(Kawan)Yang Akan Kutinggalkan
Bunyi gemericik air menyadarkanku dari lamunan. Tak jauh di depan sana, di antara pepohonan lebat yang berjarak-jarak, seorang anak laki-laki berdiri membelakangiku. Tubuhnya masih sangat anak-anak tetapi tampak tangguh dan kuat. Entah bagaimana. Mungkin karena ia tak lagi memakai mantel panjang kebesaran melainkan selapis kemeja putih dengan bagian lengan tersingsingkan. Celananya, jika tidak pendek dari awal, mungkin juga akan dia gulung, sebab beberapa detik kemudian dia menceburkan diri ke dalam sungai.
Aku agak berpikir mengapa tidak sekalian melepas seluruh pakaiannya jika ia ingin berenang, tapi belum juga aku mengatakan itu, dia muncul di permukaan air. Seluruh tubuhnya sudah basah kuyup. Rambutnya yang tadi ikal mengembang kini jatuh menempel ke dahi dan sekeliling wajahnya. Dia bilang, "Aku, kalau tidak ada Anda, buka baju."
Kutanya memangnya kenapa kalau ada aku.
"Soalnya Anda manusia. Tidak ada manusia yang sanggup melihat lukaku."
Maka kujelaskan kepadanya kalau aku sendiri tidak yakin betul apakah aku manusia atau bukan. Aku pernah jadi orang lain atau sesuatu yang aku bahkan tak tahu apa. Dia sendiri telah menyaksikan, mungkin, ketika aku bertemu makhluk lain yang serupa aku di luar jendela gubuknya. Manusia tidak bakal ada dua di satu waktu dan tempat. Anak kembar sekalipun merupakan dua manusia yang berbeda. Tapi anak laki-laki itu hanya tertawa. Anda lucu sekali, Tuan.
Jadi rupanya selama ini aku lucu. Ya bisa saja benar. Aku hanya tak tahu karena tak ada yang memperhatikanku dan tertawa. Namun, kali ini ada anak laki-laki ini yang aku saja tak tahu namanya, atau siapa pengasuhnya, atau asal usulnya sampai tinggal sebatang kara di sebuah gubuk di dalam hutan. Dan karena hal-hal membingungkan ini aku lumayan senang. Seolah-olah, sepanjang aku hidup dan bertemu orang, baru sekaranglah aku merasa bertemu orang.
Sempat sejenak kupikir mungkin saja aku tak perlu menemukanmu meski aku masih ingin tahu bagaimana kamu bisa membuat surat balasan itu … sebab sudah ada anak ini. Datang begitu cepat. Dan rupanya, sungguh disayangkan, akan pergi begitu cepat. Aku ingin sekali ada di sini. Tapi aku tidak ingin orang yang pertama kali membuatku merasa ada–selain kamu–ikut terlibat denganku. Aku, beberapa tua darinya, yang menggunakan pistol untuk membunuh dua manusia. Jadi sebelum aku pergi, aku menanyakan namanya.
Dia tertegun di pinggir sungai. Tak hanya air segar, cahaya matahari pagi turut menyiram seluruh tubuhnya, tubuh dari jiwa yang amat merindukan kasih, sepertiku. Kemudian dia tersenyum. "Sejak aku lahir ... nama tidak penting."[]
9.31 pm
Airu
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro