Belum Selesai
"Kita ketemu lagi, Kak." sapanya dengan nada yang ceria.
Hyunjin mengernyit. "Jessica? Apa yang kamu lakukan di sini?"
Jessica tertawa kecil sambil menjinjing tasnya. "Sekarang aku sekolah di sini. Surprise!"
"Kenapa pindah?" tanyanya datar, meskipun ada sedikit rasa penasaran.
Jessica mengangkat bahu. "Aku cuma butuh suasana baru. Tapi nggak nyangka banget kakak juga di sini. Dunia sempit ya?"
Hyunjin hanya mengangguk, mencoba terlihat santai. Namun, dalam pikirannya, ada perasaan canggung. Jessica adalah anak dari keluarga yang cukup terpandang, dan meskipun mereka pernah kenal lewat relasi orang tua mereka, ia tak pernah benar-benar dekat dengannya. Sifat Jessica yang blak-blakan dan percaya diri selalu membuat Hyunjin merasa... aneh.
Beomgyu duduk bersama teman-temannya di kantin ketika Jessica datang dengan santai dan langsung duduk di sampingnya.
"Wow, Kak! Sekolahmu ini cukup bagus, tapi nggak ada AC di kantin. Aduh, nggak biasa." ucapnya, membuat semua orang di meja menatap heran.
Yeonjun menoleh ke Beomgyu. "Siapa dia? Pacar baru lo?"
Jessica tertawa keras, sementara Beomgyu mendesah panjang. "Bukan. Ini sepupu gue. Jessica."
"Jessica?" Huening Kai tiba-tiba menyela. "Eh, apa dia yang bikin kucing tetanggamu overdosis susu sapi itu?"
Jessica memutar bola matanya sambil terkekeh. "Oke, itu kecelakaan! Lagian, kucing itu rakus banget."
Di sisi lain kantin, Hyunjin mengamati Jessica dari jauh. Ia tak tahu kenapa, tetapi ada sesuatu tentang kehadirannya yang membuatnya merasa tidak nyaman.
"Jessica." panggil Beomgyu, memecah keheningan.
Jessica mendongak dengan alis terangkat. "Hmm? Ada apa?"
Beomgyu menatapnya serius. "Gue mau tahu sesuatu. Lo kenal Hyunjin dari mana?"
Jessica terdiam sejenak, lalu menghela napas, seolah sudah menduga pertanyaan itu akan muncul. "Emangnya ada apa?"
"Gapapa, nanya aja. Soalnya Hyunjin juga baru pindah beberapa hari yang lalu." jawab Beomgyu
"Aku sama Kak hyunjin pernah satu sekolah di jepang. Dia Kakak kelasku, itu waktu sekolah menengah pertama, sempet deket juga karna pernah satu ekskul juga."
Beomgyu mengangguk paham, selain ia yang mendengarkan, teman-temannya pun ikut mendengarkan.
-AGEN5 ; {D124M4}-
Bel tanda pulang sekolah sudah berbunyi sejak 15 menit lalu, tetapi Beomgyu dan Jessica masih berdiri di depan gerbang sekolah. Beomgyu terlihat tidak sabar sambil melirik jam tangannya berulang kali. Di sisi lain, Jessica asyik dengan ponselnya, mengetik sesuatu dengan senyum kecil yang membuat Beomgyu penasaran.
Ponsel Beomgyu tiba-tiba bergetar. Ia merogoh saku dan melihat nama yang tertera di layer, 'Jenderal Han'. Dengan cepat, ia mengangkat panggilan itu.
"Beomgyu, kau harus datang ke markas sebelum sidang dimulai besok." suara berat Jenderal Han terdengar dari seberang.
"Baik, Jenderal." jawab Beomgyu singkat. "Tapi sebelum itu, aku ingin bertemu Sakura dulu. Ada beberapa hal yang perlu aku bicarakan dengannya."
Jenderal Han terdiam sejenak sebelum berkata, "Baiklah. Tapi jangan terlalu lama. Kau tahu pentingnya sidang besok, kan?"
"Ya, saya tahu." jawab Beomgyu sambil melirik Jessica yang mulai bosan berdiri di sebelahnya. "Saya akan pastikan semuanya beres sebelum sidang."
Setelah panggilan itu berakhir, Beomgyu memasukkan ponselnya ke dalam saku dan menatap Jessica. "Gua harus pergi ke markas nanti malam."
Jessica mendongak. "Kenapa? Ada masalah serius?"
Beomgyu hanya menggeleng. "Bukan apa-apa, nanti gua titip Bunda ya. Soalnya ayahnya juga belum tentu pulang nanti malam." pinta Beomgyu
"Aman, kak." jawab Jesicca
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil hitam meluncur mendekati gerbang. Supir pribadi keluarga Beomgyu keluar, membuka pintu untuk mereka berdua. "Tuan muda, nona, maaf atas keterlambatannya."
Jessica langsung masuk ke dalam mobil tanpa berkata apa-apa, sementara Beomgyu masih berdiri di luar. Ia merasakan sesuatu yang aneh, seolah ada yang memperhatikan dari kejauhan.
Pandangannya menyapu sekeliling area, namun tidak ada yang mencurigakan, hanya kerumunan siswa lain yang pulang ke rumah masing-masing.
"Kak, ngapain bengong? Ayo masuk!" seru Jessica dari dalam mobil.
Namun, perasaan itu tidak hilang. Beomgyu merasakan pandangan tajam yang menusuk dari arah belakang. Dia hampir memutuskan untuk berjalan ke arah itu dan memeriksanya, tapi suara Jessica memanggil lagi.
"Ish, Kak Beomgyu, mau di sini sampe gelap? Masuk, cepetan!"
Beomgyu mendesah, menyerah pada dorongan sepupunya. Ia melangkah masuk ke dalam mobil, tapi tetap tidak bisa menyingkirkan perasaan tidak nyaman itu. Mobil pun melaju, meninggalkan gerbang sekolah.
-AGEN5 ; {D124M4}-
Malam telah larut ketika Beomgyu tiba di markas AGEN5. Lorong-lorong yang biasanya sunyi mendadak terasa hidup dengan aktivitas dari teman-temannya. Taehyun sibuk di depan layar komputer, memeriksa data terbaru yang berhasil mereka dapatkan. Huening Kai duduk di sudut, menulis sesuatu di buku catatannya. Sementara Soobin dan Yeonjun terlihat berbicara serius di meja briefing. Meskipun suasana terasa santai, aura ketegangan masih menyelimuti ruangan.
Saat Beomgyu berjalan melewati mereka, hanya anggukan singkat yang menjadi sapaan. Ia tahu malam ini bukan waktu untuk basa-basi.
"Beomgyu." panggil suara berat yang familiar. Jenderal Han mendekat dengan langkah tegap, menepuk bahu Beomgyu. "Kau sudah datang. Ayo, kita masuk ke ruang interogasi. Sakura sudah menunggu."
Beomgyu mengangguk, namun sebelum mengikuti Jenderal Han, ia berkata dengan nada serius, "Jenderal, saya punya permintaan."
Jenderal Han mengangkat alis. "Apa itu?"
"Saya ingin percakapan saya dengan Sakura berlangsung tanpa gangguan. Tidak ada pengawasan kamera, kecuali alat perekam suara yang saya gunakan sendiri. Tapi saya tidak ingin Sakura tahu soal ini."
Jenderal Han memandang Beomgyu dengan penuh pertimbangan. "Kenapa harus seperti itu?"
"Saya ingin percakapan ini berjalan lancar. Saya butuh dia merasa tidak diawasi agar dia lebih terbuka. Kalau ada kamera atau pengawasan lain, dia pasti merasa tertekan dan menutup diri."
Jenderal Han diam sejenak, lalu mengangguk setuju. "Baiklah, tapi ingat, kau hanya punya waktu 30 menit. Setelah itu, aku akan masuk untuk memastikan semuanya berjalan aman."
"Terima kasih, Jenderal." ucap Beomgyu sambil memasukkan alat perekam suara kecil ke dalam sakunya dengan gerakan halus. Ia tahu risiko yang diambilnya besar, tetapi dia harus mencoba.
Beomgyu pun memasuki ruangan dengan menggunakan masker yang menutupi setengah wajahnya.
Ruang interogasi itu kecil dan sederhana, dengan dinding abu-abu polos dan meja logam di tengahnya. Sakura duduk di salah satu kursi, tangannya terlipat di depan dada. Wajahnya tampak tenang, tetapi Beomgyu bisa melihat kegelisahan yang tersembunyi di matanya.
Ketika Beomgyu masuk, ia menarik kursi dan duduk di hadapan Sakura. Tidak ada salam atau basa-basi. Beomgyu langsung menatapnya, mencoba membaca pikirannya.
"Kau ingin bicara denganku, kan?" tanya Sakura akhirnya, memecah keheningan.
Beomgyu mengangguk pelan. "Aku hanya ingin beberapa jawaban."
Sakura tersenyum kecil, tetapi senyum itu tidak sampai ke matanya. "Jawaban? Bukankah polisi sudah menanyakan semuanya?"
"Aku tidak butuh jawaban formal, Sakura. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tahu kau menyembunyikan sesuatu."
Sakura memutar matanya. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, dan jangan memanggil namaku seperti itu seolah-olah kau mengenalku."
"Aku memang mengenalmu." potong Beomgyu, ia pun tanpa ragu melepaskan maskernya, dan betapa terkejutnya Sakura melihat itu.
"Beomgyu?! Bagaimana bisa-"
"Aku ingin mengetahui kebenarannya sebelum menjadi saksi dipersidangan nanti."
Sakura mengerutkan keningnya bingung, "Saksi? Apa kau akan menjadi saksi dipersidanganku?"
Beomgyu mengangguk, "Ya, aku adalah seseorang yang melihatmu naik ke tangga rooftop sekolah."
Sakura terdiam, ia kembali menundukkan wajahnya. "Jadi, itu kau." ucapnya lirih
"Sakura, aku bisa untuk diam saja saat dipersidangan, namun aku juga perlu tau kejujuranmu, tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Kau tidak perlu takut, tidak ada kamera disini, aku meminta mereka untuk mematikannya."
Lagi, Sakura hanya diam tak menanggapi perkataan Beomgyu.
"Tolong jangan buat ini lebih sulit dari yang seharusnya." kata Beomgyu, suaranya terdengar lebih tegas. "Aku tahu kau adalah orang terakhir yang terlihat bersama Ryujin sebelum dia jatuh. Dan aku juga tahu bahwa kau punya hubungan dengan kakakmu, Asahi Miyawaki, yang ditemukan tewas di dekat restoran. Dua hal itu tidak mungkin kebetulan."
Sakura membeku, tangannya mengepal erat di atas meja. "Aku tidak membunuh Ryujin." ucapnya pelan, hampir seperti bisikan. "Dan aku tidak tahu siapa yang melukai kakakku."
Beomgyu mencondongkan tubuhnya ke depan, suaranya melunak. "Aku percaya padamu, Sakura. Tapi jika kau tidak memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana aku bisa membantumu?"
Air mata mulai menggenang di mata Sakura, tetapi dia menahannya. "Ryujin... dia... dia memergoki sesuatu yang seharusnya dia tidak lihat. Dan aku tidak bisa menghentikannya," ucapnya dengan suara bergetar.
"Apa yang dia lihat?" tanya Beomgyu dengan sabar.
Sakura terdiam beberapa saat, lalu berkata dengan pelan, "Ryujin tahu tentang sesuatu yang dilakukan kakakku. Aku tidak tahu persis apa, tapi itu sesuatu yang berbahaya. Dia berencana untuk melaporkannya. Aku mencoba menghentikannya, tapi dia tidak mau mendengarkan."
Beomgyu mempersempit matanya. "Apa hubungan ini dengan kakakmu yang ditemukan tewas di dekat restoran?"
Sakura menggeleng cepat. "Aku tidak tahu! Kakakku mungkin terlibat dengan orang-orang yang tidak seharusnya. Tapi aku tidak tahu apa-apa tentang itu. Aku hanya tahu bahwa Ryujin menjadi target setelah dia tahu terlalu banyak."
Beomgyu menatap Sakura dengan tajam. "Siapa yang menjadi target Ryujin? Apa mereka yang bertanggung jawab atas kematiannya?"
Sakura menggigit bibirnya, ragu untuk menjawab. "Aku tidak yakin... tapi aku mendengar sesuatu. Sebuah nama. 'Eclipse.' Aku tidak tahu apa artinya, tapi kakakku sering menyebutnya. Dan aku yakin itu ada hubungannya dengan semua ini."
Setelah 30 menit, Beomgyu keluar dari ruangan dengan kepala penuh pikiran. Jenderal Han menunggunya di luar.
"Bagaimana?" tanya Jenderal Han.
Beomgyu menghela nafas. "Sepertinya kasus ini tidak dangkal seperti yang terlihat"
"Kita tak bisa melakukan penyelidikan lagi, Beomgyu. Sidang akan dimulai besok."
Beomgyu meremat alat perekam suara yang ia sembunyikan, "Aku tau, Jenderal. Kita tidak bisa menghentikan jalan persidangan."
-Agen5 ; {D124M4}-
Hari itu, ruang sidang dipenuhi keheningan yang mencekam. Semua pasang mata tertuju pada Sakura yang berdiri di kursi terdakwa. Tubuhnya tampak gemetar, tetapi wajahnya tetap menunjukkan ekspresi dingin. Ia telah mengakui bahwa dialah yang mendorong Ryujin dari atap sekolah, tindakan yang langsung membuatnya dijatuhi hukuman penjara.
Beomgyu duduk di barisan penonton, menyaksikan jalannya persidangan dengan hati yang terasa berat. Meski semua bukti mengarah pada Sakura dan kasus dinyatakan selesai, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Aku akan menyerahkan diriku besok, Beomgyu."
"Kenapa?! Jika kau memang tidak bersalah, aku bisa membuktikan kau tidak bersalah."
Sakura menggeleng, "Aku tidak ingin berurusan lagi dengan semua ini. Aku, takut."
Beomgyu memegang kedua pundak Sakura, "Aku bisa melindungimu, kau akan baik-baik saja-"
"Tidak."
"Beomgyu kau tidak bisa menghentikan ini, kau lihat kakakku, kau lihat Ryujin. Aku... Aku tidak ingin mati seperti mereka."
"Sakura-"
"Beomgyu! Akulah yang telah mendorong Ryujin, aku yang membunuhnya, jadi akukah yang bersalah disini." Sakura mulai meninggikan suaranya, ia mulai menghakimi dirinya sendiri sebagai pembunuh atas kematian Ryujin.
"Jangan menghentikanku di persidangan nanti, Beomgyu. Atau kau yang akan menjadi target selanjutnya."
Ruang sidang pagi itu terasa penuh sesak, meskipun semua orang menjaga keheningan. Para wartawan menunggu di luar gedung, berharap mendapatkan momen dramatis dari persidangan yang sudah menjadi sorotan media. Ryujin, yang sebelumnya dianggap korban dari insiden tragis, kini dinyatakan bersalah atas pembunuhan Asahi Miyawaki, kakak dari Sakura.
Sakura sendiri duduk di kursi terdakwa dengan kepala tertunduk. Sejak awal, ia menolak berbicara kecuali saat mengaku telah mendorong Ryujin dari atap sekolah. Pengakuannya membuat semua orang di ruang sidang terkejut, kecuali Beomgyu dan teman-temannya, yang duduk di barisan penonton bersama anggota tim AGEN5 lainnya.
Satu per satu saksi dipanggil untuk memberikan keterangan. Guru, teman sekelas, hingga polisi yang menemukan bukti utama dimintai penjelasan. Ketika giliran Beomgyu tiba, seseorang menghampiri hakim memberitahunya bahwa Beomgyu tidak akan menjadi saksi dalam persidangan ini.
Ketegangan memuncak ketika giliran Sakura untuk memberikan pembelaan. Semua orang menunggu dengan napas tertahan, berharap mendapat penjelasan yang lebih jelas dari pengakuannya. Namun, ketika hakim menanyakan mengapa ia mendorong Ryujin dari atap, Sakura hanya menjawab dengan suara dingin.
"Ryujin pantas mendapatkannya."
Hakim mengernyit. "Apa maksud Anda, Nona Miyawaki? Anda harus memberikan alasan yang lebih spesifik. Jika ini pembalasan atas kematian kakak Anda, itu bisa menjadi bagian dari pembelaan Anda."
Sakura menggelengkan kepala perlahan. "Itu tidak ada hubungannya dengan pembelaan. Saya mendorongnya karena itu yang harus saya lakukan."
"Harus Anda lakukan? Bisakah Anda menjelaskan lebih rinci apa yang Anda maksud?" desak hakim.
Namun Sakura tetap diam. Ia menundukkan kepala, menolak berbicara lebih jauh. Bahkan ketika jaksa mencoba memancingnya dengan pertanyaan-pertanyaan tentang hubungan Ryujin dan Asahi, Sakura tidak memberi respon apa pun.
Dari tempat duduknya, Beomgyu merasa hatinya semakin berat. Ia tahu apa yang dilihatnya—Sakura memang menaiki tangga menuju atap sebelum Ryujin jatuh. Tapi mengapa Sakura melakukannya? Kenapa ia bersikeras tetap diam dan tidak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi?
Beomgyu menatap Sakura. Dalam hati, ia tahu alasan sebenarnya. Jika ia bersaksi, kesaksiannya mungkin akan menambah beban hukuman untuk Sakura, tapi itu tidak akan mengungkap alasan sebenarnya di balik tindakan Sakura. Karena Sakura sendiri menolak menjelaskan, apapun yang Beomgyu katakan hanya akan menjadi penegasan bahwa Sakura bersalah.
Namun, yang paling mengganggu Beomgyu adalah perasaan bahwa Sakura menyembunyikan sesuatu yang jauh lebih besar daripada sekadar pembalasan atas kematian kakaknya.
Setelah deliberasi panjang, hakim akhirnya mengetuk palu dan memutuskan hukuman untuk Sakura.
"Nona Miyawaki Sakura, pengadilan telah memutuskan bahwa Anda bersalah atas tindakan pembunuhan terhadap Shin Ryujin. Anda dijatuhi hukuman penjara selama 15 tahun dengan kemungkinan pembebasan bersyarat setelah 10 tahun. Sidang selesai."
Hakim mengetuk palu, dan suara riuh mulai memenuhi ruang sidang.
Beomgyu keluar dari ruang sidang dengan kepala penuh pertanyaan. Meski kasus Ryujin dinyatakan selesai, ia merasa ada banyak hal yang belum terjawab.
"Kenapa Sakura diam soal hubungan Ryujin dan Asahi?" pikir Beomgyu. "Apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka bertiga?"
Yeonjun menyusulnya di luar. "Ada apa, gyu?"
Beomgyu menghela nafas panjang.
"Kak, tolong kumpulin anak-anak malam ini di markas ya. Ada yang mau gua omongin."
-AGEN5 ; {D124M4}-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro