Rasanya aku mati. Akan mati. Meski aku tak tahu kenapa atau bagaimana, pokoknya mati saja. Ketidaktahuan itu mengerikan. Seperti aku yang tidak tahu kenapa atau bagaimana sampai berakhir di sebuah tenda pengobatan darurat dengan luka di beberapa bagian tubuhku. Aku bahkan pakai seragam tentara. Padahal aku ingat bahwa beberapa waktu lalu tidak seperti ini, entah seperti apa, yang jelas ada babi dan anak manusia.

Seluruh tubuhku sakit, tapi lamat-lamat kudengar para prajurit lain yang heboh karena suatu berita: Jepang mengebom Pearl Harbor. Nah aku tidak tahu mengapa itu amat mengejutkan mereka. Aku hanya dengar bahwa peperangan dahsyat yang sedang berlangsung ini dimulai dari perbedaan ideologi yang kemudian berdampak pada sektor-sektor kehidupan tiap bangsa. Nah itu pun aneh sebab aku adalah seorang yang punya ideologi sendiri yang hidupnya tidak memengaruhi atau dipengaruhi oleh ideologi lain.

Realitas di hadapanku terasa makin tidak riil, bagaikan mimpi, yang perlahan memburam dan terus lenyap hingga segalanya hitam. Dari hitam itulah aku bisa mendengar sesuatu. Ayolah tuan, Anda bukan babi. Jangan tidur di sini. Di rumahku saja ada tempat. Anda tak mungkin menyuruh bocah sebelas tahun menggendong Anda seperti bayi babi. Aku tidak kenal siapa dia tapi aku kenal suaranya. Lantas ketika bangun aku langsung menemukan seorang bocah bertekuk lutut di sebelahku. Dia menghela napas panjang.

"Saya kira Anda mati."

Ya mungkin aku telah mati. Aku sudah pernah mati dan hidup lagi. Aku tak pernah benar-benar hidup. Tak pernah benar-benar mati. Anak sekecil dia mungkin belum bisa mengerti. Jangankan dia. Aku saja tidak. Jadi aku bangkit perlahan dengan bantuannya sebab tubuhku masih sempoyongan. Dia mengangkat seekor anak babi yang telah mati. Habis saya berburu pakai pistol Anda tadi, harusnya Anda jangan ikut-ikutan mati walaupun suri.[]

Airu ngantuk bet dan tidur cepawt belakangan ini
Airu
8.19 pm