Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

STORY FROM ARAV #2 | SPECIAL PART

Pagi itu banyak anak-anak berkumpul di depan loker Lilly-Rose Tejeda untuk sekedar memberikan bunga, menempel post-it notes tentang bagaimana perasaan mereka selama seminggu reporter senior sekolah itu menghilang bersama pesawat yang ditumpanginya ke Copenhagen. Sudah empat minggu sejak berita hilangnya pesawat itu membuat seluruh sekolah terkejut. Arav sendiri sejujurnya ingin mengikuti teman-teman lain untuk sejenak berhenti dan mengucap doa. Tapi ia juga merasa jika belum ada pengumuman resmi, harapan jika Lilly masih hidup tetap ada. Jadi dengan adanya harapan itu, kini Arav berusaha melewati kerumunan, berjalan menuju ke tempat lokernya berada.

Ia sengaja datang lebih pagi untuk menyalin PR Fisika yang belum sempat dikerjakan karena ketiduran bermain game konsol semalaman. Itu dan cewek yang sedang mengambil buku tepat di sampingnya.

Beberapa minggu belakangan, Arav sengaja datang lebih pagi agar bisa mendapatkan pemandangan cewek tinggi semampai dengan wajah oriental itu menyambutnya setiap kali akan mengambil buku untuk kelas pertama. Baginya hal ini adalah hal menyenangkan karena ia dapat memandang lebih dekat Samara Harmandir versi SMA yang tak banyak berubah. Ia tetap mempunyai wajah menarik, tetap pendiam, tak banyak teman dan pintar luar biasa. Dan yang Arav baru sadari beberapa hari ini, ada satu hal lagi yang tak berubah; ia tetap berkeringat dingin di seluruh telapak tangan ketika berada dekat dengan Sam.

Namun, perasaan senang itu juga diikuti dengan perasaan rikuh untuk menyapa lebih dulu. Pengalaman saat SMP itu membayangi Arav. Ia dulu pernah menunggu dengan dua kotak susu di depan kolam renang, berharap Sam akan datang dan mereka akan menghabiskan pagi bersamanya. Namun yang terjadi justru hingga bel pertama berbunyi, Sam tak kunjung muncul. Sejak saat itu Arav berpikir jika Hilal yang bermodalkan puisi cinta saja ditolak, apalagi dia yang cuma dengan ajakan bertemu serta susu kotak? Dan sejak saat itu pula Arav sedikit demi sedikit mulai mengikis rasa penasarannya. Walaupun saat ini, ketika ia cepat-cepat mengalihkan pandangan saat Sam menutup loker, Arav tahu jika usahanya itu tak sepenuhnya berhasil.

Cewek itu kini berjalan ke arah kerumunan, hendak menuju kelas pertamanya dengan setumpuk buku di tangan. Begitu juga Arav yang tadi langsung cepat-cepat mengambil buku dan menutup pintu lokernya asal. Arav membuat jarak aman agar Sam tidak merasakan ada penguntit di belakangnya yang tentunya juga membuatnya lebih leluasa untuk memandang punggung cewek itu tanpa dicurigai.

Suara permisi Sam terdengar ketika mereka sedang membelah kerumunan. Dengan kamuflase seperti ini, Arav jadi punya kesempatan untuk mendekatkan jarak diantara mereka dan kini dengan sangat jelas aroma tubuh Sam yang sangat khas itu tercium. Rambut hitam lurusnya hanya berjarak beberapa milimeter sebelum menyentuh dagu Arav.

Tiba-tiba saja Sam berhenti, membuat jatung Arav juga ikut berhenti sejenak karena kaget. Untung saja ia sempat mengerem dan tidak menabrak tubuh Sam. Cewek itu menoleh sekilas memandang ke arah loker Lilly. Arav bisa melihat raut wajahnya yang tetap datar, tapi entah darimana asalnya ada bisikkan ide untuk menarik Sam dari kerumunan dan bertanya, "Kamu nggak apa-apa?"

Belum sempat Arav melaksanakan ide itu, Sam kini telah kembali berjalan, meninggalkan dirinya yang tetap berdiri di tempat. Semakin lama sosok Sam semakin menjauh, dan ketika ia berbelok di salah satu koridor, Arav berbalik. Ia berjalan ke arah kelas pertamanya dengan tekad ingin membuang jauh-jauh rasa tak percaya dirinya dan menyapa tetangga loker barunya yang sedang kehilangan.

***

Couple Days Later..

Pagi ini ia sengaja berenang pagi di sekolah. Alasan utama, Arav sedang suntuk karena keempat kakak laki-lakinya sedang berkumpul di rumah. Rumah yang tadinya sepi, kini ramai. Tak ada sarapan sunyi yang hanya diisi oleh papa dan mama saling diskusi kecil tentang berita-berita di koran. Atau perasaan merdeka karena bisa menguasai lantai dua dan ruangan multimedia tanpa perlu berbagi joystick dengan kakak-kakaknya.

Dua hari ini di setiap kesempatan, keempat kakaknya akan bercerita tentang kuliah, pekerjaan, magang, pencapaian-pencapaian yang membuat Arav merasa tersingkir. Entah kenapa ia jadi merasa jika dirinya tak punya otak secemerlang Barra dan Ishai, dua kakak pertamanya yang sudah sukses di bidangnya masing-masing padahal masih berusia awal 30-an. Tak cukup rajin seperti Aidan, kakak nomor tiga yang sejak kuliah semester satu saja sudah magang sana-sini dan tetap bisa menjaga GPA-nya tetap memuasakan. Atau paling tidak, jika ketiga kakaknya itu akhirnya mengajarkan kerja keras yang masih ia lakukan hingga sekarang sehingga namanya-hopefully, tak akan pernah terdepak dari lima besar di Byron, maka kecakapan Rio benar-benar membuat Arav putar otak untuk menyamainya.

Rio yang hanya dua tahun lebih tua darinya itu selalu saja membuat Arav tak nyaman dengan ejekan-ejekannya. Diantara kakak-kakaknya, Rio terkenal paling flamboyan, bisa menjaring cewek manapun yang ia suka. Makanya kalau sudah kumpul begini, Rio bakal menyudutkan Arav yang hingga saat ini belum pernah sama sekali punya pacar.

Sukses di usia muda, menyeimbangkan antara kuliah dan aktivitas lain masih bisa diusahakan. Tapi menjadi karismatik dan sangat menarik di mata lawan jenis? Dan menggunakan kesempatan itu untuk berpacaran? Arav tak nyaman dengan itu. Kehadiran kakak-kakaknya saja bisa bikin tak nyaman, apalagi cewek-cewek yang baru ia kenal dan tiba-tiba menjadi pacar?

Tapi hanya cewek yang berkata, "Gue minta maaf," ini yang membuat Arav nyaman berada di dekatnya. Jika saja Arav sekarang berada di darat, bukan di kolam renang, ia pasti akan merasakan telapak tangannya basah oleh keringat dingin. Gugup tapi nyaman. Such a rare combination, isn't it?

Alasan utama berenang pagi hari yang begitu panjang tadi sebenarnya diselipkan harapan jika pagi ini ia bisa bertemu dengan satu-satunya cewek yang ia tahu suka berenang pagi-pagi. Dan sepertinya malaikat sedang mondar-mandir di dekatnya ketika harapan dalam hatinya itu ternyata diamini hingga menjadi kenyataan seperti sekarang.

Sejujurnya, adegan ini mengingatkan Arav pada pertama kali ia memberanikan diri untuk menyapa Sam. Awalnya ia tak berharap Sam bakal menginisiasi obrolan seperti ini. Karena tiba-tiba saja perasaan ingin naik ke permukaan, bilas, dan meninggalkan Sam sendiri di kolam renang tiba-tiba muncul. Tekadnya yang ingin menyapa Sam lebih dulu beberapa hari lalu hilang entah kemana. Bahkan senyum Sam yang samar saat mereka pertama kali saling kaget melihat satu sama lain tadi saja membuatnya segera melanjutkan berenang. Bad impression itu didasari karena Arav bingung hendak merespon senyum itu dengan balik tersenyum atau menyapa hai. Bodoh sekali.

"Kalau lo masih ingat, waktu SMP kita pernah ketemu disini," kata Sam lirih namun tetap tenang melanjutkan bicaranya.

"Gue ingat."

Mungkin karena kaget mendengar jawaban Arav yang tiba-tiba, Sam kini menoleh, membuat mata keduanya kini saling bertatapan. Dan entah dapat keberanian darimana, tapi Arav merasa hal ini sama sekali tak membuatnya ingin cepat-cepat mengalihkan pandangan. Ia begitu nyaman memandang mata Sam yang mengarah tepat kepadanya, ia juga sama sekali tak gugup ketika melihat senyum Sam yang tersungging sebelum cewek itu memutuskan pandangan beberapa detik tadi.

"Gue juga minta maaf udah lancang ajak lo buat ketemuan kayak gitu," kata Arav memecah keheningan sesaat tadi.

"That's okay, honestly."

"Gue harap Lilly cepat ketemu."

Arav melihat Sam hanya mengangguk pelan merespon ucapannya tadi. Lalu Sam segera meluncur meninggalkannya, berenang ke ujung lainnya. Keinginan untuk mengajak sarapan bersama seperti dulu memang ada, tapi ia tahu jika cewek itu sedang ingin ketenangan. Kalau nggak mana mungkin ia berenang pagi-pagi seperti ini? Entah apa yang sedang bergumul di dalam dirinya, tapi yang jelas Arav mengerti jika ini bukan waktu yang tepat untuk melangkah lebih jauh.

Lagipula, berenang berdua saja di kolam renang sekolah seperti ini tak buruk-buruk juga. Mendengar suara air yang beradu dengan kaki Sam yang melaju untuk mencapai sisi kolam untuk saat ini adalah hal yang terbaik yang pernah ia dengar. Arav yakin jika pemikiran ini diketahui oleh Rio, kakaknya itu akan tertawa dan menganggapnya cupu.

Tapi tak apa. Arav mulai membesarkan hatinya dengan berencana untuk memulai ritual saling sapa yang semoga dapat membuat mereka bisa makin dekat. Cukup dekat jadi Arav tak sungkan untuk mengajak Sam jalan berdua dan tak jadi bahan olok-olok kakaknya lagi.

_______________

Hai, semuanya!

Kalau kalian ingat part 'Still Blue', special part ini adalah pengembangan ceritanya. Dan dengan berat hati, cerita dari sisi Arav ini akan kuhentikan sampai sini dulu. Selanjutnya aku bakal melanjutkan cerita utama tentang first date ala ala dua anak pemalu ini.

Btw, setelah baca ini kalian merasa mengenal Arav lebih jauh atau nggak? Dan kalau misalnya iya, ini bikin kalian makin suka Arav atau justru, "Fix! Aku memutuskan masuk Tim Kai aja lah!"? Let me know, ya, teman-teman! Kalau memang kalian suka, nanti aku bakal selip-selipin lagi special part seperti ini.

Oya, aku juga mau minta tolong banget sama kalian untuk kasih masukan tentang desain cover After You've Gone dari tim BWM ini. Aku mohon yang biasanya silent reader, yang cuma vote dan baca aja juga bisa ikut komen, ya, please~~ Kesan dan saran kalian bakal membantu banget untuk tim desain dan aku dalam mengambil keputusan soal cover ini. So, please please please drop a comment below ya! Thank you in advance pembaca-pembacaku~~ Sampai hari Selasa!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro