu-"
"Ayah anakmu ini juga bisa berjuang!"
Zee Cho diam tak bisa membalas
"Aku memang penyakitan tapi aku tidak lemah!"
"Aku tau ayah dan mamah berpikir yang terbaik untukku, tapi aku tau ini bukan yang terbaik untukku. Aku, cuma aku yang tau baik buruknya diriku. Setidaknya jika aku tak boleh membantu, jangan kurung aku dengan dalih melindungiku."
Sial, air mata Beomgyu turun begitu saja. Padahal ia sudah menguatkan diri untuk tidak menangis didepan ayahnya.
"Ayah tau dari mana kalau tujuan mereka cuma buat aku mati? bagaimana jika tujuan kecelakaan itu bukan untukku tapi untuk ayah, ayah harus ingat disini bukan aku saja yang jadi korban, ayah dan mamah juga, jadi tolong jangan hanya melindungiku tapi lindungi juga mamah dan diri ayah sendiri."
"Ayah sendiri yang bilang, jika korban ikut campur dalam penyelidikan itu namanya bunuh diri. Jika seperti itu, kita sudah bunuh diri dari awal penyelidikan karena ayah ikut turun langsung dalam penyelidikan. Ayah, bagaimana jika ini adalah rencana mereka yang ingin kita memunculkan diri kembali. Bagaimana jika kerja sama antar Jepang juga rencana mereka?"
Suara Beomgyu semakin kecil dan parau
"Dari awal kita tak pernah tau siapa yang kita lawan, jadi tolong,"
"Tolong jangan berjuang sendiri."
Beomgyu terduduk bertumpu pada kedua kakinya, ia menutup wajahnya dengan tangannya. suara isaknya gagal ia tahan dan berhasil terdengar ketelinga ayahnya.
Zee Cho hanya diam, menunduk membiarkan anaknya menangis didepan kakinya. Kedua tangannya terkepal, ia juga bingung keputusan apa yang harus ia buat. Zee Cho tau bagaimana anaknya ini sangat kuat, untuk bertahan sampai saat ini dengan paru-parunya yang terluka dan sulit untuk disembuhkan, Beomgyu benar-benar anak yang kuat. Tidak, anaknya tidak lemah.
*
*
AGEN5 ; {D124M4}
*
*
Mengingat percakapannya dengan sang anak membuat rasa penyesalan itu datang lagi. Penyesalan yang selalu menyelimutinya bertahun-tahun bahkan berpotensi selamanya. Percayalah Zee Cho tidak sejahat yang kita bayangkan, ia hanya takut, terlampau takut jika keputusannya akan berujung melapetaka bagi sang anak. Ia takut untuk hal-hal buruk yang akan terjadi kedepannya.
"Ayah."
Suara lembut sang anak memanggilnya
"Tolong jangan berpikir hal buruk yang belum terjadi, masa depan tidak ada yang tau, kita tak tau apakah hal baik atau hal buruk yang akan datang. Selagi kita berjuang, yakin bahwa hasil tak akan pernah mengkhianati usaha."
Kali ini biar Yeonjun yang berteriak kagum dalam hati, mendengar penuturan Beomgyu yang luar biasa itu. Seharusnya ini sudah cukup untuk menguatkannya.
"Kalian luar biasa, ku akui itu. Membantah keputusan Jenderal, kalian sangat berani." Ucapan Zee Cho lagi-lagi membuat mereka tertunduk kembali
"Selesaikan kasus SMA itu, dan datanglah lagi padaku untuk mendengar putusan akhirnya."
Mereka semua secara otomatis mengangkat kepalanya. Kedua mata mereka mulai berbinar mendengar penuturan Zee Cho, Mungkinkah akan ada kesempatan lagi.
"Selesaikan dalam dua hari, jika tidak kalian tau apa yang akan terjadi kan."
Zee Cho bangkit dari duduknya, membuat mereka semua secara otomatis ikut terbangun. Zee Cho berjalan menuju pintu keluar.
"Jenderal Han, pembicaraan kita belum selesai. Dan untuk kalian, ingat,"
Zee Cho membuka pintu, namun tubuhnya menghadap kearah mereka berlima.
"Putusan akhir nanti, siapapun yang masih membantah, maka aku tak akan segan-segan mengeluarkan kalian dari Agen5. Tidak, mungkin lebih dari itu, aku bisa mengeluarkan kalian dari TSSI."
Zee Cho menutup pintu itu dengan dirinya yang sudah berada diluar pintu. Tepat setelah pintu tertutup, tubuh mereka semua terduduk lemas diatas sofa. Sungguh sepertinya dewa keberuntungan masih mau membantu mereka, rasanya sangat sesak dengan percakapan hebat tadi.
Beomgyu menatap langit-langit atap ruangan yang didominasi warna putih itu, ia memejamkan matanya dan tersenyum kecil.
Beomgyu tau, ayahnya itu sangat baik.
*
*
AGEN5 ; {D124M4}
*
*
Beomgyu menatap heran, tepat saat memasuki gerbang sekolah, ia melihat banyak siswa siswi yang berkerumun sambil berbisik didepan pintu masuk lobby. Tiba-tiba dari arah kanan, datang Soobin sambil berlari kearahnya.
"Choi Beomgyu!!" teriak Soobin
Soobin memukul pundak Beomgyu beberapa kali sambil mengatur nafasnya,
"Apa? Kenapa?" Tanya Beomgyu yang mulai panik, entah mengapa perasaannya tiba-tiba saja tidak enak.
"Itu, itu,," Ucap Soobin sampil menunjuk kearah kerumunan didepannya
"KAKAKK!!"
Beomgyu refleks diam membeku saat mendengar suara seseorang yang sangat ia kenal sekaligus sangat ia hindari. Suara itu memecah kerumunan siswa didepannya, para siswa secara otomatis melihat kearahnya dan membuka pandangannya pada seseorang yang berteriak itu.
Kata-kata umpatan mulai terapal didalam hatinya, saat ia melihat rambut pendek itu, senyum khasnya yang mematikan dan suaranya yang dapat memecah gendang telinga.
"It-itu,, Jessica sepupu lu kan?" Ucap Soobin
"Mati gua." lirih Beomgyu
Disinilah Beomgyu dan Soobin berakhir, berdiri didepan meja kepala sekolah dengan Jessica yang duduk cantik di kursi sambil berbincang dengan Pak kepala sekolah. Kepala sekolah melihat Beomgyu dan Soobin heran dengan ekspresi wajah mereka berdua yang tak dapat dijelaskan.
"Saya masuk dikelas yang sama dengan kakak saya kan, Pak?"
Kepala Sekola tersenyum hangat dan mengangguk sebagai jawaban.
"Tapi, Pak. Kelas kami baru saja menerima murid pindahan kemarin, dan jumlah kelas kami sudah paling banyak diantara kelas IPA lainnya." Ucap Beomgyu dan Soobin yang mengangguk menyetujui.
"Apaansih, Kak." sinis Jessica
"Pak, waktu saya daftar pindah kesini, di surat penerimaan tercantum saya masuk dikelas yang sama dengan Kakak saya, ga bisa dong kalau harus tiba-tiba pindah."
Belum sempat Kepala Sekolah menjawab, Beomgyu kembali bersuara
"Ga bisa gitu dong, Pak. Kalau semua murid pindahan dilimpahkan ke kelas kita, nanti peluang jadi siswa eligible makin susah. Ga adil-"
"Kalau mau jadi siswa eligible ya harus belajar lah, ga ada hubungannya sama bertambahnya siswa di kelas."
"Eh ada ya!"
"Ga ada!!"
"Apasih sok tau, orang ada juga."
"Bapakk,,"
Jessica menatap Pak kepala sekolah dengan mata yang berkaca-kaca sambil menunjuk kearah Beomgyu. Sedangkan yang ditunjuk membuang muka
"Dasar cengeng." gumam Beomgyu yang sayangnya masih bisa didengar oleh Jessica
Jessica yang mendengar ejekan dari Beomgyu, menarik nafasnya panjang dan akan berteriak, namun belum sempat teriakannya menggelegar, Pak kepala sekolah langsung mengambil kendali
"Oke, baik, cukup, sudah tidak apa-apa, dek Jessica masuk kelas sesuai dengan yang tertera di surat penerimaan saja."
"Yeayyy.."
"Bapakkk!!"
Jessica menatap Pak kepala sekolah dengan ekspresi senangnya, berbeda dengan Beomgyu dan Soobin yang akan melontarkan bantahannya
"Sudah tidak ada bantahan lagi, silahkan Beomgyu dan Soobin tolong antar Jessica ke kelas, dan ingat pelajaran akan segera dimulai."
Dengan pasrah mereka berdua membungkuk memberikan salam, Beomgyu memegang kerah belakang baju Jessica seperti memegang seekor kucing, menuntunnya keluar dari ruangan.
Sepanjang perjalanan menuju kelas, Jessica tak henti-hentinya mengoceh.
"Kak Soobin ternyata tumbuh tinggi sekali ya, berbeda dengan Kak Beomgyu yang kecil mungil lucu gitu."
"Lucu matamu."
"Oh ya, Kak Soobin kita udah lama banget ga ketemu, terakhir ketemu waktu masih kecil dulu, aku inget ga sengaja dorong Kak Soobin sampai jatuh, terus kepalanya Kak Soobin luka, akhirnya Kak Soobin pulang sambil nangis."
Soobin tersenyum sambil membantin, "Ga sengaja apaan, padahal gua hampir mati cok gegara kena paku."
"Maaf ya Kak, dulu aku emang kurang hati-hati hehe, tapi kita masih temenan kan, Kak?"
"Jessica, lu bisa ga usah banyak bacot dulu ga? Pusing gua dengernya." Omel Beomgyu
"Apaan sih, aku lagi ngobrol sama Kak Soobin ya, ga ada aku ngobrol sama Kakak."
"Ya, lu ngomong disamping gua, secara otomatis kuping gua menerima tuh bacotan-bacotan yang lu lontarkan."
"Ihh, Kak Beomgyu ngeselin banget sih!"
Sampailah mereka didepan pintu kelas, dilihatnya belum ada guru yang masuk.
"Eh kalo masih banyak bacot ga akan gua izinin lu masuk ya. Gini-gini juga gua ketua kelas ya, anjir."
"Ck, iya-iya." Ucap Jessica sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal
Beomgyu masuk menuntun Jessica berdiri didepan kelas, menghadap para siswa yang langsung duduk dimejanya masing-masing. Belum sempat Jessica berucap untuk memperkenalkan diri, Beomgyu tiba-tiba menyela.
"Kenalin, murid pindahan lagi, dia sepupu gua, namanya Jessica, nama panjangnya gausah cari tau soalnya kepanjangan. Anaknya nakal juga keras kepala, tapi jangan digalakin ya soalnya dia cengeng."
Belum sempat Jessica protes, kepalanya didorong untuk membungkuk. "Salam kenal semuanya." ucapnya dengan suara kecil
"Loh, Jessica?"
Mendengar ada yang memanggil namanya, ia pun mengangkat kepalanya untuk melihat dari siapa sumber suara tersebut, ia pun cukup terkejut melihat seseorang yang ia kenali.
"Eh, Kak Hyunjin?!"
*
*
*
*
*
AGEN5 ; {D124M4}
*
*
*
*
*
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro