Bab 11. The test
Apa yang kalian lakukan jika mendapati orang yang dekat dengan kalian ternyata adalah pembunuh dari sesuatu yang paling berharga dari dirimu?
Apakah kau akan membunuhnya?
Narator pov
"Yo,apa kabar adik?.Tak kusangka akan bertemu denganmu disini,omong omong.Kau terlihat berantakan,butuh bantuan?" Ucap kakak Loki sambil tersenyum senang melihat adiknya yang kaget menyadari kehadirannya.
"He~.Rupanya kau juga bisa sihir ya?" Tanya kakak Loki-Kate,salah satu kakinya masih menginjak pergelangan tangan milik Loki."Wah,kita lihat apa yang kita dapat disini?" Meski nada bicara Kate seperti bertanya,namun jika dilihat lihat ia seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Sedetik kemudian,Kate sudah memegang Twin Exalibur."Tak kusangka kau punya ini,adikku." Ujarnya sambil memperhatikan setiap bagian pedang Twin Exalibur dengan seksama.
"Ja-uhkan tanganmu dari pe-dang i-itu." Lirih Loki.
"Apa?,aku tak mendengarnya.Bisakah kau ulangi?"
"J-angan memegang pedang i-tu.Atau kau akan-"
Belum sempat Loki menyelesaikan kalimatnya.Kedua bilah pedang Twin Exalibur berubah warna menjadi merah.Ia tiba tiba terbang diudara,kemudian menghunuskan bilahnya tepat di jantung kakak milik Loki.
Tak lama kemudian,Kate jatuh tersungkur diatas tanah.Darah mengalir deras dari jantungnya.Semua darah yang mengalir mulai menggenang tubuh Kate dan membuat sebuah kolam kecil berwarna merah.
Tanpa pikir panjang,Loki eegera menghampiri kakaknya yang sedang terkulai lemas di atas tanah.Ia tak peduli dengan rasa nyeri yang masih ada di tubuhnya,ia juga tak peduli fakta bahwa kakaknya sendiri yang melakukan itu padanya.Hanya satu tujuannya,menyelamatkan kakaknya yang sekarat.
"Kakak." Lirih Loki.Ia memegang telapak tangan kakaknya yang juga berlumuran darah.Dua pedang masih tertancap di tubuhnya yqng sudah kehilangan banyak darah.
Cairan merah kental juga mengalir di sudut bibir Kate yang membuat seulas senyum.Tak lama kemudian,cahaya sudah redup di kedua bola mata Kate.
Kehangatan sudah hilang di tubuhnya,tangan Kate yang kini dipegang oleh Loki kini sudah lemas.
Kedua mata Loki mulai memanas,lantaran ia melihat orang yang ia sayang terbunuh tepat di depannya sendiri.
Sakit.
Itu yang Loki rasakan,rasa sakit yang ia rasakan sekarang lebih sakit daripada luka di tubuhnya sekarang.
Dada Loki terasa sesak,bahkan sangat sulit baginya untuk bernafas.Kedua pandangannya mulai memburam,lantaran akibat dari air mata yang menggenang di matanya.
Bibirnya bergetar,begitu pula tubuhnya.
Tak lama kemudian,Loki segera memegang gangang pedang Tein Exalibur miliknya.Sensasi dingin langsung menyerang kulit telapak tangannya begitu ia memegang pedangnya sendiri.
Sring
Kedua bilah berwarna putih dan hitam itu kini sudah terangkat.Bilah yang semula besih tanpa ada noda sedikitpun kini bersimbah dengan cairan merah pekat.
Kepala Loki tertunduk sambil memandangi cairan merah yang menetes di ujung pedangnya.Poni beewarna coklat milik Loki menutupi sebagian wajahnya.Namun,ia masih memperlihatkan sebuah bibir yang bergetar dan tetesan air mata yang mengalir deras.Ia mulai mengeluarkan suara isakan kecil.
Loki menggigit bibirnya kuat kuat hingga berdarah.Tubuhnya yang semula bergetar kembali tenang,kedua manik berwarna coklat tua milik Loki masih tak terlihat lantaran tertutup dengan poni miliknya.
Keheningan langsung menyelimuti hutan.
Suara isakan kecil kini sudah tak terdengar.Yang terdengar hanyalah deruan angin yang bergesekkan dengan daun.Ditambah suasana hutan yang mencekam dan sunyi,membuat daerah dosekeliling Loki terkesan menakutkan.
Tak lama kemudian,kedua sudut bibir Loki tertarik keatas.
Ia tersenyum.
Namun bukan senyuman hangat yang biasa ia tunjukkan.
"Huwahahahaha!!" Sedetik kemudian,tawa Loki meledak.
Ia tertawa cekikilan sambil memegangi perutnya.Pedang Twin exalibur ia jatuhkan dengan asal asalan.
"Hahaha...tadi kakak terlihat ingin membunuhku.Namun mari kita liat siapa yang mati sekarang!" Serunya disela sela tertawanya."Ternyata,karma memang berlaku ya?!" Tambah Loki masih dengan memegangi perutnya yang sakit akibat tertawa berlebihan.
"Aku gak nyangka,kakak masih hidup." Jeda sebentar,"Yah,meski sekarang sudah mati." Lanjut Loki,tawanya sudah terhenti.
Ia kini kembali tertunduk.
"Tenang saja,aku masih hidup kok.Adikku tersayang." Balas suara yang tak diduga duga masih ada.
Spontan Loki segera membalikkan badan dan melihat sosok yang membalas ucapannya barusan.Setelah ia membalikkan badan 180 derajat,Loki langsung disambut dengan sebuah pedang dengan bilah berwarna hitam yang berada tepat di samping lehernya.
"Kau pikir aku mati semudah itu?,jangan bercanda." Kate tengah mengancam Loki agar tak bergerak dengan salah satu pedang Twin Exalibur milik Loki.
"Wah wah,apakah sihir yang kugunakan terlalu realistis ya?.Sampai kau kena acara ketipu segala."
Butuh beberapa detik bagi Loki untuk mencerna ucapan Kate tadi.Setelah otaknya selesai memproses data yang didapatnya,Loki segera melirik kebelakang dan mendapati Rendi sedang terbaring tak bernyawa dengan darah yang berceceran dimana mana.
Kedua bola mata Loki sukses membulat sempurna.Mulutnya ternganga lantaran ia tak percaya dengan apa yang ia lihat.
'A-ku,membunuhnya.Aku me-mbunuh sahabatku sendiri' batin Loki dalam hati.Terbesit rasa penyesalan yang amat dalam di hatinya.
Waktu terasa berhenti bagi Loki,ia telah membunuh sahabatnya sendiri.Kepala Loki kembali terdunduk,ia tak peduli dengan ocehan ocehan yang kakaknya lontarkan pada Loki.
"Kurasa kau tak mengetahui kemampuanku ya?" Tanya Kate namun Loki tak merespon apapun,ia masih tertunduk memandangi tanah.
"Aku memiliki dua tipe sihir.Satu manipulation, dan satu specialization.Untuk manipulasi,aku menamakannya Deceiver,yaitu membuat orang melihat sesuatu menjadi lain."
Loki masih tak merespon,namun perlahan lahan ia mendongakkan kepalanya.
"Kau sudah selesai?" Tanya Loki dengan nada dingin.Tak seperti biasanya,kali ini Loki berbicara dengan sinis.
Kepala Loki sudah menatap wajah Kate dengan lurus.Poni sudah tak menutupi wajahnya,menampakkan dua bola mata coklat tua milik Loki.Kedua sorot mata Loki menyiratkan kemarahan,kesedihan,kesal dan sakit.Semuanya menjadi satu,tanpa aba aba ia segera mencengkram bilah pedang berwarna hitam itu dengan tangan kosong.
Telapak tangannya berdarah,dan ia tak peduli akan hal itu.Loki berusaha menarik pedang itu secara paksa dari kakaknya.
Kate yang terkejut akan aksi dadakan milik Loki tak dapat menahan pedang yang kini ditarik paksa oleh adiknya.Tak dapat dipungkiri lagi,Loki kembali memegang salah satu dari Twin exalibur dengan bilah hitam dan ganggang putih.
Setelah itu,Loki mengangkat tangan satunya yang kosong.Tak lama kemudian,pedang Twin Exalibur di tangan kiri Kate dengan bilah berwarna putih dan ganggang hitam melesat pergi ke arah genggaman tangan Loki yang kosong.
"Aku tak akan memaafkanmu." Lirih Loki dengan menatap sinis kearah kakaknya.
Kate menaikkan kedua alisnya,"Benarkah? Aku ini kakakmu lho." Tanya Kate dengan nada bicara yang sangat percaya diri.
"AKU TAK PEDULI!"
Tanpa basa basi Loki segera menerjang kakaknya.
Di dalam hati dia terus mengumpat umpat tentang kakaknya.
'Kenapa tadi aku menangisinya?! Kenapa?! kenapa?!'
Sedetik kemudian,Loki mendapat gerakan kakaknya yang terbuka tanpa ada perlindungan.Tanpa basa basi,Loki segera menyerang bagian tersebut.Namun..
"Loki,kau yakin mau menyerangku?" Tanya sosok yang hendak dibelah menjadi dua oleh Loki.
Kate yang semula di depan Loki berganti dengan sosok Scarlet yang hampir ditebas oleh Loki.
Pedang Loki berhenti tepat se inchi dari leher Scarlet.
"S-scarlet aku gak bermak-"
Buagh
Ucapan Loki terpotong begitu Scarlet langsung meninjunya tepat di perut.Membuatnya tersungkur di tanah sambil meringis kesakitan.
"Adik bodoh." Ledek Scarlet,namun suaranya berbeda.Lebih mirip dengan suara milik Kate.
Dalam sekejap mata,wajah Scarlet langsung berubah menjadi wajah Kate.
"Wah wah wah,terlalu setia kawan." Gumam Kate,namun ia mengucapnya dengan keras seolah olah sengaja agar Loki dapat mendengarnya dengan jelas.
Srash
Pedang Loki sudah tertancap tepat di perut milik Kate.Dan kini Loki tiba tiba sudah ada di belakang Kate dengan salah satu pedang di tangannya menembus tubuh Kate.
"Sound speed"
Bisik Loki tepat di daun telinga kakaknya,sementara Kate yang mendengarnya hanya terkekeh pelan.
"Kau terlalu meremehkan ku,kak." Ujar Loki masih dengan nada berbisik.
Kate masih terkekeh sambil mencoba melihat diknya melalui ekor matanya.
"Bukankah itu juga berlaku padamu?" Tanya Kate sambil tersenyum penuh teka teki.
Loki tak mengubris ucapan kakaknya dan segera menusuk jantung milik Kate dengan pedang Loki yang bebas.
Setelah pedang tersebut menembus tubuh Kate,Loki segera mencabut kedua pedangnya dari tubuh kakaknya.
Kate kini tergeletak tak bernyawa diatas tanah.Darah bercucuran dimana mana.Kedua pedang Loki bersimbah darah,tak dapat dihindari juga bahwa baju yang kini Loki kenakan terkena darah dimana mana.
Dengan langkah gontai,Loki berjalan kearah jasad Rendi yanf tergelak asal asalan diatas tanah.
Tanpa menunggu lebih lama lagi,Loki segera mendudukkan tubuhnya dengan kasar disamping tubuh sahabatnya.
Loki menatap Rendi dengan lekat lekat, Loki tak dapat meneteskan setitik air matanya ketika melihat sahabatnya terbaring tak bernyawa dengan dua lubang menganga di tubuhnya.
Bagaimana ia tak bisa menangis? Loki sendiri tak tahu kenapa.Apakah ini karena ia yang membunuhnya? Loki tak begitu yakin.
Ujung ujungnya Loki hanya mengacak acak rambutnya dengan frustrasi sambil memukul tanah dengan tinjunya.
"Sial." Umpat Loki masih memukuli tanah,"Sial sial sial sial!"
"Sedang menyesali diri rupanya."
Kedua manik Loki membulat tak percaya.Reflek ia melihat ke asal suara tersebut dan menemukan Kate tengah tersenyum lebar kearahnya seolah tak terjadi apa apa.
"Yo,apa kabar? Kau terlihat kacau adikku." Jeda sebentar,"Ini aku,masa kamu gak ingat dengan kakakmu sendiri.Jika kau tanya kabarku,aku baik baik saja.Bahkan kurasa lebih baik dari sebelumnya."
Butuh semenit bagi Loki untuk mencerna apa yang baru saja terjadi,setelah semuanya sudah tersusun rapi di otaknya Loki segera mengalihkan pandangannya.
Kedua bola mata milik Loki bergerak secara perlahan lahan mencari tempat ia terakhir membunuh Kate.
Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati sebuah sosok yang tak terduga duga ia temui.Dengan tangannya sendiri,ia telah membunuh temannya lagi.
Kepala Loki kembali tertunduk,sedetik kemudian ia mendapatkan sebuah tendangan yang membuat Loki terhempas kebelakang dan membentur pohon.
Loki bergeming,memang rasanya sakit.Namun tak sesakit dengan luka di hatinya.Loki hanya diam terduduk di bawah pohon.
Dalam sekejap mata,sebuah tangan melingkar di leher milik Loki.Tubuh Loki diangkat dengan paksa hingga kedua kakinya tak menyentuh permukaan tanah.Loki masih bergeming.
"Apakah kau belum sadar adikku? Kaulah yang membunuh mereka berduabukan aku." Ujar Kate sambil menguatkan pegangannya pada leher Loki.
"Apakah kau lupa? Aku ini memiliki dua tipe sihir.Satu manipulation dan satu specialization.Untuk manipulation aku memiliki kakuatan Deceiver dan untuk Specialization..."
Nada bicara Kate berubah menjadi berbisik.Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Loki dan membisikkan sesuauatu yang membuat Loki langsung mengamuk dan menggeliat berusaha lepas dari cengkraman Kate.
"Percuma!,kau tak akan bisa membunuhku adikku.Atau kau akan membunuh 'mereka'" Hardik Kate.
"E-vlyn." Lirih Loki.
Loki berhenti menggeliat.Sementara Kate malah menguatkan cengramannya pada leher Loki.Ketika tangan Loki mulai lemas,Kate segera melepaskan leher Loki dan mrnghempaskannya di tanah.
"Uhuk uhuk uhuk."
Loki terbatuk batuk karena paru paru miliknya kekurangan oksigen.Tubuhnya berlutut diaras tanah sambil menghirup oksigen sebanyak banyaknya dan mengisi setiap paru paru dengan udara.
"Jadi,apa yang akan kau lakukan adikku?"
Kepala Loki menengadah dan menatap nanar kakaknya yang balas menatapnya dengan senyuman menyeringai di wajahnya.
----------------------------------
"Sudah lama sekali bukan?"
"Hmnn" Ares menjawab Scarlet tanpa memandangnya.
"Namun aku senang kau selamat." Scarlet berhenti sejenak,"Aku minta maaf." Lirih Scarlet.
"Buat apa?" Ares menaikkan kedua alisnya.
"Karena merusak kehidupanmu dan beberapa warga desa dan orang orang terdekatm-"
"Shsss." Potong Ares,"Itu bukan salahmu." Lanjutnya namun Scarlet malah menggeleng geleng sebagai respon.
"Tapi,itu juga termasuk salahku meski itu perbuatan atah maupun ibuku.Namun aku tetap menjadi anggota keluarga Evergreen oleh karenanya itu juga salahku."
Ares hanya terdiam mrndengarkan penjelasan Scarlet dengan seksama.
----------------------------------------
"Hendrik! Ivandio! Buka pintunya sekarang!" Pekik seorang gadis kecil sambil menggedor gedor pintu yang sepuluh kali lipat lebih besar dari tubuhnya.
"Maafkan saya nona Scarlet,tapi ini perintah dari ayah anda." Balas sebuah suara di balik pintu,suaranya sedikit terendam akibat di luar dan terhalang oleh pintu.
"Buka pintunya atau akan kupaksa kubuka!" Titah Scarlet kecil dengan kesal.Namun tak ada balasan di sebrang, yang membuatnya tak ada pilihan lain selain menggunakan kekerasan.
"Aku memohon kepada kalian para ruh yang memberikan energi di alam ini agar memberikan sebagian kekuatan kalian padaku.Agar aku dapat menghancurkan segala penghalang yang ada di dipepanku."
Setelah Scarlet kecil mengucapkan mantra tersebut,tubuhnya mulai dikelilingi oleh partikel partikel cahaya warna warni yang mulai menyatu dengan tubuhnya.
Scarlet kecil segera mengambil kuda kuda hendak memukul pintu tersebut.
Pang
Pintu tersebut hanya bergetar kemudian tak terjadi apapun.Scarlet mencobanya sekali lagi,bahkan berkali kali Scarlet sudah memukul pintu itu namun tak ada tanda tanda bahwa ia akan terbuka.
"Nona itu percuma,meski anda menggunakan ruh untuk meningkatkan kekuatan."
Ujar sebuah suara di balik pintu.
"Jadi,sebaiknya anda diam saja disana daripada melukai diri sendiri.Sebaiknya jangan merepotkan setiap orang yang anda temui." Tambah sebuah suara lain dibalik pintu.
Scarlet kecil hanya berdecak kesal karena ucapan bawahannya yang terakhir itu terkesan menyindirnya.Akhirnya Scarlet kecil memutuskan untuk menurut kemudian ia berjalan menjauh dari pintu dan mulai masuk ke pintu lain di dalam.
Setelah membuka pintu,Scarlet kecil memutuskan untuk berkeliling sambil mengamati buku buku di dalam rak.
Scarlet kecil kini berada di dalam sebuah perpustakaan pribadi milik keluarganya.Keluarga Evergreen merupakan keluarga yang berperan penting dalam desa yang ditinggali Scarlet kecil dan Ares kecil,desa Qraick.Oleh karenanya,semuanya hormat kepada keluarga Evergreen.
Namun pemimpin keluarga Evergreen sekarang-ayah Scarlet dan ibu Scarlet terlalu protektif dengan anak tunggal mereka.
Scarlet kecil selalu tak diperbolehkan bermain dengan anak anak,keluar rumah,melakukan aktifitas berbahaya,terluka, dan lain lain.
Ia tak diperbolehkan bermain dengan rakyat biasa.Para keluarga Evergreen lama kelamaan dibutakan oleh ego dan kehormatan.Mereka memang memimpin desa menuju masa kejayaan,namun mereka juga terlalu terbenam dalam kehormatan hingga mereka hanya mau begaul dengan orang yang setara dengan mereka.
Scarlet kecil merasa kesepian karena kedua orang tuanya tak memperbolehkannya untuk bergaul dengan anak anak lain di desa.Dan selama ini ia hanya menghabiskan waktu hanya untuk membaca di perpustakaan pribadi keluarganya.
Ia bahkan hampir menghabiskan seluruh buku di dalam perpustakaan ini.Hanya saja,kedua orang tuanya selalu menambah koleksi buku mereka setiap sebulan sekali karena mereka tahu jika Scarlet kecil sering membaca di dalam perpustakaan itu.
Scarlet kecil tak mempunyai teman bermain,ia tak bisa bermaib dengan kedua orang tuanya karena mereka terlalu sibuk dalam pekerjaan.Ia hanya punya buku buku yang ada di perpustakaan sebagai temannya-teman bacaan yang menghabiskan membuat Scarlet kecil menghabiskan waktu.
Inilah yang membuat Scarlet kecil menjadi pendiam,penyendiri,pemalu dan pintar disaat yang bersamaan.
Namun kali ini ia memiliki seorang teman,Ares Cruzain namanya.Ketika Scarlet kecil kabur dari rumah karena terlalu muak dengan peraturan kedua orang tuanya.Ia tak sengaja menabrak Ares ketika sedang berlari.
Setelah kejadian itu Ares menjadi satu satunya teman Scarlet kecil.Awalnya Ares tak mengetahui identitas Scarlet kecil,namun ketika Scarlet kecil memberitahukan identitasnya Ares tetap mau menjadi temannya....
"Mimpi?" Scarlet kecil tersentak dari tidurnya.Ia langsung membenarkan posisi duduknya sambil mengusap usap matanya yang masih buram.
Ternyata Scarlet kecil memimpikan tentang pertemuan pertamanya dengan Ares.Seulas senyum kecil tergambar di wajah mungil milik Scarlet kecil.Sampai terlintas sebuah ide di kepalanya.
'Aku akan membujuk ayah untuk mulai rendah hati terhadap warga desa' Pikir Scarlet kecil dalan batinnya.Ia segera berdiri kemudian berlali kecil menuju pintu utama keluar dari perpustakaan tadi.
Ia sudah sampai di pintu tersebut,nafasnya tersenggal senggal karena berlari.Ketika nafasnya sudah normal,Scarlet kecil membuka mulut hendak mengatakan sesuatu namun ucapannya terganti dengan....
Boom!
Sebuah ledakan terjadi.
Ledakan tersebut mementalkan pintu di depan Scarlet kecil bersama dirinya.Dengan sigap Scarlet kecil segera membuat prisai meski tak terlalu kuat menahan pintu tersebut.
Ruangan di dalam langsung porak poranda seperti kapal pecah,bahkan ada beberapa barang yang terbakar.
Scarlet kecil hendak berdiri namun ia kembali terjatuh.Pergelangan kakinya terkilir,bahkan kaki satunya tersangkut oleh beberapa puing puing bagunan.
"Dia disana!"
"Ayo bunuh dia!"
Sebuah teriakkan membunuh diiringi langkah kaki yang mendekat dapat di dengar oleh telinga Scarlet kecil.
"Tunggu!" Suara langkah kaki itu terhenti.Dan suara peringatan itu bukan berasal dari Scarlet kecil,ia malah mengenali suara itu.
"Minggir Ares!" Bentak sebuah suara yang terdengar milik seorang pria paruh baya.
"Tidak akan!"
Dapat terdegar sebuah pertikaian kecil di sana.Melihat kesempatan emas ini,Scarlet kecil berusaha menyingkirkan puing puing bagunan di kakinya.
"Minggir atau kutembak!"
"Tidak akan,lagipula kita sudah menyelesaikan tugas kita.Yaitu membunuh kedua orang tuanya,lagipula gadis itu tak melakukan apapun."
"Ares!,dia adalah keluarga Evergreen.Itu alasannya!" Pekik pria itu lagi.
Scarlet tak terlalu memperhatikan suara pertikaian di sana.Ia hanya fokus untuk menyingkirkan puing puing yang menindih kakinya.
Namun kegiatannya langsung terhenti begitu ia menyadari ucapan Ares barusan.
lagipula kita sudah menyelesaikan tugas kita.Yaitu membunuh kedua orang tuanya,lagipula gadis itu tak melakukan apapun.
Kalimat itu terus berdengung di benak Scarlet kecil.Ia sudah berhenti menyingkirkan puing puing bangunan.Tubuhnya mulai bergetar,ia menggigit bibjrnya sendiri berusaha menahan tangis.Namun usahanya sia sia.
Setetes air mata mulai mengalir dari pelupuk matanya,air mata itu mulai mengalir dengan deras dan bisa berhenti.
Duarr
Sebuah suara tembakkan langsung menyadarkan Scarlet kecil dari lamunannya.Tak lama kemudian ada banyak orang yang mengelilingi Scarlet kecil.Tak lupa persenjataan di tangan mereka masing masing,dan ia tak melihat sosok Ares dimanapun.
Apakah ia salah orang? Bisa saja nama Ares tak hanya dimiliki oleh temannya itu.Nanun otaknya menolak hipotesa tersebut,karena Scarlet kecil yakin sekali bahwa suara tadi itu adalah milik Ares,sahabatnya.
Scarlet kecil terduduk tak berdaya di atas puing puing bagunan,ia mengedarkan pandangannya mencari sosok temannya.
Namun tak kunjung mendapatkan hasil,ia hanya menemukan sekelompok orang membawa senjata seperti pisau,pedang,belati dan lain lain.Namun pandangan Scarlet kecil terhenti pada pria yang mengarahkab pistol laras panjang kepadanya.Hanya ia yang menggunakan pistol sebagai senjata,namun bukan hanya itu yang menarik perhatian Scarlet kecil.Melainkan ada bercak noda darah di pakaiannya.Tak butuh satu detik bagi Scarlet kecil untuk mencerna situasi sekarang ini.Ia memandang nanar orang yang memegang pistol tersebut.
Kali ini Scarlet kecil bangkit dri duduknya,tak lagi mempedulikan rasa sakit di kakinya yang terkilir.
Tubuh Scarlet kecil mulai bersinar terang,bintik bintik cahaya warna warni mulai mengelilinya.
"Outburst"
Gumam Scarlet kecil sambil mengangkat sebelah tangannya di udara.Sedetik kemudian terjadi ledakan yang membuat puing puing bagunan di bawah Scarlet terhempas kesana kemari menjahui Scarlet kecil sebagai pusatnya.
Scarlet kecil dapat menguasai beberapa mantra yang seharusnya tak dapat dilakukannya karena tipe sihirnya adalah Summon.Namun inilah akibat dari banyak membaca di perpustakaan,benaknya banyak diisi oleh pengetahuan yang luas hingga ia menemukan akar dari sihir.Sumber dari semua sihir,selama ini ia menyembunyikan kekuatan yang senarnya.Namun karena terbawa emosi ia memilih untuk menunjukkannya skarang pada orang orang.
Debu debu bertebangan dimana mana hingga menutupi jarak pandang milik Scarlet kecil.
Duar
Sebuah lubang terbentuk di perut Scarlet kecil.Ia langsung terdufuk dengan kasar diatas tanah sambil mengerang kesakitan.Ketika butiran butiran debu sudah hilang diudara,ia dapat melihat seseorang masih berdiri dengan kokoh.
Yaitu orang yang memegang senjata berupa pistol, dan kini ia masih membidik Scarlet kecil yang sudah lemas.Ia terlihat frustrasi karena bidikannya kurang tepat,dan kini ia mengincar jantung Scarlet kecil.
Sinar terang yang menyelimuti tubuh Scarlet kecil sudah lenyap.Ia terlalu lelah untuk melawan,akhirnya Scarlet kecil memutuskan untuk menyerah pada takdirnya.
Hujan mulai turun dan membasahi dunia ini.Scarlet kecil menutup kedua matanya dan bersiap siap merasakan sakit di tubuhnya.Namun ia tak kunjung merasakannya,apakah ia sudah mati? Kurasa tidak karena ia masih merasakan hujan yang membasahi tubuhnya.
"Sampai berapa lama kau akan menutup mata gadis kecil?" Tanya sebuah suara yang terdengar milik seorang pria.
Scarlet kecil masih tak membuka matanya,ia takut jika yang berbicara adalah pria yang hendak membunuhnya tadi.
Namun keaguan terselip di hatinya,suara pria yang didengarnya saat ini berbeda dengan suara pria yang menembaknya tadi.
Bagaimana ia bisa tahu? Ity karena Scarlet kecil dapat mendengar suara pria yang menembaknya sedang berdebat dengan Ares.
Rasa sedih kembali memasuki hatinya.Ia bertanya tanya dalam hati mengenai bagaimana kabar Ares sekarang? Apakah ia masih hidup? Scarlet kecil tak tahu.
Dengan secuil keberanian,Scarlet kecil perlahan lahan membuka mata.Ia mengerjap ngerjap beberapa kali begitu mendapati seorang pria yang berbeda berdiri di depannya.
"Kau tak apa?" Tanya pria itu,namun Scarlet kecil hanya terdiam dan mengamati sosok di depannya dengan seksama.
Ia memiliki rambut silver yang panjang seperti perempuan.Tak hanya itu,ia juga memiliki manik mata berwarna kuning yang indah.Tubuhnya tegap seperti atletis,perawakannya seperti duapuluh tahunan.
"Kau sendirian bukan? Bagaimana kalau kau ikut denganku? Akan kujadikan kau sebagai kaki tanganku,lagipula kau bisa sihir."
Tak butuh lama bagi Scarlet kecil untuk mempercayai orang di depannya saat ini.Lagipula,Scarlet kecil tak memiliki siapa siapa sekarang dan lagipula pria itu telah menyelamatkan Scarlet kecil.
Sebuah anggukan Scarlet berikan sebagi jawaban atas pertanyaan pria tersebut.Seulas senyum tergambar jelas pada wajah pria tersebut.
"Siapa namamu?" Tanya pria tersebut.
"Scarlet.Scarlet Evergreen."
"Nah Scarlet,selamat datang di organisasi Phantom Role." Ujar pria tersebut sambil membentangkan kedua tangannya.
Sedetik kemudian,muncul delapan bayangan orang dibelakang pria tersebut.Semua wajah mereka tak terlihat karena gelapnya malam.
Namun jika dilihat lihat berdasarkan bentuk tubuh mereka,terdapat lima perempuan dan empat laki laki-termasuk pria yang menolong Scarlet kecil.
"Ada satu orang tak hadir,yaitu pengganti ketua." Ujar sebuah suara nakal milik salah seorang wanita.
"Iya,tak dapat datang karena suatu alasan.Lagian,ketua yang sekarang sedang berdiri di depanmu anak baru." Sambung seorang pria dengan nada bicara sinis.
"Sudahlah kalian,kalian akan membuat anggota baru kita bingung." Tambah sebuah suara wanita yang terkesan garang.
"He~.Aku penasaran padanya,pengetahuannya luas sekali untuk gadis kecil berusia delapan tahun.Bahkan itu melebihi pengetahuanmu Daniel." Sindir seorang wanita dengan nada lemah lembut dan sang objek yang dibicarakan hanya berdecak kesal.
"Cih,diamlah kau Stevanie.Nah ketua,apa yang akan kau lakukan?" Tanya pria yang dipanggil Daniel oleh Stevanie.
"Pertama tama,aku akan menjadikan ia sebagai kaki tanganku.Aku ingin dia sebagai intel,pencari informasi pada eksperimenku yang selanjutnya."
Hening sebentar,Scarlet kecil juga tak terlalu mengerti dengan apa yang mereka bicarakan.
"Oh ya,aku belum memperkenalkan diri.Namaku adalah Azazel Bellserk,ketua dari organisasi Phantom Role.Dijuluki sebagai The Pandora box."
--------------------------------
"Scarlet."
Tak ada jawaban.
"Oi,jangan mengabaikanku."
Tak ada respon selama beberapa detik.Ares akhirnya menyerah sambil menghela nafas.
"Uh oh!,Ares ada apa?" Tanya Scarlet dengan bingung.
"Kau melamun selama lima menit."
"Maaf." Hanya itu yang dapat Sacrlet ucapkan saat ini.
"Lupakanlah,ayo ikut aku.Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu." Sahut Ares dengan antusias sambil berdiri dan menarik paksa lengan Scarlet.
'Oh ya,dimana mereka semua ya? Kok tiba tiba sepi sekali' Tanya Scarlet dalam hatinya.
Scarlet hanya pasrah dengan kehendak sahabatnya itu.Hingga mereka sampai di mulut gua tempat Scarlet dan yang lainnya istirahat.
Kedua manik ungu milik Scarlet membulat tak percaya,apa yang dilihatnya sekarang adalah jawaban atas pertanyaannya tadi.
Darah terciprat dimana mana dan ada lima jasad dari lima orang yang dikenalnya.Rendi,Evelyn,Loki,Renata dan Lukas.
Belum selesai Scarlet mencerna kejadian ini,sebuah belati menusuk tepat di perutnya.Tanla basa basi ia segera melompat menjauh dari sang penyerang dan segera mencabut belati tersebut sambil berbalik badan menghadap sang penyerang yaitu..
"Ares." Geram Scarlet sambil mencabut belati tersebut,ia sempat meringis menahan sakit ketika besi itu dipaksa keluar setelah menancap di dagingnya.
Ared balas menatap Scarlet dengan senyuman menyeringai,"gara gara kau Scarlet ayah menembakku untungnya aku bisa bertahan.Dan gaa gara kau ayah mati,kau pikir aku memaafkanmu?! jangan bergurau!" Jeda sebentar,"Bagaimana pemandangannya? Aku mendesainnya untukmu lho~"
Scarlet segera bersiap siap dengan sihirnya dan Ares nampak melakukan hal yang sama.
Kedua persahabatan mereka retak karena dendam dan amarah di hati masing masing.Kedua sorot mata dari masing masing kedua pihak memancarkan amarah,dengki,dendam dan benci.
Keheningan terjadi disekeliling mereka,hingga Ares memotong jarak antara dirinya dan Scarlet dan beesiap menyerang Scarlet dengan kekuatan sihir miliknya.
------------------------------------
Suara tersebut masih belum berhenti."Hentikan!" Pekik Evelyn, "Ayah!,ibu!"
Namun suara tersebut tak kunjung henti.Membuat Evelyn harus meringkuk di udara sambil menahan teriakkan di mulutnya.
Evlyn akhirnya terjatuh dari udara karena tak sengaja mematikan sistem pendorong pada sepatunya.Untungnya ia sempat menyalakan pendorong pada sepatunya pada ketinggian setengah meter diatas tanah.
Evelyn memutuskan untuk berjalab dan berkeliling di desa lamanya yang mulai hancur termakan api.
Suara suara di kepalanya sudah berhenti.Meski begitu Evelyn sedikit gemetar karena ia ingat dengan kejadian yang menimpanya dulu.
Langkah kakinya terhenti ketika mendapati sekelompok bandit yang menyerang desanya dulu.
"Hey!" Pekik Evelyn yang membuay para bandit tersebut berbalik badan menghadap Evelyn kemudian kembali berbali dan kabur.
Kaki Evelyn mulai bergetar,ia berhenti sejenak dan menenangkan pikirannya dan mencoba mengumpulkan secuil keberanian.Setelah ia sudah lebih tenang,Evelyn menghaktifkan kacamatanya dan mulai memindai sekitar.
Bingo.
Ada beberapa titik merah yang berkumpul di suatu tempat,yang berarti itu adalah orang yang tak dikenal oleh Evelyn dan sudah di cap sebagai musuh di benak Evelyn.
Disekitar titik merah tersebut ada beberapa titik hitam yang berjumlah tiga buah.Titik hitam itu maksudnya ada seseorang yang barusaja mati.
"Mungkin itu warga desa." Gumam Evelyn sambil mengaktifkan pendorong disepatunya dan terbang serendah mungkin sambil melesat kearah sekumpulan bandit tersebut.
Mulai ada bercak darah yang terlihat,bau anyir dan amis mulai memasuki indra pembau Evelyn.Jantungnya berdebar debar,adrenalin mengalir di tubuhnya.Tinggal beberapa belokkan ia akan sampai disana.
Hampir sampai..
Sedikit lagi...
Dan..
Evelyn langsung terjatuh di tanah dengan mulut menganga tak percaya.Jasad di depannya bukanlah jasad para warga desa,melainkan ketiga temannya.Rendi,Loki dan Scarlet,semuanya penuh dengan luka sayatan dan darah.
Tak lama kemudian muncul suara kekehan di belakang Evelyn.Sontak ia langsung bengkit dan berbalik menghadap sang sumber suara.
Di depannya berdiri empat orang dengan topeng di wajah mereka masing masing.Satu orang mengenakan topeng seperti hantu,ada yang memakai topeng yang tersenyum menyeringai,ada yang memakai topeng yang tertawa dan terakhir ada yang mengenakan topeng menangis.
Semuanya memberikan kesan meledek kearah Evelyn.Keempatnya memegang senjata dan masing masing dari mereka berlumuran darah.
Keempatnya mamegang topeng masing masing dan membukanya perlahan.
"Lama tak bertemu Evelyn." Ujar seseorang yang mengenakan topeng dengan senyuman menyeringai.Suaranya yang semula terendam dan terdengar serak kini berubah menjadi lembut seperti suara seorang perempuan.
"Veronica." Ujar Evelyn,sementara sang objek hanya tersenyum menyeringai persis dengan topeng yang dikenakannya barusan.
Evelyn mengedarkan pandangannya pada yang lainnya dan mendapati sosok lain yang sangat dikenalnya
"Zeal,Jared dan Silvy." Ujar Evyn sambil menatapi ketiganya satu satu.Zeal adalah sang pengguna topeng hantu,Jared sang pengguna topeng tertawa dan Silvy sang pengguna topeng menangis
"Biar kutebak,kalian yang membunuh teman temanku bukan?" Evelyn menaikkan kedua alisnya.
"Apakah kami harus menjawap pertanyaan konyol itu?" Jared balas bertanya.Ia mengambil satu anak panah dan memasangnya di busurnya sambil membidik Evelyn.Tak lupa tubuhnya juga mulai bersinar merah tua.
Tak mau kalah Evelyn mengambil kedua pistolnya dan mulai membidik keempat orang di depannya.Tubuhnya juga bersinar,namun berwarna hijau tosca.
Zeal juga bersiap siap dengan tombaknya,tubuhnya bersinar coklat.Silvy hanya membuat tubuhnya bersinar hijau,namun ia terlihat bersiap siap merapalkan mantra.Sedangkan Veronica hanya berdiri dengan santai,tubuhnya bersinar ungu tua namun hanya ia yang terlihat tak serius ingin bertarung.
Duarr
Bomm
Ledakan besar terjadi,debu mengepul dimana mana membuat jarak pandang dari setiap orang menjadi sekitar satu meter.
------------------------------------
Sudah semenit dari Rendi mengucapkan trimakasih pada dua naga tadi.Ia hampir sampai di pulau yang dimaksud oleh Zearios.
Jubahnya berkibar kibar,rambutnya juga acak acakan akibat dari Rendi terbang terlalu cepat.Ia melesat dengan kecepatan tinggi dan akhirnya sampai di pulau itu hanya dalam lima menit.
Tanpa basa basi Rendi langsung terbang rendah di sekeliling bukit dan mencari gua yang dimaksud oleh Zearios.Begitu menemukannya Rendi segera mendarat tepat di depan mulut gua.
Dari luar gua nampak gelap tak ada penerangan sedikitpun.Rendi mengumpulkan semua niatnya dan hendak melangkah masuk.
"R-endi."
Rendi langsung mengurungkan niatnya begitu seseorang memanggilnya dengan putus asa dari dalam gua.
"Tolong." Muncul siluet sosok manusia sedang berjalan kearah Rendi dengan langkah gontai.Siluet itu makin lama makin jelas,dan begitu sampai di luar gua nampaklah Loki sedang bersimbah darah kemudian jatuh tengkurap diatas tanah.Kemudian tak bergerak sedikitpun.
Rendi yang melihatnya reflek langsung berlutut dan menggoyang goyangkan tubuh sahabatnya.Rendi terlihat seperti orang paling bodoh yang tak menyadari bahwa Loki sudah mati hingga ia melihat bekas sabetan pedang di punggungnya.
Luka itu cukup dalam hingga memperlihatkan ginjal Loki yang ikut terkena dampaknya.
Dengan susah payah Rendi mengaktifkan sihir cure pada Loki namun sia sia.Loki sudah tiada,yang Rendi lakukan tadi hanya mendirikan benang yang basah.
"Whoa,kita lihat siapa yang kita dapat sekarang?"
Ujar sebyah suara yabg sangat famier di telinga Rendi.Suara tersebut berasal dari dalam gua,muncul sebuah siluet seseorang dan kemudian siluet itu membentuk sosok yang di cap sebagai orang paling dibenci oleh Rendi.Yaitu Lord phantom,ia sedang tersenyum menyeringai kearah Rendi yang balas menatapnya dengan sinis.
Sinar hitam dan putih mulai menyelimuti tubuh Rendi.Di tubuhnya muncul kembali tato yang bersumber dari jantungnya.Rendi perlahan bangkit dari duduknya,kedua matanya terpenjam.Hingga ia berdiri sepenuhnya Rendi membuka kedua matanya.
Keduanya bersinar merah terang,Lord phantom yang menyaksikan hal ini hanya terkekeh.Senyuman menyeringai masih terlukis dengan jelas di wajahnya.
"Aku tak akan memaafkanmu!" Hardik Rendi.
"Kau tak akan memaafkanku?" Lord phantom menaikkan kedua alisnya."Memangnya aku minta kau untuk memaafkanku?" Tanyanya yang dijawab oleh sebuah bukulan yang mengenai pipinya menbuag ia terhempas kebelakang beberapa meter.
Angin kencang tercipta bersamaan dengan gerakan pukulan Rendi.Membuat semua yang disekelilingnya porak poranda,sinar putih dan hitam yang menyelimuti tubuhnya mulai membentuk pilar yang menjulang tinggi menembus awan awan.
-----------------------------------
"Kurasa mereka akan gagal." Gumam Lukas yang tak sengaja di dengar oleh Renata.
"Apa maksudmu?" Tanya Renata.
Lukas tak menjawab pertanyaan Renata,ia hanya menghela nafas dengan panjang."Mereka masih butuh latihan mental," Jeda sebentar."Atau apa aku terlalu lembut pada mereka?" Tanya Lukas.Namun pertanyaan itu lebih merujuk pada dirinya sendiri.
Sedangkan Renata hanya terdiam memikirkan ucapan Lukas barusan."Kurasa iya." Balas Renata dengan suara sangat pelan.
"Tadi kau bilang apa?"
"Bukan apa apa"
--------------------------------
"Apakah kau lupa? Aku ini memiliki dua tipe sihir.Satu manipulation dan satu specialization.Untuk manipulation aku memiliki kakuatan Deceiver dan untuk Specialization aku menamainya sebagai Second Chance.Maksudnya setiap kali aku sekarat aku dapat mengganti nyawaku dengan seseorang yang kupilih."
Kalimat itu terus tergiang di benak Loki.Ia terduduk di tanah tanpa berani untuk menyerang.Tubuhnya gemetar,ia tak ingin membunuh teman temannya lagi.
Loki memukul tanah dengan frustrasi bercampur kesal.Ia sangat ingin mengalahkan kakaknya namun ia tak ingin membunuh temannya.
"Sial!" Umpat Loki. Sementara Kate hanya tersenyum puas dengan reaksi adiknya.
----------------------------------------
"Fire Storm!"
Pekik Scarlet Sementara Ares hanya mengeknya dengan santai sambil sesekali menembakkan sihirnya ke arah bola api milik Scarlet.Dan hebatnya bola itu langsung menghilang begitu saja.
"Tak kusangka kau dapat menyerangku dengan serius." Ujar Ares,"Biar kuberitahu kemampuanku.Sihirku adalah tipe Slayer,aku menamainya dengan Emptiness.Aku mampu membuat apapun yang kuhendaki menjadi hilang begitu saja.Bahkan energi sekalipun."
Serangan Scarlet langsung berhenti begitu mendengar ucapan Ares.Ia langsung terbenam dalam pikirannya mencoba membuat strategi untuk mengalahkan Ares.
Karena sangking seriusnya Scarlet sampai tak sadar bahwa Ares sudah ada di depannya dan memukul Scarlet tepat di perut hingga memuatnya terhempas kebelakang dan membentur dinding gua.
"Kira kira apa yang terjadi jika aku melenyapkan dirimu?" Tanya Ared dengan senyuman menyeringai di wajahnya.
--------------------------------------
Duarr
Bomm
Ledakan besar terjadi,debu mengepul dimana mana membuat jarak pandang dari setiap orang menjadi sekitar satu meter.
Evelyn masih berdiri dengan tegao di tempat dengan perisai yang melindungi dirinya dari ledakan tadi.
Debu masih menutupi jarak pandang Evelyn,namun ia masih memiliki kacamata dengan sensor berteknologi tinggi.Jadi meski ia tak dapat melihat,kacamatanya dapat.
Dan ia mendapati empat titik merah yang berada tak jauh darinya.Tak sabaran karna debu masih bertebangan dimana mana Evelyn menembakkan peluru angin yang membuat tebu langsung lenyap.
Beberapa meter di depan Evelyn tampak keempat orang yang membunuh temannya-Zeal,Veronica,Jared dan Silvy masih berdiri dengan tegap tanpa ada luka sedikitpun di tubuh mereka.
Sebuah perisai dari masing masing keempatnya melindungi mereka dari ledakan tadi.
Ledakan tadi terjadi akibat benturan dari berbagai kekuatan milik Evelyn dan yang lainnya.
"Ho,lumayan juga kalian." Sahut Evelyn,"Tapi,itu bukan sepenuhnya kekuatan yang kupunya." Sambung Evelyn sambil mempersiapkan pistolnya.
Tubuh Evelyn kembali bersinar hijau tosca."Antimatter bullet"
Bomm
Duarr
Evelyn melepaskan dua tembakkan yang menyebabkan dua ledakan besar terjadi.Asap mengepul di sekitar daerah ledakan,Evelyn tak dapat menahan senyum dibibirnya.
Berselang satu detik kemudian,muncul dua tembakkan dari arah keempat orang tersebut.Dan hasil dari tembakkan tersebut adalah ledakan yang sama besar dengan yang dibuat oleh Evelyn.
"Uhuk uhuk..ba-gaimana bisa?"
Evelyn tak sempat membuat perisai karena sangking terkejutnya.
"Mirror mask itu adalah kekuatanku Evelyn,aku memiliki sihir tipe specialization yang mampu meniru kemampuan lawanku." Ujar Silvy dengan nada bersemangat.
Evelyn hanya menyeka darah yang mengalir di sudut bibirnya sambil tersenyum."Astaga,rupanya aku kurang serius." Gumam Evelyn sambil kembali berdiri namun suaranya cukup keras untuk di dengar semua orang.
"Benar,kusarankan agar kau mengambil keputusan sekarang." Sambung Veronica sambil tersenyum,tubuhnya mulai bersinar ungu.
-------------------------------------
"Hah..aku rasa kau menghentikan ini."
Renata mengemukaan pendapatnya,namun Lukas menjawab dengan gelengan singkat.
"Bukankah kau bilang mereka akan gagal?" Tanya Renata.
"Entahlah." Lukas menjawab sambil menengadah menatap langit.
Renata menggembungkan pipinya,"Tuh kan.Kamu juga tak tahu," Cibir Renata.
Lukas terkekeh pelan,"Biarlah waktu yang menjawabnya."
"Tapi,kuharap mereka lulus ujian ini." Sambung Lukas dengan nada pelan.Ia tersebyum asimetris seolah mendapat jawaban yang memuastan dari pertanyaannya.
----------------------------
Hai readers.
Di bab kali ini Rendi jarang muncul ya?
Sebenarnya author pusing tunuh keliling nulis bab ini.Tapi untungnya selesai juga.
Tolong maafkan author jika ada typho atau penulisan kata.
Ah!,kalau ada dari kalian yang suka bab ini mohon tekan tombol vote di bawah ini ya.
Setiap vote yang kalian berikan itu sangat berharga bagi author kalian ini buat naikkin semangat nulisnya.
Itu saja,trimakasih
Salam hangat dariku
-Renaayu-
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro