Kembali ke AGEN5
Keesokan harinya, Beomgyu duduk di ranjang rumah sakit dengan wajah masam, tangannya bersedekap di dada. Ia menatap Damien yang entah sejak kapan sudah duduk di kursi di hadapannya, tampak santai dengan kaki yang terlipat.
Damien menghela nafas, "Hey, hentikan acara ngambek mu itu."
"Apa yang kau lakukan di sini? Dan sejak kapan kau ada di Korea?" tanya Beomgyu dengan nada kesal.
Damien tersenyum tipis, tak terpengaruh oleh nada bicara keponakannya. "Kau tidak senang melihat Paman mu ini pulang, Gyu? Aku datang untuk memastikan kau tidak mati konyol di sini."
Beomgyu memutar matanya, lalu menghela napas panjang. "Bukannya aku tidak senang. Tapi kau bahkan tidak bilang apa-apa tentang kepulanganmu."
"Kalau aku bilang, kau pasti akan mencoba menghindariku, seperti dulu." balas Damien dengan nada bercanda, meskipun tatapan matanya menunjukkan kekhawatiran yang tulus.
Beomgyu hanya menggerutu sambil memalingkan wajahnya, tidak bisa membantah ucapan Damien.
Saat suasana mulai santai, pintu kamar tiba-tiba terbuka, menampilkan Yeonjun, Soobin, Taehyun, dan Hueningkai yang membawa kantong plastik berisi makanan dan barang-barang lain.
"Kami datang!" seru Hueningkai dengan senyum ceria, sementara yang lain hanya tersenyum kecil melihat Beomgyu duduk dengan wajah masam.
Beomgyu menatap mereka dengan malas. "Kenapa kalian kesini? Bukannya sedang bertugas?"
"Ey, kita tidak mungkin bertugas saat tahu teman kesayangan kita ini sedang di rumah sakit" balas Yeonjun sambil meletakkan kantong plastik di meja kecil di samping ranjang Beomgyu.
"Lagipula, kita punya banyak pertanyaan untuk pasien atas nama Choi Beomgyu ini." tambah Soobin dengan nada bercanda, meskipun nada serius mulai terlintas di balik ucapannya.
Setelah beberapa saat pembicaraan santai, Soobin mulai menceritakan bagaimana mereka mendapat telepon mendadak dari Beomgyu saat sedang menjalankan misi.
"Bayangin aja ya." kata Soobin sambil menatap Beomgyu, "Ini kita semua sedang berada di tengah tugas, lagi fokus mengawasi target, terus tiba-tiba lu nelepon gua dengan suara panik, minta gua datang sambil bawa bala bantuan ke rumah lu. Kebayang dong paniknya gua gimana, Gyu."
Yeonjun mengangguk setuju. "Gila, gua bahkan hampir lari dari posisi saat itu juga, pikiran gua udah jelek aja deh pokoknya."
Mendengar itu, Beomgyu hanya tersenyum kecut. "Yah, gua ngga ada pilihan lain. Situasinya benar-benar buruk, asli."
Damien yang sedari tadi diam, mulai memandang mereka dengan tatapan penuh tanya. "Tugas? Kalian sedang menjalankan tugas apa sampai ketua kalian sendiri tidak ikut dengan kalian?"
Suasana kamar langsung hening sejenak. Semua anggota AGEN5 saling bertukar pandang, terlihat ragu untuk menjawab. Akhirnya, Soobin yang berbicara.
"Paman... Beomgyu dikeluarkan dari tugasnya sementara dari AGEN5." kata Soobin pelan, mencoba memilih kata-katanya dengan hati-hati.
"Dikeluarkan?!" Damien mengangkat suaranya sedikit, membuat semua orang di ruangan menegang. "Siapa yang memutuskan itu?"
Soobin menunduk, lalu menjawab dengan enggan, "Jenderal besar."
Ekspresi Damien langsung berubah. Matanya menyipit, rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal erat di atas meja kecil. "Dia mengeluarkan Beomgyu dari tugas tanpa memberitahuku?!"
Beomgyu mencoba menenangkan pamannya. "Paman, aku yakin Ayah punya alasan. Lagipula, ini tidak permanen."
"Bukan soal itu, Gyu." balas Damien dengan nada dingin. "Ayahmu seharusnya memberitahuku. Kau adalah bagian dari AGEN5, tim yang aku bentuk. Kau bukan hanya anaknya, tapi juga anak didikku. Apa yang dia pikirkan, membuat keputusan sebesar ini tanpa berdiskusi denganku?"
Yeonjun, Soobin, Taehyun, dan Hueningkai hanya bisa diam, tidak berani menengahi pembicaraan Damien dan Beomgyu.
Damien berdiri dari kursinya, ekspresinya penuh dengan amarah. "Dia tahu betapa kerasnya kau bekerja untuk mencapai posisi ini, Gyu. Kau bukan orang yang hanya bisa dicoret begitu saja dari tim ini. Kalau dia ingin melindungimu, dia bisa melakukannya tanpa memengaruhi tim."
Melihat Damien yang marah, Beomgyu akhirnya berbicara dengan nada yang lebih lembut. "Paman, aku tahu Ayah salah tidak memberitahumu. Tapi aku juga tahu dia hanya ingin aku aman. Setelah kejadian itu, aku mengerti kenapa dia membuat keputusan ini."
Damien memandang Beomgyu dengan tajam, lalu menghela napas panjang. "Kau selalu mencoba mengerti semua orang, ya? Bahkan ketika itu menyakitimu."
Beomgyu tersenyum kecil. "Bukankah itu yang Paman ajarkan dulu? Untuk melihat sesuatu dari semua sisi sebelum mengambil keputusan?"
Damien terdiam, lalu tersenyum tipis. "Kau memang selalu anak yang paling pintar di antara mereka."
Hueningkai, yang sedari tadi diam, tiba-tiba berkata dengan nada riang, "Kak Gyu memang pintar, tapi dia juga keras kepala. Sama seperti Paman Damien."
Tawa kecil terdengar dari semua orang di ruangan itu, mengurangi ketegangan yang sempat muncul.
Damien akhirnya duduk kembali di kursinya, menatap keempat anggota AGEN5 dan keponakannya dengan rasa bangga yang sulit disembunyikan.
"Kalian semua benar-benar membuatku merasa tua. Tapi aku senang melihat kalian tetap menjadi tim yang solid, tidak peduli apa yang terjadi."
Ia menatap Beomgyu yang kini terlihat sedikit lebih rileks, tetapi Damien tahu di dalam hati keponakannya masih merasa terganggu oleh keputusan Zee Cho.
Damien menghela napas panjang, lalu berkata dengan nada yang lebih tenang tetapi tegas, "Keputusan ayahmu untuk mengeluarkanmu dari AGEN5, menurutku adalah langkah yang salah."
Beomgyu mengerutkan kening, "Paman, Ayah hanya ingin melindungiku. Kau sendiri tahu situasinya sudah terlalu berbahaya."
Damien mengangkat tangannya, menghentikan Beomgyu sebelum ia bisa melanjutkan. "Aku mengerti niatnya, tapi aku rasa dia tidak memikirkan konsekuensi dari langkah itu. Kau sudah menjadi target, Gyu. Eclipse tidak akan berhenti hanya karena kau tidak lagi terhubung dengan TSSI atau AGEN5. Mereka tahu siapa dirimu, siapa keluargamu, dan apa yang kau mampu lakukan. Itu fakta yang tidak akan berubah."
Keempat anggota AGEN5 lainnya saling bertukar pandang, setuju dengan ucapan Damien.
Damien melanjutkan, "Kalau alasan Ayahmu adalah untuk melindungimu, maka melepaskanmu dari AGEN5 dan TSSI justru langkah yang kurang tepat. Kau akan lebih rentan tanpa pengawasan langsung dari tim ini. Setidaknya jika kau berada di sini, kau berada di tempat yang aman, dengan perlindungan maksimal."
"Tapi..." Beomgyu mencoba membantah, tetapi Damien kembali memotongnya.
"Dengarkan aku dulu, bocah. Kau adalah salah satu orang terpintar yang pernah kulatih. Kepintaranmu bukan hanya tentang strategi di lapangan, tapi juga cara berpikir cepat dan menemukan solusi. Tim ini membutuhkanmu, bahkan jika kau tidak bisa turun ke lapangan. Ada banyak hal yang bisa kau lakukan dari sini-mengumpulkan data, menganalisis situasi, memandu tim dari jauh. Itu jauh lebih aman daripada membiarkanmu terisolasi, seperti yang diinginkan ayahmu."
Damien berdiri dari kursinya, menatap Beomgyu dan anggota AGEN5 dengan tatapan penuh tekad. "Aku akan berbicara dengan Ayahmu. Ini bukan hanya tentang kau, Gyu, tapi juga tentang bagaimana kita menghadapi Eclipse. Jika dia ingin melindungimu, maka ini bukan caranya. Kau lebih berguna di sini, di tempat yang aman, sambil tetap membantu misi ini dari belakang."
Yeonjun, yang biasanya santai, angkat bicara. "Aku setuju dengan Paman Damien. Beomgyu selalu menjadi otak dari tim ini. Tanpa dia, kita kehilangan bagian penting dari strategi kita."
Soobin mengangguk. "Itu benar."
Hueningkai menambahkan dengan nada polos, "Lagipula, Kak Gyu selalu punya rencana cadangan untuk segalanya. Kami benar-benar butuh dia."
Damien tersenyum kecil, meskipun pikirannya sudah terpaku pada percakapan yang akan ia lakukan dengan Zee Cho. "Kalian semua benar. Dan aku tidak akan membiarkan keputusan yang tidak tepat ini menghancurkan tim yang sudah kubentuk dengan susah payah."
Beomgyu terdiam sejenak, memikirkan kata-kata Damien. Ia tahu pamannya benar-Eclipse tidak akan berhenti mengejarnya hanya karena ia tidak lagi menjadi bagian dari TSSI. Tapi di sisi lain, ia juga tahu Ayahnya hanya ingin melindunginya.
Dengan nada pelan, Beomgyu akhirnya berkata, "Jika Paman bisa meyakinkan Ayah, aku akan melakukan apa pun untuk membantu dari sini. Aku juga tidak bisa hanya diam sementara semua rekanku mengambil risiko."
Damien tersenyum puas. "Itu yang ingin kudengar dari seorang ketua. Jangan khawatir. Aku akan berbicara dengan Ayahmu. Percayalah, dia akan mendengarkan."
Saat Damien melangkah keluar dari ruangan, ia menoleh kembali ke arah Beomgyu, Yeonjun, Soobin, Taehyun, dan Hueningkai. Dalam hati, ia merasa bangga melihat tim ini tetap solid meskipun berada di bawah tekanan besar. Dengan langkah tegas, Damien menuju ruangan Zee Cho, bersiap untuk mengajukan argumen terkuatnya demi keponakannya dan demi masa depan AGEN5.
AGEN5 ; {D124M4}
Di ruang rapat utama gedung TSSI, suasana terasa berat. Jenderal Han berdiri di depan meja besar yang dikelilingi oleh para perwira tinggi militer dan agen senior. Di antara mereka, Zee Cho duduk dengan wajah tegang, tangannya mengepal di atas meja.
Rapat kali ini membahas hasil dari penangkapan para pelaku yang menyerang rumah Zee Cho. Diperkirakan lebih dari dua puluh orang yang terlibat, hanya dua yang berhasil ditangkap hidup-hidup. Namun, hingga saat ini, kedua pelaku tersebut masih bungkam.
"Dua orang yang selamat itu sudah kami interogasi secara intensif." ujar salah satu agen senior sambil membuka dokumen di hadapannya. "Namun mereka menolak bekerja sama. Bahkan ancaman hukuman mati tidak membuat mereka berbicara."
Zee Cho menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan wajah muram. "Mereka pasti dilatih untuk tidak membuka mulut, bahkan di bawah tekanan. Orang-orang ini bukan penjahat biasa. Mereka adalah profesional."
Jenderal Han mengangguk setuju. "Kami juga menemukan beberapa petunjuk dari peralatan mereka. Semua peralatan yang digunakan adalah buatan luar negeri, sebagian besar berasal dari jalur pasar gelap di Eropa Timur. Ini menunjukkan bahwa kita berhadapan dengan jaringan besar yang memiliki sumber daya luar biasa."
Suasana di ruangan semakin tegang. Semua orang menyadari bahwa Eclipse bukanlah ancaman kecil, dan serangan ke rumah Zee Cho hanyalah permulaan.
Tiba-tiba, pintu ruang rapat terbuka dengan suara keras, membuat semua orang menoleh. Damien melangkah masuk dengan langkah mantap, wajahnya menunjukkan ketegasan.
Zee Cho langsung berdiri dari kursinya, ekspresinya berubah menjadi marah. "Damien! Apa yang kau lakukan di sini?! Kau seharusnya berada di rumah sakit bersama Beomgyu!"
Damien tetap tenang meskipun tatapan tajam Zee Cho tertuju padanya. "Beomgyu baik-baik saja. Dia dijaga ketat oleh tim terbaikmu di rumah sakit. Aku di sini karena ada hal yang harus kubicarakan."
"Hal yang harus kau bicarakan?" Zee Cho mengangkat suaranya. "Aku sudah bilang padamu bahwa musuh kita bukan orang sembarangan! Kau tahu itu, Damien. Aku tidak bisa mempercayai penjaga biasa untuk melindungi Beomgyu. Kau seharusnya ada di sana, berjaga di sisinya!"
Damien menghela napas panjang sebelum menatap kakaknya dengan serius. "Kak, aku mengerti kekhawatiranmu. Tapi mari kita jujur di sini-mengeluarkan Beomgyu dari AGEN5 tidak akan membuatnya lebih aman. Kau tahu itu sebaik aku."
Ruangan menjadi hening. Semua orang menatap Damien dengan bingung, termasuk Jenderal Han, yang kini menyandarkan tubuhnya ke kursi, menunggu kelanjutan percakapan ini.
Damien melanjutkan, "Eclipse sudah menargetkan Beomgyu. Mengeluarkannya dari TSSI tidak akan mengubah fakta itu. Jika kau ingin melindunginya, kak, kau harus memberinya tempat di mana dia bisa benar-benar aman. Dan tidak ada tempat yang lebih aman daripada di sini, di bawah pengawasan TSSI, dengan pengawasan penuh dari timnya sendiri-AGEN5."
Zee Cho mengepalkan tangannya, terlihat jelas bahwa ia sedang mencoba menahan emosi. "Aku mengambil keputusan itu untuk melindunginya. Beomgyu sudah terlalu banyak berkorban, Damien. Aku tidak akan membiarkan dia mati demi tugas ini."
Damien mendekati meja, menatap langsung ke arah Zee Cho. "Aku juga tidak ingin Beomgyu mati, Kak. Tapi kau harus paham, menjauhkannya dari timnya hanya akan membuatnya lebih rentan. Kau tahu betapa pintarnya dia, betapa pentingnya dia untuk tim ini. Kau juga tahu dia tidak akan tinggal diam. Daripada menyuruhnya bersembunyi, lebih baik biarkan dia bekerja dari belakang. Dia bisa membantu tanpa berada di garis depan."
Jenderal Han, yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Damien punya poin yang masuk akal, Jenderal. Jika kita menjauhkan Beomgyu dari misi ini, itu tidak akan menghentikan masalah yang akan datang padanya. Tapi jika kita memanfaatkan kecerdasannya untuk mendukung tim dari tempat yang aman, kita justru bisa mengurangi risiko."
Zee Cho memandang Jenderal Han dengan tatapan tajam, tetapi tidak berkata apa-apa.
"Selain itu." lanjut Damien, "kau tidak bisa terus membuat keputusan besar seperti ini tanpa berdiskusi denganku. Aku melatih Beomgyu dan timnya selama bertahun-tahun. Aku tahu mereka lebih baik daripada siapa pun, termasuk kau."
Zee Cho menatap Damien dengan wajah serius, tangannya diletakkan di meja rapat sambil mengepalkan jemarinya. "Damien, kau tahu aku menghargai pandanganmu, tapi aku tidak akan berubah pikiran begitu saja. Beomgyu tidak dalam kondisi baik. Kau sendiri bisa melihatnya, bukan? Kondisinya rentan memburuk. Apa kau pikir aku tega membiarkan dia terus berjuang sampai tubuhnya yang akan menyerah?"
Damien menatap kakaknya, rahangnya mengencang mendengar nada emosional Zee Cho. Namun, ia menahan diri untuk tidak menyela.
Zee Cho melanjutkan dengan nada yang lebih dalam, hampir seperti bisikan yang menggema di ruangan, "Kau tahu, Damien, alasan aku memberhentikannya dari AGEN5 bukan hanya semata-mata untuk melindunginya dari Musuh. Tapi juga memberinya waktu untuk beristirahat. Aku tahu betul sifat anakku-dia keras kepala, selalu memaksakan diri meskipun tubuhnya sudah menyerah. Berapa kali dia harus berakhir di rumah sakit sampai kau atau aku bisa mengatakan 'cukup'?"
Damien terdiam sejenak, sementara Jenderal Han dan anggota rapat lainnya memilih untuk tidak ikut campur dalam percakapan yang mulai sarat emosi itu.
"Aku tidak tahan, Damien." lanjut Zee Cho dengan suara yang sedikit bergetar. "Aku tidak tahan melihat anakku, satu-satunya anakku, kembali terluka atau lebih buruk lagi. Aku tidak peduli betapa keras kepala atau pintarnya dia. Aku hanya ingin dia hidup... itu saja."
Suasana ruangan menjadi sunyi. Damien menghela napas panjang, lalu menatap Zee Cho dengan ekspresi lembut, berbeda dari biasanya.
"Kak, berapa kali harus ku katakan, aku sangat mengerti kekhawatiranmu." katanya pelan, nadanya lebih tenang. "Aku tahu kau tidak ingin melihatnya terluka lagi, dan aku pun tidak ingin melihat itu. Tapi kau harus ingat sesuatu."
Damien berjalan mendekat ke arah Zee Cho, lalu berbicara lebih dalam. "Kau ingat janji yang aku buat dulu, bukan? Ketika aku membawa Beomgyu masuk ke dalam lingkup ini, aku berjanji padamu untuk menjaganya. Untuk melindunginya."
Zee Cho mengangkat wajahnya, matanya bertemu dengan tatapan serius Damien.
"Aku tidak pernah melupakan janji itu, Kak." lanjut Damien. "Aku tidak akan pernah membiarkan Beomgyu menderita lebih dari yang seharusnya. Tapi kau tahu apa yang aku pelajari selama bertahun-tahun melatih dia? Beomgyu tahu dia lemah. Dia tahu tubuhnya tidak sekuat orang lain. Tapi dia juga tahu, bahwa dia tidak bisa diam saja. Dia berjuang bukan untuk dirinya sendiri, tapi untukmu, Kak. Untuk kita semua."
Damien berhenti sejenak, mengambil napas, sebelum melanjutkan dengan suara yang lebih tegas. "Dia tahu dia tidak bisa menjadi yang terkuat, maka dari itu dia berusaha menjadi yang terbaik dalam hal yang dia bisa. Kau tahu itu. Kau bahkan melihatnya sendiri."
Zee Cho menundukkan wajahnya, pikirannya melayang ke masa-masa di mana ia melihat putranya tumbuh. Beomgyu yang kecil, rapuh, tetapi memiliki semangat yang luar biasa besar. Setiap kali ia terjatuh, ia bangkit lagi, bahkan ketika tubuhnya hampir tidak mampu berdiri.
"Kak." suara Damien kembali memecah keheningan, "aku tidak di sini untuk melawan keputusanmu. Tapi aku ingin kau mempertimbangkan ini. Beomgyu tidak akan pernah berhenti berusaha, bahkan jika kau memaksanya keluar dari AGEN5. Dia akan terus mencari cara untuk membantu, karena itulah dia. Tapi daripada membiarkannya berjuang sendirian, bukankah lebih baik kita memberinya lingkungan di mana dia bisa aman? Di mana dia bisa membantu tanpa harus berada di garis depan?"
Zee Cho masih terdiam, tetapi Damien bisa melihat bahwa kata-katanya mulai menembus dinding keras yang dibangun kakaknya.
Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, Zee Cho akhirnya mengangkat wajahnya, tatapannya penuh dengan campuran rasa khawatir dan pengertian. Ia menatap Damien, lalu menghela napas berat.
"Kau benar." katanya akhirnya, suaranya terdengar lemah. "Aku tahu Beomgyu seperti itu. Aku hanya... aku hanya tidak ingin kehilangan dia, Damien."
Damien tersenyum kecil, langkahnya maju mendekati Zee Cho. "Kau tidak akan kehilangan dia, Kak. Aku janji. Kita tidak akan membiarkan itu terjadi."
Zee Cho terdiam lagi, lalu menambahkan dengan nada yang lebih tegas. "Baik. Aku akan mengizinkan Beomgyu untuk kembali ke AGEN5. Tapi aku punya syarat."
Damien mengangkat alisnya. "Apa syaratmu?"
"Kau harus bergabung dengan tim sebagai pengawas, bersama dengan Jenderal Han." jawab Zee Cho.
Damien tersenyum, rasa bangga dan lega tergambar jelas di wajahnya. "Kau punya kesepakatan, Kak."
Jenderal Han mengangguk dari kursinya. "Saya setuju dengan itu. Tim ini adalah aset penting, dan saya akan memastikan semuanya berjalan sesuai rencana."
Damien kembali ke kursinya dengan senyum kecil di wajahnya. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir, ia merasa bahwa semuanya mulai berada di jalur yang benar.
"Terima kasih, Kak." katanya pelan.
AGEN5 ; {D124M4}
Chapter kali ini pun aman yagesyaaa
Persiapan menuju chapter selanjutnya yang pastinya akan lebih menegangkan, dimana kita akan melihat AGEN5 dalam formasi lengkap, YEAY!!!
Jangan lupa vote dan komen biar aku makin semangat nulis, dan sampai jumpa di chapter selanjutnya!!
>_<
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro