Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tunggulah Sebentar(Lagi)

Kegiatanku hari ini ditutup dengan ketenangan yang ganjil di ruang tahanan. Lantainya dingin. Dipannya dingin. Dan aku tak pernah beralih dari cahaya bulan yang samar-samar menerobos masuk dari satu-satunya jendela di sana. Pakaianku sesungguhnya telah diganti dengan yang lebih layak meski tak terlalu tebal, dan aku telah diberi makan, dan minum, sementara pengasuhku bolak-balik mengurus berbagai perkara yang tak kumengerti. 

Aku tak pernah mengerti cara kerja kantor polisi. Aku hanya berpikir bagaimana agar tak terlibat dengan mereka, tapi apabila sekalinya terlibat, maka pergi jauh-jauh saja. Pengasuhku tak berpikir seperti itu. Ketika kami di perjalanan dari pantai beberapa waktu lalu, pasca pertengkaran kecil yang tak diucapkan secara penuh, dia berkata, Hidup ini sudah cukup singkat tanpa perlu digesa-gesa. Kamu tak perlu berlari, atau bersembunyi, atau berpindah-pindah tanpa kehendakmu. Sekarang, kamu dan saya, dan kita hidup bukan karena paksaan sampai waktu yang ditentukan. 

Jadi selain karena tubuh yang sudah lelah, aku hanya tak ingin menambah repot ia lagi dengan bertanya macam-macam atau menuntut: kedatangannya kembali padaku saja sudah cukup membuatku tak lagi butuh apa-apa. Karena selama ini, sepanjang hidupku telah kulalui hanya untuk mencarinya. Menemukannya. Bertemu dengannya. 

Sebab ia tentulah yang menulis balasan surat-suratku meski aku tak pernah mengirimkannya untuk siapa-siapa. Ia tentulah yang meletakkan satu lembar surat itu di kamarku ketika pagi aku bangun dan merasa amat nyata. Ia tentulah yang menuliskan sebaris kalimat di sana dengan teramat indah: tunggulah saya, sebentar lagi, agar aku setidaknya punya setitik harapan untuk bertemu kembali, dan memulai dari awal takdirku sebagai manusia.

Malam itu sudah sangat larut ketika aku mulai mengantuk memandangi cahaya dari jendela. Namun, cahayanya tak lagi hanya menyinari jeruji besi di seberang tempatku duduk, tetapi menyinari wajah seorang perempuan yang teramat sendu. Itu wajah yang selalu membuatku rindu sebab kesenduannya akan selalu diiringi oleh senyum tulus dan tutur kata lembut, dan tangan yang membelai kepalaku dengan hangat sewaktu kecil. 

Jadi aku turun dari dipan untuk mendekatinya. Dia mengulurkan tangan ke sela-sela jeruji, menangkupkan keduanya di kedua sisi wajahku, kemudian menyentuhkan kening kami. Dia terpejam. Perlahan air mata mengalir di pipinya yang putih pucat. Jantungku berdebar. Apakah segala upayamu gagal? Apakah kamu tak berhasil menyelesaikan perkara dengan orang-orang di lembaga ini? Apakah kamu tidak jadi menyelamatkanku? Apakah kamu akan pergi lagi … meninggalkanku?

Anakku, Sayangku …. Kalimat lirih itu menjadi pengawal dari senyum indahnya yang terbit. Dia mendongak dan menatapku dengan mata berbinar. Besok kamu akan bebas. Besok kita akan bebas. Kamu dan saya, mengerti? Lalu kita hidup seperti dulu … sebelum saya pergi untuk mengurus orang tuamu yang sakit-sakitan. Seperti dulu waktu kita masih tinggal di rumah itu … sebelum saya pergi dan tak pernah sempat berkunjung. Namun, kini orang tuamu sudah benar-benar tiada dan aku sudah bebas, dan kamu akan menyusul bebas pula. Tunggulah, Sayangku … sebentar lagi. Sebentar lagi ….[]

8.27 pm
Airu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro