Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 6.Pulau naga

Sebuah pulau yang diberi nama sebagai pulau naga,tapi tak ada satupun naga yang terlihat...
Di dalamnya,terdapat sebuah rahasia yang ingin aku ungkap...
Siapa tahu,salah satu pertanyaan dikepalaku akan terjawab dengan membongkar rahasia ini...

Rendi pov

Cahaya menyilaukan menyambut mataku,membuat kedua kelopak mataku untuk tertutup.Ketika cahaya itu hilang,perlahan lahan kedua mataku kembali terbuka.Menampakkan sebuah pantai dengan pasir putih nan lembut,angin darat berhembus dengan kencang hingga membuat rambutku berantakan.Di depanku dapat kulihat keempat temanku itu terpukau dengan pemandangan yang mereka lihat.Disinilah kami,di pulau naga.

Angin terus berhembus mengelus wajahku dengan lembut.Kubalikkan badan agar mendapat pemandangan isi pulau.Sejauh mata memandang hanya terdapat hutan yang lebat mengisi pulau ini,selain hutan.Di pulau ini terdapat sebuah gunung yang tingginya menembus awan awan,jika diperhatikan lebih teliti,terdapat sebuah air terjun yang mengalir dari puncak gunung hingga dasarnya.Air tetjun itu membelah gunung tersebut menjadi dua,di dekat gunung terdapat beberapa bukit yang tingginya tak seberapa.

Suara deruan angin berpadu dengan ombak dan suara gesekan daun,rasanya seperti mendengar sebuah melodi yang menenangkan hati dan pikiranku.Selama beberapa hari ini,aku sangat lelah dan sedikit depresi.Namun,begitu melihat pemandangan di pulau ini.Semua itu seperti sudah tak terasa lagi,seolah hal yang kualami beberapa hari ini tak pernah terjadi.Bahkan luka cakaran di tubuhku yang terbilang dalam karena Cerberus tadi tak terasa laki.

'Tunggu,Luka?'

Begitu aku mengingatnya kembali,kepalaku langsung diserang pusing yang sangat hebat.Aku mengerang kesakitan,membuat semua melihat kearahku.Semua anggota tubuhku terasa kaku,memaksaku untuk segera mengistirahatkannya.Ini pasti karena aku kehilangan banyak darah,akhirnya aku jatuh terhempas kebelakang.Pasir lembut yang menjadi bantalanku tetap terasa sedikit sakit begitu tubuhku langsung menghantamnya.

Pandanganku mulai memburam,sayup sayup aku dapat mendengar suara teman temanku yang meneriaki namaku dan berkata bahwa segalanya tak apa apa.Akhirnya aku tak dapat menahannya lagi dan segalanya langsung berubah menjadi gelap.

---------------

"Jadi,kita ketemu lagi ya?"

Ucap sebuah suara yang terdengar familiar di telingaku.Spontan aku langsung membuka mataku,dan mendapati aku sedang berada di dalam Memory roomku.

Aku hanya mendengus mendengar kalimatnya barusan yang terkesan mengejek.

"Ada apa,kau tak rindu denganku?"

Ia langsung membuat suara sedih yang jelas jelas hanya dibuatnya.Tak lama kemudian,muncul seorang bocah laki laki yang berusia 15 tahun.Ia memiliki rambut berwarna hitam dan sedikit corak biru,ia juga memiliki iris mata berwarna biru laut.Memang,ia memiliki penampilan yang sama persis denganku,yang membedakannya adalah kepribadian kami yang saling bertolak belakang.Jangan salah sangka bahwa itu adalah saudaraku,Randi.Tidak,ia adalah sisi gelap dari diriku.Bisa dibilang dia ada karena potongan batu Mystical Flint di jantungku.

"Hentikan nada bicaramu yang menjengkelkan itu,Sigmurd!"

Bentakku padanya,namun ia hanya mencibir bibirnya kemudian terkekeh.Sejauh ini,tak ada yang pernah memancing emosiku sampai ke permukaan.Terkecuali Loki,selama ini aku tak pernah menunjukkan emosiku secara mencolok.Aku hanya menunjukkan emosiku pada orang terdekatku saja.Namun,sertinya ini tak berlaku bagi Sigmurd.Saat ini ia masih terkekeh,ia selalu memancing emosiku untuk muncul dipermukaan.Dan ajaibnya,ia selalu berhasil memancingnya.

"Galak seperti biasanya,benar bukan?.Rendi.Bahkan waktu kita pertama bertemu,kurasa kau tak segalak ini".

Flashback,Rendi.Ketika ia kehilangan kesadaran di balkon.

'Ung....dimana ini?'.Tanyaku sambil memandang sekeliling.Sejauh mata memandang hanya sebuah kegelapan,namun aku masih bisa melihat yubuhku sendiri.Seolah tubuhku ini bercahaya.

"Kau berada di dalam Memory room,astaga!.Apakah kau lupa secepat itu?,Rendi Lukie"

Jawab sebuah suara yang terdengar sedikit parau.Ia menjawab dengan tepat,seolah dapat membaca pikiranku.

"S-siapa kau?!.Tunjukkan dirimu!,huh!".Aku mencoba untuk setenang mungkin dan memahami situasi sekarang,sampai aku mendengar suara kekehan kemudian suara itu kembali berbicara.

"Pffftt..Kau yakin?"

Sedetik kemudian muncul siluet seorang anak laki laki didepanku.Awalnya sedikit memudar dan tak jelas,tapi lama kelamaan semakin jelas dan menampakkan wajahnya dengan jelas.

"....?!!"

Aku hanya mematung,lantaran terkejut dengan laki laki di depanku ini.Ia memiliki warna dan gaya rambut sama persis denganku,warna iris matanya juga sama persis denganku.Bukan hanya itu,tingginya,posturnya,pokoknya semuanya sama persis dengan tubuhku.Rasanya seperti memandang kedalam cermin dan menatapi diriku sendiri.

"Wah,kan sudah kubilang.Bagaimana,terkejut?"

Ia tersenyum menyeringai sambil menatapku.Satu hal yang kusadari,kami memiliki satu perbedaan.Yaitu sifat kami saling bertolak belakang.

"Kenapa diam saja?,apa kau takut?"

Aku hanya mendengus dan menatapnya dengan sinis begitu mendengar provokasinya.

"Hmph,sebenarnya kau itu apa?"

"Aku tidak akan menjawab pertanyaanmu jika kau menggunakan nada itu,Rendi~"

"Ha?"

"Bisakah kau gunakan nada yang lebih sopan dan ramah.Misalnya'sebenarnya siapa orang tampan yang berdiri di depanku ini?,uwaaa!!!.Aku ingin mengenalnya lebih baik dan menjadi teman dekatnya!'.Gitu"

Tenggorokkanku langsung tersedak mendengar pernyataannya yang terlalu percaya diri ini.Yah...kuakui karena wajahnya mirip sekali denganku wajahnya memang tampan,memang siapa yang tak terpesona dengan ketampananku ini.Ok,cuma cuma bercanda,ehem mari kembali ke topik.

Tiga kata yang mewakili kepribadiannya 'menjengkelkan,sok percaya diri dan suka meremehkan orang'.Aku hanya menatapnya sinis sampai akhirnya aku mebghela nafas menyerah.Setelah melihat kedua bola matanya yang berkaca kaca.Yang ia buat sedemikian rupa hingga aku jenggkel,namun aku tak ingin meneruskan perdebatan ini dan akhirnya mengalah.

"Huft,baiklah.Sebenarnya siapa dirimu ini?,bagaimana bisa kau ada di memory roomku?"

Aku berusaha membuat nada bicaraku seramah mungkin dengan tersenyum sebisa mungkin.Namun didalam,amarah sudah meluap luap seperti gunung berapi yang siap meletus kapan saja.Dan senyum yang kubuat itu hanya palsu,karena jika tak tersenyum urat dikepalaku mungkin akan terlihat.

"Bisa lebih,ramah lagi?"

Mendengar hal itu,aku langsung menatapnya dengan tajam,sinis,marah dan kesal.Aku langsung memutar bola mataku dan membalikkan badan dan mulai berjalan menjauh.

Aku tau,kalau disini pasti tak ada tempat lain.Namun,masa bodoh dengan hal itu!,aku tak ingin menjumpai anak menjengkelkan yang mirip denganku itu.'Eh?!'

Langkahku langsung terhenti karena menyadari sesuatu.'A-apakah ia R-andi?!'

"Sayang sekali jika aku mengecewakanmu.Tapi,aku bukan Randi"

Kedua manik biru lautku langsung membulat.kemudian aku berbalik badan dan memandang sosok dibelakangku dengan tatapan tak percaya sekaligus heran dengan sosok dihadapanku ini.

"....hmmmnn...Aku tak punya nama,tapi....Panggil saja aku Sigmurd,setidaknya.Aku ada disini,karena pecahan Mystical Flint yang tertanam dijantungmu itu.Bisa dibilang aku itu kepribadian ganda milikmu atau wujud dari sisi gelap dari dirimu"

"Sisi gelap?"

"Iya,misalnya ketika kau marah,lemah,terluka ataupun sekarat.Aku akan menggodamu untuk menggunakan kekuatanku dan mengambil alih tubuhmu.Hahaha..Bahkan sekarang tubuhmu berada di dalam kendaliku"

"A-p-"

"Tenang,aku tak akan melakukan hal yang aneh aneh kok".Ia,maksudku Sigmurd mengedipkan sebagian matanya kepadaki.Aku masih menatapnya dengan tatapan sinis.

"Aku akan memberitahumu satu hal,kalau kau sampai ku kendalikan.Aku bisa membunuh temanmu tanpa segan segan jika mereka menghalangiku!"

"Tak akan kubiarkan!"

"Huwa!!,silahkan saja.Bocah naif"

Selanjutnya hening,aku dan Sigmurd saling menatap dengan tajam sampai akhirnya aku kembali mengambil alih tubuhku.
-------------------

Sigmurd menekankan nadanya pada namaku,yang membuatku geram.Namub aku berhasil menahan amarahku dan kembali tenang.

"Kau betul betul gak kangen sama aku?"

Lagi lagi,ia mengeluarkan nada yang menyedihkan itu.Aku hanya memutar bola mataku dan membalasnya.

"Aku bahkan berharap kalau kau tidak kembali sama sekali"

Seusai mengucapkan itu,aku langsung membalikkan badan dan membelakangi sigmurd.

"Jahat"

"....."

"Kau tahu,kalau kau ingin membalaskan dendamu pada Lord phantom.Kau butuh kekuatank-"

"Aku tak akan terjebak!"

"Hmmnn...Kau jadi lebih cerdik sekarang.Rendi Lukie,lalu.Apa yang akan kau lakukan?.Lagipula,kau sekarang itu lemah lho"

Karena kesal aku membalikkan badan dan menatap Sigmurd dalam dalam.

"Karena aku lemah,aku akan berlatih dan menjadi lebih kuat.Karena aku lemah,aku akan melindungi teman temanku,tidak semua orang akan kulindungi.Aku akan membunuh Lord phantom dengan tanganku sendiri,dan memecahkan teka teki kehidupanku.Aku tak akan berhenti hingga aku Mati".

Meskipun aku memandang Sigmurd dengan tatapan yang serius dan menusuk.Ia masih bisa bisanya mengeluarkan suara kekehan.

"Naif seperti biasanya"

"Kurasa aku memang naif"

Kali ini,Sigmurd tak hanya terkekeh.Namun,ia tertawa lepas begitu mendengar pernyataanku.

"Hahaha....Kau menyadarinya sendiri"

"Apa yang lucu?!"Sigmurd tak menjawab pertanyaanku dan tetap tertawa."Hei Sigmurd"

"Hmnn?"Ia masih mencoba menahan tawanya sambil memegangi perutnya yang tampak kesakitan karena tertawa."Apa kau tahu,apa yang pernah kulakukan di masa lalu?"

Kali ini Sigmurd berhenti tertawa.Senyuman menyeringai terlihat dengan jelas di wajahnya."Bagaimana ya?.Kurasa,kau harus memecahkan dan mengetahuinya sendiri"

Ia masih tersenyum penuh rahasia kearahku.Senyumannya seperti berarti sesuatu,namun aki tak dapat membaca apa yang sedang dipikirannya.Sudah kuduga,dia pasti tak akan memberi tahuku semudah itu.Akupun menghela nafas kemudian diam untuk beberapa waktu.

"....."

"....."

Hening,tak ada satupun dari kami yang memulai pembicaraan.Yang ada hanya keheningan di dalam sebuah Memory room yang gelap.Masing masing dari kami terbenam di pikiran masing masing.

"Kurasa waktunya bangun"

Ujar Sigmurd langsung memecah keheningan diantara kami berdua.Aku hanya merespon dengan "Uh?".

Kemudian aku menatap Sigmutd dengan tatapan kosong.Satu detik,wajahku masih menatap Sigmurd dengan kosong.Dua detik,otakku mulai memproses apa yang baru saja Sigmurd katakan.Tiga detik,aku sudah paham betul maksud dari Sigmurd barusan.Ketika aku membuka mulut hendak berbicara,semuanya menjadi gelap.

------------

"Uh...."

Rasa pusing dan perih,kembali ke tubuhku.Begitu aku mendapat kesadaranku kembali.Kedua kelopak mataku kembali terbuka,kemudian aku mendapati diriku sedang disandarkan di sebuah pohon di pinggir hutan.Tanganku mengusap usap ke bahu kiriku,yang kini sudah diperban dengan rapi.Kemudian aku melihat ke kiri dan kekanan mencari keberadaan temanku,sampai pandanganku berhenti kearah Loki yang sedang mengayunkan kedua pedangnya.

Gerakannya langsung terhenti,tanpa menunggu lebih lama lagi.Loki langsung menghampiriku yang sudah sadar.

"Sudah baikan?"

"Berapa lama aku tak sadarkan diri?"

Bukannya menjawab,aku malah membalas Loki dengan pertanyaan.Aku dapat mendengar helaan nagas dari Loki.Dia langsung memukul kepalaku,meskipun pelan.Tapi itu dapat memicu pusingku kembali dengan cepat.

Akupun meringis ketika pusing dikepalaku kembali berdengung.Sementara Loki bergumam'Rendi,Rendi'.Sambil menggelengkan kepalanya.

"Kau ini,baru bangun dan udah pusing berapa lama kau pingsan.Kalau aku bilang 5 jam kenapa?"

Aku langsung ternganga mendengar kata '5 jam'.Apa aku selemah itu?

"....Dimana yang lainnya?"

"Renata dan Evelyn sedang mencari seauatu untuk dimakan.Sedangkan Scarlet pergi mencari kayu bakar,dan aku sebelumnya diperintahkan untuk mencari tempat istitahat yang bagus dan sekaligus menjagamu"

Jelas Loki,panjang lebar.Sementara aku hanya manggut manggut mendengar penjelasan Loki.Tanpa aba aba,aku mencoba untuk berdiri dan berjalan.Namun kakiki terasa sangat lemas,hingga aku goyah dan hampir terjatuh.Untungnya,Loki menangkapku dengan tepat waktu dan langsung menopangku.

"Sudahlah,aku bisa sendiri"

Aku langsung melepaskan diri darinya dan mengambil satu langkah lagi.Tapi aku langsung terjatuh terduduk diatas pasir.

"Jangan memaksakan diri Rendi,kau kehilangan banyak darah"

Aku hanya mendecak dan diam duduk ditanah.Dan memperhatikan Loki yang tengah berlatih dengan pedangnya,satu kata yang dapat mewakili situasi sekarang.Yaitu,membosankan...

Coba bayangkan,aku hanya duduk diatas pasir yang putih dan lembut.Di depan ada pemandangan yang sangat bagus dan menenangkan.Namun,kepalaku terasa sedikit berdengung dan tubuhku susah digerakan.Sementara itu,aku hanya bisa melihat temanku melakukan gerakan menebas yang sama berulang kali.Yang aku bisa hanya menghela nafas,sampai aku mempunyai ide.

Aku akan mencoba mengendalikan beberapa elemen tanpa menggunakan senjata sebagai perantara.'Kira kira apa ya yang cocok untuk dicoba?'.Kemudian kedua mataku terfokus dengan deruan ombak yang terus mengalir,air.

Dan begitulah,aku mencoba mengendalikan air.Namun,kuurungkan niatku itu,karena jarak antara air dan tempat aku duduk lumayan jauh.Dan aku malas menggerakkan badanku mendekat kearah air.

Dengan lesu,aku langsung menghempaskan tubuhku kearah pasir.Aku berbaring sambil mengamati langit,langit masih berwarna biru dan cerah.Beberapa gumpalan awan terlihat menutupi beberapa bagian di langit.Meski begitu,ini masih termasuk cuaca yang cerah.Angin terus menerus berhembus tanpa kenal lelah.

'Bagaimana kalau aku mencoba mengendalikan udara?.Hmnn...itu patut dicoba'

Akupun segera duduk,untuk sementara aku berhenti sejenak.Karena pusingku kembali lagi,setelah mulai terbiasa.Aku mulai mencoba mengendalikan udara.

Aku mencoba membuat angin yang dapat memotong seperti pedang.Awalnya susah,karena aku hanya memfokuskan energi ku di tangan saja.Sampai aku mendapat ide untuk mengikuti gerakan angin seperti angin yang kini tengah berhembus di pantai.

Setelah yakin,aku menggerakkan tanganku secara vertikal.Dari atas kepala sampai bawah.Dan itu berhasil,senpat ada angin kecil yang membuat garis lurus sejauh 40 cm dari tempat aku duduk.

Keringat bercuciran dipelipisku,aku sudah puas dengan hasilnya.Meskipun tak sekuat harapanku,namun aku senang."Aku akan menamainya,wind slasher".Gumamku dengan nada yang super pelan.

Sampai akhirnya aku baru sadar kalau Loko sedang berdiri didepanku dengan wajah luarbiasa terkejut.

"Ada apa?"

Tanyaku dengan penasaran tingkat dewa akan ekspresi Loki sekarang.'Mana mungkin ia akan sebegitu terkejutnya aku membuat teknik baru'

"K-kau bisa pakai sihir?!"

"Ha?.Bukannya kita memang bisa pakai sihir?"

"Bukan begitu,itu karena...Dipulau ini,kita tak dapat menggunakan sihir apapun.Evelyn bilang,pulau ini dibungkus oleh sebuah pelindung yang akan meniadakan sihir apapun"

"......?!?!".Aku hanya menatapnya dengan ekspresi tak percaya,kemudian aku mendapat sebuah alasan yang logis untuk menjawab keanehan ini."Mungkin,karena penemu pulau ini Guardianes,mungkin.Jadi,bisa jadi yang bisa menghunakan sihir dibalik pelindung ini tak mempan terhadap keturunan Guardianes,mungkin"

"......Masuk akal juga...."

Setelah itu hening,yang terdengar hanya deruan angin dan ombak di sekeliling.Aku dan Loki hanya terdiam,tak saling menatap.Bahkan Loki tak melanjutkan latihan pedangnya,ia hanya diam berdiri mematung disana.

"Emnnn....kurasa aku,emmnn akan mencoba berlatih menggunakan belati,jadi...emm.Loki,kamu juga ingin ikut latihan denganku?"

Rasanya canggung,karena kami berdua terdiam seribu bahasa.Aku berusaha mencairkan suasana,namun apalah daya.Usahaku tak berhasil,karena Loki langsung membalasku dengan anggukan yang kikuk.

Akupun membayangkan dua bilah belati berwarna perak yang panjangnya sekitar 40 cm dengan ganggang berwarna coklat.Di dekat ganggang belati itu terdapat lambang keluarga Guardianes.

Dengan sekejap mata,kedua belati itu kini sudah kugenggam dengan kedua tanganku.Loki yang melihatnya langsung menguatkan pegangannya terhadap Twin Exalibur miliknya.

Kami berdua saling berhadapan,tak ada yang membuat pergerakan pertama.Sampai akhirnya aku tak tahan dan maju menerjang Loki duluan.Dapat kulihat raut wajah milik Loki sedikit terkejut dan segera menangkis seranganku.

Prangg

Sringg

Empat besi saling bergesekan,menciptakan beberapa percikan api.Loki hanya memandangku dengan tatapan menerawang,seperti sedang melamun.

"Blade dance number 26,Tiger claw"

".....!"

Dengan seketika,raut wajah Loki berubah menjadi terkejut dan segera menahan seranganku dengan kedua pedangnya.'Karena pikirannya buyar?,mungkin.Kurasa,melamun'

"Kurasa,sudah dulu.Lukaku kembali terasa sakit".Aku mencoba membuat postur seakan akan menahan sakit di bahuku,meskipun nyatanya tidak sepenuhnya benar.

"Un-oh!.Yasudah,kau jangan paksakan dirimu Rendi"

Akhirnya aku berjalan mendekati garis pantai,kedua kakiku yang tadinya mengenakan sepatu langsung kulepas.Telapak kakiku dapat merasakan dinginnya pasir yang basah dan air laut yang sesekali mencapai di kakiku.Aku melirik kearah alroji pemberian Evelyn yang masih kukenakan.17.27 Pm,itu yang tertera diasana.

Kini aku memandangi langit yang mulai berwarna kemerahan yang indah.Laut juga tak mau kalah dengan langit,karena kini.Ia sedang memamerkan gemerlap kilau pantulan sinar matahari yang berwarna merah dan keemasan.

Perlahan namun pasti,sang mentari mulai meredupkan cahayanya.Disusul oleh bulan dan para bintang yang mulai muncul secara perlahan,berbarengan dengan sang mentari yang kini harus beristitahat untuk sementara.

Langit mulai gelap,kedua bola mataku terpaku pada pemandangan matahari tenggelam yang ada didepanku ini.Memang dari duku aku sangat menyukai pemandangan matahari tenggelam,namun.Yang ini terasa berbeda,rasanya jika aku melihatnya semakin lama.Beban di pundakku terasa hilang semua,rasa frustasi,kesal dan khawatir kini sudah hilang.Tergantikan oleh perasaan damai nan tentram.

Langit sudah gelap,sang mentari sudah tak ada.Tergantikan oleh kerlap kerlip para bintang dan bulan.Kedua bola mataku masih terus melihat langit dengan terpesona.Melihatnya saja langsung membuat diriku tenang,sampai akhirnya...

"Oi,Rendi!"

Suara Evelyn langsung membuat semua rasa frustasi,kesal dan lelahku kembali.Bagus sekali,ia baru saja merusak saat saat dimana aku bisa beristirahat tanpa memikirkan apapun.Aku hanya merespon dengan mendengus tanpa meliriknya sedikitpun.

"Ada apa?"

"Ayo sini,kita akan makan malam.Kau tak ikut?"

Astaga,bodohnya aku.Sekarang memang sudah waktunya makan malam.Kenapa aku berpikiran negatif ketika Evelyn memanggilku,seharusnya aku malah bertrimakasih padanya.Tapi,aku kepikiran seperti itu mungkin karena kepribadiannya memang sudah kucap seperti itu,ya...Ah sudahlah.

Menurut,akupun berjalan mengikuti Evelyn dari belakang.Ia menggiringku ke tempat dimana Loki sekaligus tempat dimana aku siuman dari pingsanku.

Dari sini dapat terlihat cahaya api yang bersinar dengan remang remang.Malam ini terasa dingin,namun.Begitu aku duduk di dekat api itu,semuanya terasa lebih hangat.Di dekat api,terdapat ikan yang tengah dibakar.Di atas pasir juga terdapat buah buahan yang jumlahnya lumayan banyak.

"Kau tak makan?"

Scarlet bertanya padaku yang dari tadi hanya memandangi makanan yang ada dihadapanku.

"Aku gak berselera"

"Meski begitu,kau harus makan sedikit"Loki juga ikut ikutan nimbrung dalam pembicaraanku.Karena tak ingin berdebat,aku mengambil satu apel dan mulai memakannya.Karrna agak bosan,aku mengambil buku tentang sihir murni.Tak ada yang memperhatikan gerak gerikku ketika menjahui keramaian.Memang,tas yang kami bawa kami taruh di dekat pohon yang berada di pinggir hutan.Dan kami menyalakan api diantara bibir pantai dan pinggir hutan.

Ketika aku menemukan buku yang kucari,apel ditanganku sedah lenyap.Telah kumakan habis,kemudian aku langsung duduk menyandar di salah satu pohon dan mulai membaca.

Narator pov

"huftt..disini gak seru ah"

Semuanya,terkecuali Rendi yang sedang tak bersama mereka.Langsung berhenti melakukan aktifitas mereka dan menatap Evelyn yang sedang mengeluh sambil memutar mutar pistolnya di telunjuk miliknya.Menyadari semuanya kini sedang menatapnya,Evelyn juga menghentikan apa yang sedang dilakukannya dan balas menatap mereka.

"Apa?".Tanyanya pada mereka dengan nada kesal.

"Memangnya apa yang tak seru disini?".Bukannya menjawab,Scarlet malah balas bertanya pada Evelyn yang suasana hatinya sedang kacau.

"Aku gak bisa pakai sihir,jadinya ya...aku gak bisa memainkan hologramku lagi..."

"Wah,seorang Evelyn bisa juga ya terlihat tidak bersemangat"

Mendengar hal itu,pipi Evelyn langsung memerah.Karena kesal dengan sindiran Loki.

"D-diamlah!"

Semuanya,terkecuali Rendi langsung tertawa mendengar bantahan Evelyn.Suasana disekitar mereka sangat cair.

"Ada satu hal yang belum aku katakan pada kalian"

Tawa mereka langsung terhenti kemudian mereka menatap Renata dengan wajah penasaran dan bingung."Ehem,begini.Kalian pasti tahu bahwa kalian tak bisa menggunakan sihir dipulau ini"

Loki,Evelyn dan Scarlet hanya saling bertatapan dan manggut manggut."Aku juga bilang bahwa pulau ini dilindungi dengan pelindung atau barrier yang meniadakan kekuatan sihir apapun"

Semuanya,terkecuali Renata dan Rendi.Hanya mengangguk kecil,Renata menghela nafas kemudian melanjutkan ucapannya."Itu semua tak berlaku pada keluarga Guardianes.Keturunan Guardianes lah yang menemukan pulau ini,sekaligus orang yang nemasang pelindung ini.Orang itu adalah Leon,ayah Rendi"

"......"

Hening,tak ada respon dari ketiganya.Mereka menatap Renata dengan pandangan kosong.

"....."

".....?"

".....!?"

"E-EH?!?!?"

Sangking kerasnya teriakan mereka bertiga,Renata sampai harus mrnutup telinga kucingnya yang peka terhadap suara.

"Jadi itu artinya Ren-"

"Benar.Ia dapat menggunakan sihir.Bukan hanya Rendi,aku juga dapat menghunakan kekuatanku",potong Renata dengan cepat.Itu karena ia sangat tak suka basa basi.

"Apa dia tahu?"

"Dia tahu",balas Loki dengan cepat.Namun respon yang akan didapatnya sama sekali tak terduga.Evelyn malah menyipitkan matanya sambil menatap Loki.Sementara Scarlet hanya tenang tenang saja,kemudian.Renatalah yang paling terlihat terkejut dibanding yang lainnya.

"Aku heran"

"Iya"

Evelyn dan Renata masih menatapku,sementara Scarlet ia hanya memandang laut lepas di depan sana.

"Loki,kalau kau tahu kalau Rendi bisa menggunakan sihirnya.Kenapa kau tadi terkejut sekali?"

"Iya,tadi aku menjelaskan tentang Rendi bisa menggunakan sihir,raut mukamu sangat terkejut.Bahkan jika itu pura pura,aku aku dapat membedakannya"

"Pasti ia hanya tetkejut katena yang menemukan pulau ini adalah ayah Rendi,aku benarkan?"

Tanya Scarlet pada Loki,dengan tujuan memperkuat dugaannya.Loki hanya membalasnya dengan anggukan singkat.

Rendi pov

Aku dapat mendengar suara tawa mereka yang memecah keheningan.Namun aku tak menggubrisnya dan tetap fokus pada bacaanku.

"Huffftttt"

Badanku mulai gemetaran,karena udara dingin.Salahkan aku sendiri,karena akulah yang menjauh dari api unggun yang mereka buat.Aku langsung mengganti kemeja yang kukenakan menjadi sweater berwarna hitam.Jubah yang kukenakan sudah kulepas,semuanya langsung berganti sesuai dengan bayanganku,semua berkat jam yang kukenakan sekarang ini.

Saat ini,aku sedang membaca cara mengendalikan energi sihir hingga berubah bentuk.Seperti tali,tangan,rantai dan lain lain.Tulisan di buku tak terlalu jelas karena gelapnya malam,selain itu aku juga jauh dari satu satunya sumber cahaya yang bersinar.Aku tahu ini buruk untuk mataku,tapi biarlah.Aku malas dengan keramaian.

Karena bosan,aku berjalan kearah bibir pantai dan jarak antara aku dan yang lainnya sekarang lebih jauh.Kali ini,qku tak dapat mendengar gelak tawa dan pembicaraan mereka sekarang.

Yang dapat kudengar hanya deruan angin dan ombak.Angin laut berhembus dengan sangat kencang,membuat badanku kembali kedinginan.Meskipun kini aku sudah mengenakan sweater berbahan wol.Air laut kini berwarna biru dongker dan keperakan.Ia memantulkan cahaya bintang dan bulan yang sedang bersinar,bagaikan sebuah cermin raksasa yang sedang memantulkan langit.

Karena lelah berdiri,aku langsung duduk bersila dan memandangi laut lepas dikejauhan.Karena bosan,mungkin.Aku kembali membuka buku tentang sihir murni yang masih kubawa.

Kali ini tulisannya benar benar tak dapat dibaca.Aku menghela nafas,pada saat yang bersamaan muncul cahaya putih yang menyinari sekitarku.Dengan reflek aku langsung melihat kearah sumber cahaya tersebut,yang ternyata adalah Scarlet.

Di antara kedua telapak tangan Scarlet,ada sebuah bola cahaya berwarna putih yang menyinari tempat aku duduk dan Scarlet berdiri.Ia sedang menatapku sambil tersenyum manis kearahku,melihatnya tersenyum langsung membuat sebuah rona merah tipis muncul dipipiku,kepalaku juga mulai memanas.

"Kau tahu,tak baik membaca di tempat gelap"

"Aku tahu itu",aku berusaha menjawab pertanyaannya sesabtai mungkin.Alhkirnya aku kembali tenang,tapi...Scarlet langsung ikut duduk dan ia kini berada tepat disebelahku.

Panas dikepalaku kembali,dan kini rona merah mulai merambat hingga ketelingaku.Bagaimana aku tak gugup,hanya ada kami berdua di daerah ini.Sedangkan yang lainnya agak jauh dari sini,bahkan seajuh ini Scarlet yang kutahu pendiam dan agak jarang memperlihatkan emosinya kini sedang tersenyum hangat kearahku.

"Sedang apa kau disini?",tanyanya tanpa melihat kearahku.

"Menurutmu?",aku sempat mendengar suara kekehan kecil yang bersumber dari Scarlet

"Aku tahu kau sedang membaca,maksudku.Sedang apa kau menyendiri?"

"Kau sendiri?",tanyaku padanya.

"Aku,agak malas dengan keramaian"

"Sama",untuk beberapa saat hening.Samapi akhirnya Scarlet memecah keheningan diantara kami.

"Kau baca apa?"

"Uh!-oh.I-ni"

Aku sempat salah tingkah sambil menyodorkan buku yang baru saja ku baca.'Astaga Rendi,tenangkan dirimu!'.

"Oh ini,aku pernah ba-.Rendi,kau tak apa?,mukamu memerah.Apa kamu demam?"

Scarlet menaruh punghung tangannya didahiku yang sukses membuat wajahku semakin memerah.

"Hmnnn...kau tak demam,kau tak apa?"

Scarlet melemparkan tatapan khawatir yang malah membuat jantungku berdebar tak karuan."Hahha kau menyukainya kan,Rendi?"

Sugmurd meledekku sambil tertawa dengan keras di kepalaku."D-Diam kau!!.A-ku tak menyukainya,hanya saja.Kami sedang duduk berduaan di yempat sepi seperti ini.Makanya...."

"Hahaha,sepertinya gadis di sebelahmu ini polos.Kuyakin dia tak berpikir apa yang kau pikirkan sekarang".Trus,alasan konyol macam apa itu?

Aku malas mendengar ledekan Sigmurd,aku juga malas berdebat dengannya dan memilih mengabaikannya.Akhirnya aku bisa sedikit trnabg dan fokus pada buku yang kubaca.

"Hmnnn...kau sepertinya ingin mencoba menggukanan tekhnik creation"

"Ceration?"

"Iya,itu teknik yang sedari tadi kau baca Rendi.Tekhnik membuat energi sihir agar berubah bentuk menjadi sesuai yang kau inginkan.Seperti tali,rantai dan sebagainya"

Aku hanya manggut manggut mendengarkan penuturan Scarlet.Aku yakin dia tahu lebih banyak mengenai sihir murni lebih dari diriku.Oleh karenanya,aku percaya pada pengetahuannya.

"Baiklah,untuk menggunakan tekhnik ini bisa terbilang gampang,menurutku.Pertama,kumpulkan kekuatanmu dan fokuskan energi suatu tempat tertentu dan bayangkan sesuatu.Misalnya kau fokuskan energi di telapak tanganmunkemudian bayangkan sebuah tali atau rantai.Namun ada syaratnya,jika kau ingin membuat suatu benda,kau harus mengerti struktur benda tersebut.Bisa dibilang ini hampir sama dengan sihir tipe specialisation, ia memberi nama kekuatannya Imagine.Milik salah satu dewan perdamaian wakil cahaya.Jonathan wiliam,wakil dari cahaya.Perbedaannya adalah,jika imagine miliknya bisa membuat suatu benda yang struktur atom mirip dengan aslinya.Sedangkan teknik creation hanya membuat sesuatu yang bentuknya mirip,tapi dengan menggunakan struktur energi sihir,jadi ia hanya tampak sebagai energi yang berbentuk seperti tali,misalnya",jelasnya panjang lebar.

"Cobalah,Rendi"

"Uh,baiklah"

Aku mencoba membayangkan energi sihirku dan mencoba membuatnya fokus di tanganku.Baiklah,sebaiknya kau tarik kata 'mudah' dari mulutmu itu,Scarlet.Karena sebenarnya ini,SUSAH.

Aku dapat merasakan aura di tubuhku yang terus mengalir menutupi tubuhku dengan rata.Dan untuk membuatnya fokus pada satu titik membuatku kewalahan.

"Kau harus tenabg,dan membiarkan auramu mengalir secara perlahan"

Ok,hal itu langsung membuatku terasa lebih baik.Tetapi,aku masih belum bisa membuatnya.Larena mengumpulkan energi sigir dan memfokuskan energi sihir pada satu titik adalah hal yang benar benar berbeda.

Sejauh ini aku masih sedikit kewalahan dengan memfokuskan energi sihir pada satu titik.Sekarang aku tinggal membayangkan sebuah tali.Dan tahap ini lebih sulit dari sebelumnya.

"Kau berhasil!"

'Apa?,berhasil?'.Mendengar suara Scarlet yang kegirangan.Aku membuka kedua mataku yang tertutup an mendapati sebuah tali yang bersinar dan berwarna kebiruan.Sedetik kemudian tali di tanganku langsung lenyap.Nafasku agak terengah engah,karena terlalu banyak mengeluarkan energi.

Scarlet terkekeh melihat aku yang kewalahan."Hmnn..kau sudah bagus untuk percobaan pertama,Rendi",ujar Scarlet sambil tersenyum hangat kearahku.

Melihat senyumannya langsung membuatku salah tingkah.Namun segera kutenangkan dirilu agar rona merah tak kembali muncul dipipiku.

"Duar!!"

Ada seseorang yang mencoba mengejutkanku dari belakang,namun usahanya gagal karena kau tak terkejut.Dari suaranya saja aku dapat mengenal siapa pemilik suara ini.

"Sayang sekali Loki,kau tak membuatku terkejut",ujarku tanpa melihat ke belakang yang sudah bisa kupastikan bahwa Loki berdiri dibelakangku.

Kali ini,ia sudah berdiri di depanku.Bukan cuma Loki,ada juga Evelyn disampingnya.Mereka berdua sedang tersenyum jahil kearah aku dan Scarlet yang sedang duduk bersebelahan.

"Wah wah,lihat siapa yang bersuaan disini?~",ujar Loki sambil menyipitkan matanya dan melempar senyum menyeringai kearahku dan Scarlet.

"Iya,coba kita lihat siapa yang disini?".Tambah Evelyn.

Aku hanya memandang mereka dengan tatapan dingin dan Scarlet memandang mereka berdua dengan wajah tak berdosa.Melihat mereka sedang menjahiliku membuat sebuah ide terlintas dikepalaku.

"He~,coba lihat siapa yang sama sama menjahili orang.Kalian ternyata punya kebiasaan yang sama ya?".Kali ini aku langsung membalas kelakulan mereka,Dan hasil ucapanku membuahkan hasil,muncul sebuah rona tipis di pipi mereka masing masing.Kali ini giliranku untuk tertawa.Kemudian semua terdiam,suasana menjadi canggung bagi kami.

"Ah iya,Renata kalian tinggal sendiri?",aku berusaha memecah keheningan dengan bertanya.

"Ah,dia bilang dia akan menjaga barang kita",Loki menjawab pertanyaanku.

"Sendiri?"

Loki dan Evelyn mengangguk secara bersamaan.Menyadari mereka mengangguk bersamaan,sevuah rona merah tipis kembali muncul dipipi mereka masing masing.Dapat kulihat mereka berdua tak berani saling menatap dan memalingkan wajah masing masing.

"Ehem!",dehamku.Yang langsung membuat Evelyn dan Loki salah tingkah."Sebaiknya kita segera kembali,kan kasihan Renata kalian tinggal sendiri",tambahku sambil berdiri dari posisi dudukku.Scarlet juga ikut berdiri dan memberisihkan pasir yang menempel di pakaian miliknya.

Kami berempat berjalan dan selama di perjalanan semua hening.Tak ada yang berbicara satu sama lain.Sampai akhirnya kami berempat sampai di tempat api unggun dinyalakan.Dapat kulihat Renata sedang menaruh beberapa kayu kedalam api agar tetap menyala.Aku memilih bersandar di salah satu pohon yang letaknya berada di pinggir hutan.Kemudian aku menutup kedua mataku dan berusaha tidur.

---------------

Beberapa menit kemudian,kedua jelopal mataku terbuka.Aku melihat kearah alroji yang kukenakan,20.38 Pm.

Aku tak mengantuk dan tak bisa tidur.Pikiranku masih dipenuhi oleh berbagai hal.Entah kenapa aku kembali teringat dengan pertanyaan pertanyaanku yang masih belum terjawab.

Akhirnya aku bangun dan berjalan menjauh dari yang lainnya dengan langkah yang hati hati,karena takut membangunkan lainnya.Aku lebih memilih berjalan disekitar bibir pantai.Ketika aku melihat krbelakang,tampak sebuah titik cahaya kecil dari kejauhan.

Aku tak tahu sudah seberapa jauh aku berjalan.Namun,satu hal yang pasti.Bahwa aku hanya berjalan lurus dna jika ingin kembali hanya tinggal mengikuti rute yang baru saja kupakai.Sampai langkahku langsung terhenti karena sebuah suara bergemerisik di samping kiriku.aku dapat mendenarnya karena di samping kiriku adalah hutan dan disebelah kananku adalah laut.

Aku langsung bersiaga dan kembali melanjutkan perjalananku berpura pura tak tahu.Suara bergemerisik itu terus terdengar di telingaku dengan jelas.Aku langsung menajamkan kewaspadaanku pada sekitar dan berjalan dengan langlah kecil.

Narator pov

Sesekali,manik biru milik Rendi melihat kebelakang.Kedua maniknya membulat ketika melihat siluet seorang pria keluar dari dalam hutan.Jarak antara Rendi dan pria itu adalah 200 meter.Sampai akhirnya pria itu langsung memotong jarak antara ia dan rendi menjadi 0 meter.Pria itu bersiap memukul Rendi,namun Rendi sapat menahannya dengan prisai miliknya.Meski begitu,Rendi terdorong mundur beberapa meter karena pukulan pria itu.Tak lama setelah itu,prisai Rendi pecah.Sedetik kemudian,pria itu sudah di depan Rendi.Tanpa memberi Rendi kesempatan untuk bertahan maupun menyerang,pria itu mencoba menebas Rendi dengan belati yang tadi ia sembunyikan.

Untungnya,Rendi dapat menghindar pada detik detik terakhir secara reflek.Dengan spontan Rendi melompat mundur dan membuat jarak antara ia dan pria itu.Namun,ada setetes darah mengalir dari pipi kanannya,cairan merah itu terus mengalir bagaikan air mata.Rendi dapat menahannya meskipun hanya luka gores,ia langsung nengambil ancang ancang untuk menyiapkan sihirnya.Tapi,seluruh tubuh Rendi menjadi kaku.Ia tak dapat menggerakkan anggota badannya,bahkan mencoba menggerakkan satu jarinya saja tak bisa.Rendi hanya diam terpaku di tempatnya tak dapat bergerak sedikitpun.

Dengan langkah tenang,pria yang menyerang Rendi mulai mengurangi jarak antara dia dan Rendi yang tengah berdiri kaku.

Rendi pov

'Siapa dia?'.Aku bertanya tanya di dalam hati,membayangkan sosok yang sedang berjalan kearahku.'S-ial,tubuhku tak bisa digerakkan sama sekali',umpatku dalam hati.Aku hanya memandang orang di depanku dengan tajam dan menusuk.Saat kupikir ia akan berhenti dan mundur,ia malah tersenyum tipis menanggapi tatapanku.

Tiba tiba,ada semacam tali yang menutupi kedua bola mataku,tak hanya itu.Aku merasakan seperti ada sesuatu yang mengikat seluruh tubuhku.Tak hanya itu,aku juga merasakan seperti sedang dicengkram oleh sebuah tangan raksasa dan membawaku terbang.

Narator pov

Seluruh tubuh Rendi,kini telah terikat dengan rantai,tak lupa kedua bola matanya ditutup menggunakan kain yang diikat.Ia kini tak dapat bergerak sedikitpun.

Rupanya,pria yang mengikat Rendi menggunakan tekhnik creation.Yang artinya,ia adalah penyihir dengan tipe pure magic.

Tak lama setelah mengikat tubuh Rendi,pria itu mengangkat tangan kanannya tinggi tinggi.Seketika tangan kanan miliknya bersinar hitam dan putih.Pada saat bersamaan muncul sebuah naga berwarna hitam dengan mata merah,di sisik naga itu terdapat warna putih.Nanun masih dominan warna hitam.Tanpa menunggu lebih lama lagi,pria itu langsung menaiki punggung naga itu.Kemidian ia memberi isyarat agar naga itu memegang tubuh Rendi.

Tanpa menunggu perintah,naga itu mulai mengembangkan kedua sayapnya dan terbang.Satu kibasan sayap miliknya menghasilkan angin yang dasyat.Sehingga membuat lubang pasir yang luas dan dalam,bahkan membuat pohon pohon yang dipinggir hutan hampir terbang.

"Cih,untuk apa kota repot repot melakukan ini",gerutu naga hitam itu.Iya,dia bisa bicara.

"Bersabarlah,Edgar.Kita harus membangkitkan sel-"

"Aish!!,sudahlah.Aku sudah mendengar hal itu beberapa kali,R-"

Menyadari Edgar akan menyebut nama priabyang menungganginya,pria itu langsung berdesis dan memotong kalimat naga itu."Shss!!,diam kau!.Dan turuti perkataanku saja!"

"Hmp,kau membuatku ingan dengan Valtroy saja"

"Pastinya,kan?.Lagipula,pada dasarnya aku dan adalah orang yang sama"

"Asal kau tau anak kecil,meski pada dasarnya kau dan Valtroy orang yang sama,perbedaan kekuatanmu dan Valtroy sangat besar"

"Lalu,kenapa sampai i-"

"Cukup",potong naga bernama Edgar itu.Setelah itu,hening.Rendi tak dapat mendengar pembicaraan mereka,karena telinga Rendi juga ditutup.

Setelah itu tak ada yang bicara.Mereka sampai di puncak gunung tertinggi di pulau naga.Dari atas,puncak gunung berbentuk seperti kawah.Di gengah tengahnya,terdapat sebuah air mancur berwarna putih keperakan.Air yang mengalir keluar dari air mancur itu merembes keluar melewati puncak gunung dan akhirnya membentuk sebuah air terjun yang mengalir dari puncak gunung hingga dasarnya.

Tanpa aba aba,naga bernama Edgar itu langsung melempar tubuh Rendi kearah kawah,diikuti dengan pria yang menungganginya juga melepas rantai dan tali yang mengikat tubuh Rendi.Setelah itu,mereka berdua menghilang seperti asap.

Rendi pov

"A-duh",rintihku menahan sakit disekujur tubuhku.Dapat kutebak luka cakaran Cerberus tempo hari terbuka kembali.Selain itu,pergelangan kakiku terasa terkilir karena terjatuh dari ketinggian.Aku langsung mencoba berdiri dengan menompang pada lututku,namun dengan cepat kembali terjatuh karena kakiku terasa sakit untuk digerakkan.

Kucoba mengulangi usahaku,kali ini dengan perlahan lahan.Meskopun sedikit goyah,alhirnya aku dapat berdiri.

'Memangnya makhluk sialan apa yang tadi mencengramku dan menerbangkanku ke sini?.Cih!,jika saja mereka tak menutup nata dan telingaku mungkin aku masih bisa mengukur situasi.Tapi,ah!!..lupakanlah'

Ketika mencoba menggerakkan lengan kiriku,rasanya seperti sebuah petir dengan daya sengat tinggi baru menyambar lenganku.Aku hanya mendesis dan mulai mengelus elus bahuku itu.

Akhirnya aku mulai mengedarkan pandangan ke sekeliling,mencoba mengenali tempat aku berdiri sekarang.Tak ada spesial,namun ada satu hal yang menarik perhatianku.Yaitu air mancur yang letaknya berada di tengah tengah kawah gunung ini.

Kedua mataku terasa telah dihipnotis untuk terus memandang air mancur itu.Air yang mengalir keliuar dari air mancur itu terus merembes keluar hingga membentuk air terjun yang tinnginya sama dengan gunung ini.Dan ajaibnya,air yang keluar dari air mancur itu seolah tak akan habis.

Sudah lama aku menatap air mancur itu dengan takjub,lama kelamaan ada seuatu yang ganjil dari airnya.Sebagian air dari air mancur itu mencuat keatas lebih tinggi.Namun bukan itu yang membuatku terkejut,namun air itu perlahan lahan membentuk sebuah bintanh dengan delapan sudut.Sebuah lambang yang akhir akhir ini sering kulihat,lambang keluargaku Guardianes.

Tanpa adanya perintah dari otakku,tubuhku bergerak sendiri mendekati air mancur itu.Seolah memiliki kehendak sendiri,tubuhku yang kini sedang tak dalam keadaan prima berjalan tanpa mesalah mendekati air mancur itu.Rasanya seperti saat dikendalikan oleh Sigmurd,namun kali ini tak ada kegelapan dihatiku.Kini aku sudah berdiri tepat didepan air mancur itu,telapak tanganku langsung melepas sarung tangan yang kukenakan di tangan kiri.

Tangan kiriku langsung mendekat menyentuh air itu,sebelum menyentuh air dari air mancur itu.Air itu sudah melilit telapak tanganku bagai ular yang sedang melilit mangsanya,namun tak terasa sakit sedikitpun.

Aku tarik kalimat tak terasa sakit dari otakku.Karena kepalaku mulai diserang dengan rasa pusing yang menjadi jadi,selain itu.Seluruh energi sihirku terasa dihisap dan dipaksa keluar oleh air mancur itu.Bersamaan dengan itu,lambang Guardianes di telapak tanganku dan di air mancur tersebut mulai bercahaya.Sedetik kemudian,muncul sebuah cahaya yang mirip dengan laser yang bersumber dari air mancur didepanku ini.Cahaya itu menyinari langit malam,sampai berhenti pada suatu titik seolah terhalang oleh sesuatu.

Sedetik kemudian,cahaya itu langsung menyebar hingga membentuk kubah yang menutupi seluruh pulau,tak lama setelah itu kubah tersebut pecah berkeping keping.Tak berhenti sampai disitu,cahaya laser yang bersumber dari air mancur itu meledak dan menghasilkan cahaya yang mirip waktu siang hari untuk sementara.

Narator pov

Sementara itu,ditempat Loki dan yang lainnya.

Semuanya terbangun dari tidurnya masing masing.Mereka semua langsung melihat kearah langit yang tertutup dengan sebuah kubah yang sedikit transparan.Tak lama setelah itu,kubah itu pecah.

Begitu kubah itu pecah,mereka berempat merasakan sensasi energi yang sebelumnya hilang,kembali kedalam tubuh mereka.Terkecuali Renata yang memang bisa menggunakan kekuatannya bahkan sebelum kubah itu pecah.Pandangan semua orang terpaku pada langit malam yang mulai bercahaya seperti siang,tak hanya itu.Sumber dari cahaya itu ada di puncak gunung,beberapa meter diatas puncak guardianes juga ikut menyinari langit malam.

"Semuanya!,Rendi tak ada disini!"

Loki,Evelyn dan Renata langsung mengalihkan pandangan mereka kepada Scarlet yang tengah menunjuk pohon tempat Rendi tidur.

"Apa,itu?",tambahnya.Mata semua orang kini beralih kearah tempat yang ditunjuk Scarlet,tapi tak ada sesuatu yang janggal.

Sejauh ini,Scarlet agak bergemetaran karena ia melihat siluet makhluk bersayap yang mirip dengan naga.Ia tak bodoh,karena Scarlet sering membaca.Tapi,sudah terlambat bagi yang lainnya untuk melihat naga itu.Karena ia sudah membuat dirinya tak kasat mata dengan menggunakan mantra Camouflage,Scarlet yakin akan hal ini.

"Kita harus kesana!".Tanpa aba aba,Loki dan Renata sudah terbang melesat kearah puncak gunung itu.Diikuti dengan Evelyn dan Scarlet yang mulai menyusul keduanya.

Ditengah perjalanan,Renata dan Sccarlet terhenti,hingga membuat yang lainnya juga ikut terhenti.

"Kalian kenapa?,ayo!",mendengar ajakan Evelyn yang terburu buru Scarlet langsung menepis pikirannya dan kembali mengekor dari belakangnya.

Menyadari Renata masih diam ditempat,Loki kembali berhenti dan melihat kebelakang."Ayolah Renata kita h-"

"Kalian pergilah ke puncak gunung!",potong Renata sambil membalikkan badan."Ada urusan yang harus kuurus!,pergilah!".Ujarnya sambil terbang kearah yang berlawanan.

Renata pov

'Hmp!,apa dia disini?.Tapi,kekuatan itu....tak diragukan lagi',geramku dalam hati.Aku berusaha menenangkan pikiranku yang campur aduk ini.

Sampai akhirnya aku mendarat disekitar pantai,kemudian aku menajamkan indra pendengaran dan penglihatan.Mencari cari sosok yang lama tak kulihat selama berabad abad.

"Yo,Renata",kepalaku langsung kuhadapkan kearah sumber suara yang sangat familiar di telingaku.

"Rupert",sapaku dengan singkat,padat dan jelas."Keluarlah,dan jangan bersembunyi seperti pengecut!",pekikku kearah salah satu pohon dipinggir hutan.

"Dingin seperti biasanya,Renata",balasnya.Tak lama kemudian muncul seorang bocah laki laki yang tingginya sama denganku.Ia memiliki rambut berwarna putih yang seputih salju dan telinga kucing yang warnanya senada dengan rambutnya.Pakaian yang dikenakan serba hitam yang membuatnya sangat kontras dengan warna rambutnya yang putih.Selain itu,kedua manik matanya yang berwarna hijau tosca menatap lurus kearah manikku yang berwarna violet.

"Ada apa kau disini?",tanyaku dengan nada mengancam.Itu karena ia datang disaat yang tak tepat dan aku lagi malas bertemu dengannya.

"He,kira kira ngapain ya?",dia tersenyum mengejek kearahku sambil mengangkat dagunya keatas.Yang akan memberikan kesan seperti meremehkan,aku akhirnya geram dan melemparkan sebuah belati tepat disamping kepala milik Rupert.

Setetes darah mengalir di pelipis milik Rupert,aku tak peduli.Karena memang aku sengaja melakukannya dan aku yakin ia tahu akan hal itu.

"Aku sedang tak bercanda!",bentakku yang malah membuat senyum di wajahnya tak kunjung hilang.

"Lupakanlah",akhirnya aku menyerah dan berbalik badan membelakangi Rupert.Aku hendak kembali terbang menuju tuan Rendi,tapi langkahku langsung terhenti begitu mendengar ucapan Rupert."Kau masih akan merahasiakannya?"

"......"

"Kalau merahasiakannya,kau akan kalah"

".......",aku masih diam tak menjawab provokasi dan ejekkan Rupert.Aku sempat mendengar suara terkekeh milik Rupert.

"Hahahaha,aku tak paham.Sama sekali tak paham!",kali ini Rupert tak dapat menahan tawanya dan tertawa lepas."Kalian terlalu memikirkan perasaan dan emosi masing masing.Justru itulah yang malah akan memicu perenggangan pertemanan kalian"

Aku tak menggubrisnya dan kembali terbang.Telinga kucingku yang sensitif akan suara,dapat menangkap suara Rupert dengan jelas.Karena memang aku ingin mendengar kalimat terakhir Rupert sebelum pergi."Aku ingin tahu,apa reaksi kedua bocah itu ketika mengetahui yang sebenarnya"

Kedua manik violetku membulat,aku langsung mengalihkan perhatianku kearah puncak gunung.Cahaya yang menyebakan malam terlihat menjadi seperti siang kini lenyap,kini.Langit malam terlihat seperti langit malam seperti biasa seolah tak ada yang terjadi.Meski aku sudah berusaha fokus untuk mencari tuan Rendi pikiranku kembali mengarah ke kalimat terakhir yang diucapkan Rupert.' Aku ingin tahu,apa reaksi kedua bocah itu ketika mengetahui yang sebenarnya'.aku tahu betul dengan maksud 'kedua bocah itu' merujuk pada siapa.

Kalimat itu terus tergiang dikepalaku dan tak kunjung hilang.Seolah sebuah benalu yang mengambil konsentrasiku.Akhirnya aku dapat mengabaikannya dan terbang melesat kearah tuan Rendi dengan kecepatan tinggi.

Narator pov

Pada saat yang bersamaan dengan yang lainnya mulai terbang menuju puncak gunung.Di tempat Rendi.

Rendi pov

Seluruh energi di tubuhku dikuras habis oleh air mancur aneh itu.Tubuhku ambruk tepat dibawah air mancur itu,air mengalir melewati badanku dan aku hanya membiarkannya membasahi tubuhku yang lemas ini.Rasa lelah sekali,selain itu luka di bahuku sepertinya terbuka.Karena mataku menangkap sebuah cairan merah ikut mengalir di air,pandanganku mulai memburam karena kelelahan dan mungkin kehilangan darah.

Kedua mataku menangkap sebuah siluet pria dengan rambut berwarna putih,samar samr aku dapat melihat ia sedang tersenyum hangat kearahku dan ia berkata,"kau datang juga,Rendi".Setelah itu semuanya menjadi gelap.

Narator pov

"Kita hampir sampai!",teriak Evelyn pada lainnya sambil terbang melesat dengan kecepatan tertingginya untuk mulai menyamai tinggi gunung tersebut.Scarlet dan Loki juga tak kalah cepat dengan Evelyn,buktinya mereka terbang dengan posisi sejajar tak ada yang membelakangi.

"Renata,apa ia akan kesini?"

"Entah",jawab Loki sambil menggidikkan bahu.Sedangkan Scarlet langsung terdiam.

"Itu dia!",teriak Evelyn,lagi.

Pemandangan diatas sungguh mengejutkan.Rendi sedang terbaring tak berdaya di bawah air mancur aneh.Darah milik Rendi terlihat jelas karena ikut mengalir bersama arus air.Kedua mat kami beralih kearah pria yang sedang berjongkok dan memegangi tubuh Rendi.

"Hey!",pekik Evelyn dengan nada marah dan kesal sambil mengeluarkan kedua pistolnya kearah pria itu.Sedangkan Loki yang melihat Evelyn mengeluarkan senjatanya langsung mengambil Twin exalibur dari punggungnya.

"Tunggu!",ketika Evelyn dan Loki hendak menyerang.Mereka langsung terhenti dengan teriakkan milik Renata.Dengan secepat kilat,Renata sudah berada di depan yang lainnya.Semuanya terkejut,terkecuali Scarlet yang tahu betul mantra apa yang digunakan Renata hingga ia bisa sampai secepat ini.

"Jangan serang dia,dia adalah Lukas Luteris.Seorang ahli sihir hebat yang memiliki tipe pure magic,ia dapat menandingi ayah Rendi yang merupakan keturunan Guardianes"

Mendengar suara yang familiar ditelinganya,pria yang tadinya berjongkakok langsung berdiri dan menatap sosok yang lama tak dijumpainya selama bertahun tahun.

Evelyn dan Loki langsung tertunduk malu,karena mereka telah mengarahkan senjata mereka kearah orang yang terhormat.Ketika mendarat di puncak gunung itu mereka tetap tertunduk tak berani menatap pria yang ada di depan.

"Sudahlah,lupakanlah",ujar pria bernama Lukas kearah Evelyn dan Loki yang masih tertunduk dan memalingkan muka mereka masing masing.Suara miliknya terdengar sangat bijak dan penyabar,membuat orang yang mendengar suaranya akan langsung tenang."Lagipula,aku kan berdiri sindiri di dekat temanmu yang terluka.Tentu itu akan menimbulkan kecurigaan",tambahnya lagi.Yang membuat Evekyn dan Loki menatap pria itu tak percaya.Sedangkan Scarlet ia hanya terkekeh melihat kelakuan teman temannya.

"Lama tak berjumpa,Lukas",sapa Renata sambil melambaikan tangannya kearah Lukas.

"Kau tak banyak berubah ya,Renata",balasnya sambil tersenyum hangat kearah Renata.

"Bagai mana keadaan tuan Rendi?",tanya Renata yang menghampiri tubuh tuannya yang tergeletak tak berdaya.

"Tak begitu parah,hanya kehilangan darah dan kelelahan akibat seluruh tenaga sihirnya terkuras habis"

"Begituya",Renata bergumam seraya mengangkat tubuh tuannya melayang diudara dengan sihir.

"Sebaiknya kalian beristirahat,ikutlah aku",ujar Lukas yang akan membimbing mereka semua menuju tempat yang myaman untuk beristirahat.

"Um,apakah kau tahu kalau kami ini akan n-"

"Aku tahu",potong Lukas.Ia kemudian menatap Loki dengan tatapan yang hangat,"aku sudha diberi tahu oleh Leon kalau kalian akan kesini dan aku akan menjadikan kalian semua muridku"

-----------------------------------

Hai,author kembali.
Author lupa untuk ngasih tahu kalian kalau author ini akan update setiap hari minggu,jadi jangan hapus cerita ini dari perpustakaan kalian kalau tahu author belum update.Karena hanya muingu author akan update.

Itu saja,trimakasih bagi kalian yang membaca cerita pertamaku yang sudah sampai disini.

Salam hangat dariku

-Renaayu-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro